PENYESALAN PENGHUNI NERAKA


Bismillah. Alhamdulillahi Rabbil 'aalamiin. Wa shallallahu 'ala Nabiyyina Muhammadin shallallahu 'alaihi wa sallam. Wa ba'du.

Waktu jika dia telah berlalu, maka dia tidak bisa diputar kembali. Maka pantaslah Allah Ta'ala telah bersumpah dengan waktu ini, menunjukkan betapa pentingnya ia. Allah Ta'ala berfirman :

«وَٱلْعَصْرِ. إِنَّ ٱلْإِنسَـٰنَ لَفِى خُسْرٍ. إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّـٰلِحَـٰتِ وَتَوَاصَوْا۟ بِٱلْحَقِّ وَتَوَاصَوْا۟ بِٱلصَّبْرِ»

Artinya : "Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan saling nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan saling nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran." (QS. Al-'Asr : 1-3)

Allah Ta'ala juga berfirman :

«وَٱلَّيْلِ إِذَا يَغْشَىٰ. وَٱلنَّهَارِ إِذَا تَجَلَّىٰ»

Artinya : "Demi malam apabila menutupi (cahaya siang), dan siang apabila terang benderang. (QS.Al-Lail : 1-2)

Pada surat surat Al-'Ashr diatas Allah telah bersumpah dengan waktu, demikian juga pada surat Al-Lail, agar mengingatkan kita tentang berharganya waktu. 

Setelah Allah Ta'ala mengingatkan kita tentang berharganya waktu, kemudian Allah Ta'ala juga mengingatkan kita tentang hari penyesalan yang paling tinggi diantara semua penyesalan, yaitu ketika disembelihnya kematian. Allah Ta'ala berfirman :

«وَأَنذِرْهُمْ يَوْمَ ٱلْحَسْرَةِ إِذْ قُضِىَ ٱلْأَمْرُ وَهُمْ فِى غَفْلَةٍۢ وَهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ»

Artinya : "Dan berilah mereka peringatan tentang hari penyesalan, (yaitu) ketika segala perkara telah diputus. Dan mereka dalam kelalaian dan mereka tidak (pula) beriman." (QS. Maryam : 39)

Maksud hari penyesalan pada ayat diatas yaitu hari ketika disembelihnya kematian. 

Kematian Bisa Mati

Kematian adalah makhluk seperti kita, dia juga akan merasakan mati. Ketika kematian mati, maka seluruh penghuni surga merasa gembira karena tidak ada lagi kematian alias mereka kekal didalam surga selama-lamanya, sedangkan penghuni neraka justru sebaliknya, merasa sangat menyesal dengan sebenar-benar penyesalan, karena tidak ada lagi kematian alias mereka kekal didalam neraka selama-lamanya. Penghuni neraka selama ini selalu mengharapkan mati karena pedihnya adzab, namun ketika kematian disembelih oleh Allah, maka putus asalah penghuni neraka, menyesal-lah mereka dengan penyesalan yang paling tinggi diantara seluruh penyesalan. Bahkan jika harus menangis darah, mungkin mereka akan mengangis darah akibat besarnya rasa penyesalan tersebut, karena mereka telah melalaikan waktu yang sangat berharga selama mereka berada di dunia ketika itu. Ibnu Katsir rahimahullah telah menjelaskan tafsir ayat diatas dalam kitab tafsirnya sebagai berikut :

وَأَنذِرْهُمْ يَوْمَ ٱلْحَسْرَةِ» أي أنذر الخلائق يوم الحسرة، «إِذْ قُضِىَ ٱلْأَمْرُ» أي فصل بين أهل الجنة وأهل النار وصار كل إلى ما صار»
.إليه مخلدا فيه، «وَهُمْ» أى اليوم، «فِى غَفْلَةٍۢ» عما انذروا به يوم الحسرة والندامة، «وَهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ» أي لا يصدقون به

قال الإمام أحمد : حدثنا محمد بن عبيد، حدثنا الأعمش عن أبي صالح عن أبي سعيد قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ((إذا دخل أهل الجنة الجنة وأهل النار النار، يجاء بالموت كأنه كبش أملح فيوقف بين الجنة والنار، فيقال : يا أهل الجنة هل تعرفون هذا؟ قال : فيشرئبون وينظرون ويقولون : نعم هذا الموت -قال- فيقال : يا أهل النار هل تعرفون هذا؟ قال : فيشرئبون وينظرون ويقولون : نعم هذا الموت -قال- فيؤمر به فيذبح، قال : ويقال يا أهل الجنة خلود ولا موت، و يا أهل النار خلود ولا موت)) ثم قرأ رسول الله صلى الله عليه وسلم : «وَأَنذِرْهُمْ يَوْمَ ٱلْحَسْرَةِ إِذْ قُضِىَ ٱلْأَمْرُ وَهُمْ فِى غَفْلَةٍۢ وَهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ» وأشار بيده ثم قال ((أهل الدنيا في غفلة الدنيا)) هكذا رواه الإمام أحمد، وقد أخرجه البخاري ومسلم في صحيحيهما من حديث الأعمش به ولفظهما قريب من ذلك

ورواه ابن جريج قال : قال ابن عباس فذكر من قبله نحوه، ورواه أيضا عن أبيه أنه سمع عبيد بن عمير يقول في قصصه : يؤتى بالموت كأنه دابة فيذبح والناس ينظرون، وقال سفيان الثوري عن سلمة بن كهيل : حدثنا أبو الزعراء عن عبد الله هو ابن مسعود في قصة زكرها، قال : فليس نفس الا وهي تنظر إلى بيت في الجنة وبيت في النار وهو يوم الحسرة، فيرى أهل  النار البيت الذي في الجنة، ويقال لهم لو علمتم، فتأخذهم الحسرة، قال : ويرى أهل الجنة البيت الذي في النار، فيقال لهم لولا أن الله من عليكم

وقال السدى عن زياد عن زر بن حبيش عن ابن مسعود في قوله «وَأَنذِرْهُمْ يَوْمَ ٱلْحَسْرَةِ إِذْ قُضِىَ ٱلْأَمْرُ» قال : إذا دخل أهل الجنة الجنة وأهل النار النار، أتى بالموت في سورة كبس أملح حتى يوقف بين الجنة والنار، ينادي مناد : يا أهل الجنة هذا الموت الذي كان يميت الناس في الدنيا، فلا يبقى أحد في أهل عليين ولا في أسفل درجة في الجنة إلا نظر اليه، ثم ينادي مناد : يا أهل النار هذا الموت الذي كان يميت الناس في الدنيا، فلا يبقى أحد في ضحضاح من نار ولا في أسفل درك من جهنم إلا نظر اليه، ثم يذبح بين الجنة والنار، ثم ينادي : يا أهل الجنة هو الخلود أبد الآبدين، و يا أهل النار هو الخلود أبد الآبدين، في فيفرح أهل الجنة فرحة لو كان أحد ميتا من فرح ماتوا، ويشهق أهل النار شهقة لو كان أحد ميتا من شهقة ماتوا، فذلك قوله تعالى : «وَأَنذِرْهُمْ يَوْمَ ٱلْحَسْرَةِ إِذْ قُضِىَ ٱلْأَمْرُ» يقول إذا ذبح الموت، رواه ابن أبي حاتم في تفسيره

[تفسير ابن كثير، ٣\١١١. دار الكتب العلمية]

«Artinya : Dan berilah mereka peringatan tentang hari penyesalan», yaitu berilah peringatan kepada seluruh makhluk tentang hari penyesalan, «Ketika segala perkara telah diputus», yaitu ketika telah diputuskan antara penghuni surga dan penghuni neraka. Semuanya menuju kepada tempatnya (surga atau neraka) dalam kadaan kekal didalamnya. «Dan mereka» yaitu pada hari ini. «Dalam kelalaian» yaitu tentang apa-apa yang diperingatkan kepada mereka mengenai hari kerugian dan penyesalan, «Dan mereka tidak (pula) beriman» yaitu mereka tidak membenarkannya.

Berkata Imam Ahmad : Menceritakan kepada kami Muhammad bin 'Ubaid, menceritakan kepada kami al-A'masy dari Abu Shalih dari Abu Sa'id berkata : Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : ((Jika penghuni surga telah masuk surga dan penghuni neraka telah masuk neraka, didatangkan kematian dalam bentuk seekor domba yang elok, kemudian diberhentikan diantara surga dan neraka, maka dikatakan (kepada mereka) : Wahai penghuni surga apakah kalian mengetahui ini? Lalu mereka menengadah dan melihat dan berkata : Ya, ini adalah kematian. Kemudian dikatakan kepada mereka :  Wahai penghuni neraka apakah kalian mengetahui ini? Lalu mereka menengadah dan melihat dan berkata : Ya, ini adalah kematian. Lalu diperintahkan untuk disembelih dan dikatakan : Wahai penghuni surga kekekalan tidak ada kematian, dan wahai penghuni nereka kekelalan tidak ada kematian)).

Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam membacakan : «Artinya : "Dan berilah mereka peringatan tentang hari penyesalan, (yaitu) ketika segala perkara telah diputus. Dan mereka dalam kelalaian dan mereka tidak (pula) beriman», lalu beliau mengisyaratkan dengan tangannya kemudian bersabda : ((Penghuni dunia berada dalam kelalaian dunia)). Inilah yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, dan sungguh Imam al-Bukhari dan Muslim telah mengabarkan hal itu dalam dua kitab shahih mereka dari hadits al-A'masy dan lafadznya dekat dengan lafadz itu (lafadz hadits Imam Ahmad diatas).

Dan Ibnu Jarir (juga) meriwayatkan hadits tersebut dan berkata : "Berkata Ibnu 'Abbas dan dia menyebutkan dari selainnya yang semisalnya, dan dia meriwayatkan dari bapaknya bahwasannya ia telah mendengar dari 'Ubaid bin 'Umair mengatakan dalam kisahnya : Didatangkan kematian seolah-olah binatang tunggangan lalu dia disembelih sedangkan manusia melihatnya. Berkata Imam Tsufyan Ats-Tsauriy dari Salamah bin Kuhail : menceritakan kepada kami Abu Zu'ra dari Abdullah yaitu Ibnu Mas'ud dalam kisah yang telah disebutkannya, dia berkata : Tidak ada suatu jiwapun kecuali dia akan melihat sebuah rumah di surga dan melihat sebuah rumah di nereka dan itu merupakan hari penyesalan. Maka Penghuni neraka akan melihat rumah(nya) yang berada di surga, dan dikatakan kepada mereka, "seandainya (dahulu) kalian beramal", lalu merekapun menyesal. Dia (Ibnu Mas'ud) berkata (lagi) : Penghuni surga akan melihat rumah(nya) yang berada di neraka, dan dikatakan kepada mereka, "kalau tidak sungguh Allah pasti memberikan (rumah di neraka itu) kepada kalian". 

Dan telah berkata As-Sudiy dari Zar bin Khubais dari Ibnu Mas'ud mengenai firman-Nya : «Artinya : "Dan berilah mereka peringatan tentang hari penyesalan, (yaitu) ketika segala perkara telah diputus». Dia (Ibnu Ma'ud) berkata : Jika penghuni surga masuk surga dan penghuni neraka masuk neraka, didatangkan kematian dalam bentuk seekor domba yang elok sampai ia diberhentikan diantara surga dan neraka, kemudian menyeru orang yang berseru : Wahai penghuni surga ini adalah kematian yang dahulu mematikan manusia di dunia, maka tidak tertinggal seorangpun dari penghuni 'illiyyiin dan tidak pula yang paling rendah derajatnya di surga kecuali mereka melihat kepadanya. Kemudian menyeru orang yang menyeru : Wahai penghuni neraka ini adalah kematian yang dahulu mematikan manusia di dunia, maka tidak tertinggal seorangpun yang berada dipermukaan neraka dan tidak pula yang berada di kerak paling dalam dari neraka jahannam kecuali mereka melihat kepadanya, kemudian kematian tersebut disembelih diantara surga dan neraka kemudian diserukan : Wahai penghuni surga kekallah (kalian) selama-lamanya, wahai penghuni neraka kekallah (kalian) selama-lamanya. Maka bergembiralah penghuni surga dengan suatu kegembiraan, yang sekiranya seseorang mati akibat gembiranya, tentulah mereka akan mati. Dan berteriak penghuni neraka dengan suatu teriakan, yang sekiranya seseorang mati akibat teriakannya, tentulah mereka akan mati. Maka itulah (makna) firman Allah Ta'ala «Artinya : "Dan berilah mereka peringatan tentang hari penyesalan, (yaitu) ketika segala perkara telah diputus». Dia (Ibnu Ma'ud) mengatakan yaitu apabila telah disembelih kematian. Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Haatim dalam tafsirnya.  [Tafsiir Ibni Katsiir, 3/111. Cet. Daarul Kutub al-Ilmiyyah]

Yang paling membuat menyesal penghuni neraka adalah ketika disembelihnya kematian, padahal sebelum itu mereka selalu meminta mati sebagaimana firman  Allah Ta'ala :

إِنَّ ٱلْمُجْرِمِينَ فِى عَذَابِ جَهَنَّمَ خَـٰلِدُونَ. لَا يُفَتَّرُ عَنْهُمْ وَهُمْ فِيهِ مُبْلِسُونَ. وَمَا ظَلَمْنَـٰهُمْ وَلَـٰكِن كَانُوا۟ هُمُ ٱلظَّـٰلِمِينَ وَنَادَوْا۟ يَـٰمَـٰلِكُ لِيَقْضِ»
«عَلَيْنَا رَبُّكَ ۖ قَالَ إِنَّكُم مَّـٰكِثُونَ

Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang berdosa kekal di dalam azab neraka Jahannam. Tidak diringankan azab itu dari mereka dan mereka di dalamnya berputus asa. Dan tidaklah Kami mendzolimi mereka tetapi merekalah yang mendzolimi diri mereka sendiri. Mereka berseru: "Hai Malik biarlah Tuhanmu membunuh kami saja". Dia menjawab: "Kamu akan tetap tinggal (di neraka ini)". (QS. Az-Zukhruf : 74-77)

Sebagaimana ayat diatas bahwa penghuni neraka tidak sanggup menahan kerasnya dzab, karena itu mereka-pun meminta kepada malaikat Malik agar malaikat Malik memintakan kepada Allah Ta'ala supaya mematikan mereka semuanya. Namun Allah Ta'ala tidak memperdulikan mereka, bahkan ketika mereka meminta mati Allah Ta'ala justru menyembelih kematian didepan mata kepala mereka sendiri sehingga hal itu menambah besarnya keputus-asaan dan penyesalan mereka. Betapa merananya orang-orang kafir, kematian yang selalu mereka minta justru kematian itu Allah Ta'ala sembelih dihadapannya. Menyesal-lah penghuni neraka dengan penyesalan yang sangat tinggi. Namun apalah gunanya penyesalan di akhirat tatkala sudah masuk kedalam neraka jahannam, jika penyesalan itu datangnya ketika di dunia, insya Allah pasti bermanfaat.

Allah Ta'ala juga mengingatkan kita tentang penyesalan dan keputus-asaan orang-orang kafir dalam firman-Nya :

حَتَّىٰٓ إِذَا جَآءَ أَحَدَهُمُ ٱلْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ٱرْجِعُونِ. لَعَلِّىٓ أَعْمَلُ صَـٰلِحًۭا فِيمَا تَرَكْتُ ۚ كَلَّآ ۚ إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَآئِلُهَا ۖ وَمِن وَرَآئِهِم بَرْزَخٌ إِلَىٰ يَوْمِ»
 «يُبْعَثُونَ

Artinya : (Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: "Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan." (QS. Al-Mu'minun : 99-100)

Mengenai tafsir ayat diatas, berkata Ibnu Katsir rahimahullah dalam tafsirnya :

يخبر تعالى عن حال المحتضر عند الموت من الكافرين أو مفرطين في أمر الله تعالى، وقيلهم  عند ذلك وسؤالهم الرجعة إلى الدنيا ليصلح ما كان أفسده في مدة حياته، ولهذا قال : «رَبِّ ٱرْجِعُونِ. لَعَلِّىٓ أَعْمَلُ صَـٰلِحًۭا فِيمَا تَرَكْتُ ۚ كَلَّآ ۚ » كما قال تعالى : «وَأَنفِقُوا۟ مِن مَّا رَزَقْنَـٰكُم مِّن قَبْلِ أَن يَأْتِىَ أَحَدَكُمُ ٱلْمَوْتُ» -إلى قوله- «وَٱللَّهُ خَبِيرٌۢ بِمَا تَعْمَلُونَ» [المنافقون : ١٠-١١] وقال تعالى : «وَأَنذِرِ ٱلنَّاسَ يَوْمَ يَأْتِيهِمُ ٱلْعَذَابُ» -إلى قوله- «مَا لَكُم مِّن زَوَالٍۢ» [ابراهيم : ٤٤] وقال تعالى : «يَوْمَ يَأْتِى تَأْوِيلُهُۥ يَقُولُ ٱلَّذِينَ نَسُوهُ مِن قَبْلُ قَدْ جَآءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِٱلْحَقِّ فَهَل لَّنَا مِن شُفَعَآءَ فَيَشْفَعُوا۟ لَنَآ أَوْ نُرَدُّ فَنَعْمَلَ غَيْرَ ٱلَّذِى كُنَّا نَعْمَلُ» [الأعراف : ٥٣] وقال تعالى : «وَلَوْ تَرَىٰٓ إِذِ ٱلْمُجْرِمُونَ نَاكِسُوا۟ رُءُوسِهِمْ عِندَ رَبِّهِمْ رَبَّنَآ أَبْصَرْنَا وَسَمِعْنَا فَٱرْجِعْنَا نَعْمَلْ صَـٰلِحًا إِنَّا مُوقِنُونَ» [السجدة : ١٢] وقال تعالى : «وَلَوْ تَرَىٰٓ إِذْ وُقِفُوا۟ عَلَى ٱلنَّارِ فَقَالُوا۟ يَـٰلَيْتَنَا نُرَدُّ وَلَا نُكَذِّبَ بِـَٔايَـٰتِ رَبِّنَا» -إلى قوله- «وَإِنَّهُمْ لَكَـٰذِبُونَ» [الأنعام : ٢٧-٢٨] وقال تعالى : «وَتَرَى ٱلظَّـٰلِمِينَ لَمَّا رَأَوُا۟ ٱلْعَذَابَ يَقُولُونَ هَلْ إِلَىٰ مَرَدٍّۢ مِّن سَبِيلٍۢ» وقال تعالى : «قَالُوا۟ رَبَّنَآ أَمَتَّنَا ٱثْنَتَيْنِ وَأَحْيَيْتَنَا ٱثْنَتَيْنِ فَٱعْتَرَفْنَا بِذُنُوبِنَا فَهَلْ إِلَىٰ خُرُوجٍۢ مِّن سَبِيلٍۢ» [غافر : ١١] والآية بعدها. وقال تعالى : «وَهُمْ يَصْطَرِخُونَ فِيهَا رَبَّنَآ أَخْرِجْنَا نَعْمَلْ صَـٰلِحًا غَيْرَ
[ٱلَّذِى كُنَّا نَعْمَلُ ۚ أَوَلَمْ نُعَمِّرْكُم مَّا يَتَذَكَّرُ فِيهِ مَن تَذَكَّرَ وَجَآءَكُمُ ٱلنَّذِيرُ ۖ فَذُوقُوا۟ فَمَا لِلظَّـٰلِمِينَ مِن نَّصِيرٍ» [فاطر : ٣٧

فذكر تعالى أنهم يسألون الرجعة فلا يجابون عند الاختضار ويوم النشور ووقت العرض على الجبار، وحين يعرضون على النار
.وهم غمرات عذاب الجحيم

وقوله ههنا : «كَلَّآ ۚ إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَآئِلُهَا ۖ » كلا  حرف ردع وزجر، أي لا نجيبه الا ما طلب ولا نقبل منه. وقوله تعالى : «إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَآئِلُهَا ۖ » قال عبد الرحمان بن زيد بن أسلم : أي لا بد أن يقولها لا محالة كل محتضر ظالم، ويحتمل أن يكون ذلك علة لقوله كلا، أي لأنه كلمة أى سؤاله الرجوع ليعمل صالحا هو كلام منه وقوله لا عمل معه، ولو رد لما عمل صالحا ولكان يكذب في مقالته هذه، كما قال تعالى : «وَلَوْ رُدُّوا۟ لَعَادُوا۟ لِمَا نُهُوا۟ عَنْهُ وَإِنَّهُمْ لَكَـٰذِبُونَ» قال قتادة : والله ما تمنى أن يرجع إلى أهل ولا إلى عشيرة، ولا بأن يجمع الدنيا ويقضي الشهوات، ولكن تمنى أن يرجع فيعمل بطاعة الله عز وجل، فرحم الله امرءا عمل فيما يتمناه الكافر إذا رأى العذاب إلى النار

[تفسير ابن كثير، ٣\٢٣١. دار الكتب العلمية]

Allah Ta'ala  telah mengabarkan tentang keadaan orang yang naza' (sakarat) ketika menjelang kematian dari  kalangan orang-orang kafir atau orang-orang yang melampaui batas dari perintah Allah Ta'ala, dan dikatakan (sesuatu) kepada mereka ketika menjelang kematian tersebut dan merekapun meminta agar kembali ke dunia untuk memperbaiki apa yang dahulu mereka rusak (lalaikan) sewaktu mereka hidup, karena itu Allah berfirman : «Artinya : Ya Rabbi kembalikanlah aku ke dunia. Agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak».

Sebagaimana firman Allah Ta'ala (yang lain) : «Artinya : Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu. sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu» -Sampai firman Allah- «Artinya : Dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan». [Al-Munaafiquun : 10-11].

Dan Allah Ta'ala juga berfirman : «Artinya : Dan berikanlah peringatan kepada manusia terhadap hari (yang pada waktu itu) datang azab kepada mereka» Sampai firman Allah : «Artinya : Sekali-kali kamu tidak akan binasa?» [Ibrahiim : 44].

Allah Ta'ala juga berfirman : «Artinya : Pada hari datangnya kebenaran pemberitaan Al Quran itu, berkatalah orang-orang yang melupakannya sebelum itu: "Sesungguhnya telah datang rasul-rasul Tuhan kami membawa yang hak, maka adakah bagi kami pemberi syafa'at yang akan memberi syafa'at bagi kami, atau dapatkah kami dikembalikan (ke dunia) sehingga kami dapat beramal yang lain dari yang pernah kami amalkan?"» [Al-A'raf : 53]

Dan Allah Ta'ala juga berfirman : «Artinya : Dan, jika sekiranya kamu melihat mereka ketika orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya, (mereka berkata): "Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke dunia), kami akan mengerjakan amal saleh, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang yakin». [As-Sajadah : 12]

Allah Ta'ala juga berfirman : «Artinya Dan jika kamu (Muhammad) melihat ketika mereka dihadapkan ke neraka, lalu mereka berkata: "Kiranya kami dikembalikan (ke dunia) dan tidak mendustakan ayat-ayat Tuhan kami» Sampai firman Allah : «Artinya : Dan sesungguhnya mereka itu adalah pendusta belaka» [Al-An'am : 67-68]

Dan Allah Ta'ala juga berfirman : «Artinya : Dan kamu akan melihat orang-orang yang zalim ketika mereka melihat azab berkata: "Adakah kiranya jalan untuk kembali (ke dunia)?» [Asy-Syuaraa : 44]

Allah Ta'ala juga berfirman : «Artinya : Mereka mengatakan : "Ya Tuhan kami Engkau telah mematikan kami dua kali dan telah menghidupkan kami dua kali (pula), lalu kami mengakui dosa-dosa kami. Maka adakah sesuatu jalan (bagi kami) untuk keluar (dari neraka)?» [Ghaafir : 11]

Dan juga ayat-ayat setelahnya. Allah Ta'ala berfirman : «Artinya : Dan mereka berteriak di dalam neraka itu: "Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami niscaya kami akan mengerjakan amal yang saleh berlainan dengan yang telah kami kerjakan". Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan? maka rasakanlah (azab Kami) dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun». [Fathir : 37]

Dan Allah Ta'ala telah menyebutkan bahwasannya mereka meminta untuk kembali (ke dunia) namun permintaan mereka tidak dikabulkan ketika menjelang kematian dan ketika kebangkitan dan ketika dihadapkan kepada Al-Jabbar (Allah), serta ketika mereka dihadapkan ke neraka sedangkan mereka dalam tekanan (kepungan) adzab neraka jahannam.

Dan firman Allah disini : «Artinya : Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja»كلا adalah kata penolakan dan penghardikan : yaitu Kami tidak akan memenuhi apa yang dia minta dan tidak pula menerima darinya. Dan Allah Ta'ala berfirman : «Artinya : Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja», berkata "Abdurrahman bin Zaid bin Aslam : yaitu pasti dia akan mengatakan kalimat itu tidak bisa tidak bagi setiap orang yang naza' (sakarat) dari kalangan orang yang dzalim, dan dia berbuat demikian hanya sebagai 'illat saja berdasarkan firman-Nya كلا (sekali-kali tidak), maksudnya itu hanya sebuah kalimat, berupa permintaannya untuk kembali beramal sholeh, dan itu merupakan ucapan darinya dan merupakan ucapan yang tidak disertai amalan. Kalau seandainya dia dikembalikan ke dunia niscaya dia tidak akan melakukan amal sholeh dan sungguh dia telah berdusta dengan ucapan-ucapannya tersebut sebagaimana firman Allah Ta'ala : «Artinya : Sekiranya mereka dikembalikan ke dunia, tentulah mereka kembali kepada apa yang mereka telah dilarang mengerjakannya. Dan sesungguhnya mereka itu adalah pendusta belaka». Dan berkata Qotadah : Demi Allah dia tidak berangan-angan untuk kembali kepada keluarga dan kaum kerabat, dan tidak pula dia berangan-angan untuk mengumpulkan kekayaan dunia dan memenuhi hawa nafsunya, akan tetapi dia berangan-angan agar bisa kembali (ke dunia) dan melakukan ketaatan kepada Allah 'Azza wa Jalla. Mudah-mudahan Allah merahmati seseorang yang mengerjakan apa yang diangan-angankan oleh orang kafir tersebut apabila dia melihat adzab di neraka." [Tafsiir Ibni Katsiir, 3/231. Cet. Daarul Kutub al-Ilmiyyah.]

Sungguh merana nasib orang-orang kafir, mereka berharap untuk kembali ke dunia hanya untuk beramal sholeh padahal dahulu mereka di dunia memiliki banyak waktu untuk beriman dan beramal sholeh tapi mereka justru dilenakan oleh kehidupan dunia yang begitu singkat lagi menipu. Dan yang lebih menyedihkan lagi yaitu keadaan orang-orang kafir yang pernah hidup bersama Nabi dimasing-masing zaman, mereka melihat Nabinya masing-masing, bertemu dengannya, hidup bersamanya, bahkan mendengarkan ucapan-ucapan dan sabda-sabdanya, namun mereka justru menentang, mengingkari, bahkan memeranginya -waliyaadzubillah-, bahkan mungkin mereka inilah orang-orang yang paling menyesal diantara seluruh penghuni-penghuni neraka yang menyesal tatkala itu sampai-sampai mereka meminta untuk menjadi tanah saja. Dan inilah makna firman Allah Ta'ala :

«وَيَقُولُ ٱلْكَافِرُ يَـٰلَيْتَنِى كُنتُ تُرَٰبًۢا»

Artinya : "Dan orang kafir berkata: "Alangkah baiknya sekiranya aku dahulu adalah tanah". (QS. An-Naba : 40).

Berkata Ibnu Katsir mengenai tafsir ayat diatas :

وَيَقُولُ ٱلْكَافِرُ يَـٰلَيْتَنِى كُنتُ تُرَٰبًۢا» أي يود الكافر يومئذ أنه كان في الدار الدنيا ترابا، ولم يكن خلق ولا خرج إلى الوجود، وذلك حين عاين عذاب الله ونظر إلى أعماله الفاسدة قد سطرت عليه بأيدي الملائكة السفرة الكرام البررة، وقيل إنما يود ذلك حين يحكم الله بين الحيوانات التي كانت في الدنيا ويفصل بينهما بحكمه العدل الذي لا يجوز، حتى أنه ليقتص للشاة الجماء من القرناء فإذا فرغ من الحكم بينهما قال لها : كوني ترابا فتصير ترابا فعند ذلك يقول الكافر «يَـٰلَيْتَنِى كُنتُ تُرَٰبًۢا» أي كنت حيوانا فأرجع إلى التراب

[تفسير ابن كثير، ٣\٤٠٣. دار الكتب العلمية]

"«Artinya : Alangkah baiknya sekiranya aku dahulu adalah tanah» maksudnya, orang kafir pada hari itu berangan-angan bahwasannya dahulu  ketika di dunia dia menjadi tanah saja, dan tidak menjadi makhluk serta tidak pula keluar kedalam wujud. Dan hal itu diucapkan ketika dia melihat adzab Allah dan melihat amal-amalnya yang buruk telah ditulis oleh tangan Malaikat yang mulia lagi berbakti. Dan ada juga yang berpendapat, hal itu mereka katakan ketika Allah memberi keputusan antara binatang-binatang yang pernah hidup di dunia dan Dia memberikan keputusannya antara binatang-binatang tersebut dengan hukum-Nya yang adil yang tidak mendzolimi, sampai kambing yang tidak bertanduk akan menuntut qishosh terhadap kambing yang bertanduk. Dan apabila telah selesai memberikan keputusan antara mereka, maka Allah berfirman kepada binatang-binatang tersebut : "Jadilah kamu tanah" maka diapun menjadi tanah. Maka pada saat itu orang-orang kafir berkata : «Artinya : Alangkah baiknya sekiranya aku dahulu adalah tanah». Maksudnya seandainya aku dahulu menjadi hewan dan aku akan kembali menjadi tanah." [Tafsiir Ibni Katsiir, 3/403. Cet. Daarul Kutub al-Ilmiyyah]

Lihatlah betapa menderitanya orang-orang kafir, mereka telah membangun kehidupan dunia dengan kelalaian dan penuh permainan. Ketika sampai dikehidupan akhirat, mereka-pun menyesali semua yang pernah mereka perbuat selama di dunia dengan penyesalan yang sangat besar seraya berharap agar menjadi tanah supaya tidak di adzab. Sungguh peristiwa ini sangat mengerikan dan menakutkan. Peristiwa ini harusnya menjadi sebuah renungan yang dapat menggugah jiwa-jiwa kita untuk kembali kepada Allah, untuk takut kepada Allah Ta'ala dari perkara kekafiran, kemunafikan, kemaksiatan serta kelalaian.

Memang adzab di neraka bukan adzab yang biasa tapi adzab yang luar biasa, bukan adzab yang ringan namun adzab yang sangat dahsyat. Adzab yang paling ringan saja di neraka dipakaikan sandal dari api neraka maka mendidih otaknya. Ini menunjukkan betapa dahsyatnya adzaab tersebut, sampai-sampai orang-orang kafir yang diadzab di neraka kehilangan akal sehat, hingga mereka ingin menebus adzab tersebut dengan anak-anak dan istri-istri mereka, sanak keluarga dan kaum mereka, bahkan ingin menebusnya dengan manusia seluruhnya. Allah Taala berfirman :

يَوَدُّ ٱلْمُجْرِمُ لَوْ يَفْتَدِى مِنْ عَذَابِ يَوْمِئِذٍۭ بِبَنِيهِ. وَصَـٰحِبَتِهِۦ وَأَخِيهِ. وَفَصِيلَتِهِ ٱلَّتِى تُـْٔوِيهِ. وَمَن فِى ٱلْأَرْضِ جَمِيعًۭا ثُمَّ يُنجِيهِ»
«كَلَّآ ۖ إِنَّهَا لَظَىٰ. نَزَّاعَةًۭ لِّلشَّوَىٰ

Artinya : "Orang kafir ingin kalau sekiranya dia dapat menebus (dirinya) dari azab hari itu dengan anak-anaknya, dan isterinya dan saudaranya, dan kaum familinya yang melindunginya (di dunia). Dan orang-orang di atas bumi seluruhnya kemudian (mengharapkan) tebusan itu dapat menyelamatkannya. Sekali-kali tidak dapat, sesungguhnya neraka itu adalah api yang bergolak, yang mengelupas kulit kepala." (QS. Al-Ma'aarij : 11-16)

Ketika masih di dunia manusia sangat mencintai anak-anak mereka dan istri-istri mereka, sanak famili serta kaum-kaum kerabat mereka, namun ketika mereka merasakan adzab yang pedih di neraka, akal sehat merekapun hilang, bahkan mereka sampai rela ingin menebus adzab itu dengan anak-anak mereka, istri-istri mereka, kaum kerabat mereka, bahkan dengan manusia seluruhnya. Ini sungguh ketidakwajaran yang sangat mencengangkan tapi nyata, tapi Allah Ta'ala menolak permintaan mereka dan menghardiknya.

Duhai bagaimana kiranya nasib orang-orang yang bertemu langsung dengan para Nabi dan Rasul dan mendengarkan ajakan para Nabi dan Rasul serta dakwah mereka, lalu mereka memerangi Nabi dan Rasul tersebut dengan lisan dan tangan-tangan mereka. Sungguh orang-orang ini adalah orang yang paling merugi, bahkan mungkin merekalah orang yang paling menyesal dengan penyesalan yang paling tinggi diantara orang-orang yang menyesal ketika itu, yaitu ketika disembelihnya kematian. Sebutlah diantara mereka itu ada Fir'aun, Hamman, Qarun, Abu Jahal, Abu Lahab, Umayyah bin Kholaf, Abdullah bin Ubai bin Salul dan bahkan seluruh orang-orang yang menentang dakwah para Nabi dan Rasul di setiap zaman kenabian dan kerasulan. Aduhai betapa malangnya mereka ini, dan mereka inilah orang orang yang paling merugi diatas bumi ini sebagaimana ucapan para penyair :

"Duhai betapa menyedihkan nasib orang-orang kafir dan orang-orang yang mendustakan.

Tatkala melihat adzab jahannam mereka berandai-andai ingin menjadi debu yang tidak dihisab.

Sungguh adzab Allah telah mengepung mereka dari segala arah dan penjuru.

Membuat putus asa dan membuat ingin lari dari pedihnya kenyataan.

Seandainya kalian menerima ajakan Rasul-rasul, niscaya kalian akan menempati surga-surga yang tinggi.

Bukan berlutut mengelilingi neraka jahannam dalam keadaan hina-dina.

Ketahuilah sebesar dzarrah-pun kebaikan atau keburukan, akan dihisab dengan cermat dan penuh ketelitian.

Apalagi menetang dakwah para Nabi dan Rasul merupakan dosa yang besar lagi menghinakan.
Alangkah besar penyesalan dihari itu dan itulah yaumul hasrah (hari penyesalan).

Aduhai seandainya mereka bisa hidup kembali, niscaya mereka akan hidup untuk beramal sholeh." 

Pentingnya Waktu

Karena beratnya hari penyesalan nanti, Allah Ta'ala-pun mengingatkan kita tentang hal itu seperti dalam firman-Nya yang telah berlalu :

«وَٱلْعَصْرِ. إِنَّ ٱلْإِنسَـٰنَ لَفِى خُسْرٍ. إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّـٰلِحَـٰتِ وَتَوَاصَوْا۟ بِٱلْحَقِّ وَتَوَاصَوْا۟ بِٱلصَّبْرِ»

Artinya : "Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan saling nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan saling nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran." (QS. Al-'Asr : 1-3)

Tidak hanya itu, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam sebagai utusan Allah tidak lupa memperingatkan kita tentang pentingnya waktu ini dalam beberapa haditsnya :

لا تزال قدم ابن آدم يوم القيامة من عند ربه حتى يسأل عن خمس : عن عمره فيما أفناه؟ وعن شبابه فيما أبلاه؟ وماله من أين إكتسبه؟ وفيما أنفقه؟ فماذا علم فيما عمل؟.

"Tidak akan bergeser kedua kaki anak Adam pada hari kiyamat disisi Rabb-nya, sampai dia ditanya tentang lima hal : (1) tentang umurnya kemana dia habiskan?, (2) tentang masa mudanya dihabiskan untuk apa?, (3) dan tentang hartanya dari mana ia peroleh?, (4) dan kemana ia belanjakan?, (5) dan tentang ilmunya apa yang telah dia amalkan." [HR. at-Tirmidzi, no.2416, (hal.572). Cet. Maktabah al-Ma'arif lin-Nashr wat-Tauzii'].

Baik umur maupun masa muda, semua berbicara tentang masalah waktu.

Dalam hadits yang lain Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda :

وعن ابن عمر رضي الله عنهما قال : أخذ رسول الله صلى الله عليه وسلم بمنْكبي فقال: كنْ في الدنيا كأنك غريب، أو عابر سبيل. وكان ابن عمر رضي الله عنهما يقول: "إِذا أمسيت فلا تنتظر الصباح، وإذا أصبحت فلا تنتظر المساء، وخذ من صحتك لمرضك ومن حياتك لموتك 

"Dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma berkata : Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memegang kedua pundakku lalu bersabda : "Jadilah engkau di dunia ini seakan-akan orang asing atau seorang musafir." Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma melanjutkan : "Jika engkau berada di sore hari, maka janganlah engkau menunggu hingga pagi hari dan jika engkau berada di pagi hari, maka janganlah engkau menunggu hingga sore hari. Pergunakanlah waktu sehatmu sebelum datang sakitmu dan hidupmu sebelum matimu." [HR. al-Bukhari, no.6416, (hal.1232). Cet. Baitul afkar ad-Dauliyyah].

Dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam juga  bersabda dalam hadits yang lain :

اغتنم خمسا قبل خمس : شبابك قبل هرمك، وصحتك قبل سقمك، وغناك قبل فقرك، وفراغك قبل شغلك، وحياتك قبل موتك

"Manfaatkan lima perkara sebelum datang lima perkara : Masa mudamu sebelum datang tuamu, masa sehatmu sebelum datang sakitmu, masa kayamu sebelum datang kefakiranmu, waktu luangmu sebelum datang sibukmu, masa hidupmu sebelum datang matimu.” [HR. Al-Hakim no.3846, (hal.341). Cet. Daarul Kutub al-Ilmiyyah]

Semua ini menunjukkan betapa pentingnya waktu. 

Lalu masihkah kita mau melalaikan waktu di dunia untuk hal-hal yang sia-sia dan tidak bermanfaat? Apalagi untuk perkara-perkara bid'ah dan kesesatan yang akan menghapus semua amal-amal kita? Sungguh ini sangat merugi. Jangan sampai kita nanti menyesal di hari kiyamat, tatkala serombongan manusia menuju surga dan serombongan lainnya diseret menuju neraka dalam keadaan hina lagi dimurkai. 

Semua yang kita jelaskan ini menunjukkan kepada kita betapa pentingnya waktu, betapa berharganya waktu, hingga orang-orang yang diadzab di neraka nanti akan meminta kepada Allah Ta'ala agar mereka dikembalikan ke dunia untuk beramal sholeh dan memanfaatkan waktu yang telah mereka sia-siakan  selama di dunia. Dan beruntunglah orang-orang yang bisa memanfaatkan waktunya pada hari ini untuk melakukan amalan-amalan ketaatan demi meraih surga Allah Ta'ala kelak, karena waktu yang kita gunakan untuk ketaatan hari ini adalah waktu yang di angan-angankan oleh para penghuni neraka nanti ketika mereka diadzab di neraka jahannam. Waliyaadzubillah. 

Semoga tulisan ini bermanfaat untuk kita semua.

***

Dompu, Nusa Tenggara Barat : 12 Rabiul Awwal 1441 H/9 November 2019

Penulis : Abu Dawud ad-Dombuwiyy

Artikel : Meciangi-d.blogspot.com 

Related Posts:

0 Response to "PENYESALAN PENGHUNI NERAKA"

Post a Comment