ALLAH TURUN KE LANGIT DUNIA


Dalam bab asma' wa sifat banyak firqoh-firqoh yang menyimpang terkait sifat-sifat Allah diantaranya sifat turun.

Penyebutan tentang sifat turunnya Allah merupakan kabar yang shohih berdasarkan hadits-hadits Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam serta kesepakatan salaf. Tapi walaupun demikian, tetap saja ada orang-orang yang menolak sifat turunnya Allah tersebut karena banyaknya kerancuan-kerancuan yang bersarang di kepala mereka.

Berkata Ibnu Taimiyyah dalam kitab Aqidah Wasithiyyah :

ومن ذلك مثل قوله صلى الله عليه وسلم : ((ينزل ربنا إلى السماء الدنيا حين يبقى ثلث الليل الآخر فيقول : من يدعوني فأستجيب له، من يسألني فأعطيه، من يستغفرون فأغفر له)). متفق عليه.

Diantara hal tersebut seperti sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam :

((Rabb kita turun ke langit dunia setiap sepertiga malam yang terakhir dan berkata : "Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku maka akan Aku kabulkan baginya, barangsiapa yang meminta kepada-Ku maka Aku akan berikan kepadanya, barangsiapa yang meminta ampun kepada-Ku maka Aku akan mengampuninya)) Disepakati oleh Bukhari dan Muslim.

Berkata Asy-Syaikh sholeh bin 'Abdul 'Aziz bin Muhammad bin Ibrahim Alu Asy-Syaikh :

هذه الحديث فيه إثبات النزول لله عز وجل ؛ لأنه قال : ((ينزل ربنا إلى السماء الدنيا حين يبقى ثلث الليل الآخر))، والنزول صفة لله عز وجل ؛ لأن الذين ينزل إلى سماء الدنيا هو الله عز وجل، ونزوله عز وجل نزول يليق بجلاله وعظمته على قاعدة : ((لَيْسَ كَمِثْلِهِۦ شَىْءٌۭ ۖ وَهُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْبَصِيرُ)) [الشورى : ١١].، فليس كنزول المخلوق من أنه ينتقل من مكان إلى مكان، فيكون المكان
,الأول إذا كان أرفع قد أظله بعد نزوله إلى المكان الذي هو أخفض منه، هذا في حق المخلوق ولا يلزم ذلك في حق الله عز وجل
((بل هو عز وجل ((لَيْسَ كَمِثْلِهِۦ شَىْءٌۭ ۖ وَهُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْبَصِيرُ

فإذ نثبت النزول إثبات معنى لا إثبات كيفية، من غير تمثيل ومن غير تجسيم، نزولا يليق بجلاله عظمته سبحانه وتعالى
[اللالئ البهية في شرح العقيدة الواسطية، ٢/٣٠. دار العاصمة]

Dalam hadits ini ada penetapan sifat turun bagi Allah 'Azza wa Jalla ; karena Nabi shallallahu'alaihi wa sallam bersabda :

((Rabb kita turun ke langit dunia setiap sepertiga malam yang terakhir)), dan turun merupakan sifat bagi Allah 'Azza wa Jalla, karena yang turun ke langit dunia itu sendiri adalah Allah 'Azza wa Jalla, dan turunnya Allah 'Azza wa Jalla merupakan turun yang pantas bagi keagungan dan kebesaran-Nya berdasarkan kaidah ((Tidak ada satupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat)) [Asy-Syura : 11]., Dan turunnya (Allah) tidak sama seperti turunnya makhluk yaitu berpindahnya seseorang dari satu tempat ke tempat lainnya, maka tempat yang pertama apabila lebih tinggi akan menaunginya setelah turunnya dia menuju tempat yang lebih rendah darinya, ini merupakan hak makhluk (terjadi pada makhluk) dan hal itu tidak lazim terjadi pada Allah 'Azza wa Jalla, bahkan Allah 'Azza wa Jalla ((Tidak ada satupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat))

Apabila kita menetapkan sifat turun (bagi Allah), maka penetapan sifat turun tersebut hanya secara makna saja tidak menetapkan kaifiyahnya (bagaimananya), tanpa mempermisalkan (sifat tersebut dengan sifat makhluk) serta tanpa membayangkan wujud-Nya, dan turun tersebut adalah turun yang pantas bagi keagungan dan kebesaran-Nya Subhaanahu wa Ta'aala." [Al-Laa-li-u Al-Bahiyyah fii Syarhi Al-Aqiidah Al-Waasithiyyah, 2/30. Daarul 'Aashimah]

Berkata Ibnu Qudamah Al-Maqdisi rahimahullah dalam kitabnya Lum'atul I'tiqaad tentang sifat turunnya Allah ke langit dunia :

((ومن السنة : قول النبي صلى الله عليه وسلم : ((ينزل ربنا -تبارك وتعالى- كل ليلة إلى سماء الدنيا
[لمعة الإعتقاد الهادي إلى سبيل الرشاد، ٣١. دار الاثار]

"Dalil dari As-Sunnah : Sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam : ((Rabb kita Tabaaraka wa Ta'ala turun pada setiap malam ke langit dunia))." [Lum'atul I'tiqaad, Al Haadiy ila Sabiilir Rosyaad, hal :31' Cet. Daarul Atsaar]

Berkata Asy-Syaikh Muhammad bin Sholeh Al-'Utsaimin rahimahullah dalam syarahnya :

:صفات العاشرة : النزول
نزول الله إلى السماء الدنيا من صفاته الثابتة له بالسنة وإجماع السلف. قال النبي صلى الله عليه وسلم : ((ينزل ربنا إلى السماء الدنيا حين يبقى ثلث الليل الآخر فيقول : من يدعوني فأستجيب له....)) الحديث متفق عليه.

وأجمع السلف على ثبوت النزول لله ؛ فيجب إثباته له من غير تحريف ولا تعطيل، ولا تكييف ولا تمثيل، وهو نزول حقيقي يليق بالله

وفسره أهل تعطيل بنزول أمره أو رحمته أو ملك من ملائكته، ونرد عليهم بما سبق في القاعدة الرابعة، وبوجه رابع : إن الأمر ونحوه لا يمكن أن يقول : من يدعوني فأستجيب له...ألخ.

[لمعة الإعتقاد الهادي إلى سبيل الرشاد، ٣١. دار الاثار]

Sifat yang kesepuluh : Turun :

"Turunnya Allah kelangit dunia termasuk diantara sifat-sifat Allah yang tetap bagi-Nya dalam As-Sunnah dan kesepakatan salaf. Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

((Rabb kita turun ke langit dunia setiap sepertiga malam yang terakhir dan berkata : "Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku maka akan Aku kabulkan baginya...)) Al-Hadits disepakati oleh Bukhari dan Muslim.

Dan salaf-pun telah bersepakat atas tetapnya (sifat) turun bagi Allah, maka wajib menetapkan sifat tersebut bagi Allah, tanpa memalingkan (maknanya), tanpa menolak, tanpa membagaimanakan, dan tanpa mempermisalkan (sifat tersebut dengan sifat makhluk), dan itu merupakan sifat turun yang hakiki yang pantas bagi Allah.

Dan ahli ta'thil (orang-orang yang menolak sifat Allah) telah mentafsirkan (turun pada hadits tersebut) dengan turunnya perintah-Nya, rahmat-Nya atau malaikat dari malaikat-malaikat-Nya, dan kami bantah mereka dengan apa-apa yang telah berlalu dari qoidah yang ke empat, dan dengan sisi yang keempat : bahwasanya (jikap yang turun itu adalah) perintah dan yang semisalnya, maka tidak mungkin dikatakan : barangsiapa yang berdo'a kepada-Ku maka akan aku kabulkan baginya....hingga akhir hadits". [Lum'atul I'tiqaad, Al Haadiy ila Sabiilir Rosyaad, hal :31. Cet. Daarul Atsaar]

TUNDUKKAN AKALMU DAN BUANG PENDAPATMU

Berhadapan dengan nash-nash yang shohih, maka akal kita harus tunduk terhadap nash-nash tersebut meskipun bertentangan dengan akal, telah datang beberapa atsar yang mengingatkan kita tentang hal ini.

1. Perkataan Ali bin Abu Tholib

((قال علي بن أبي طالب رضي الله عنه : ((لو كان الدين بالرأي لكان أسفل الخف أولى بالمسح من أعلاه
[النبذ في آداب طلب العلم، ص : ٦٠]

Berkata Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu:

((Kalau seandainya agama ini akal, maka sungguh mengusap bagian bawah khuf (sepatu) lebih utama daripada mengusap bagian atasnya)) [An-Nubadz fii Aadaabi Tholabil 'Ilmi, (hal : 60)]

Bagi orang yang safar (dengan syarat-syarat tertentu), boleh bagi dia berwudhu tanpa melepas khufnya (sepatunya). Ketika dia hendak membasuh kakinya ketika wudhu, cukup bagi dia mengusap bagian atas khufnya. Jika kita menggunakan akal, seharusnya yang diusap itu adalah dibagian bawah khuf karena dibagian itulah yang paling kotor, tapi ingat, tidak ada ruang bagi akal untuk menalar lebih jauh dalam masalah ini, cukup kita tundukkan saja akal kita terhadap nash-nash yang ada, begitu juga yang berkaitan dengan turunnya Allah ke langit dunia.

2. Perkataan Imam Asy-Syafi'i

:وقال الشفعي
 ((ما حدثوك هؤلاء عن النبي صلى الله عليه وسلم فخذه، وما قالوه برأيهم فألقى في الحش))
[النبذ في آداب طلب العلم، ص : ٦٠]

"Apa-apa yang diriwayatkan kepadamu dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam maka ambillah, dan apa yang mereka ucapkan berdasarkan pikiran mereka maka lemparkan ucapan tersebut jauh-jauh." [An-Nubadz fii Aadaab Tholabil 'Ilmi, hal : 60]

3. Perkataan Imam Ahmad

:قال الإمام أحمد
((لا تكاد ترى أحدا ينظر في الرأي الا وفي قلبه دغل، والحديث الضعيف أحب إلي من الرأي))
 [النبذ في آداب طلب العلم، ص : ٦٠]

Berkata Imam Ahmad :

"Hampir-hampir tidak akan kamu dapatkan seseorang yang berpendapat berdasarkan akalnya, kecuali dalam hati orang ini ada penyakit, dan hadits yang lemah lebih aku cintai daripada (pendapat berdasarkan) akal" [An-Nubadz fii Aadaab Tholabil 'Ilmi, hal : 60]

4. Perkataan Abdullah bin Imam Ahmad

:قال عبد الله بن الإمام أحمد
:سألت أبي عن الرجل يكون ببلد لا يجد فيها إلا صاحب حديث لا يدري صحيحه من سقيمه، وصاحب رأي ؛ فمن يسأل؟ قال
((يسأل صاحب الحديث، ولا يسأل صاحب الرأي))
 [النبذ في آداب طلب العلم، ص : ٦٠-٦١]

Berkata Abdullah bin Imam Ahmad :

((Aku bertanya kepada ayahku tentang seorang laki-laki yang berada di suatu negeri yang dia tidak mendapati di negeri tersebut kecuali ahli hadits yang dia tidak mengetahui shohihnya hadits tersebut dari penyakitnya (cacatnya), serta seorang yang mengedepankan akalnya ; kepada siapa dia harus bertanya? Berkata Imam Ahmad : Dia harus bertanya kepada ahli hadits tersebut, dan jangan bertanya kepada orang yang mengedepankan akalnya)).[An-Nubadz fii Aadaab Tholabil 'Ilmi, hal : 60-61]

Bertanya kepada ahli hadits yang tidak mengetahui shohih tidaknya suatu hadits bukan hal yang baik, tapi masih lebih baik bertanya kepada ahli hadits tersebut daripada bertanya kepada orang yang mentuhankan akalnya menurut Imam Ahmad.

Sungguh aneh tapi nyata, betapa banyak orang-orang yang menolak khobar dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam hanya karena bertentangan dengan akalnya, bahkan yang berbahaya mereka sampai berani mengingkari sifat turunnya Allah lantaran tidak sesuai dengan akalnya, padahal akal dia harusnya tunduk pada nash-nash yang datang dengannya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Dan tidaklah seseorang menolak sifat turunnya Allah melainkan orang tersebut pasti menyelisihi Al-Qur'an dan As-Sunnah serta ijma salaf.

Berkata seorang penyair :

"Sesungguhnya akal-akal kalian tidak akan bisa menjangkau Allah 'Azza wa Jalla, karena akal-akal kalian terbatas pada dimensi tertentu. 
Yang terpenting bagi kalian adalah tunduk terhadap dalil-dalil yang ada sebagai bentuk keimanan kalian kepada Allah dan Rasul-Nya. 
Barangsiapa yang menolak sifat-sifat Allah setelah jelas baginya, maka dia telah menyelisihi Al-Qur'an dan As-Sunnah serta kesepakatan salaf. 
Tidaklah mereka ini melainkan seperti orang yang berjalan di malam hari, di tengah hutan yang gelap, di dalam gua yang tak bercahaya. 
Seperti inilah perumpamaan bagi pengekor hawa nafsu, dia tersesat dengan kesesastan yang nyata.".

KABAR DARI RASULULLAH SHALLALLAHU 'ALAIHI WA SALLAM WAJIB DI IMANI

Termasuk yang bisa menafikan keimanan adalah mengingkari hadits-hadits Nabi shallallahu 'alaihi aw sallam. Kewajiban kita menerima apa saja yang datang dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Allah 'Azza wa Jalla berfirman :

«وَمَآ ءَاتَىٰكُمُ ٱلرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَىٰكُمْ عَنْهُ فَٱنتَهُوا۟ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ»

Artinya : "Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya". (QS. Al-Hasyr : 7)

Pada ayat yang lain Allah Ta'ala berfirman :

«فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّىٰ يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا۟ فِىٓ أَنفُسِهِمْ حَرَجًۭا مِّمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا۟ تَسْلِيمًۭا»

Artinya : "Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya". (An-Nisaa' : 65)

Jika ahlul kalam, kaum liberal serta orang-orang yang terpengaruh dengan cara pandang mereka menolak sifat turunnya Allah ke langit dunia, maka hal ini tidak mengherankan sebab mereka ini telah berguru kepada orientalis barat, demikian juga penganut paham tasawwuf, wihdatul wujud, serta paham yang mengatakan Allah ada dimana-mana.

Seandainya mereka beriman tentang hadits tentang turunnya Allah ke langit dunia itu lebih baik bagi mereka, namun mereka menolaknya karena apabila mereka beriman tentang hadits turunnya Allah secara tidak langsung sama saja mereka akan mengakui bahwa Allah berada diatas 'Arsy karena konsekuensi turun itu dari atas ke bawah, inilah yang tidak mereka inginkan. Pada hadits turunnya Allah ke langit dunia, ini juga menunjukkan bahwa Allah itu berada diatas Arsy.

Muncul syubhat yang mengatakan, "Jika Allah turun ke langit dunia konsekuensinya berarti 'Arsy saat itu kosong dong dan Allah berada di mana-mana. Berarti kalian tidak konsisten mengatakan Allah menetap di atas 'Arsy?!

Ini syubhat klasik yang selalu di ucapkan. Ahli sunnah berkeyakinan dahwa Allah memang turun ke langit dunia tapi bersamaan dengan turunnya Allah ke langit dunia, 'Arsy saat itu tidak kosong, karena Allah Maha Mampu dan Dia tidak serupa dengan Makhluk-Nya. Allah Ta'ala berfirman :

«إِنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍۢ قَدِيرٌۭ»

Artinya : "Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu". (QS. Al-Ankabuut : 20)

Dalam ayat yang lain Allah Ta'ala juga berfirman :

«لَيْسَ كَمِثْلِهِۦ شَىْءٌۭ ۖ وَهُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْبَصِيرُ»

Artinya : "Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang Maha Mendengar dan Melihat". (AS.Asy-Syura : 11)

Ayat diatas merupakan qoidah yang agung dan prinsip yang paten yang membantah kelompok-kelompok yang menyimpang terkait asma' wa sifat. Jika suatu permasalahan telah jelas dan gamblang,  maka jangan menolak hal tersebut karena alasan tidak masuk akal, sebab akal-akal kalian  itu tidak akan pernah bisa menjangkau Allah Ta'ala.

Beberapa Faedah yang dapat diambil :

1. Allah turun ke langit dunia setiap sepertiga malam yang terakhir

2. Turunnya Allah ke langit dunia termasuk sifat yang tetap bagi Allah berdasarkan hadits Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan berdasarkan kesepakatan salaf

3. Wajib menetapkan sifat turun bagi Allah tanpa menolak, tanpa mempermisalkan (sifat tersebut dengan sifat makhluk), tanpa membagaimanakan serta tanpa memalingkan (maknanya)

4. Turunnya Allah ke langit dunia merupakan sifat turun yang hakiki yang pantas bagi kebesaran Allah

5. Mustajabnya doa pada waktu sepertiga malam terakhir

6. Menetapkan sifat berbicara bagi Allah berdasarkan firman Allah dalam hadits :

"Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku maka akan Aku kabulkan baginya...)).

Atau berdasarkan firman dalam Al-Qur'an :

 «وَكَلَّمَ ٱللَّهُ مُوسَىٰ تَكْلِيمًۭا»

Artinya : "Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan sebenar-benar pembicaraan". (QS.An-Nisaa' : 164).

Serta masih banyak dalil-dalil lain yang berkaitan dengan hal ini

7. Sesatnya pemahaman ahlut ta'thil

8. Wajibnya menundukkan akal jika berhadapan dengan hadits shohih yang datang dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam terkait sifat-sifat Allah

9. Ucapan-ucapan manusia tentang Allah berdasarkan akal wajib dibuang jauh-hauh

10. Berbahayanya mentuhankan akal dan orang yang mentuhankan akal pasti didalam hati orang ini ada penyakit atau curigailah dia sebagai pengekor hawa nafsu

11. Jika berkumpul dua mudhorot atau lebih maka pilih mudhorot yang terkecil sebagaimana ucapan Imam Ahmad pada penggalan atsar dari anaknya Abdullah bin Imam Ahmad :
((Aku bertanya kepada ayahku tentang seorang laki-laki yang berada di suatu negeri yang dia tidak mendapati di negeri tersebut kecuali ahli hadits yang dia tidak mengetahui shohihnya hadits tersebut dari penyakitnya (cacatnya), serta seorang yang mengedepankan akalnya ; kepada siapa dia harus bertanya? Berkata Imam Ahmad : Dia harus bertanya kepada ahli hadits tersebut, dan jangan bertanya kepada orang yang mengedepankan akalnya)), sebagaimana sebuah qoidah mengatakan :

ويرتكب أخف مفسدتين عند التزاحم

"Dipilih yang paling ringan dari dua mafsafat jika berbenturan"

12. Apa yang datang dari Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam wajib di terima berdasarkan surat Al-Hasyr : 7

13. Tidak beriman orang yang tidak menjadikan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam sebagai hakim terhadap apa yang mereka perselisihkan, termasuk tentang sifat turunnya Allah ke langit dunia

14. Allah Maha Mampu atas segala sesuatu

15. Allah tidak serupa dengan makhluk-Nya

Semoga bermanfaat.

***

Dompu, Nusa Tenggara  Barat : 21 Sya'ban 1440 H/27 April 2019

Penulis : Abu Dawud ad-Dombuwiyy 

Artikel : Meciangi-d.blogspot.com 


Related Posts:

0 Response to "ALLAH TURUN KE LANGIT DUNIA"

Post a Comment