DUNIA

Dunia adalah tempat yang rendah dan hina, sedangkan surga tempat yang kekal nan abadi. Dunia tempat pembuangan nabi Adam 'alaihissalam sedangkan surga adalah tempat awal Nabi Adam 'alaihissalam berdiam. Keletihan dunia adalah fana, selain keletihan dalam beribadah. Jika bukan karena fitrah manusia mencintai dunia niscaya kita seluruhnya akan mencintai akhirat. Ketahuilah bahwa jiwa manusia selalu mengajak kepada dunia sebagaimana ucapan wanita yang menggoda Nabi Yusuf 'alaihissalam :

«وَمَآ أُبَرِّئُ نَفْسِىٓ ۚ إِنَّ ٱلنَّفْسَ لَأَمَّارَةٌۢ بِٱلسُّوٓءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّىٓ ۚ إِنَّ رَبِّى غَفُورٌۭ رَّحِيمٌۭ»

Artinya : "Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang." (Yusuf : 53)

Pada dasarnya manusia itu selalu lalai, karena itulah adanya dakwah untuk menguatkan jiwa-jiwa manusia yang lemah dan lalai terhadap akhirat dan lebih mencintai dunia agar lebih mencintai akhirat. Berbeda dengan malaikat, manusia memiliki sifat pembangkangan yang diakibatkan oleh adanya hawa nafsu, nafsu terhadap makanan yang lezat, minuman, kelezatan dunia dan segala yang ada diatasnya bahkan dengan hafwa nafsu manusia menolak kebenaran dan mendustakan para Rasul. Ada dua jenis nafsu manusia, yaitu nafsu yang jelek dan nafsu yang baik. Nafsu yang jelek yang mengajak kepada dunia sedangkan nafsu yang baik yang mengajak kepada akhirat. Oleh karena itu Allah 'Azza wa Jalla berfirman dalam kitab-Nya yang mulia :

ْ «وَخُلِقَ ٱلْإِنسَـٰنُ ضَعِيفًۭا»

Artinya : "Manusia diciptakan dalam keadaan lemah.” (QS. An-Nisa' : 28)

Karena lemahnya manusia dan condongnya mereka kepada dunia, maka Allah-pun memerintahkan manusia untuk bergantung kepada Allah dalam segala hal. Dalam hal petunjuk Allah memerintahkan kita untuk membaca surat Al-Fathihah pada setiap sholat lima waktu yang didalamnya ada doa meminta agar ditinjuki jalan yang lurus. Dalam sebuah haditsnya Nabi juga telah memerintahkan kita untuk meminta keistiqomahan diatas agama ini dan meminta agar hati kita dipalingkan ke arah ketaatan, ini semua menunjukkan betapa butuhnya kita pada bimbingan Allah, agar terus tegar diatas jalan yang lurus di akhir zaman ini dan di atas dunia yang fana dan menipu ini.

Dahulu kita semua mungkin pernah tersesat dari jalan yang lurus, lalu Allah berikan petunjuk-Nya hingga kita bisa berjalan  tegak diatas kebenaran. Maka masa lalu adalah masa yang telah berlalu, masa yang akan datang adalah masa yang belum pasti, sedangkan hari ini itulah hari yang menjadi milik kita, sebagaimana ucapan orang-orang yang bijak :

"Sesungguhnya masa lalu merupakan masa yang tak bisa dicela.
Masa yang akan datang adalah masa yang belum pasti.
Dan masa sekarang adalah masa yang menjadi penentu sebuah ketaatan atau kelalaian.
Wahai orang-orang yang ingin menjemput kelalaian, ingat bahwa akhirat adalah kampungmu yang sebenarnya.
Sedangkan dunia hanya tempat untuk bermain-main dan bersenda gurau semata."

Allah 'Azza wa Jalla berfirman : 

ٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَا لَعِبٌۭ وَلَهْوٌۭ وَزِينَةٌۭ وَتَفَاخُرٌۢ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌۭ فِى ٱلْأَمْوَٰلِ وَٱلْأَوْلَـٰدِ ۖ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ ٱلْكُفَّارَ نَبَاتُهُۥ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَىٰهُ»
 «مُصْفَرًّۭا ثُمَّ يَكُونُ حُطَـٰمًۭا ۖ وَفِى ٱلْـَٔاخِرَةِ عَذَابٌۭ شَدِيدٌۭ وَمَغْفِرَةٌۭ مِّنَ ٱللَّهِ وَرِضْوَٰنٌۭ ۚ وَمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَآ إِلَّا مَتَـٰعُ ٱلْغُرُورِ

Artinya : "Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu." (QS.Al-Hadid : 20)

Jika kehidupan dunia adalah kesenangan yang menipu, maka kehidupan akhirat adalah kesenangan yang sejati. Karena itu jangan pernah tertipu oleh dunia yang semu ini sobat, karena dunia adalah negeri keterasingan sedangkan akhirat adalah negeri keabadian. Lihatlah disana ada pintu yang bernama kematian, yang suka ataupun terpaksa kita semua pasti akan mendatanginya sebagai ujian terhadap amal-amal kita. Allah 'Azza wa Jalla berfirman :

«ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلْمَوْتَ وَٱلْحَيَوٰةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًۭا ۚ وَهُوَ ٱلْعَزِيزُ ٱلْغَفُورُ»

Artinya : "Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun." (QS.Al-Mulk : 2)

Pada ayat diatas Allah Ta'ala mengatakan bahwa kematian adalah ujian, supaya Dia Subhaabahu wa Ta'ala menguji kita siapa diantara kita yang paling baik amalnya. Betapa banyak orang-orang yang hidup diatas bumi ini, dia hidup tapi dia tidak tahu apa hakikat kehidupannya, dia melakukan dosa, tapi dia tidak tahu apa hakikat perbuatannya.

Aduhai alangkah merananya mereka yang mendatangi Allah dengan membawa sepenuh bumi dosa, sedangkan jiwa-jiwanya kering dari mengingat Allah bahkan membangkang dan tidak ada keinginan untuk kembali kepada Allah dan mengharap keridhoan-Nya. Sesungguhnya dunia ini hanya kesenangan yang memperdayakan dan menipu sobat, dan mari beramal sebelum datang hari keberangkatan, karena sejatinya kita semua pasti akan merasakan mati. Allah 'Azza wa Jalla berfirman :

كُلُّ نَفْسٍۢ ذَآئِقَةُ ٱلْمَوْتِ ۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ ٱلْقِيَـٰمَةِ ۖ فَمَن زُحْزِحَ عَنِ ٱلنَّارِ وَأُدْخِلَ ٱلْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَآ إِلَّا مَتَـٰعُ»
 «ٱلْغُرُورِ

Artinya : "Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan." (QS. Ali Imron : 185)

Allah 'Azza wa Jalla juga berfirman :

«كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍۢ»

Artinya : "Semua yang ada di bumi itu akan binasa." (QS. Arrahman : 26)

Wahai orang-orang yang lalai, kapan kalian akan kembali kepada Allah. Sekuat apapun engkau lari dari kematian, maka sekuat itu pula kematian akan datang menjemputmu, bahkan meskipun engkau berada di benteng yang paling kokoh sekalipun. Allah 'Azza wa Jalla berfirman :

«أَيْنَمَا تَكُونُوا۟ يُدْرِككُّمُ ٱلْمَوْتُ وَلَوْ كُنتُمْ فِى بُرُوجٍۢ مُّشَيَّدَةٍۢ»

Artinya : "Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh." (QS. An-Nisaa' : 78)

Wahai orang-orang yang merindukan dunia dan keindahannya, larilah sekuat tenagamu, karena sesungguhnya kematian akan mengejarmu meskipun engkau berlari  ke ujung dunia menyelamatkan diri darinya. Allah 'Azza wa Jalla berfirman : 

«قُلْ إِنَّ ٱلْمَوْتَ ٱلَّذِى تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُۥ مُلَـٰقِيكُمْ ۖ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَىٰ عَـٰلِمِ ٱلْغَيْبِ وَٱلشَّهَـٰدَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ»

Artinya : "Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang  nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan". (QS. Al-Jumu'ah : 8)

Dan wahai orang-orang yang lupa akan hari akhirat, ingatlah bahwa kematian adalah musibah dunia yang cukup besar, tapi yang lebih dahsyat dari itu adalah kelalaianmu dari mengingat kematian. Seorang penyair pernah mengatakan :

"Musibah terbesar yang menimpa anak adam bukanlah kematian, akan tetapi lalai dari kematian."

Para pujangga pernah menuturkan :

"Aduhai mengapa jiwa manusia menangisi harta kekayaannya yang hilang, sedangkan dia tidak menangisi jasadnya yang telah mati. 
Aduhai mengapa manusia meratapi keadaan dunianya yang sirna, sedangkan dia membiarkan akhiratnya terlunta-lunta. 
Betapa banyak orang yang menangisi manusia yang telah mati jasadnya tapi dia tidak pernah menangisi mereka yang telah mati hatinya.
Betapa banyak diatas bumi ini mayat-mayat yang berjalan, dia hidup namun hakikatnya dia mati. 
Mereka itulah orang orang yang lalai.

Kafilah orang-orang yang bertakwa pernah menuturkan :

"Sesungguhnya jiwa-jiwa yang lalai, dia membayangkan hidupnya akan panjang dan penuh angan-angan. 
Padahal kematian itu seperti pencuri dimalam hari yang merayap bagaikan bayangan yang tak terlihat.
Pagi hari dia berjalan dalam keadaan sehat, sore hari dia tergeletak dalam keadaan tak berdaya.
Sungguh banyak manusia yang tertidur di malam hari, tidaklah ia terbangun melainkan dalam keadaan liang kuburannya telah digali.
Betapa banyak jiwa-jiwa yang lalai dari kematian dan terus berharap akan dunia, padahal dia tidak tahu bahwa kain kafannya telah di rajut."

Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah :

"Dikatakan kepada Ibnu Mas'ud radhiyallahu 'anhu : Siapakah orang yang mati kehidupannya? Dia menjawab : Yaitu orang yang tidak mengetahui kebaikan dan tidak mau mengingkari kemungkaran."
[Al-Amru bil Ma'ruf wa an-Nahyu 'Anil Mungkar, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, hal.18. Pustaka Daarul Kitaabil Jadiid]

Tidak mengetahui jalan-jalan kebaikan atau lalai darinya, atau mengetahui jalan kebaikan tapi ia meninggalkan serta tidak perduli padanya, merupakan tanda bahwa ia termasuk orang-orang yang hidup tapi hakikatnya dia mati.

Maka, sebelum kita sampai di pintu kematian yang sebenarnya, semestinya mulai sekarang segera kita hidupkan kembali jasad-jasad kita yang kering dari dzikrullah, kering dari membaca Al-Qur'an, kering dari ketaatan, kering dari mengingat Allah. Sesungguhnya jiwa yang hampir mati  itu adalah jiwa yang terus berharap akan dunia dan lalai dari kehidupan akhirat dan lupa akan hari kematian. Kita meminta kepada kebaikan dan pertolongan-Nya agar dijauhkan dari hal-hal yang demikian dan dijauhkan dari kelalaian dan terlalu cinta dengan dunia.

Semoga tulisan ini bermanfaat.

Related Posts:

0 Response to "DUNIA"

Post a Comment