MUQADDIMAH PUASA (Seri 1)


Bismillah, alhamdulillahi Rabbil 'aalamiin, wa shallallahu 'ala Nabiyyina Muhammadin wa 'ala aalihi wa shahbihi ajma'in, wa ba'du.

Puasa merupakan ibadah yang agung, ibadah yang mulia, dan pahalanya berlipat ganda. Dan puasa itu sendiri akan terasa lebih nikmat jika kita telah mengilmui tentang definisinya, dalil-dalilnya, rukun-rukunnya dan lain sebagainya. Karena itu, agar semakin menyemangati kita dalam melaksanakan ibadah puasa, dibawah ini kita akan membahas beberapa permasalahan dan faedah seputar puasa, diantaranya pengertian puasa, rukun-rukun puasa beserta dalil-dalilnya.

1. PENGERTIAN PUASA

Puasa ditinjau dari pengertiannya terbagi menjadi dua, pertama secara bahasa, kedua secara istiah. Para ulama menjelaskan :

  .الصيام في اللغة : الإمساك عن الشيء
.وفي الشرع : الإمساك عن الأكل، والشرب، وسائر المفطرات، مع النية من طلوع الفجر الصادق إلى غروب الشمس

Puasa secara bahasa : Menahan diri dari sesuatu.

Secara Syar'i : Menahan diri dari makan, minum, dan dari segala yang membatalkan, disertai dengan niat, dari terbitnya fajar shodiq hingga terbenamnya matahari. [Al-Fiqhu Al-Muyassar fii Dhou'il Kitaab was Sunnah, hal.149. Cet. Ad-Daarul 'Aalamiyyah]

Dari definisi ini dapat difahami secara bahasa bahwa puasa bermakna menahan, sebagaimana ucapan Maryam binti Imran :

«فَإِمَّا تَرَيِنَّ مِنَ ٱلْبَشَرِ أَحَدًۭا فَقُولِىٓ إِنِّى نَذَرْتُ لِلرَّحْمَـٰنِ صَوْمًۭا فَلَنْ أُكَلِّمَ ٱلْيَوْمَ إِنسِيًّۭا»

Artinya : "Jika kamu melihat seorang manusia, maka katakanlah: "Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini". (QS. Maryam : 26)

Adapun secara syar'i, puasa bermakna menahan diri dari makan, minum, dan dari segala yang membatalkan, disertai dengan niat, dari terbitnya fajar shodiq hingga terbenamnya matahari.

2. RUKUN PUASA DAN DALILNYA

Puasa memiliki rukun-rukun sebagaimana sholat. Adapun rukun puasa ada dua:

.الأول : الإمساك عن المفطرات من طلوع الفجر إلى غروب الشمس
ودليل هذا الركن قوله تعالى : «فَٱلْـَٔـٰنَ بَـٰشِرُوهُنَّ وَٱبْتَغُوا۟ مَا كَتَبَ ٱللَّهُ لَكُمْ ۚ وَكُلُوا۟ وَٱشْرَبُوا۟ حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَكُمُ ٱلْخَيْطُ ٱلْأَبْيَضُ مِنَ ٱلْخَيْطِ
.ٱلْأَسْوَدِ مِنَ ٱلْفَجْرِ ۖ ثُمَّ أَتِمُّوا۟ ٱلصِّيَامَ إِلَى ٱلَّيْلِ ۚ». والمراد بالخيط الأبيض والخيط الأسود : بياض النهار وسواد الليل
الثاني : النية، بأن يقصد الصائم بهذا الإمساك عن المفطرات عبادة الله عز وجل، فبالنية تتميز الأعمال المقصودة للعبادة عن غيرها من الأعمال، وبالنسبة تتميز العبادات بعضها عن بعض، فيقصد الصائم بهذا الصيام : إما صيام رمضان، أو غيره من أنواع الصيام
«ودليل هذا الركن قوله صلى الله عليه وسلم : «إنما الأعمال بالنيات، وإنما لكل امرئ ما نوى

Yang Pertama: Menahan diri dari segala yang membatalkan dari terbit fajar sampai terbenamnya matahari.

Dalil rukun ini firman Allah Ta'ala (yang artinya) : "Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam." Yang dimaksud benang putih dan benang hitam yaitu terangnya siang dan gelapnya malam.

Yang Kedua : Niat. Orang yang berpuasa hendaknya meniatkan menahan diri tersebut dalam rangka ibadah kepada Allah 'Azza wa Jalla, maka dengan niat, akan membedakan amal-amal ibadah yang dimaksudkan dengan perbuatan yang sifatnya bukan ibadah, dan dengan niat pula, akan membedakan antara satu ibadah dengan ibadah lainnya, maka orang yang berpuasa meniatkan puasa tersebut ; baik puasa ramadhon atau puasa lainnya dari macam-macam puasa.

Dalil rukun kedua ini yaitu sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam : ((Sesungguhnya amal itu tergantung niatnya, dan sesungguhnya setiap orang tergantung apa yang ia niatkan)). [Al-Fiqhu Al-Muyassar fii Dhou'il Kitaab was Sunnah, hal.149. Cet. Ad-Daarul 'Aalamiyyah]

Dengan mengetahui pengertian puasa secara bahasa dan istilah serta rukun-rukunnya, diharapkan akan menambah keilmuan kita terkait puasa ramadhan yang sebentar lagi akan menyapa kita, sehingga kita-pun bisa melaksanakan puasa ini dengan bimbingan ilmu dan keyakinan bukan sekedar ikut-ikutan.

Faedah yang bisa di ambil :

1. Adanya dua pengertian puasa secara bahasa dan secara syar'i

2. Puasa secara bahasa yaitu : Menahan diri dari sesuatu, sebagaimana firman Allah kepada Maryam binti Imran :

«فَإِمَّا تَرَيِنَّ مِنَ ٱلْبَشَرِ أَحَدًۭا فَقُولِىٓ إِنِّى نَذَرْتُ لِلرَّحْمَـٰنِ صَوْمًۭا فَلَنْ أُكَلِّمَ ٱلْيَوْمَ إِنسِيًّۭا»

Artinya : "Jika kamu melihat seorang manusia, maka katakanlah: "Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini". (QS. Maryam : 26)

Maka puasanya Maryam ketika itu adalah menahan diri untuk tidak berbicara dengan seorang-pun. Dan ini makna puasa secara bahasa.

3. Puasa secara syar'i yaitu : Menahan diri dari makan, minum, dan dari segala yang membatalkan, disertai niat dari terbitnya fajar shodiq hingga terbenamnya matahari.

4. Makna ayat :

«حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَكُمُ ٱلْخَيْطُ ٱلْأَبْيَضُ مِنَ ٱلْخَيْطِ ٱلْأَسْوَدِ مِنَ ٱلْفَجْرِ»

Artinya : "Hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar."

Yang di maksud dengan benang putih dan benang hitam yaitu terangnya siang dan gelapnya malam.

5. Huruf jar إِلَى pada ayat :

«ثُمَّ أَتِمُّوا۟ ٱلصِّيَامَ إِلَى ٱلَّيْلِ ۚ»

Yaitu (lil-intiha') ujung atau batas. Maksudnya penghujung atau batas akhir waktu puasa yaitu sampai terbenamnya matahari.

6. Rukun puasa ada dua : Pertama : Menahan diri dari makan, minum, dan segala perkara yang membatalkan puasa, dari terbit fajar sampai terbenamnya matahari.

Rukun Kedua : Niat, yaitu dalam rangka beribadah kepada Allah semata bukan dalam rangka ria

7. Tujuan niat ada dua :  Pertama : Agar membedakan antara ibadah dengan adat kebiasaan. Contoh : Tidur, jika diniatkan agar lebih kuat dalam beribadah kepada Allah, maka tidur itu bernilai ibadah dan akan mendapatkan pahala. Tapi jika seseorang tidur hanya semata-mata adat kebiasaan manusia, atau hanya sekedar ingin menghilangkan ngantuk, maka hal itu tidak termasuk ibadah dan dia tidak mendapatkan pahala sedikitpun.

Karena itu perkara yang mubah, bisa menjadi berpahala jika diikatkan dengan niat yang baik. Berkata Doktor Bandar bin Nafi' :

أنه ينبغي للمرء أن ينوي النية الصالحة حتى في المباحات، كأكله وشربه ونومه ونفقته على أهله حتى يكون
.مأجورا عليها

"Bahwasannya semestinya bagi seseorang agar meniatkan niat yang baik sampai-pun dalam perkara yang mubah, seperti makan, minum, tidur dan nafkah (yang ia berikan) untuk keluarganya, sehingga hal itu menjadi pahala." [Ad-Durar as-Saniyyah bi Fawaaid al-Arbaiin an-Nawawiyyah, hal. 15. Cet. Daar Ibnil Jauziy]

Kemudian beliau membawakan hadits Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam :

قال النبي سلى الله عليه وسلم لسعد بن أبي وقاص رضي الله عنه : ((وإنك لن تنفق نفقة تبتغي بها وجه الله أجرت بها حتى ما
 .تجعله في فم امرأتك)). متفق عليه

"Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepada Sa'd bin Abi Waqqash radhiyallahu 'anhu : ((Sesungguhnya tidaklah engkau menafkahkan suatu nafkah yang dengannya engkau mengharap wajah Allah, kecuali engkau akan mendapatkan pahalanya, sampai-pun apa yang kamu letakkan dimulut istrimu)). Muttafaqun 'alaihi. [Ad-Durar as-Saniyyah bi Fawaaid al-Arbaiin an-Nawawiyyah, hal. 15. Cet. Daar Ibnil Jauziy]

Berkata sebagian salaf :

من سره أن يكمل له عمله، فليحسن نيته، فإن الله عز وجل يأجر ((العبد إذا أحسنت نيته حتى باللقمة))، فإذا نوى المرء بأكله
.التقوي على طاعة الله وبنومه كذلك كان مأجورا

((Barangsiapa yang gembira agar disumpurnakan amalnya, maka hendaklah dia memperbaiki niatnya, karena Allah 'Azza wa Jalla memberikan pahala kepada seorang hamba jika baik niatnya, sampai-pun satu suapan -ke mulut istrinya-)), apabila seseorang telah berniat dengan makan tersebut agar menjadikan dia kuat dalam ketaatan kepada Allah dan dengan tidurnya demikian pula, maka baginya pahala.  [Ad-Durar as-Saniyyah bi Fawaaid al-Arbaiin an-Nawawiyyah, hal. 15. Cet. Daar Ibnil Jauziy]

Kedua : Niat merupakan pembeda antara satu ibadah dengan ibadah lainnnya. Contoh : Puasa itu banyak, ada puasa ramadhon, puasa sunnah, puasa nadzar dll. Jika seseorang ingin puasa ramadhon, maka dia harus niatkan bahwa puasa ini puasa ramadhon, bukan puasa sunnah, sehingga menjadi jelaslah jenis ibadahnya. Karena itulah niat merupakan pembeda antara satu jenis ibadah dengan ibadah lainnnya.

8. Pentingnya niat

9. Wajibnya memulai niat dimalam hari sebelum terbit fajar shodiq bagi puasa yang fardhu seperti puasa ramadhan, puasa kafarat, puasa nadzar. Adapun puasa sunnah, boleh niat puasanya ketika siang hari sebagaimana disebutkan :

يجب على الصائم أن ينوي الصيام، وهي ركن من أركانه كما مضى ؛ لقوله صلى الله عليه وسلم : ((إنما الأعمال بالنية وإنما لكل امرئ ما نوى)). و ينويها من الليل في صيام الواجب ؛ كصوم رمضان والكفارة والقضاء والنذر، ولو قبل الفجر بدقيقة واحدة ؛
.((لقوله صلى الله عليه وسلم : ((من لم يبيت الصيام قبل الفجر فلا صيام له
فمن نوى صوما في النهار، ولم يطعم شيئا، لم يجزئه الا في صيام التطوع، فيجوز بنية من النهار، إذا لم يطعم شيئا من أكل أو شرب ؛ لحديث عائشة رضي الله عنها قالت : دخل علي النبي صلى الله عليه وسلم ذات يوم فقال : ((هل عندكم من شيء؟)) فقلنا : لا، قال : ((فإني إذن صائم)). أما صيام الواجب فلا ينعقد بنية من النهار، ولا بد فيه من بنية الليل

"Wajib bagi orang yang berpuasa agar dia meniatkan puasanya, dan niat merupakan rukun dari rukun-rukun puasa sebagaimana yang telah berlalu berdasarkan sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam : ((Sesungguhnya amal itu tergantung niatnya, dan sesungguhnya setiap orang tergantung apa yang ia niatkan)). Ia niatkan niatnya mulai dari malam hari untuk puasa wajib ; seperti puasa ramadhan, puasa kafarat, puasa qadho' (mengganti puasa yang ditinggalkan), dan puasa nadzar, walaupun satu menit sebelum fajar ; berdasarkan sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam : ((Barangsiapa yang tidak berniat di malam hari sebelum fajar, maka tidak ada puasa untuknya)).

Barangsiapa yang berniat puasa di siang hari tapi dia belum makan sesuatu apapun, tidak boleh dia mencukupkannya kecuali dalam puasa sunnah, maka boleh dengan niat di siang hari jika dia belum makan sesuatu apapun dari makanan atau minuman berdasarkan hadits 'Aisyah radhiyallahu 'anha, ia berkata : Pada suatu hari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam masuk kepadaku dan berkata : ((Apakah kalian memiliki sesuatu?)) Maka kami katakan, Tidak. Beliau bersabda : ((Jika demikian saya akan berpuasa)). Adapun puasa wajib maka tidak ditetapkan dengan niat disiang hari, akan tetapi wajib dengan niat di malam hari." [Al-Fiqhu Al-Muyassar fii Dhou'il Kitaab was Sunnah, hal.149. Cet. Ad-Daarul 'Aalamiyyah]

10. Niat itu cukup sekali di awal bulan ramadhan saja, sebagaimana disebutkan oleh para ulama :

 .وتكفي نية واحدة في بداية رمضان لجميع الشهر، ويستحب تجديدها في كل يوم

Dan niat satu kali saja diawal bulan ramadhan cukup untuk seluruh bulan (ramadhan), dan dicintai untuk memperbaharuinya setiap hari." [Al-Fiqhu Al-Muyassar fii Dhou'il Kitaab was Sunnah, hal.149. Cet. Ad-Daarul 'Aalamiyyah]

Masih banyak faedah-faedah lain dari tulisan ini, hanya ini yang bisa kami simpulkan. Semoga tulisan ringkas ini bermanfaat untuk kaum muslimin.

Related Posts:

0 Response to "MUQADDIMAH PUASA (Seri 1)"

Post a Comment