Bismillah, alhamdulillahirabbil 'aalamiin. Wa shallallahu 'ala Nabiyyina Muhammadin wa 'ala aalihi wa shahbihi ajma'in. Wa ba'du.
Tidak kita pungkiri bahwa setiap orang pasti ingin hidup tanpa penyakit, tapi sunnatullah penyakit itu pasti akan menimpa setiap orang seiring menuanya jasad. Tapi yang perlu diyakini bahwa setiap penyakit pasti ada obatnya. Telah datang sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairoh radhiyallahu 'anhu yang mengatakan :
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ((ما أنزل الله داء إلا أنزل له شفاء))
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : ((Tidaklah Allah menurunkan penyakit kecuali Dia menurunkan pula obatnya)). [HR. Al-Bukhari no.5678]
Allah menafikan tidak menurunkan penyakit kecuali menurunkan pula obatnya menunjukkan bahwa setiap penyakit selalu ada obatnya. Jika ada seribu penyakit, maka Allah akan menurunkan sebanyak itu pula obatnya.
Pola kalimat diatas merupakan pola kalimat nakiroh dalam konteks penafian, maknanya mencakup semua jenis penyakit. Ini merupakan kabar gembira dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam kepada kita sebagai bentuk motivasi agar kita tidak mudah berputus asa dari rahmat Allah, karena setiap penyakit pasti ada obatnya.
Dalam riwayat Imam Muslim dari hadits Jabir bin Abdillah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
((لكل داء دواء، فإذا أصيب دواء الداء برأ بإذن الله))
"Setiap penyakit ada obatnya, jika cocok obat suatu penyakit, maka akan sembuh dengan izin Allah." [HR. Muslim no.2204]
Pada hadits kedua ini, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menyebutkan tentang kecocokan suatu obat dengan penyakit, jika cocok obat suatu penyakit, dengan izin Allah Ta'ala penyakit itu pasti akan sembuh.
Dalam hadits Imam Ahmad, Nabi shallallahullu 'alaihi wa sallam juga bersabda :
((إن الله لم ينزل داء إلا أنزل له شفاء، علمه من علمه، وجهله من جهله))
"Sesungguhnya Allah tidak akan menurunkan suatu penyakit kecuali menurunkan pula obatnya. Akan mengetahui orang yang mengetahuinya, dan akan bodoh orang yang bodoh tentangnya." [HR. Ahmad. Lihat Ad-Da' wad Dawaa', hal.4-5. Cet. Daar 'Aalimil Fawaaid lin Nasyr wat Tauzii']
Dalam lafadz yang lain :
((إن الله لم يضع داء إلا له شفاء أو دواء إلا داء واحدا))
قالوا : يا رسول الله ما هو؟ قال : ((الهرم)). قال الترمذي : هذا حديث حسن صحيح
((Sesungguhnya Allah tidak akan meletakkan suatu penyakit kecuali meletakkan pula kesembuhan atau obat kecuali satu penyakit)). Para sahabat berkata : Apa itu wahai Rasulullah? Beliau bersabda : ((Ketuaan)). Berkata At-Tirmidzi : Ini adalah hadits yang hasan shohih. [Lihat Ad-Da' wad Dawaa', hal.5. Cet. Daar 'Aalimil Fawaaid lin Nasyr wat Tauzii']
Pada hadits ini, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menjelaskan tentang penyakit yang tidak ada obatnya, yaitu ketuaan, karena penyakit ini pasti akan menimpa manusia. Adapun selain penyakit tua, semua pasti ada obatnya.
Penyakit Hati
Selain penyakit yang menimpa jasad manusia, ada juga penyakit yang menimpa hati dan ruh. Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan tentang makna hadits riwayat At-Tirmidzi diatas atau dibawah ini :
((إن الله لم يضع داء إلا له شفاء أو دواء إلا داء واحدا))
قالوا : يا رسول الله ما هو؟ قال : ((الهرم)). قال الترمذي : هذا حديث حسن صحيح
((Sesungguhnya Allah tidak akan meletakkan suatu penyakit kecuali meletakkan pula kesembuhan atau obat kecuali satu penyakit)). Para sahabat berkata : Apa itu wahai Rasulullah? Beliau bersabda : ((Ketuaan)). Berkata At-Tirmidzi : Ini adalah hadits yang hasan shohih. [Lihat Ad-Da' wad Dawaa', hal.5. Cet. Daar 'Aalimil Fawaaid lin Nasyr wat Tauzii']
Berkata Ibnul Qayyim :
وهذا يعم أدواء القلب والروح والبدن، وأدويتها
"Dan hadits ini bersifat umum, berlaku untuk penyakit hati, ruh dan jasad beserta obat-obatnya." [Lihat Ad-Da' wad Dawaa', hal.5. Cet. Daar 'Aalimil Fawaaid lin Nasyr wat Tauzii']
Hadits diatas tidak hanya berkaitan dengan penyakit jasad saja, tapi juga berkaitan dengan penyakit hati dan ruh, semuanya memiliki obat. Karena itulah Allah Ta'ala berfirman :
«وَلَوْ جَعَلْنَـٰهُ قُرْءَانًا أَعْجَمِيًّۭا لَّقَالُوا۟ لَوْلَا فُصِّلَتْ ءَايَـٰتُهُۥٓ ۖ ءَا۬عْجَمِىٌّۭ وَعَرَبِىٌّۭ ۗ قُلْ هُوَ لِلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ هُدًۭى وَشِفَآءٌۭ ۖ »
Artinya : "Dan jikalau Kami jadikan Al Quran itu suatu bacaan dalam bahasa selain Arab, tentulah mereka mengatakan: "Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?" Apakah (patut Al Quran) dalam bahasa asing sedang (rasul adalah orang) Arab? Katakanlah: "Al Quran itu adalah petunjuk dan obat." (QS. Fusshilat : 44).
Allah Ta'ala juga berfirman :
«وَنُنَزِّلُ مِنَ ٱلْقُرْءَانِ مَا هُوَ شِفَآءٌۭ وَرَحْمَةٌۭ لِّلْمُؤْمِنِينَ ۙ »
Artinya : "Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman." (QS. Al-Isra : 82)
Berkata Ibnul Qayyim :
و ((من)) ههنا لبيان الجنس لا للتبعيض، فإن القرآن كله شفاء، كما قال في الآية الاخرى. فهو شفاء للقلوب من داء الجهل والشك والريب، فلم ينزل الله سبحانه من السماء شفاء قط أعم ولا أنفع ولا أعظم ولا أنبع في إزالة الداء من القرآن
Huruf (مِنْ) disini menjelaskan tentang jenis, bukan tab'iidh (bermakna sebagian), karena Al-Qur'an seluruhnya obat, sebagaimana Allah berfirman pada ayat yang lain (yakni ayat yang telah berlalu). Dan Al-Qur'an merupakan obat bagi hati dari penyakit kebodohan, keragu-raguan dan was-was. Dan Allah Subhaanahu tidak menurunkan dari langit kesembuhan sama sekali yang lebih umum, yang lebih bermanfaat, yang lebih agung dalam menghilangkan penyakit daripada Al-Qur'an. [Lihat Ad-Da' wad Dawaa', hal.6. Cet. Daar 'Aalimil Fawaaid lin Nasyr wat Tauzii']
Kebodohan adalah Penyakit
Kebodohan merupakan penyakit yang berbahaya sedangkan obatnya adalah bertanya kepada ahlinya. Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah pernah mengatakan :
وقد جعل النبي صلى الله عليه وسلم الجهل داء، وجعل دواءه سؤال العلماء
فروى أبو داود في سننه من حديث جابر بن عبد الله قال : خرجنا في سفر، فأصاب رجلا منا حجر، فشجه في رأسه، ثم احتلم، فسأل أصحابه، فقال : هل تجدون لي رخصة في التيمم؟ قالوا : ما نجد لك رخصة، وأنت تقدر على الماء. فاغتسل، فمات. فلما قدمنا على رسول الله صلى الله عليه وسلم أخبر بذلك فقال : ((قتلوه، قتلهم الله! إلا سألوا إذ لم يعلموا! فإنما شفاء العي السؤال إنما كان يكفيه أن يتيمم ويعصر -أو يعصب- جرحه خرقة، ثم يمسح عليها، ويغسل سائر جسده)).
فأخبر أن الجهل داء، وأن شفاءه السؤال.
"Sungguh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam telah menjadikan kebodohan sebagai penyakit dan menjadikan obatnya adalah bertanya kepada para ulama.
(Imam) Abu Dawud dalam kitab sunannya telah meriwayatkan hadits dari Jabir bin Abdillah, ia mengatakan : "Kami berangkat dalam satu perjalanan. Salah seorang dari kami tertimpa batu dan melukai kepalanya. Kemudian orang itu mimpi basah, lalu ia bertanya kepada sahabatnya, ia berkata : "Apakah kalian mendapatiku memiliki keringanan untuk bertayamum?" Mereka mengatakan : "Kami memandang engkau tidak mendapatkan keringanan karena engkau mampu menggunakan air." Maka ia-pun mandi lalu meninggal. Tatkala kami sampai kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam lalu dikabarkan tentang hal tersebut, maka beliau bersabda : ((Mereka telah membunuhnya, semoga Allah membalas mereka! Tidakkah mereka bertanya jika mereka tidak mengetahui?! Karena obat dari tidak tahu adalah bertanya. Sesungguhnya cukup bagi dia bertayamum dan memapatkan -membalut- lukanya dengan sobekan kain dan mengusap lalu mencuci seluruh tubuhnya)).
Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengabarkan bahwa kebodohan adalah penyakit dan obatnya adalah bertanya. [Ad-Daa' wad Dawaa', hal.5-6. Daar 'Aalimil Fawaaid lin-Nasyr wat Tauzii']
Faedah yang bisa diambil :
1. Setiap penyakit ada obatnya
2. Obat suatu penyakit kadang diketahui dan kadang tidak. Akan mengetahuinya orang yang mengetahui dan akan bodoh orang yang tidak mengetahui
3. Penyakit yang tidak ada obatnya hanya satu ; ketuaan, karena penyakit tua akan menimpa semua manusia
4. Semua penyakit ada obatnya berlaku juga untuk penyakit hati, ruh, dan jasad.
5. Jika hati dan ruh terkena penyakit, maka obatnya adalah Al-Qur'an, bahkan untuk penyakit jasad akibat gangguan jin.
6. Hati dan ruh juga bisa sakit sebagaimana jasad.
7. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mensifati bahwa kebodohan adalah penyakit dan obatnya adalah bertanya
8. Para ulama adalah dokter penyakit hati dan dokter bagi penyakit kebodohan
9. Sahabat Nabi yang terluka kepalanya meminta fatwa kepada sahabat-sahabatnya yang juga tidak tahu tentang bolehnya bertayamum karena ada udzur. Karena sebab kebodohan, mereka berfatwa tanpa ilmu, akhirnya sesat dan menyesatkan
10. Nabi mengatakan kepada orang-orang yang berfatwa tanpa ilmu itu bahwa mereka telah membunuh sahabatnya, padahal mereka sebenarnya hanya berfatwa, namun karena fatwa tersebut salah dan menyebabkan sahabatnya meninggal, maka hakikatnya mereka telah membunuhnya. Itulah sebabnya Nabi mengatakan bahwa mereka telah membunuhnya
11. Bahayanya berfatwa tanpa ilmu
12. Berfatwa tanpa ilmu mudharatnya bisa membahayakan orang yang berfatwa dan bisa membahayakan orang yang menerima fatwa
13. Jika ada yang bertanya tentang perkara agama dan seseorang tidak tahu tentang jawabannya maka hendaklah dia mengatakan tidak tahu atau wallahu a'lam
14. Para ulama adalah dokter bagi umat Islam, obat bagi kebodohan serta penawar bagi kerancuan dalam beragama
15. Pentingnya bertanya kepada para ulama dan tercelanya mencukupkan diri pada kemampuan diri sendiri seperti kisah hadits habbatus sauda' yang pernah kita bawakan :
16. Pentingnya menuntut ilmu agama
17. Pentingnya bertanya kepada ahlinya
Wallahu a'lam.
***
Dompu-Nusa Tenggara Barat : 5 Ramadhan 1443 H/7 April 2022
Penulis : Abu Dawud ad-Dombuwiyy
Artikel : Meciangi-d.blogspot.com
0 Response to " SETIAP PENYAKIT ADA OBATNYA"
Post a Comment