MENJAGA LISAN DARI BERBICARA KECUALI DALAM KEBAIKAN










Menjaga lisan adalah perkara yang sangat penting sebab lisan ini seperti pisau bermata dua. Dia bisa memperbaiki bahkan bisa merusak. 
Lisan adalah nikmat Allah yang diberikan kepada kita, bila ingin digunakan untuk kebaikan maka pahalanya sangat besar, seperti berdakwah, memperbaiki dua orang yang berselisih dan lain sebagainya. Namun apabila lisan tersebut ingin di gunakan untuk kejahatan, baik mempropaganda, menghasut, memfitnah, menggunjing orang lain, menghujat pemerintah dan lain sebagainya, maka hal inipun dosanya sangat besar. Karena itu dari lisan inilah kita bisa melihat bagaimana agama seseorang tersebut. Berkata ahli hikmah : 

"Lisan adalah cerminan hati. Apa saja yang keluar dari lisan seseorang maka itu merupakan isi hatinya. Buruknya hati yang tidak tampak akan terlihat dari apa yang keluar dari lisannya."

Karena itu, Allah dan Rasul-Nya sangat menganjurkan kepada kita untuk menjaga lisan ini. Banyak maslahat dan mudhorot yang didapatkan dari lisan. Maka pada tulisan kali ini kita akan mengambil faedah dari kitab Rifqon Ahlas Sunnah bi Ahli Sunnah karangan ulama besar abad ini yaitu Asy-Syaikh Abdul Muhsin Al-Abbad hafidzahullah tentang bahaya lisan. 

Berkata Asy-Syaikh Abdul Muhsin Al-Abbad hafidzahullah mengutip firman Allah :   

  :قال الله عز و جل 
«يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَقُولُوا۟ قَوْلًۭا سَدِيدًۭا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَـٰلَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا»


Allah 'Azza wa Jalla berfirman :

Artinya : "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar." (QS.Al-Ahzab : 70-71)

و قال عز و جل : «يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱجْتَنِبُوا۟ كَثِيرًۭا مِّنَ ٱلظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ ٱلظَّنِّ إِثْمٌۭ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا۟ وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًۭا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ تَوَّابٌۭ رَّحِيمٌۭ»

Dan Allah 'Azza wa Jalla berfirman :

Artinya : "Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang." (QS.Al-Hujurat : 12)

و قال تعالى : «وَلَقَدْ خَلَقْنَا ٱلْإِنسَـٰنَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهِۦ نَفْسُهُۥ ۖ وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ ٱلْوَرِيدِ. إِذْ يَتَلَقَّى ٱلْمُتَلَقِّيَانِ عَنِ ٱلْيَمِينِ وَعَنِ ٱلشِّمَالِ قَعِيدٌۭ. مَّا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌۭ»

Dan Allah Ta'ala berfirman : Artinya : "Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya, (yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir." (QS.Qaf : 16-18)

و قال تعالى : «وَٱلَّذِينَ يُؤْذُونَ ٱلْمُؤْمِنِينَ وَٱلْمُؤْمِنَـٰتِ بِغَيْرِ مَا ٱكْتَسَبُوا۟ فَقَدِ ٱحْتَمَلُوا۟ بُهْتَـٰنًۭا وَإِثْمًۭا مُّبِينًۭا»


Dan Allah Ta'ala berfirman : Artinya : "Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang yang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata." (QS.Al-Ahzab : 58)

و في صحيح مسلم (٢٥٨٩) عن أبي هريرة أن رسول الله صلى الله عليه و سلم قال : ((أتدرون ما الغيبة؟ قالوا : الله و رسوله أعلم، قال : ذكرك أخاك بما يكره، قيل : أفرأيت إن كان في أخي ما اقول؟ قال : إن كان فيه ما تقول فقد اغتبته، و إن لم يكن فيه فقد بهته))

Dan dalam shohih Muslim (2589) dari Abu Hurairoh bahwasannya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : ((Apakah kalian tau apa itu ghibah? Mereka berkata : Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui, Nabi bersabda : Engkau mengatakan tentang saudaramu tentang apa-apa yang dia benci, dikatakan : Bagaimana pandanganmu jika apa yang saya bicarakan itu memang ada pada saudaraku? Nabi bersabda : Jika benar yang kamu katakan maka sungguh engkau telah menghibahinya, dan apabila tidak benar  maka engkau telah berdusta))

و قال الله عز و جل : «وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِۦ عِلْمٌ ۚ إِنَّ ٱلسَّمْعَ وَٱلْبَصَرَ وَٱلْفُؤَادَ كُلُّ أُو۟لَـٰٓئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔولًۭا»


Allah 'Azza wa Jalla berfirman : Artinya : "Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya." (QS.Al-Isro : 36)

وعن أبي هريرة رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : ((إن الله يرضى لكم ثلاثا و يكره لكم ثلاثا ؛ يرضى لكم أن تعبدوه ولا تشركوا به شيئا، و أن تعتصموا بحبل الله جميعا ولا تتفرقوا، ويكره لكم قيل و قال، و كثرة السؤال، و إضاعة المال)) أخرجه مسلم (١٧١٥)، و حاءت هذه الثلاثة المكروهة في حديث المغيرة عند البخاري (٢٤٠٨) و مسلم.

Dari Abu Hurairoh radhiyallahu 'anhu berkata : Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda ((Sesungguhnya Allah ridho bagi kalian tiga hal dan membenci bagi kalian tiga hal ; Dia ridhoi bagi kalian agar kalian beribadah kepadanya dan tidak menyekutukannya dengan sesuatu apapun, dan agar kalian berpegang teguh dengan tali Allah semuanya dan janganlah kalian berpecah belah, dan Allah membenci bagi kalian ucapan ini dan itu, dan membenci banyak bertanya, dan menghambur-hamburkan harta)) Dikeluarkan oleh Muslim (no.1715), dan telah datang tiga permasalahan yang di benci ini dalam hadits Al-Mughiroh yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari (no.2408) dan Muslim.

و عن أبي هريرة رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه و سلم قال : ((كتب على ابن آدم نصيبه من الزنا، مدرك ذلك لا محالة، فالعينان وناهما النظر، والأذنان زناهما الاستماع، واللسان زناه الكلام، واليد زناها البطش، والرجل زناها الخطا، والقلب يهوى ويتمنى، ويصدق ذلك الفرج ويكذبه)) رواه البخاري (٦٦١٢)، و مسلم (٢٦٥٧)، واللفظ لمسلم.

Dan dari Abu Hurairoh radhiyallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : ((Telah di tulis bagi anak cucu Adam bagian dari zina, diketahui hal tersebut tidak bisa tidak, dua mata zinanya melihat, dua telinga zinanya mendengar, dan lisan zinanya berbicara, dan tangan zinanya menyentuh, dan kaki zinanya melangkah, dan hati menginginkan dan membayangkan dan farji membenarkannya atau mendustakannya)) Riwayat Al-Bukhari (no.6612) dan Muslim (no.2657), dan lafadz ini milik Muslim.

وروى البخاري في صحيحه (١٠) عن عبد الله ابن عمرو رضي الله عنهما عن النبي صلى الله عليه وسلم قال : ((المسلم من سلم المسلمون من لسانه ويده))، رواه مسلم في صحيحه (٦٤) و لفظه : إن رجلا سأل رسول الله صلى الله عليه وسلم أي المسلمين خير؟ قال : ((من سلم المسلمون من لسانه و يده)).

Dan Imam Al-Bukhari meriwayatkan dalam kitab shohihnya (no.10) dari 'Abdullah bin Amr radhiyallahu 'anhuma dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : ((Muslim yang paling baik adalah yang  muslim lainnya selamat dari gangguan lisan dan tangannya)) Imam Muslim meriwatatkannya dalam kitab shohihnya (no.64) dan lafadznya : Bahwasannya seorang laki-laki bertanya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam : Muslim manakah yang paling baik? Nabi bersabda : Yaitu yang muslim lainnya selamat dari gangguan lisannya dan tangannya))

وروي مسلم أيضا من حديث جابر (٦٥) بلفظ حديث عبد الله بن عمرو عند البخاري.

قال الحافظ في شرح الحديث : ((والحديث عام بالنسبة إلى اللسان دون اليد ؛ لأن اللسان يمكنه القول في الماضين والموجودين والحادثين بعد، بخلاف اليد، نعم! يمكن أن تشارك اللسان في ذلك بالكتابة، وإن أثرها في ذلك لعظيم)).

Imam Muslim juga meriwayatkan dari hadits Jabir (no.65) dengan lafadz hadits 'Abdullah bin Amr dari Bukhari.

Berkata Al-Hafidz dalam syarah hadits : ((Dan haditsnya umum dengan menisbatkan kepada lisan bukan tangan ; karena sesungguhnya lisan memungkinkan dia berkata dalam perkara yang lampau, yang ada sekarang dan perkara yang baru setelahnya, berbeda dengan tangan, ini merupakan kenikmatan! Mungkin akan bersekutu lisan dalam hal itu dengan tulisan, dan jika demikian maka dalam hal ini pengaruhnya akan lebih dahsyat))

وفي هذا المعنى يقول الشاعر :

كتبت وقد أيقنت يوم كتابتي
بأن يدي تنفى ويبقى كتابها
فإن عملت خيرا ستجزى بمثله
وإن عملت شرا علي حسابها

[رفقا أهل السنة بأهل السنة : ١٣-١٦]

Mengenai makna ini, berkata seorang penyair :

"Aku telah menulis dan aku sungguh yakin di hari aku menulisnya.
Bahwasannya tanganku akan musnah dan akan kekal tulisannya.
Dan apabila tangan tersebut melakukan amal kebaikan maka dia akan dibalas dengan yang semisalnya.
Dan apabila dia melakukan keburukan maka bagiku hisabnya"

[Rifqan Ahlas Sunnah bi Ahlus Sunnah : 13-16]

***

Dompu, 3 Rabbiul Awwal 1440H/11 November 2018

Penulis : Abu Dawud ad-Dombuwiyy 

Artikel : Meciangi-d.blogspot.com

Related Posts:

0 Response to "MENJAGA LISAN DARI BERBICARA KECUALI DALAM KEBAIKAN "

Post a Comment