FENOMENA GERHANA SEBAGAI TANDA-TANDA KEBESARAN, KEAGUNGAN SERTA KEKUASAAN ALLAH

Bismillah. Alhamdulillahu Rabbil 'alamin. Wa shallallahu 'ala Nabiyyina Muhammadin shallallahu 'alaihi wa sallam. Wa ba'du.

Fenomena alam, baik gerhana matahari ataupun gerhana bulan adalah tanda-tanda kebesaran Allah. Tidak terkait dengan kematian seseorang, tidak terkait pula dengan musibah yang terjadi. Karena itu jangan kita kaitkan ini semua dengan sesuatu yang tidak ada kaitannya.

Sebagian masyarakat berkeyakinan bahwa gerhana adalah proses ditelannya bulan atau matahari oleh makhluk besar bernama raksasa, dan untuk mengusir makhluk itu, maka mereka melakukan ritual-ritual tertentu.

Pada era 80-90-an orang-orang tua kita ketika terjadi gerhana matahari atau gerhana bulan, mereka memukul sejenis tempat untuk menumbuk padi dengan keyakinan itu dapat mengusir makhluk yang ingin menelan matahari atau bulan tersebut. Ini sungguh khurafat-khurafat yang berkembang di tengah-tengah masyarakat. Belum lagi keyakinan sebagian orang jika terjadi gerhana, ibu-ibu hamil harus merendam dirinya di sungai, supaya anak yang di kandungnya tidak hitam wajahnya seperti bulan atau matahari ketika gerhana. Dan bisa jadi keyakinan-keyakinan ini masih ada hingga sekarang.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda tentang gerhana :

الشمس والقمر آيتان من آيات الله، لا ينخسفان لموت أحد ولا لحياته، فإذا رأيتم ذلك فدعوا الله وكبروا، وصلوا وتصدقوا
[رواه البخاري، ١٠٤٤]

”Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Gerhana ini tidak terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika kalian melihat gerhana tersebut, maka berdo’alah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah shalat dan bersedekahlah.” (HR. Bukhari no.1044)

Dari Al Mughiroh bin Syu’bah berkata :

كشفت الشمس على عهد رسول الله صلى الله عليه وسلم يوم مات إبراهيم، فقال الناس كشفت الشمس لموت إبراهيم. فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ((إن الشمس والقمر لا ينخسفان لموت أحد ولا لحياته، فإذا رأيتم فصلوا وادعوا الله))
 [رواه البخاري، ١٠٤٣]

”Di masa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam pernah terjadi gerhana matahari ketika hari kematian Ibrahim. Kemudian orang-orang mengatakan bahwa munculnya gerhana ini karena kematian Ibrahim. Lantas Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, ‘Sesungguhnya gerhana matahari dan bulan tidak terjadi karena kematian atau lahirnya seseorang. Jika kalian melihat gerhana tersebut, maka shalat dan berdo’alah.’” (HR. Bukhari no. 1043)

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam langsung membantah keyakinan para shahabat waktu itu dengan mengatakan : "Sesungguhnya gerhana matahari dan bulan tidak terjadi karena kematian atau lahirnya seseorang.

Ketika terjadi gerhana di zaman Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, saat itu bertepatan dengan kematian anak Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bernama Ibrahim dari budak beliau Mariyah Al Qibthiyyah dari Mesir, karena itulah para shahabat menyangka itu ada kaitannya dengan kematian Ibrahim, maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam membantah mereka semuanya dengan hadits diatas.

Dengan demikian, hadits diatas juga sebagai bantahan dan sanggahan terhadap keyakinan dan kepercayaan sebagian umat Islam di Indonesia yang beragam dan penuh dengan khurofat terkait gerhana matahari atau gerhana bulan.

MATAHARI DAN BULAN, MAKHKUK SEPERTI KITA SEBAGAI TANDA-TANDA KEBESARAN ALLAH TA'ALA

Matahari dan bulan dua makhluk yang Allah tundukkan untuk manusia, mereka beredar pada manzilah-manzilahnya. Karena itu jangan menyembahnya, jangan mengaggungkannya, dan jangan pula memiliki keyakinan-keyakinan khurofat tentangnya.

1. Matahari dan bulan tunduk kepada Allah

Allah Ta'ala juga berfirman :

«وَٱلشَّمْسَ وَٱلْقَمَرَ وَٱلنُّجُومَ مُسَخَّرَٰتٍۭ بِأَمْرِهِۦٓ ۗ أَلَا لَهُ ٱلْخَلْقُ وَٱلْأَمْرُ ۗ تَبَارَكَ ٱللَّهُ رَبُّ ٱلْعَـٰلَمِينَ»

Artinya : "Dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam. (Al-A'raf : 54)

Pada ayat diatas Allah Ta'ala menjelaskan bahwa matahari dan bulan tunduk pada perintah-Nya, termasuk tunduknya matahari dan bulan ketika terjadi gerhana, karena semua itu tidak lain kecuali atas perintah Allah.

2Matahari dan bulan ditundukkan untuk manusia, menunjukkan manusia lebih mulia

Allah Ta'ala berfirman :

«وَسَخَّرَ لَكُمُ ٱلَّيْلَ وَٱلنَّهَارَ وَٱلشَّمْسَ وَٱلْقَمَرَ ۖ وَٱلنُّجُومُ مُسَخَّرَٰتٌۢ بِأَمْرِهِۦٓ ۗ إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَـَٔايَـٰتٍۢ لِّقَوْمٍۢ يَعْقِلُونَ»

Artinya : "Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. Dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami(nya)." (An-Nahl 12)

Karena Allah telah menundukkan matahari dan bulan untuk manusia, menunjukkan bahwa manusia lebih mulia, lalu kenapa kita menyekutukan Allah ketika terjadi gerhana matahari dan bulan?

Allah Ta'ala juga berfirman :

«وَسَخَّرَ لَكُمُ ٱلشَّمْسَ وَٱلْقَمَرَ دَآئِبَيْنِ ۖ وَسَخَّرَ لَكُمُ ٱلَّيْلَ وَٱلنَّهَارَ»

Artinya : "Dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya); dan telah menundukkan bagimu malam dan siang." (Ibrahim : 33)

Allah Ta'ala juga berfirman :

«خَلَقَ ٱلسَّمَـٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ بِٱلْحَقِّ ۖ يُكَوِّرُ ٱلَّيْلَ عَلَى ٱلنَّهَارِ وَيُكَوِّرُ ٱلنَّهَارَ عَلَى ٱلَّيْلِ ۖ وَسَخَّرَ ٱلشَّمْسَ وَٱلْقَمَرَ ۖ كُلٌّۭ يَجْرِى لِأَجَلٍۢ مُّسَمًّى ۗ أَلَا هُوَ ٱلْعَزِيزُ ٱلْغَفَّـٰرُ»

Artinya : "Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar; Dia menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Ingatlah Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun." (Az-Zumar : 5)

3. Matahari dan bulan beredar di tempat beredarnya

Allah Ta'ala berfirman :

«وَٱلشَّمْسُ تَجْرِى لِمُسْتَقَرٍّۢ لَّهَا ۚ ذَٰلِكَ تَقْدِيرُ ٱلْعَزِيزِ ٱلْعَلِيمِ. وَٱلْقَمَرَ قَدَّرْنَـٰهُ مَنَازِلَ حَتَّىٰ عَادَ كَٱلْعُرْجُونِ ٱلْقَدِيمِ»

Artinya : "Dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua. (Yasin : 38-39)

Allah Ta'ala berfirman :

«وَهُوَ ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلَّيْلَ وَٱلنَّهَارَ وَٱلشَّمْسَ وَٱلْقَمَرَ ۖ كُلٌّۭ فِى فَلَكٍۢ يَسْبَحُونَ»

Artinya : "Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya." (Al-Anbiya : 33)

4. Matahari dan Bulan adalah tanda-tanda kebesaran Allah, jangan mengagungkan apalagi menyembahnya

Allah Ta'ala berfirman :

«وَمِنْ ءَايَـٰتِهِ ٱلَّيْلُ وَٱلنَّهَارُ وَٱلشَّمْسُ وَٱلْقَمَرُ ۚ لَا تَسْجُدُوا۟ لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَٱسْجُدُوا۟ لِلَّهِ ٱلَّذِى خَلَقَهُنَّ إِن كُنتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ»

Artinya : "Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah kalian menyembah matahari maupun bulan, tapi sembahlah Allah Yang menciptakannya, Jika hanya kepada-Nya kamu menyembah. (Fusshilat : 37)

Kita dilarang menyembah matahari dan bulan, memiliki keyakinan-keyakinan syirik tentangnya. Tapi justru kita diperintahkan untuk menyembah Allah yang menciptakan mereka, jika kita benar-benar bertauhid.

5. Matahari dan bulan digunakan sebagai perhitungan hari, bulan dan tahun bukan untuk keyakinan-keyakinan syirik

Allah Ta'ala berfirman :

«فَالِقُ ٱلْإِصْبَاحِ وَجَعَلَ ٱلَّيْلَ سَكَنًۭا وَٱلشَّمْسَ وَٱلْقَمَرَ حُسْبَانًۭا ۚ ذَٰلِكَ تَقْدِيرُ ٱلْعَزِيزِ ٱلْعَلِيمِ»

Artinya : "Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat, dan (menjadikan) matahari dan bulan untuk perhitungan. Itulah ketentuan Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui." (Al-An'am : 96)

6. Matahari dan bulan serta bintang-bintang sebagai perumpamaan mudzakkar dan Muannats majazi

Allah Ta'ala berfirman :

«إِذْ قَالَ يُوسُفُ لِأَبِيهِ يَـٰٓأَبَتِ إِنِّى رَأَيْتُ أَحَدَ عَشَرَ كَوْكَبًۭا وَٱلشَّمْسَ وَٱلْقَمَرَ رَأَيْتُهُمْ لِى سَـٰجِدِينَ»

Artinya : "(Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya: "Wahai ayahku, sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku". (Yusuf : 4)

Dalam ilmu bahasa arab laki-laki dikiyaskan dengan bulan, sedangkan wanita dengan matahari. Inilah yang disebut dengan mudzakkar dan muannats majazi, berbeda dengan kita di Indonesia, laki-laki sering diibaratkan dengan matahari sedangkan wanita dengan bulan, dan ini terbalik menurut al-Qur'an dan sunnah serta menurut ilmu bahasa arab. Apalagi jika sampai dikait-kaitkan dengan perkara-perkara khurofat dan kesyirikan ketika terjadinya gerhana. Waliyaadzubillah. 

7. Ada tauhid Rububiyyah, uluhiyyah dan asma' wa sifat pada ayat-ayat tunduknya langit bumi serta matahari dan bulan

Allah Ta'ala berfirman :

«وَلَئِن سَأَلْتَهُم مَّنْ خَلَقَ ٱلسَّمَـٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ وَسَخَّرَ ٱلشَّمْسَ وَٱلْقَمَرَ لَيَقُولُنَّ ٱللَّهُ ۖ فَأَنَّىٰ يُؤْفَكُونَ»

Artinya : "Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?" Tentu mereka akan menjawab: "Allah", maka betapakah mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan yang benar)." (Al-Ankabut : 61)

Pada ayat diatas menjelaskan kepada kita orang-orang musyrik dahulu bertauhid kepada Allah secara rububiyyah, dan juga pada sebagian asma' wa sifat, namun  mereka ingkar terhadap tauhid uluhiyyah.

Allah Ta'ala juga berfirman :

ٱللَّهُ ٱلَّذِى رَفَعَ ٱلسَّمَـٰوَٰتِ بِغَيْرِ عَمَدٍۢ تَرَوْنَهَا ۖ ثُمَّ ٱسْتَوَىٰ عَلَى ٱلْعَرْشِ ۖ وَسَخَّرَ ٱلشَّمْسَ وَٱلْقَمَرَ ۖ كُلٌّۭ يَجْرِى لِأَجَلٍۢ مُّسَمًّۭى ۚ يُدَبِّرُ ٱلْأَمْرَ»
«يُفَصِّلُ ٱلْـَٔايَـٰتِ لَعَلَّكُم بِلِقَآءِ رَبِّكُمْ تُوقِنُونَ

Artinya : "Allah-lah Yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan(mu) dengan Tuhanmu." (Ar-Ra'd : 2)

Pada ayat diatas terkandung tiga jenis tauhid sekaligus, tauhid rububiyyah, asma' wa sifat serta tauhid uluhiyyah.

Allah Ta'ala juga berfirman :

إِنَّ رَبَّكُمُ ٱللَّهُ ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلسَّمَـٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ فِى سِتَّةِ أَيَّامٍۢ ثُمَّ ٱسْتَوَىٰ عَلَى ٱلْعَرْشِ يُغْشِى ٱلَّيْلَ ٱلنَّهَارَ يَطْلُبُهُۥ حَثِيثًۭا وَٱلشَّمْسَ وَٱلْقَمَرَ»
«وَٱلنُّجُومَ مُسَخَّرَٰتٍۭ بِأَمْرِهِۦٓ ۗ أَلَا لَهُ ٱلْخَلْقُ وَٱلْأَمْرُ ۗ تَبَارَكَ ٱللَّهُ رَبُّ ٱلْعَـٰلَمِينَ

Artinya : "Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam." (Al-Ankabut : 61)

Pada ayat diatas terkandung tauhid rububiyyah dan asma' wa sifat. Allah Ta'ala juga berfirman :

يُولِجُ ٱلَّيْلَ فِى ٱلنَّهَارِ وَيُولِجُ ٱلنَّهَارَ فِى ٱلَّيْلِ وَسَخَّرَ ٱلشَّمْسَ وَٱلْقَمَرَ كُلٌّۭ يَجْرِى لِأَجَلٍۢ مُّسَمًّۭى ۚ ذَٰلِكُمُ ٱللَّهُ رَبُّكُمْ لَهُ ٱلْمُلْكُ ۚ وَٱلَّذِينَ تَدْعُونَ» 
«مِن دُونِهِۦ مَا يَمْلِكُونَ مِن قِطْمِيرٍ

Artinya : "Dia memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Yang (berbuat) demikian itulah Allah Tuhanmu, kepunyaan-Nya-lah kerajaan. Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari." (Fathir :13)

Pada ayat diatas terkandung tauhid rububiyyah dan tauhid uluhiyyah. Dan tauhid rububiyyah melazimkan tauhid uluhiyyah. Karena itu jangan kita menyekutukan Allah padahal Dia subhaanahu wa Ta'ala telah menundukkan matahari dan bulan serta membolak-balikkannya menjadi malam dan siang. Lalu, apakah layak kita sekutukan Allah dengan makhluk? 

8. Matahari dan bulan merupakan tanda keagungan Allah agar kita semakin yakin dan beriman kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya

Allah Ta'ala berfirman :

وَإِذْ قَالَ إِبْرَٰهِيمُ لِأَبِيهِ ءَازَرَ أَتَتَّخِذُ أَصْنَامًا ءَالِهَةً ۖ إِنِّىٓ أَرَىٰكَ وَقَوْمَكَ فِى ضَلَـٰلٍۢ مُّبِينٍۢ. وَكَذَٰلِكَ نُرِىٓ إِبْرَٰهِيمَ مَلَكُوتَ ٱلسَّمَـٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ»
 وَلِيَكُونَ مِنَ ٱلْمُوقِنِينَ. فَلَمَّا جَنَّ عَلَيْهِ ٱلَّيْلُ رَءَا كَوْكَبًۭا ۖ قَالَ هَـٰذَا رَبِّى ۖ فَلَمَّآ أَفَلَ قَالَ لَآ أُحِبُّ ٱلْـَٔافِلِينَ. فَلَمَّا رَءَا ٱلْقَمَرَ بَازِغًۭا قَالَ هَـٰذَا رَبِّى ۖ فَلَمَّآ أَفَلَ قَالَ لَئِن لَّمْ يَهْدِنِى رَبِّى لَأَكُونَنَّ مِنَ ٱلْقَوْمِ ٱلضَّآلِّينَ. فَلَمَّا رَءَا ٱلشَّمْسَ بَازِغَةًۭ قَالَ هَـٰذَا رَبِّى هَـٰذَآ أَكْبَرُ ۖ فَلَمَّآ أَفَلَتْ قَالَ 
«يَـٰقَوْمِ إِنِّى بَرِىٓءٌۭ مِّمَّا تُشْرِكُونَ

Artinya : "Dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya, Aazar, "Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata. Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (Kami yang terdapat) di langit dan bumi dan (Kami memperlihatkannya) agar dia termasuk orang yang yakin. Ketika malam telah gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: "Inilah Tuhanku", tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: "Saya tidak suka kepada yang tenggelam. Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: "Inilah Tuhanku". Tetapi setelah bulan itu terbenam, dia berkata: "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang yang sesat. Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, dia berkata: "Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar". Maka tatkala matahari itu terbenam, dia berkata: "Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan." (Al-An'am : 74-78)

Mari kita bertaubat dan bertakwa kepada Allah. Ingatlah matahari dan bulan hanya sebagian diantara tanda-tanda kebesaran dan keagungan Allah yang nampak, agar kita semakin tunduk dan takut kepadanya serta sebagai tanda-tanda kekuasaan Allah, yang dengan itu kita dapat mengetahui perhitungan bulan dan tahun. 

Dan termasuk tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran Allah dalam hal ini adalah gerhana matahari atau gerhana bulan. Dua hal ini adalah fenomena alam yang terjadi atas kehendak Allah melalui perputaran matahari serta bulan pada manzilahnya, agar dengan kejadian tersebut, kitapun semakin takut kepada Allah, semakin yakin dan beriman kepada-Nya serta  semakin mentauhidkannya.

Adapun adanya tradisi-tradisi khurafat dan kebiasaan-kebiasaan syirik masyarakat yang berbeda-beda di setiap daerah ketika terjadi gerhana, semua itu adalah perkara khurofat dan syirik yang mereka membinasankan. Dan kesyirikan, meskipun berbeda-beda model dan jenisnya dan tempat terjadinya, tapi hakikatnya perbuatan -perbuatan itu sama saja syiriknya, karena pelajaran itu diambil dari hakikatnya, bukan penamaan.

Dan yang lagi marak pada beberapa tahun terakhir ini adalah kegiatan masyarakat yang terlalu berlebihan dalam menyambut  datangnya gerhana matahari atau gerhana bulan, baik dengan acara-acara pesta kembang api, acara nonton bareng gerhana disertai iringan musik dan lain sebagainya, terjadi campur baur dan ikhtilat antara laki-laki dan wanita, adanya kemaksiatan dan mudhorot-mudhorot lain yang bisa ditimbulkan yang menunjukkan bahwa perbuatan mereka ini salah dan bodoh. Kita sebagai kaum muslimin seharusnya  tau, ketika terjadi gerhana matahari maupun gerhana bulan, yang dianjurkan dan disunnahkan adalah memperbanyak doa kepada Allah, bertakbir memuji-Nya, melakukan sholat gerhana, serta memperbanyak sedekah dan bertaubat kepada Allah. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda pada hadits yang telah berlalu tentang gerhana serta apa yang harus kita lakukan :

الشمس والقمر آيتان من آيات الله، لا ينخسفان لموت أحد ولا لحياته، فإذا رأيتم ذلك فدعوا الله وكبروا، وصلوا وتصدقوا
[رواه البخاري، ١٠٤٤]

”Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Gerhana ini tidak terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika kalian melihat gerhana tersebut, maka berdo’alah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah shalat dan bersedekahlah.” (HR. Bukhari no.1044)

Semoga tulisan ini bermanfaat.

Related Posts:

0 Response to "FENOMENA GERHANA SEBAGAI TANDA-TANDA KEBESARAN, KEAGUNGAN SERTA KEKUASAAN ALLAH"

Post a Comment