SELFIE DAN RASA MALU



















Bismillah, alhamdulillahi Rabbil 'aalamiin, wa shallallahu 'ala Nabiyyina Muhammadin wa 'ala aalihi wa shahbihi ajma'iin. Wa ba'du.


Fenomena selfie adalah suatu peristiwa dimana seseorang berpose sedemikian rupa dengan gaya-gaya tertentu dengan tujuan agar bisa di upload di sosial media alias dunia maya. Hal seperti diatas tidak saja melanda orang-orang awam, tapi melanda juga orang-orang yang sudah berhijrah atau baru berhijrah.

Memang untuk menjadi sempurna itu butuh proses, dan diantara prosesnya adalah belajar ilmu agama. Namun serbuan teknologi yang bak tsunami ini membuat kita terus sibuk dengan teknologi dan mengabaikan belajar ilmu agama. Sejatinya teknologi itu akan terus berkembang, sehingga kita yang akan tertinggal atau kita yang akan meninggalkan teknologi. Diantara kecanggihan teknologi yang terus dikembangkan saat ini yaitu fitur kamera dengan resolusi gambar yang semakin tinggi, yang membuat selfie semakin diminati. 

Di zaman sekarang, sudah banyak wanita-wanita yang bercadar, mereka tegar diatas keyakinan mereka, bahkan mereka sampai dikatakan tenda berjalan, ninja, bahkan dikatakan teroris tapi mereka tidak perduli, karena gelar-gelar itu hanyalah kedustaan atas mereka. Namun, setelah semua itu dapat dilaksanakan,  langkah selanjutnya yaitu hendaknya mereka menghiasi dirinya dengan rasa malu. Diantara tanda adanya rasa malu, mereka tidak akan rela menampakkan dirinya dikhalayak ramai. Seperti contoh wanita yang bercadar, mereka sebenarnya sudah memiliki rasa malu, buktinya mereka mau memakai cadar dan menyembunyikan wajahnya dari pandangan laki-laki asing yang bukan mahromnya. Namun yang sangat mengherankan masih banyak juga diantara wanita-wanita bercadar tersebut yang masih suka selfie dan pamer-pamer foto di dunia maya.

Saudariku, sejatinya wanita itu fitnah, maka sembunyikan diri kalian, bukan malah selfie dan bersolek ala jahiliyyah, pamer aurat, pamer foto dengan menguploadnya di dunia maya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

((ما تركتُ بعدي فتنة أضر على الرجال من النساء))

"Aku tidak meninggalkan sepeninggalku suatu fitnah yang lebih berbahaya bagi laki-laki dari pada wanita.” [HR. Bukhari no.5096 (hal.1010) dan Muslim no.2740 (hal.1095), pustaka Baitul Afkaar ad-Dauliyyah]

Jika para wanita telah mengetahui bahwa mereka adalah fitnah, lalu untuk apa menampakkan diri di dunia maya dengan foto selfie, apalagi dengan tabarruj ala wanita jahiliyyah.

Hukum asalnya wanita itu diciptakan dengan penuh keindahan, jika mereka semakin menampakkan dirinya, atau memamerkan foto cadarnya, apalagi sampai mengekspose wajahnya, pintu-pintu fitnah-pun akan semakin terbuka. Hukum kebalikannya, semakin seorang wanita menyembunyikan darinya dari pandangan laki-laki, maka semakin terjaga pula ia dari godaan srigala-srigala buas yang berkeliaran di dunia nyata maupun di dunia maya. Ingat saudariku, benteng terkuat seorang wanita adalah istananya atau rumahnya, Allah Ta'ala berfirman :

«وَقَرْنَ فِى بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ ٱلْجَـٰهِلِيَّةِ ٱلْأُولَىٰ»

Artinya : "Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu." (QS. Al-Ahzab : 33)

Kalimat "Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu", merupakan kalimat perintah yang mengisyaratkan agar wanita berdiam dirumahnya, karena rumah bagi seorang wanita merupakan benteng dan hijab yang akan menjaganya dari pandangan laki-laki asing. Adapun benteng ketika mereka keluar dari rumahnya adalah hijabnya. 

Sebuah pepatah mengatakan : 

“Hijab adalah perisai. Mahkota bagi pemiliknya. Seolah-olah perhiasan dunia. Yang menawan orang-orang sholeh. Dalam penjara-penjara cinta diatas aqad. Seakan-akan permata yaqut yang tersimpan.”

Jika mereka telah menjadikan rumahnya sebagai benteng dan pakaiannya sebagai hijab, maka langkah selanjutnya jangan suka selfie, jangan suka pamer foto, jangan hobi upload gambar diri di dunia maya, sebab itu akan menimbulkan fitnah bagi laki-laki, dan hal itu juga termasuk diantara tanda kurangnya rasa malu pada diri seorang wanita muslimah.

MALUNYA PUTRI NABI SYU'AIB 'ALAIHISSALAM


Putri Nabi Syu'aib adalah wanita terhormat dikalangan kaumnya, dan wanita terhormat, dia akan selalu menghiasi dirinya dengan rasa malu. 

Pada suatu hari Nabi Syu'aib 'alaihissalam pernah mengutus putrinya untuk memanggil Nabi Musa 'alaihissaslam agar mendatangi ayahnya.  Allah Ta'ala berfirman :

«فَجَآءَتْهُ إِحْدَىٰهُمَا تَمْشِى عَلَى ٱسْتِحْيَآء»

Artinya : "Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu berjalan kemalu-maluan..." (QS. Al-Qashash : 25)

Berkata Ibnu Katsir rahimahullah dalam kitab tafsirnya :

قال الله تعالى : «فَجَآءَتْهُ إِحْدَىٰهُمَا تَمْشِى عَلَى ٱسْتِحْيَآء» أي مشي الحرائر، كما روي عن أمير المؤمنين .عمررضي الله عنه أنه
.قال : كانت مستترة بكم درعها

وقال ابن أبي حاتم : حدثنا أبي حدثنا أبو نعيم، حدثنا إسرائيل عن أبي إسحاق عن عمرو بن ميمون قال : قال عمر رضي الله عنه : جاءت تمشي على استحياء قائلة بثوبها على وجهها، ليست بسلفع من النساء دلاجة .ولاجة خراجة. هذا إسناد صحيح[تفسير ابن كسير، ٣\٣٤٥. دار الكتب العلمية]

Allah Ta'ala berfirman : ((Artinya : "Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu berjalan kemalu-maluan)), yaitu jalannya wanita-wanita terhormat (bukan hamba sahaya) sebagaimana yang diriwayatkan dari Amiiril Mu'miniin Umar radhiyallahu 'anhu bahwasanya dia berkata : Dia datang dengan tertutup oleh pakaiannya dari penglihatan mereka.

Berkata Ibnu Abi Hatim : Menceritakan kepada kami bapak-ku, menceritakan kepada kami Abu Na'im, menceritakan kepada kami Israil dari Abu Ishaq, dari Amr bin Maimun berkata : Umar radhiyallahu 'anhu mengatakan : Dia datang berjalan dengan malu-malu disiang hari dengan bajunya menutupi wajahnya, bukan wanita yang amat berani dan yang sering keluar rumah. Ini Isnadnya shohih. [Tafsir Ibni Katsir, 3/345 pustaka Daarul Kutub Al-Ilmiyah]

Sebenarnya putri Nabi Syu'aib 'alaihissalam tidak punya keinginan apapun tatkala menemui Nabi Musa 'alaihissalam, tapi hal itu semata-mata atas dasar perintah ayahandanya Nabi Syuaib 'alaihissalam. Karena itu ketika wanita sholihah ini mendatangi Nabi Musa 'alaihissalam, hal yang ia lakukan, (1) berjalan dalam keadaan malu. Sifat ini menunjukkan fitrah wanita sholihah, sifat wanita terhormat, bukan wanita yang sering keluar rumah, atau wanita yang berani terhadap laki-laki ajnabi (asing), dan bukan pula wanita hamba sahaya yang tidak punya rasa malu, sebab mereka ini sangat berani terhadap laki-laki asing.

(2) Sifat malunya putri Nabi Syu'aib 'alaihissalam bukan sifat malu yang dibuat-buat, sifat itu muncul dari tabiat bawaan wanita-wanita merdeka yang terhormat sebagaimana kisah Hindun binti 'Utbah tatkala Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam membaiat mereka seraya mengatakan : "Janganlah kalian berzina!" Hindun Binti 'Utbah menjawab : "Apakah wanita merdeka berzina?" Maksud ucapan Hindun binti 'Utbah ini menunjukkan keheranannya, apa ada wanita meredeka yang berzina? Sebab yang dia fahami demikian yang difahami pula oleh wanita-wanita Quraisy ketika itu bahwa wanita merdeka tidak mungkin melakukan perbuatan zina, karena yang berzina dari kalangan wanita ketika itu adalah wanita-wanita budak, wanita-wanita rendahan, bukan dari kalangan wanita-wanita yang terhormat. 

(3) Putri Nabi Syu'aib 'alaihissalam wanita yang sholihah, dan wanita sholihah tidak akan berani bertemu dengan laki-laki asing yang bukan mahramnya. Hal  ini semakna dengan kisah Maryam binti Imran ibunda Nabi Isa 'alaihissalam ketika didatangi oleh malaikat Jibril, ia merasa takut sebagai lmana firman Allah Ta'ala dalam al-Qur'an : 

«قَالَتْ إِنِّىٓ أَعُوذُ بِٱلرَّحْمَـٰنِ مِنكَ إِن كُنتَ تَقِيًّۭا»

Artinya : "Maryam berkata: "Sesungguhnya aku berlindung kepada Tuhan Yang Maha pemurah dari pada-mu, jika kamu seorang yang bertakwa". (QS. Maryam : 18).

Pada kisah diatas, Maryam merasa takut saat didatangi oleh laki-laki asing yang tidak lain adalah malaikat Jibril, sehingga ia berlindung kepada Allah dari kejahatan laki-laki tersebut padahal ia Malaikat Jibril. Inilah sikap wanita sholihah dihadapan laki-laki asing meskipun ia setampan malaikat Jibril, bukan malah sebaliknya.

(4) Sifat malu putri Nabi Syu'aib ini bukan sekedar sifat malu yang biasa-biasa saja, tapi sifat malu yang sangat indah, sampai-sampai ia menutupkan kain bajunya ke arah wajahnya agar tidak dipandang oleh Nabi Musa 'alaihissalam yang bertakwa kepada Allah.

Itulah keadaan putri Nabi Syu'aib 'alaihissalam yang membedakan ia dengan wanita-wanita hamba sahaya, yang membedakan ia dengan wanita-wanita penggoda, bahkan wanita-wanita modern di zaman kita sekarang ini. Lalu bagaimana pendapat kita dengan wanita di zaman kita yang berani berjalan berlenggak-lenggok dihadapan laki-laki asing yang bukan mahramnya? Waliyaadzubillah. 

Karena itu,  berhiaslah dengan sifat malu wahai saudariku, sebab hal itu merupakan sifat wanita-wanita terhormat dan sifat wanita-wanita sholehah. Hentikan foto selfie itu, hentikan upload foto diri di dunia maya itu, hentikan pamer aurat dan berjalan berlenggak-lenggok didepan laki-laki yang bukan mahram itu, dan hentikan pula sebar video-video narsis yang menimbulkan fitnah, baik video-video yang memperlihatkan dirimu yang bercadar berjalan berputar-putar dan berlari-lari kecil kian kemari, maupun video-video lainnya yang sekedar memperlihatkan bayanganmu. Betapa banyak laki-laki yang terfitnah akibat ulahmu, dan yang anehnya engkau sendiri tidak pernah menyadari hakikat perbuatanmu itu. Pikirkanlah apa fungsi dari perbuatan-perbuatanmu itu. Tanyakan pada dirimu apa manfaat dari video lari-lari kecil-mu yang engkau upload di akun media sosial-mu, tanyakan apa guna foto-foto selfie-mu yang engkau unggah di akun pribadi milikmu?, tanyakan juga tentang apa faedah upload foto-foto-mu yang terupdate setiap saat di jejaring sosial-mu?, dan apa pula gunanya pamer aurat-mu di seluruh akun sosial mediamu dan di akun-akun youtube-mu yang ditonton oleh jutaan laki-laki ajnabi? Bahkan jika suatu saat nanti engkau diwafatkan oleh Allah 'Azza wa Jalla, video-video yang engkau unggah dan foto selfie yang engkau upload, akan terus terpajang di galeri sosial mediamu hingga hari kiyamat nanti, dipandangi oleh laki-laki yang bukan mahram-mu hingga hari kiyamat, lalu pada hari hisab, engkau akan  membawa semua dosa jariyah yang engkau buat dan mempertanggungjawabkan semua yang telah engkau lakukan di hadapan Allah dalam keadaan menyesal, itulah penyesalan yang tidak berguna. Waliyaadzubillah.

RASA MALU TERMASUK CABANG KEIMANAN

Saudariku, rasa malu itu termasuk cabang keimanan. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

.((عن أبي هريرة رضي الله عنه، عن النبي صلى الله عليه وسلم قال : ((الإمان بضع وستون شعبة، والحياء شعبة من الإمان
[رواه البخاري (٩) ص : ٢٥-٢٦ ومسلم (٣٥) ص : ٤٨. بيت الفكار الدولية]

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : ((Iman itu ada tujuh puluh cabang lebih, dan rasa malu adalah cabang dari keimanan)). [HR. Al-Bukhari (no.9), hal : 25-26. Dan Muslim (no. 35), hal : 48. Cet. Baitul Afkar Ad-Dauliyyah]

Dalam hadits yang lain :

عن أبي هريرة، قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ((الإيمان بضع وسبعون، أو بضع وستون شعبة، أفضلها قول لا
 .((إله الله، وأدناها إماطة الأذى عن الطريق، والحياء شعبة من الإمان
[رواه ومسلم (٣٥) ص : ٤٨. بيت الفكار الدولية]

Dari Abu Hurairah, ia berkata : Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : ((Iman itu ada tujuh puluh atau enam puluh cabang lebih, dan yang paling utama adalah ucapan la ilaaha illallah, dan yang paing rendah yaitu menyingkirkan gangguan dijalanan, dan rasa malu adalah cabang dari keimanan)). [HR. Muslim (no.35), hal : 48. Cet. Baitul Afkar ad-Dauliyyah]

Dalam hadits yang lain Imam Muslim menyebutkan sanadnya :

: حدثنا سفيان ابن عيينة، عن الزهري، عن سالم، عن أبيه، سمع النبي صلى الله عليه وسلم رجلا يعظ أخاه في الحياء، فقال
.((الحياء من الإمان))
[روه مسلم (٣٦) ص : ٤٨. بيت الفكار الدولية]

Menceritakan kepada kami Sufyan bin 'Uyainah dari Zuhriy, dari Salim, dari bapak-nya, Nabi mendengar seorang laki-laki menasehati sahabatnya tentang rasa malu, maka Nabi bersabda :  ((Malu adalah bagian dari keimanan)). [HR. Muslim (no. 36), hal. 48. Cet. Baitul Afkar ad-Dauliyyah]
   
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menyebutkan bahwa iman itu bercabang dan bertingkat-tingkat, dan rasa malu termasuk cabang dari keimanan. 
 
RASA MALU ADALAH KUNCI SEGALA KEBAIKAN

Bila rasa malu telah menghiasi diri seseorang, maka hal itu akan mendatangkan kebaikan yang banyak pada diri orang tersebut. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda dalam hadits Imran bin Hushain :

عن قتادة قال : سمعت أبا السوار يحدث. أنه سمع عمران ابن حصين يحدث عن النبي صلى الله عليه وسالم أنه قال : ((الحياء
 .((لا يأتي إلا بخير
[روه مسلم (٣٧) ص : ٤٨. بيت الفكار الدولية]

Dari Qotadah berkata : Aku mendengar Abu Sawwar menceritakan. Bahwasannya dia (Abu Sawwar) mendengar Imran bin Hushain menceritakan dari Nabi shallalahu 'alaihi wa sallam bahwasannya beliau bersabda : ((Malu tidak mendatangkan sesuatu kecuali kebaikan))  [HR. Muslim (no. 37), hal. 48. Cet. Baitul Afkar ad-Dauliyyah]

Dan dari Imran bin Hushain juga bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

((الحياء خير كله))
قال أو قال : ((الحياء كله خير)). [روه مسلم (٣٧) ص : ٤٨. بيت الفكار الدولية]
 
((Malu itu kebaikan seluruhnya)). Dia berkata atau dia mengatakan : ((Malu itu semuanya baik)). [HR. Muslim (no. 37), hal. 48. Cet. Baitul Afkar ad-Dauliyyah]

Pada hadits-hadits diatas, Nabi shaallahu 'alaihi wa sallam ingin menjelaskan kepada kita bahwa rasa malu tidak mendatangkan sesuatu kecuali kebaikan. Bahkan Nabi shaallahu 'alaihi wa sallam mengatakan bahwa rasa malu itu semuanya baik, tidak ada yang buruk. Sehingga orang yang malu melakukan hal-hal yang buruk, melakukan hal-hal yang bisa menurunkan wibawa dan kehormatannya, maka orang yang seperti ini telah menjaga dirinya, menjaga muro'ah dan izzahnya dihadapan manusia, sehingga Allah-pun akan mengangkat derajat mereka dihadapan manusia, dan itulah balasan bagi orang-orang yang menjaga rasa malunya.

JIKA ENGKAU TIDAK PUNYA MALU BERBUATLAH SESUKAMU

Jika seseorang sudah tidak lagi memiliki rasa malu, dia akan melakukan apa saja yang dia inginkan, meskipun itu perkara yang haram. Dalam hadits Rasulullah shallallahu alaihi wa salam disebutkan :

عن أبي مسعود عقبة بن عمرو الأنصاري رضي الله عنه  قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((إن مما أدرك الناس من كلام
 .النبوة الأولى: إذا لم تستح فاصنع ما شئت)). رواح البخاري

Dari Abu Mas'ud 'Uqbah bin 'Amr al-Anshary radhiyallahu 'anhu berkata : Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : ((Sesungguhnya diantara yang diketahui manusia dari perkataan para nabi terdahulu : Jika engkau tidak punya malu, maka berbuatlah sesukamu)). [HR. Al-Bukhari]

Berkata Asy-Syaikh Bandar bin Nafi dalam syarah hadits diatas :

فيه دليل على فضل الحياء، وأنه مما جاء به الشرائع السابقة، وهو خلق يبعث على اجتناب القبيح، ويمنع من التقصير في حق ذي الحق، وهذا هو الحياء المحمود، وأما الحياء الذي يمنع صاحبه من القيام بالحقوق الواجبة، أو لا يمنع من فعل القبيح، فهو حياء
.مذموم

و قد جاء النصوص الكثيرة بمدح الحياء و الحث عليه، ففي ((الصحيحين)) عن ابن عمر رضي الله عمهما أن النبي سلى الله عليه
.((وسلم قال : ((الحياء من الإمان))، وثبت عنه أنه قال : ((الحياء خير كله ولا يأتي إلا بخير

ثم اعلم أن الحياء منه ما هو غريزي، ومنه ما هو مكتسب، فالغريزي هو الذي فطر عليه العبد، والمكتسب هو الذي يجاهد العبد معه نفسه حتى يبلغه، قال النبي صلى الله عليه وسلم : ((إنما الحلم بالتحلم، وإنما العلم بالتعلم))، وقال عليه الصلاة والسلام لأشج
.((أشج عبد القيس : ((إن فيك لخصلتين يحبهما الله : الحلم والأناة

 : أن المراد بقوله صلى الله عليه وسلم : ((إذا لم تستح فاصنع ما شعت)) أحد وجهين
.الأول : أنطر إلى ما تريد فعله، فإن كان مما لا يستحى منه فافعله، وإن كان يستحى منه فدعه ولا تبالي بالخلق
الثني : أن الإنسان إذا لم يستح يصنع ما يشاء ولا يبالي، لأن الذي يكفه عن مدافعة الشر هو الحياء، فإذا فقده توفرت دواعيه على
.مواقعه الشر وفعله

[الدرر السنية بفوائد الربعين النووية، ص : ٨٣-٨٤. دار ابن الجوزي]

"Pada hadits ini ada dalil yang menunjukkan keutamaan rasa malu, dan bahwasannya rasa malu termasuk yang datang dengannya syariat terdahulu, ia merupakan akhlak yang dapat menyebabkan seseorang menjauhkan diri dari perkara yang buruk, mencegah dia dari menghilangkan hak pemilik hak, ini merupakan malu yang terpuji. Adapun rasa malu yang mencegah pelakunya dari menegakkan hak-hak yang wajib, atau tidak mencegah dia dari melakukan keburukan, maka ini merupakan malu yang tercela. 

Dan sungguh telah datang nash-nash yang banyak yang memuji rasa malu dan menganjurkan berhias dengannya, dan dalam ((shohihain) dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma bahwasannya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : ((Rasa malu itu kebaikan seluruhnya dan ia tidak mendatangkan kecuali kebaikan)).

Dan ketahuilah bahwasannya rasa malu itu diantaranya ada yang bawaan (tabiat asli) dan ada juga yang diusahakan. Adapun sifat malu bawaan yaitu yang difitrahkan seorang hamba atasnya, sedangkan yang diusahakan yaitu yang diri seorang hamba bersungguh-sungguh dengannya, sampai dia mendapatkannya. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : ((Hanya saja sifat lemah lembut (sabar) itu diusahakan, dan ilmu dengan belajar)), Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepada Asyaj yaitu Asyaj Abdul Qais : ((Sesungguhnya didalam dirimu ada dua akhlak yang dicintai oleh Allah : (Al-Hilm) kesabaran dan (Al-aanah) sifat tidak tergesa-gesa)).

Sesungguhnya yang dimaksud dengan sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam : ((Jika engkau tidak punya malu maka berbuatlah sesukamu)) salah satu dari dua sisi :

Pertama : Lihatlah pada apa yang engkau inginkan, lalu kerjakanlah. Apabila dia tidak punya rasa malu dari hal tersebut maka lakukanlah, namun apabila dia malu dari melakukannya maka tinggalkanlah dan jangan engkau perduli dengan makhluk.

Kedua : Sesungguhnya manusia apabila dia tidak punya rasa malu, dia akan melakukan apa saja yang dia kehendaki dan dia tidak perduli, karena sesungguhnya yang mencegah dirinya dari mendukung keburukan adalah rasa malu, apabila ia kehilangan rasa malu maka seruannya banyak ke tempat-tempat keburukan dan diapun melakukannya." [Ad-Durar As-Saniyyah bi Fawaaid Al-Arba'iin An-Nawawiyyah, hal.83-84. Cet. Daar Ibnil Jauzi]

Mari kita tanamkan rasa takut kepada Allah wahai saudariku, karena sesungguhnya jari-jemari, mata, hati, anggota badan seluruhnya, akan diminta pertanggung jawabannya nanti pada hari kiyamat. Dan mari kita hiasi diri kita dengan rasa malu sebagaimana putri Nabi Syu'aib 'alaihissalam, dan meninggalkan foto selfie dan upload foto di dunia maya, karena hal itu tidak ada manfaatnya. Selain akan menjadi tontonan orang banyak, hal tersebut bisa juga mendatangkan 'ain jika manusia memujinya, atau bisa menimbulkan fitnah bagi yang memandangnya, atau bahkan bisa menimbulkan kemungkaran-kemungkaran lain. Ingat, foto-foto tersebut akan terus terpajang di beranda sosial mediamu meskipun engkau telah meninggal dunia. Waliyaadzubillah.

Sebagai penutup, nasihat ini tentunya tidak hanya untuk kaum muslimah, tapi juga untuk kaum laki-laki yang suka selfie. Dan jangan lupa baca juga tulisan sebelumnya dengan judul Bahaya Fitnah Wanita.

Semoga tulisan ini bermanfaat.

Dompu, Nusa Tenggara Barat : 5 Ramadhon 1441 H/28 April 2020

Penulis : Abu Dawud ad-Dombuwiyy

Artikel : Meciangi-d.blogspot.com 


Related Posts:

0 Response to "SELFIE DAN RASA MALU"

Post a Comment