QOIDAH-QOIDAH PENTING DALAM NAMA-NAMA DAN SIFAT-SIFAT ALLAH #1

Banyak orang yang tergelincir dalam kesalahan dan rusaknya aqidah akibat syubhat dan kejahilan. Diantaranya yang berkaitan dengan nama-nama dan sifat-sifat Allah 'Azza wa Jalla.

Pembahasan tentang nama dan sifat Allah merupakan pembahasan yang sangat agung dan sangat penting, karena itu sebelum kita masuk dalam pembahasan tentang nama dan sifat Allah nanti, maka perlu bagi kita semua untuk mengetahui beberapa qoidah penting dalam nama dan sifat-sifat Allah, diantaranya sebagaimana yang di sebutkan oleh Asy-Syaikh Muhammad bin Sholeh Al-'Utsaimin dalam syarah Lum'atul I'tiqod. Ada empat qoidah yang disebutkan oleh beliau rahimahullah dan insyaAllah akan kita bahas satu persatu. Untuk kali ini kita akan membahas qoidah yang pertama.

Berkata Asy-Syaikh Muhammad bin Sholeh Al-'Utsaimin rahimahullah :

:وقبل دخول في صميم الكتاب أحب أن أقدم قواعد هامة فيما يتعلق بأسماء الله وصفاته

Sebelum masuk pada inti kitab, saya menyukai agar saya mendahului dengan qoidah-qoidah penting yang berkaitan dengan nama-nama Allah dan sifat-sifat-Nya :

:القاعدة الأولى 

:في الواجب نحو نصوص الكتاب والسنة في أسماء الله وصفاته

الواجب في نصوص الكتاب وسنة : إبقاء دلالتها على ظاهرها من غير تغيير ؛ لأن الله أنزل القرآن بلسان عربي مبين والنبي صلى الله عليه وسلم يتكلم باللسان العربي، فوجب إبقاء دلالة كلام الله وكلام رسوله على ما هي عليه في ذلك اللسان؛ ولأن تغييرها عن
:ظاهرها قول على الله بلا علم وهو حرام لقوله تعالى

QOIDAH YANG PERTAMA

Wajib mengarahkan  nash-nash al-Qur'an dan sunnah dalam nama-nama Allah dan sifat-sifat-Nya :

"Yang wajib dalam (memahami) nash-nash al-Qur'an dan sunnah : yaitu menetapkan maksud ucapan tersebut secara dzohir tanpa merubahnya ; karena Allah telah menurunkan al-Qur'an dalam bahasa arab yang jelas (gamblang) dan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pun berbicara dengan bahasa arab, maka wajib menetapkan maksud ucapan Allah dan ucapan Rasul-Nya secara hakikat menurut bahasa arab ; karena merubah ucapan tersebut dari dzohirnya merupakan berbicara tentang Allah tanpa ilmu dan itu hukumnya harom berdasarkan firman Allah Ta'ala :

قُلْ إِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّىَ ٱلْفَوَٰحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَٱلْإِثْمَ وَٱلْبَغْىَ بِغَيْرِ ٱلْحَقِّ وَأَن تُشْرِكُوا۟ بِٱللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِۦ سُلْطَـٰنًۭا وَأَن تَقُولُوا۟عَلَى»
[ٱللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ» [الأعراف : ٣٣

Artinya : "Katakanlah: "Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui". [Al-A'raf : 33]

مثال ذلك قوله تعالى : «بَلْ يَدَاهُ مَبْسُوطَتَانِ يُنفِقُ كَيْفَ يَشَآءُ» [المائدة : ٦٤

Contohnya yaitu firman Allah Ta'ala :

Artinya : "(Tidak demikian), tetapi kedua-dua tangan Allah terbuka; Dia menafkahkan sebagaimana Dia kehendaki". [Al-Maidah : 64]

فإن ظاهر الآية : أن الله يدين حقيقتين فيجب إثبات ذلك له

Maka dzohir ayat ini : bahwasanya Allah memiliki dua tangan secara hakiki, maka wajib menetapkan hal itu bagi Allah.

فإذا قال قائل : المراد بهما : القوة

قلنا له : هذا صرف للكلام عن ظاهره فلا يجوز القول به؛ لإنه قول على الله بلا علم

Apabila berkata orang yang berkata : yang dimaksud dengan kedua tangan adalah : kekuatan.

Kami katakan kepadanya : "ini adalah memalingkan ucapan dari dzhohirnya, maka tidak boleh berbicara dengan ucapan tersebut ;  karena sesungguhnya itu merupakan pembicaraan tentang Allah tanpa ilmu."

[Lum'atul I'tiqood al-Haadiy ila sabiilir Rasyad, Syarah Asy-Syaikh Muhammad bin Sholeh Al-'Utsaimin, hal.8]


Ringkasan penjelasan Asy Syaikh Muhammad bin Sholeh Al-'Utsaimin terkait dengan qoidah yang pertama diatas sebagai berikut :

1. Qoidah yang pertama ini secara khusus berbicara atau membahas tentang nash-nash al-Qur'an dan as-Sunnah, yang nash-nash tersebut harus difahami secara dzohir, tidak boleh di rubah maknanya, atau di palingkan, atau diselewengkan dari dzohirnya. Contoh : Allah memiliki dua tangan, kita tidak boleh mentakwil, memalingkan, merubah makna nash tangan dengan kekuatan atau ke makna yang lain yang tidak sesuai dengan dzohirnya, karena nash-nash yang datang dalam al-Qur'an dan sunnah wajib dimaknai secara dzohir kecuali ada dalil yang memalingkan makna tersebut ke makna lain, sebagaimana qoidah mengatakan : 

الأصل في الكلام الحقيقة فلا يعدل عنها الا بدليل صحيح يمنع منها

"Hukum asal sebuah ucapan adalah hakikatnya, maka tidak boleh merubah ucapan tersebut (ke makna lain) kecuali dengan dalil yang shohih yang menghalangi dari hakikatnya".

2. Merubah atau menolak atau memisalkan atau memalingkan makna ayat dari dzohirnya termasuk berbicara tentang Allah tanpa ilmu, dan berbicara tentang Allah tanpa ilmu merupakan perkara yang diharamkan.

3. Memahami Al-Qur'an dan Sunnah dengan ilmu bahasa arab itu wajib, karena tidak bisa kita memahami Al-Qur'an dan Sunnah tanpa bahasa arab. Sebuah qoidah mengatakan :

ما لا يتم الواجب الا به فهو واجب

"Apa-apa yang tidak akan sempurna suatu perkara yang wajib kecuali dengannya maka dia itu wajib".

Qoidah ini umum, bisa masuk juga dalam hal ini. Karena itu, tidak akan sempurna seseorang memahami Al-Qur'an dan Sunnah tanpa bahasa arab, maka mempelajari bahasa arab hukumnya menjadi wajib, karena dia satu-satunya washilah (perantara/jembatan) untuk memahami Al-Qur'an dan Sunnah. Jikapun kita sudah menguasai bahasa arab, maka mari kita tundukkan akal kita pada nash-nash Al-Qur'an dan Sunnah sesuai pemahaman salaf.

Semoga bermanfaat.

***

Dompu - Nusa Tenggara Barat, 11 Ramadhan 1440 H/16 Mei 2019

Penulis : Abu Dawud ad-Dombuwiyy 

Artikel : Meciangi-d.blogspot.com 

Related Posts:

0 Response to "QOIDAH-QOIDAH PENTING DALAM NAMA-NAMA DAN SIFAT-SIFAT ALLAH #1"

Post a Comment