Bismillah, Alhamdulillahi Rabbil 'aalamiin. Wa shallallahu 'ala Nabiyyina Muhammadin wa 'ala aalihi wa shahbihi ajma'iin. Wa ba'du.
Jangan pernah merasa aman dari kesyirikan, sebab para Nabi
pun tidak pernah merasa aman dari syirik, karena itu seorang dai sejati dia
harus mendakwahkan dakwah tauhid, dan dakwah tauhid ini tidak boleh lepas walau
satu detik. Karena itu ahli tauhid dakwahnya harus di mulai dengan tauhid dan
di akhiri pula dengan tauhid. Betapa indah ucapan orang-orang yang berilmu :
يجب على الداعية أن يبدأ دعوته بالأهم فالأهم. وتوحيد الله هو قطب
رحى الدعوة ؛ منه تبدأ، واليه تنتهي، وكل عمل يجب ربطه به. [أصول الدعوة السلفية السلفية.
ص : ٧. دار المنهاج
“Wajib bagi dai sejati agar dia memulai dakwahnya dengan
perkara yang terpenting kemudian yang penting. Dan mentauhidkan Allah merupakan
poros dakwah, dari tauhid engkau memulai (dakwah tersebut), dan dari tauhid
pula engkau mengakhirinya, dan seluruh amalan wajib diikat dengan tauhid”.
[Ushuulud Da'watis Salafiyyah, hal.7 Pustaka Daarul Minhaaj]
Untuk itu perhatikan firman Allah Jalla wa ‘Alaa tentang
dakwah para Nabi. Allah Jalla wa 'Alaa berfirman tentang Nabi Nuh ‘alaihis salam :
«لَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَىٰ قَوْمِهِۦ فَقَالَ يَـٰقَوْمِ
ٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ مَا لَكُم مِّنْ إِلَـٰهٍ غَيْرُهُۥٓ إِنِّىٓ أَخَافُ عَلَيْكُمْ
عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍۢ»
Artinya, “Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada
kaumnya lalu ia berkata : "Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tidak
ada tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya (kalau kamu tidak menyembah Allah),
aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar (kiamat).” (QS. Al-A'raf : 59)
Allah Jalla wa ‘Alaa juga berfirman tentang Nabi Hud
‘alaihis salam :
«وَإِلَىٰ عَادٍ أَخَاهُمْ هُودًۭا ۗ قَالَ يَـٰقَوْمِ ٱعْبُدُوا۟
ٱللَّهَ مَا لَكُم مِّنْ إِلَـٰهٍ غَيْرُهُۥٓ ۚ أَفَلَا تَتَّقُونَ»
Artinya, “Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum 'Aad saudara
mereka, Hud. Ia berkata : “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada
tuhan bagimu selain-Nya. Maka mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya?” (QS.
Al-A'raf : 65)
Allah Jalla wa ‘Alaa juga berfirman tentang kisah Nabi
Shaleh ‘alaihis salam :
«وَإِلَىٰ ثَمُودَ أَخَاهُمْ صَـٰلِحًۭا ۗ قَالَ يَـٰقَوْمِ ٱعْبُدُوا۟
ٱللَّهَ مَا لَكُم مِّنْ إِلَـٰهٍ غَيْرُهُ»
Artinya, “Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum Tsamud
saudara mereka, Shaleh. Ia berkata : “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali
tidak ada tuhan bagimu selain-Nya…” (QS. Al-A'raf : 73)
Allah Jalla wa ‘Alaa juga berfirman tentang kisah Nabi
Syu’aib ‘alaihis salam :
«وَإِلَىٰ مَدْيَنَ أَخَاهُمْ شُعَيْبًۭا ۗ قَالَ يَـٰقَوْمِ ٱعْبُدُوا۟
ٱللَّهَ مَا لَكُم مِّنْ إِلَـٰهٍ غَيْرُهُ»
Artinya, “Dan (Kami telah mengutus) kepada penduduk madyan saudara mereka Syu'aib. Ia berkata : “Hai kaumku,
sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada tuhan bagimu selain-Nya...” (QS.
Al-A'raf : 85)
Saudaraku...Perhatikan ayat-ayat diatas, seluruh Nabi dakwah
mereka sama, tidak ada perbedaan sama sekali. Seolah-olah para Nabi saling
berpesan agar menyeru kaumnya dengan kalimat tauhid, padahal mereka hidup di
zaman dan waktu berbeda. Lalu mengapa dakwah mereka sama? Karena Allah yang telah
memerintahkan dan mewahyukan agar mereka memulai dakwahnya dengan tauhid. Allah
Jalla wa 'Alaa berfirman :
«وَلَقَدْ أُوحِىَ إِلَيْكَ وَإِلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكَ لَئِنْ
أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ ٱلْخَـٰسِرِينَ»
Artinya : "Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu
dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan),
niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang
merugi." (QS. Az-Zumar : 56)
Tidak ada dosa yang bisa menghapus total seluruh amalan
kecuali dosa syirik, karena itulah Allah peringatkan kepada seluruh Nabi agar
tidak berbuat syirik, dan Allah ancam akan menghapus amalan mereka, sehingga
wajar para Nabi-pun takut dengan kesyirikan kemudian merekapun gigih mendakwahkannya,
bahkan karena besarnya rasa takut tersebut, sampai-sampai mereka tidak pernah
merasa aman dari kesyirikan, sedangkan kita merasa aman dan bahkan cuek dari
dakwah tauhid. Perhatikan doa Nabi Ibrahim dalam Al-Qur'an, Allah Jalla wa
'Alaa berfirman :
«وَإِذْ قَالَ إِبْرَٰهِيمُ رَبِّ ٱجْعَلْ هَـٰذَا ٱلْبَلَدَ ءَامِنًۭا
وَٱجْنُبْنِى وَبَنِىَّ أَن نَّعْبُدَ ٱلْأَصْنَامَ»
Artinya : "Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata:
"Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan
jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala."
(QS. Ibrahim : 35)
Berkata Ibnu Katsir dalam tafsirnya :
قوله
: «وَٱجْنُبْنِى وَبَنِىَّ أَن نَّعْبُدَ ٱلْأَصْنَامَ» ينبغي لكل داع أن
يدعو لنفسه ولوالديه ولذريته، ثم ذكر أنه افتتن بالأصنام خلائق من الناس،
وأنه تبرأ ممن عبدها ورد أمرهم إلى الله إن شاء عذبهم وإن شاء غفر لهم،
كقول عيسى عليه سلام «إِن تُعَذِّبْهُمْ فَإِنَّهُمْ عِبَادُكَ ۖ وَإِن
تَغْفِرْ لَهُمْ فَإِنَّكَ أَنتَ ٱلْعَزِيزُ ٱلْحَكِيمُ» [المائدة : ١١٨]
وليس فيه أكثر من الرد إلى مشيئة الله تعالى لا تجويز وقوع ذلك.
[تفسير ابن كثير، ٢\٤٨٧. دار الكتب العلمية]
"Firman Allah (yang artinya) : «Dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala» semestinya bagi setiap orang yang berdo'a agar ia berdo'a untuk dirinya, kedua orang tuanya dan anak keturunannya, kemudian ia menyebutkan bahwa cukup banyak manusia yang terpedaya oleh berhala-berhala, akan tetapi ia (Ibrahim) membebaskan diri dari orang-orang yang beribadah kepadanya dan menyerahkan urusan mereka kepada Allah, jika Allah kehendaki Allah akan mengadzabnya dan jika Allah kehendaki Allah akan mengampuni mereka, sebagaimana ucapan Nabi Isa 'alaihissalam (yang artinya) «Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah
hamba-hamba Engkau, dan jika Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya
Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana» [Al-Maidah : 118] dan tidak ada cara lain kecuali menyerahkan hal itu kepada kehendak Allah Ta'ala, bukan berarti membolehkan hal (penyembahan berhala) itu terjadi." [Tafsir Ibni Katsir, 2/487. Cetakan Daarul Kutub al-'Ilmiyyah]
Berkata Asy-Syaikh Abdurrahman bin Hasan Alu Asy-Syaikh :
قوله (وَٱجْنُبْنِى وَبَنِىَّ أَن نَّعْبُدَ ٱلْأَصْنَامَ) أى
: اجعلنى و بنىَّ في جانب عن عبادة الأصنام و باعد بيننا و بينها. وقد استجاب الله
تعالى دعاءه، وجعل بينه أنبياء وجنَّبهم عبادة الأصنام وقد بين ما يوجب الخوف من ذلك
بقوله (رَبِّ إِنَّهُنَّ أَضْلَلْنَ كَثِيرًۭا مِّنَ ٱلنَّاس) فإنه هو الواقع في كل
زمان فإذ عرف الإنسان أن كثيرا وقعوا في الشرك الأكبر وضلوا بعبادة الأصنام : أوجب
ذلك خوفه من أن يقع فيما وقع فيه الكثير من الشرك الذى لا يغفر الله.
.قال إبراهيم التيمى : ومن يأمن البلاء بعد إبراهيم؟ رواه ابن جرير
وابن أبى حاتم
فلا يأمن الوقوع في الشرك إلا من هو جاهل به وبما يخلصه منه : من
العلم بالله وبما بعث به رسوله من توحيده، والنهى عن الشرك
به
[فتح المجيد شرح كتاب التوحيد. ص : ٧٤. دار الكتب العلمية]
"Firman Allah (Artinya : Dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku dari menyembah berhala-berhala) maksudnya : Jadikanlah aku dan anak cucuku di palingkan dari menyembah berhala, dan jauhkan antara kami dan antara berhala tersebut (sejauh-jauhnya). Dan sungguh Allah Ta'ala telah mengabulkan doanya, dan menjadikan anak cucunya sebagai para Nabi dan menjauhkan mereka dari beribadah kepada berhala. Dan sungguh ia (Ibrahim 'alaihissalam) telah menunjukkan apa (alasan) yang mewajibkan dia harus takut kepada syirik berdasarkan ucapannya : (Artinya : Ya Tuhanku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan daripada manusia), sesungguhnya kesyirikan itu merupakan realita yang terjadi di setiap zaman, apabila manusia telah mengetahui bahwa kebanyakan mereka telah terjatuh dalam syirik yang besar dan tersesat, karena sebab beribadah kepada berhala : hal itu mengharuskan munculnya rasa takut ia dari terjatuh pada apa yang kebanyakan (manusia) terjatuh didalamnya berupa kesyirikan yang tidak Allah ampuni."
Berkata Ibrahim At-Taimiy :
"Dan siapakah yang merasa aman dari bala' (yaitu
terjatuh dalam kesyirikan) setelah Ibrahim? (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan
Ibnu Abi Hatim)
Dan tidak ada yang merasa aman dari terjerumus dalam
kesyirikan kecuali orang yang bodoh tentang kesyirikan dan tentang apa yang dapat membersihkannya dari kesyirikan : seperti mengilmui tentang Allah dan tentang sebab diutusnya rasul seperti mentauhidkan Allah, dan larangan dari
menyekutukan-Nya. [Fathul Majid Syarh Kitaabit Tauhid, hal.66-67. Pustaka Daarus Salam]
Karena itu, mari kita dakwahkan dakwah tauhid ini, agar
kita selamat dunia akhirat. Jangan katakan bahwa dakwah tauhid inilah yang
memecah belah umat, bahkan katakan kepada mereka bahwa dakwah tauhid inilah
yang akan mempersatukan umat. Ketahuilah Nabi Ibrahim bapaknya para Nabi yang
dakwah tauhidnya sangat terkenal hingga Beliau di bakar hidup-hidup oleh
kaumnya, tapi Nabi Ibrahim tetap takut terhadap kesyirikan, bahkan
karena besarnya rasa takut Beliau, sampai-sampai Nabi Ibrahim 'alaihissalam meminta
agar dirinya dan anak cucunya di jauhkan dari syirik sejauh-jauhnya. Lalu
bagaimana dengan kita, apakah kita tidak takut terjatuh dalam kesyirikan atau bahkan
merasa aman dari kesyirikan? Karena itu mari terus belajar tauhid dan
mendakwakannya, bahkan hingga kematian menjemput kita. Semoga bermanfaat.
Wallahu a'lam
***
Dompu, 5 Rabbiul Awwal 1440H/13 November 2018
Penulis : Abu Dawud ad-Dombuwiyy
Artikel : Meciangi-d.blogspot.com
Related Posts:
0 Response to "JANGAN PERNAH MERASA AMAN DARI KESYIRIKAN"
Post a Comment