PERTANYAAN SEPUTAR SAFAR

Pertanyaan :

Assalamualaikum Ustadz, ana sedang safar bekerja di luar kota berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Pertanyaannya, batas jamak sholat ana (yakni, batas ana meringkas sholat) sampai kapan barrokallahufiek Ustadz.

Jawaban :

Alhamdulillah wa shallallahu 'ala Nabiyyina Muhammadin wa 'ala aalihi wa shahbihi ajma'iin. Wa ba'du.

Pertanyaan diatas diajukan di akun Facebook Ma'had Meci Angi oleh salah seorang dari ikhwah kita yang sedang safar.

Dalam masalah batas menjamak atau batas meringkas sholat ketika safar, ada 3 atau 5 pendapat yang bisa kita sebutkan :

1. Batas menjamak atau meringkas sholat 4 hari, setelah itu musafir melakukan sholat secara sempurna.

2. Batas menjamak atau meringkas sholat 15 hari, setelah itu musafir melakukan sholat secara sempurna.

3. Batas menjamak atau meringkas sholat 20 hari, setelah itu musafir melakukan sholat secara sempurna.

4. Batas menjamak atau meringkas sholat 20 hari jika waktunya tidak jelas, setelah itu musafir melakukan sholat secara sempurna. Jika seorang musafir berniat ingin menetap, yang dia lakukan yaitu meringkas sholat 4 hari, setelah itu ia melakukan sholat secara sempurna.

5. Jika seorang musafir tidak berniat muqim (menetap), maka dia menjamak atau meringkas sholat selamanya.

PENJELASAN SINGKAT

1. Jika seorang musafir berniat muqim (menetap), maka batas dia menjamak atau meringkas sholatnya selama 4 hari, setelah itu dia sholat sempurna yakni ; dhuhur 4 rokaat, ashar 4 rokaat dan begitu seterusnya.

Pendapat pertama ini pendapat jumhur ulama ; Maalikiyyah, Syaafi'iyyah, dan Hanaabilah. [Lihat Shohih Fiqh as-Sunnah, 1/483].

2. Jika musafir niat muqim (menetap), batas menjamak atau meringkas sholatnya 15 hari, setelah itu dia sholat sempurna

Ini pendapatnya Imam Abu Haniyfah, Imam ats-Tsauriy, dan al-Muzaniy. Diantara dalinya, apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma :

((أقام رسول الله صلى الله عليه و سلم بمكة عام الفتح خمس عشرة يقصر الصلاة)).

"Rasulullah menetap di kota Makkah pada tahun penaklukan Makkah lima belas hari, dan beliau meringkas sholat." [Lihat Shohih Fiqh as-Sunnah, 1/484].

3. Seorang musafir dia meringkas sholatnya selama 20 hari, setelahnya dia sholat sempurna sebagaimana diatas. Dalil dalam hal ini yaitu hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Abu Dawud dari Jabir mengatakan:

((أقام النبي صلى الله عليه وسلم بتبوك عشرين ليلة يقصر الصلاة)).

"Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menetap di Tabuk selama dua puluh malam, dan beliau meringkas sholat."

Hadits diatas dikeluarkan juga oleh Ibnu Hibban, al-Baihaqi, dan di shohihkan oleh Ibnu Hazm.  [Lihat Ad-Daraariy al-Mudhiyyah, 110].

4. Pendapat Imam asy-Syaukani :

واذا قام ببلد مترددا قصر إلى عشرين يوما، وإذا عزم على إقامة أربع أتم بعدها، وله تقديما وتأخيرا بأذان و إقامتين.

"Apabila seseorang tiba di suatu negeri yang tidak jelas waktunya (yakni, waktu kepulangan atau belum jelas kapan selesai urusannya), hendaknya dia meringkas sholat selama dua puluh hari, jika dia memutuskan untuk menetap maka ringkas sholat selama empat hari, kemudian sempurnakan setelahnya. Boleh dia menjamak taqdim dan ta'khiir dengan satu adzan dan dua iqomat." [Lihat Ad-Daraariy al-Mudhiyyah, 107].

5. Jika musafir tidak niat muqim, maka dia menjamak atau meringkas sholat selamanya. Ini madzhabnya al-Hasan, Qotadah, Ishaq, dan Ibnu Taimiyyah. Dalilnya beberapa hadits, baik riwayat Ibnu Abbas yang menceritakan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam yang meringkas sholat sembilan belas hari, hadits Jabir yang Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam meringkas sholat selama dua puluh hari, atau hadits 'Imron bin al-Hushoin dimana Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam meringkas sholat selama delapan belas hari. Dan atsar lainnya yaitu perbuatan Ibnu Umar:

فعن ابن عمر أنه: ((أقام بأذربيجان سنة أشهر أرتج عليهم الثلج فكان يصلى ركعتين)).

"Dari Ibnu Umar bahwasanya ia : ((Menetap di Azerbaizan selama enam bulan, dan salju terus-menerus turun kepada mereka. Maka Ibnu Umar sholat dua rokaat)). [Lihat Shohih Fiqh as-Sunnah, 1/485-486].

Jika seseorang safar seorang diri, dan tinggal sangat dekat dengan masjid yang melaksanakan sholat berjamaah, seperti safarnya wali santri yang menjemput anaknya di pesantren, menimbang pahala sholat berjamaah 27 kali lipat, maka sholat berjamaah sangat utama untuk dilakukan.

Pertimbangan lainnya karena sholat berjamaah bersama kaum muslimin akan menguatkan persaudaraan dan menumbuhkan cinta dan kebersamaan. Kecuali jika seseorang safar dengan rombongan yang memungkinkan bagi mereka untuk selalu sholat berjamaah, dan mereka tidak tahu kapan selesai urusannya maka atsar Ibnu Umar juga shohih. Wallahu a'lam.

***

Sidayu, Gresik : 18 Syawwal 1444 H/9 Mei 2023 

Dijawab oleh : Abu Dawud ad-Dombuwiyy

Artikel : Meciangi-d.blogspot.com 

Related Posts:

0 Response to "PERTANYAAN SEPUTAR SAFAR"

Post a Comment