KETIKA SYIRIK DIANGGAP BUDAYA DAN TRADISI

Bismillah, alhamdulillahi Rabbil 'aalamiin. Wa shallallahu 'ala Nabiyyina Muhammadin wa 'ala aalihi wa shahbihi ajma'iin, wa ba'du.

Syirik merupakan dosa besar yang paling besar. Tatkala dosa besar yang paling besar dianggap sebagai tradisi nenek moyang atau budaya yang harus dilestarikan, maka binasalah kaum muslimin. Karena itu tugas para da'i akan semakin berat sebagaimana para Nabi terdahulu, karena mereka akan menghadapi suatu kaum yang berpegang teguh dengan tradisi nenek moyang seperti kita berpegang teguh dengan Al-Qur'an dan sunnah.

Bahaya Berpegang Teguh dengan Tradisi

Berpegang teguh dengan tradisi nenek moyang adalah kebiasaan orang-orang jahiliyyah. Apa saja yang diwariskan oleh nenek moyangnya, mereka akan berhujjah dengannya. Allah Ta'ala berfirman dalam Al-Qur'an menceritakan tentang kaum nabi-nabi terdahulu yang sesat akibat taklid buta kepada nenek moyang mereka yang juga sesat.

«قَالَتْ رُسُلُهُمْ أَفِى ٱللَّهِ شَكٌّۭ فَاطِرِ ٱلسَّمَـٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ ۖ يَدْعُوكُمْ لِيَغْفِرَ لَكُم مِّن ذُنُوبِكُمْ وَيُؤَخِّرَكُمْ إِلَىٰٓ أَجَلٍۢ مُّسَمًّۭى ۚ قَالُوٓا۟ إِنْ أَنتُمْ إِلَّا بَشَرٌۭ مِّثْلُنَا تُرِيدُونَ أَن تَصُدُّونَا عَمَّا كَانَ يَعْبُدُ ءَابَآؤُنَا فَأْتُونَا بِسُلْطَـٰنٍۢ مُّبِينٍۢ»

Artinya : "Berkata rasul-rasul mereka: "Apakah ada keragu-raguan terhadap Allah, Pencipta langit dan bumi? Dia menyeru kamu untuk memberi ampunan kepadamu dari dosa-dosamu dan menangguhkan (siksaan)mu sampai masa yang ditentukan?" Mereka berkata: "Kamu tidak lain hanyalah manusia seperti kami juga. Kamu menghendaki untuk menghalang-halangi (membelokkan) kami dari apa yang selalu disembah nenek moyang kami (tradisi), karena itu datangkanlah kepada kami, bukti yang nyata". (QS. Ibrahim : 10).

Dalam ayat yang lain Allah Ta'ala juga berfirman :

«قَالُوٓا۟ أَجِئْتَنَا لِنَعْبُدَ ٱللَّهَ وَحْدَهُۥ وَنَذَرَ مَا كَانَ يَعْبُدُ ءَابَآؤُنَا ۖ فَأْتِنَا بِمَا تَعِدُنَآ إِن كُنتَ مِنَ ٱلصَّـٰدِقِينَ»

Artinya : "Mereka berkata: "Apakah kamu datang kepada kami, agar kami hanya menyembah Allah saja dan meninggalkan apa yang biasa disembah oleh bapak-bapak kami? maka datangkanlah azab yang kamu ancamkan kepada kami jika kamu termasuk orang-orang yang benar". (QS. Al-A'raf : 70).

Allah Ta'ala juga berfirman : 

«قَالُوا۟ يَـٰصَـٰلِحُ قَدْ كُنتَ فِينَا مَرْجُوًّۭا قَبْلَ هَـٰذَآ ۖ أَتَنْهَىٰنَآ أَن نَّعْبُدَ مَا يَعْبُدُ ءَابَآؤُنَا وَإِنَّنَا لَفِى شَكٍّۢ مِّمَّا تَدْعُونَآ إِلَيْهِ مُرِيبٍۢ»

Artinya : "Kaum Tsamud berkata: "Hai Shaleh, sesungguhnya kamu sebelum ini adalah seorang di antara kami yang kami harapkan, apakah kamu melarang kami untuk menyembah apa yang disembah oleh bapak-bapak kami? dan sesungguhnya kami betul-betul dalam keraguan yang menggelisahkan terhadap agama yang kamu serukan kepada kami". (QS. Hud : 62).

Allah Ta'ala juga berfirman : 

«قَالُوا۟ يَـٰشُعَيْبُ أَصَلَوٰتُكَ تَأْمُرُكَ أَن نَّتْرُكَ مَا يَعْبُدُ ءَابَآؤُنَآ أَوْ أَن نَّفْعَلَ فِىٓ أَمْوَٰلِنَا مَا نَشَـٰٓؤُا۟ ۖ إِنَّكَ لَأَنتَ ٱلْحَلِيمُ ٱلرَّشِيدُ»

Artinya : "Mereka berkata: "Hai Syu'aib, apakah sembahyangmu menyuruh kamu agar kami meninggalkan apa yang disembah oleh bapak-bapak kami atau melarang kami memperbuat apa yang kami kehendaki tentang harta kami. Sesungguhnya kamu adalah orang yang sangat penyantun lagi berakal". (QS. Hud : 87).

Allah Ta'ala juga berfirman : 

«إِذْ قَالَ لِأَبِيهِ وَقَوْمِهِۦ مَا هَـٰذِهِ ٱلتَّمَاثِيلُ ٱلَّتِىٓ أَنتُمْ لَهَا عَـٰكِفُونَ. قَالُوا۟ وَجَدْنَآ ءَابَآءَنَا لَهَا عَـٰبِدِينَ»

Artinya : "(Ingatlah), ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya: "Patung-patung apakah ini yang kamu tekun beribadat kepadanya?. Mereka menjawab: "Kami mendapati bapak-bapak kami menyembahnya". (QS. Al-Anbiya : 52-53).

Allah Ta'ala juga berfirman :

«وَقَالُوا۟ لَوْ شَآءَ ٱلرَّحْمَـٰنُ مَا عَبَدْنَـٰهُم ۗ مَّا لَهُم بِذَٰلِكَ مِنْ عِلْمٍ ۖ إِنْ هُمْ إِلَّا يَخْرُصُونَ. أَمْ ءَاتَيْنَـٰهُمْ كِتَـٰبًۭا مِّن قَبْلِهِۦ فَهُم بِهِۦ مُسْتَمْسِكُونَ. بَلْ قَالُوٓا۟ إِنَّا وَجَدْنَآ ءَابَآءَنَا عَلَىٰٓ أُمَّةٍۢ وَإِنَّا عَلَىٰٓ ءَاثَـٰرِهِم مُّهْتَدُونَ»

Artinya : "Dan mereka berkata: "Jikalau Allah Yang Maha Pemurah menghendaki tentulah kami tidak menyembah mereka (malaikat)". Mereka tidak mempunyai pengetahuan sedikitpun tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga belaka. Atau adakah Kami memberikan sebuah kitab kepada mereka sebelum Al Quran, lalu mereka berpegang dengan kitab itu? Bahkan mereka berkata: "Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama, dan sesungguhnya kami orang-orang yang mendapat petunjuk dengan (mengikuti) jejak mereka". (QS. Az-Zukhruf : 20-23).

Allah Ta'ala juga berfirman : 

«وَكَذَٰلِكَ مَآ أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ فِى قَرْيَةٍۢ مِّن نَّذِيرٍ إِلَّا قَالَ مُتْرَفُوهَآ إِنَّا وَجَدْنَآ ءَابَآءَنَا عَلَىٰٓ أُمَّةٍۢ وَإِنَّا عَلَىٰٓ ءَاثَـٰرِهِم مُّقْتَدُونَ»

Artinya : "Dan demikianlah, Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang pemberi peringatanpun dalam suatu negeri, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata: "Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama dan sesungguhnya kami adalah pengikut jejak-jejak mereka". (QS. Az-Zukhruf : 23).

Allah Ta'ala juga berfirman :

«وَإِذَا فَعَلُوا۟ فَـٰحِشَةًۭ قَالُوا۟ وَجَدْنَا عَلَيْهَآ ءَابَآءَنَا وَٱللَّهُ أَمَرَنَا بِهَا ۗ قُلْ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَأْمُرُ بِٱلْفَحْشَآءِ ۖ أَتَقُولُونَ عَلَى ٱللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ»

Artinya : "Dan apabila mereka melakukan perbuatan keji, mereka berkata: "Kami mendapati nenek moyang kami mengerjakan yang demikian itu, dan Allah menyuruh kami mengerjakannya". Katakanlah: "Sesungguhnya Allah tidak menyuruh (mengerjakan) perbuatan yang keji". Mengapa kamu mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?" (QS. Al-A'raf : 28).

Allah Ta'ala juga berfirman : 

«إِذْ قَالَ لِأَبِيهِ وَقَوْمِهِۦ مَا تَعْبُدُونَ. قَالُوا۟ نَعْبُدُ أَصْنَامًۭا فَنَظَلُّ لَهَا عَـٰكِفِينَ. قَالَ هَلْ يَسْمَعُونَكُمْ إِذْ تَدْعُونَ. أَوْ يَنفَعُونَكُمْ أَوْ يَضُرُّونَ. قَالُوا۟ بَلْ وَجَدْنَآ ءَابَآءَنَا كَذَٰلِكَ يَفْعَلُونَ».

Artinya : "Ketika ia (Ibrahim) berkata kepada bapaknya dan kaumnya: "Apakah yang kamu sembah?" Mereka menjawab: "Kami menyembah berhala-berhala dan kami senantiasa tekun menyembahnya". Berkata Ibrahim: "Apakah berhala-berhala itu mendengar (doa)mu sewaktu kamu berdoa (kepadanya)?, atau (dapatkah) mereka memberi manfaat kepadamu atau memberi mudharat?" Mereka menjawab: "(Bukan karena itu) sebenarnya kami mendapati nenek moyang kami berbuat demikian". (QS. Asy-Syu'ara' : 70-74).

Dari sekian ayat yang telah disebutkan diatas, kaum para Nabi mereka tersesat dari menerima petunjuk karena sebab berhujjah dengan nenek moyangnya yang sesat. 

Larungan, Tapa Bisu, Mubeng Beteng, Kirab Suro, Jamasan Pusaka adalah Bentuk Kesyirikan Zaman Sekarang Tapi dianggap Budaya

Larungan adalah tradisi sedekah laut yang banyak kita jumpai di Indonesia, seperti contoh di Yogyakarta. Larungan merupakan ritual  memberikan sedekah kepada laut, baik laut selatan, telaga, dan yang lainnya sebagai bentuk rasa syukur masyarakat atas keselamatan selama satu tahun terakhir, rasa syukur atas keberkahan hasil alam ; laut atau pertanian yang melimpah, serta memohon keselamatan dan kesejahteraan bagi para nelayan. 

Larungan juga melambangkan jengembalian hasil alam kepada alam sebagai simbol penghormatan kepada alam dan kekuatan-kekuatan ghaib. Perbuatan ini jelas syirik, tapi anehnya seluruh elemen masyarakat dan pemerintah ikut terlibat dalam memeriahkan acara-acara seperti ini. Mereka menganggap perbuatan tersebut sebagai tradisi bahkan budaya yang harus dilestarikan, waliyaadzubillah.

Sedekah laut, sedekah bumi atau apapun, hakikat perbuatan tersebut adalah kesyirikan, karena hal itu merupakan bentuk peribadatan kepada selain Allah atau jin, karena dalam ritual-ritual seperti ini ada makna ketundukan, sedangkan makna ibadah secara bahasa yaitu menghinakan diri serta tunduk dengan puncak kecintaan, 

Tapa Bisu dan Mubeng Beteng

Ada juga ritual syirik lain yang disebut dengan ritual Tapa Bisu (ritual berjalan kaki tanpa suara dan tanpa alas kaki) dan Mubeng Beteng (keliling benteng). Kegiatan ini berlangsung setiap tahun di kota Yogyakarta pada malam satu suro. Kegiatan ini dalam rangka mengikuti tradisi nenek moyang dengan tujuan membuang hal-hal buruk, menghilangkan bala dan kesialan. 

Dalam acara tersebut, para prajurit atau abdi dalem keraton melakukan tapa bisu dengan mengelilingi benteng keraton tanpa berkata-kata. Ritual ini ritual syirik warisan nenek moyang. Dan ritual itu dianggap sebagai momen untuk perenungan diri, memuhasabah diri dari dosa dan maksiat, padahal sebenarnya disaat mereka melakukan perenungan dan muhasabah diri dari dosa dan maksiat dengan ritual syirik, justru saat itulah mereka sedang melakukan dosa besar dan maksiat yang sangat besar.

Dahulu ketika masih kuliah di Yogyakarta, saya sendiri sempat menyaksikan ritual Tapa Bisu dan Mubeng Beteng ini secara langsung ketika sedang mengendarai sepeda motor Supra X pelat EA menuju pusat kota Yogyakarta. Pada saat itu saya menyaksikan para prajurit keraton sedang berjalan kaki ditengah-tengah padatnya kota Yogyakarta sambil mengelilingi benteng keraton dalam keadaan tidak berbicara sepatah katapun, sehingga ritual syirik ini disebut Tapa Bisu, dan prosesi mengelilingi benteng kerator itu dinamakan Mubeng Beteng. Ritual-ritual ini memiliki keyakinan tertentu, dan sampai saat ini ritual-ritual tersebut masih terus dilestarikan. 

Jelas ini adalah ritual-ritual syirik nenek moyang, tapi terus dilestarikan karena telah dianggap sebagai budaya.

Kirab Suro

Selain ritual syirik diatas, ada juga tradisi syirik yang serupa dengan Tapa Bisu dan Mubeng Beteng yaitu Kirab Suro. Ritual Kirab Suro adalah acara kirab mengelilingi kota sambil mengarak kebo "keramat" bernama Kiyai Slamet. Ritual ini dilakukan oleh Keraton Kasunanan Surakarta atau keraton Solo Jawa Tengah. Kegiatan ini dimulai pada malam hari sekitar pukul 23.00. Pada acara tersebut, kerbau bule alias kerbau "keramat" bernama Kiyai Slamet, di arak mengelilingi kota Solo mulai dari Kori Kamendungan menuju kawasan Sapit Urang depan Keraton hingga tembus ke jalan Sudirman kota Solo dan seterusnya. Pada acara ini, masyarakat kota Solo berbondong-bondong menyaksikan tradisi syirik tersebut sambil menunggu kerbau bule yang katanya "keramat" itu melintas, setelah itu masyarakat pun akan berebut sesaji yang konon katanya mengandung berkah itu.

Masyarakat kota Solo dan Keraton Kasunanan Surakarta memang memiliki keyakinan tertentu tentang kerbau "keramat" bernama Kiyai Slamet itu. Diantara keyakinan syiriknya ;  kebo "keramat" tersebut bisa meberikan berkah, menghilangkan mudhorot, mendatangkan manfaat dll. Keyakinan-keyakinan syirik ini mengakar di hati masyarakat Solo lebih-lebih di Keraton Kasunanan Surakarta. Adat istiadat nenek moyang yang penuh dengan kesyirikan itu memang masih terus dilestarikan hingga hari ini dengan dalih pelestarian budaya. Sejatinya itu melestarian budaya syirik yang dapat mengundang bala' dan musibah, waliyaadzubillah.

Jamasan Pusaka

Selain acara diatas, ada juga ritual syirik yang tidak kalah mengerikan yaitu Jamasan Pusaka. Jamasan Pusaka yaitu prosesi memandikan benda-benda pusaka. Acara Jamasan Pusaka ini banyak dijumpai di pulau Jawa, baik di Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat dan Yogyakarta. Proses Jamasan Pusaka dilakukan secara bertahap, dimulai dari pengambilan benda pusaka dari tempatnya, tirakatan (semedi), arak-arakan, dan tahap terakhir adalah jamasan atau memandikan benda pusaka. 

Benda pusaka ini biasanya berupa keris, tombak, gong dan benda-benda pusaka lainnya. Tujuan Jamasan Pusaka adalah untuk mendapatkan perlindungan, keselamatan dan ketentraman. Perbuatan-perbuatan ini termasuk syirik, karena mereka seolah meminta perlindungan, keselamatan dan ketentraman kepada selain Allah. 

Tradisi-tradisi diatas merupakan warisan nenek moyang yang masih terus dilestarikan, padahal mereka tidak menyadari bahwa nenek moyangnya bisa jadi berada diatas kesesatan. 

Tradisi nenek moyang memang sering dijadikan sebagai standar kebenaran menurut pelaku syirik. Sehingga apa saja yang dilakukan oleh nenek moyang meskipun itu syirik besar yang mengeluarkan dari Islam, mereka akan berpegang teguh dengannya dan mereka tidak peduli. 

Perbuatan-perbuatan diatas tidak pantas dilakukan oleh seorang yang mengaku muslim, karena semuanya masuk dalam kategori syirik. 

Tapa Bisu dan Mubeng Beteng mengandung unsur ibadah yakni membuang hal-hal buruk, menghilangkan bala dan musibah serta berbagai kesialan-kesialan lainnya, jelas ini syirik jika kepada selain Allah. 

Kirab Suro juga demikian, karena di dalamnya terkandung unsur-unsur ibadah yaitu meminta keberkahan kepada selain Allah. Kebo "keramat" tidak mengandung berkah sama-sekali, sebab keberkahan itu dari Allah semata.

Dan yang terakhir ritual Jamasan pusaka, yaitu ritual syirik karena di dalamnya mengandung unsur-unsur ibadah seperti meminta perlindungan, keselamatan dan ketentraman kepada selain Allah.

Ibadah dan Taklid Buta

Macam-macam ibadah itu sebenarnya sangat banyak, diantaranya menyembelih binatang, bernadzar, tawakkal, istighotah, meminta perlindungan, meminta pertolongan, meminta keberkahan, tawakal, doa, berharap dan lain sebagainya. Ketika seorang muslim mempersembahkan macam-macam ibadah tersebut yang seharusnya untuk Allah kepada selain Allah, maka saat itulah mereka terjatuh dalam perbuatan syirik sadar atau tidak. 

Sebenarnya inti dari acara-acara diatas adalah mengungkapkan rasa syukur, meminta keberkahan, meminta keselamatan, meminta perlindungan, meminta dihilangkan bala dan lain sebagainya, semua itu termasuk bentuk ibada, jika dipalingkan untuk selain Allah maka syirik. Ibadah itu bukan hanya ruku dan sujud, perbuatan hati seperti takut, tawakkal, khusu', berharap dan semisalnya dikategorikan sebagai bentuk ibadah. Tapi karena sudah kental dengan ritual-ritual itu, mereka tidak perduli, intinya apa kata nenek moyang. Jika nenek moyangnya mengatakan ini baik, mereka akan perpegang teguh meskipun nenek moyangnya berada di dalam kesesatan. Seperti itulah taklid buta kepada nenek moyang, telah menyesatkan manusia dari jalan Allah Ta'ala yang lurus sejak dulu. Allah Ta'ala berfirman : 

«وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ ٱتَّبِعُوا۟ مَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ قَالُوا۟ بَلْ نَتَّبِعُ مَآ أَلْفَيْنَا عَلَيْهِ ءَابَآءَنَآ ۗ أَوَلَوْ كَانَ ءَابَآؤُهُمْ لَا يَعْقِلُونَ شَيْـًۭٔا وَلَا يَهْتَدُونَ»

Artinya : "Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?". (QS. Al-Baqaroh : 170).

Apakah mereka akan tetap mengikuti juga meskipun nenek moyangnya berada dalam kesesatan? Allah Ta'ala berfirman : 

«وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْا۟ إِلَىٰ مَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ وَإِلَى ٱلرَّسُولِ قَالُوا۟ حَسْبُنَا مَا وَجَدْنَا عَلَيْهِ ءَابَآءَنَآ ۚ أَوَلَوْ كَانَ ءَابَآؤُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ شَيْـًۭٔا وَلَا يَهْتَدُونَ»

Artinya : "Apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan mengikuti Rasul". Mereka menjawab: "Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya". Dan apakah mereka itu akan mengikuti nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk?". (QS. Al-Maidah : 104).

Pada ayat yang lain Allah Ta'ala juga berfirman : 

«وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ ٱتَّبِعُوا۟ مَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ قَالُوا۟ بَلْ نَتَّبِعُ مَا وَجَدْنَا عَلَيْهِ ءَابَآءَنَآ ۚ أَوَلَوْ كَانَ ٱلشَّيْطَـٰنُ يَدْعُوهُمْ إِلَىٰ عَذَابِ ٱلسَّعِيرِ»

Artinya : "Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang diturunkan Allah". Mereka menjawab: "(Tidak), tapi kami (hanya) mengikuti apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya". Dan apakah mereka (akan mengikuti bapak-bapak mereka) walaupun syaitan itu menyeru mereka ke dalam siksa api yang menyala-nyala (neraka)?". (QS. Luqman : 21).

Seperti ini keadaan orang-orang yang berbuat syirik dari dulu sampai sekarang, taklid buta pada apa yang dilakukan oleh nenek moyang. Mereka berpegang teguh padanya sebagaimana kita mencoba berpegang teguh kepada al-Qur'an sunnah, waliyaadzubillah.

Allah Mengatur Segala Urusan di Langit dan di Bumi

Tidak ada satu makhluk-pun yang dapat mengatur lautan, bumi, gunung-gunung dan alam semesta ini kecuali Allah. Allah Ta'ala berfirman : 

«يُدَبِّرُ ٱلْأَمْرَ مِنَ ٱلسَّمَآءِ إِلَى ٱلْأَرْضِ ثُمَّ يَعْرُجُ إِلَيْهِ فِى يَوْمٍۢ كَانَ مِقْدَارُهُۥٓ أَلْفَ سَنَةٍۢ مِّمَّا تَعُدُّونَ»

Artinya : "Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu". (QS. As-Sajdah : 5).

Allah menjelaskan bahwa Dia yang mengatur segala urusan dari langit ke bumi. Keyakinan mereka memberikan sedekah laut sebagai bentuk rasa syukur atas keselamatan selama satu tahun terakhir seolah memberikan pemahaman bahwa jin-jin di laut itulah yang memiliki kuasa untuk mengatur alam, mendatangkan bahaya, menolak bala' dll, padahal semua urusan ada di tangan Allah. 

Allah Ta'ala juga berfirman pada ayat yang lain : 

«إِنَّ رَبَّكُمُ ٱللَّهُ ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلسَّمَـٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ فِى سِتَّةِ أَيَّامٍۢ ثُمَّ ٱسْتَوَىٰ عَلَى ٱلْعَرْشِ ۖ يُدَبِّرُ ٱلْأَمْرَ ۖ »

Artinya : "Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah Yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy untuk mengatur segala urusan." (QS. Yunus : 3).

Pada ayat ini Allah menyebutkan bahwa Dia-lah yang mengatur segala urusan, Allah tidak butuh sekutu dari makhluk-makhluk-Nya untuk membantu-Nya dalam kepengurusan alam semesta ini. 

Pada ayat yang lain Allah Ta'ala juga berfirman :

«قُلْ مَن يَرْزُقُكُم مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلْأَرْضِ أَمَّن يَمْلِكُ ٱلسَّمْعَ وَٱلْأَبْصَـٰرَ وَمَن يُخْرِجُ ٱلْحَىَّ مِنَ ٱلْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ ٱلْمَيِّتَ مِنَ ٱلْحَىِّ وَمَن يُدَبِّرُ ٱلْأَمْرَ ۚ فَسَيَقُولُونَ ٱللَّهُ ۚ فَقُلْ أَفَلَا تَتَّقُونَ»

Artinya : "Katakanlah: "Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?" Maka mereka akan menjawab: "Allah". Maka katakanlah "Mangapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya)?". (QS. Yunus : 31).

Pada ayat ini Allah tanyakan kepada orang-orang musyrik tentang sifat rububiyyah-Nya ; siapakah yang memberikan rizki kepadamu dari langit dan bumi, dan siapakah yang menciptakan pendengaran dan penglihatan, mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan? Maka kaum musyrikin akan menjawab, "Allah". Lalu Allah bantah mereka dengan mengatakan : "Mangapa kalian tidak bertakwa kepada-Nya?" 

Diantara bentuk taqwa yang terbaik kepada Allah adalah dengan cara mentauhidkan-Nya. Jika suatu kaum telah mengakui bahwa Allah satu-satunya yang memberikan rizki kepada mereka, yang menciptakan pendengaran dan penglihatan, yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan yang mengatur segala urusan, maka seharusnya hanya kepada Allah saja tempat mereka bersyukur dan beribadah mempersembahkan segala rasa syukur untuk-Nya, bukan bersyukur kepada selain-Nya dengan sedekah laut, sedekah bumi, lain sebagainya. 

Tidak ada satu makhluk-pun yang dapat menguasai lautan kecuali Allah. Allah tidak butuh pembantu, wakil, ajudan dan apapun untuk mengatur alam semesta. Akan tetapi yakinilah hanya Allah satu-satunya yang mampu mengatur alam semesta, adapun keyakinan laut memiliki penunggu, atau gunung memiliki penjaga, keris memiliki kesaktian, gong memiliki aura mistis, kebo memiliki keramat, maka itu hanya keyakinan syirik mereka saja yang dibangun diatas kebodohan dan taklid buta kepada nenek moyang. 

Sesungguhnya segala yang yang diyakini memiliki kemampuan untuk menjaga, menghilangkan musibah, tempat untuk bersyukur atas keselamatan dan keamanan. mereka semua tidak punya kuasa untuk melakukan semua itu walau setipis kulit ari. Allah Ta'ala berfirman :

«يُولِجُ ٱلَّيْلَ فِى ٱلنَّهَارِ وَيُولِجُ ٱلنَّهَارَ فِى ٱلَّيْلِ وَسَخَّرَ ٱلشَّمْسَ وَٱلْقَمَرَ كُلٌّۭ يَجْرِى لِأَجَلٍۢ مُّسَمًّۭى ۚ ذَٰلِكُمُ ٱللَّهُ رَبُّكُمْ لَهُ ٱلْمُلْكُ ۚ وَٱلَّذِينَ تَدْعُونَ مِن دُونِهِۦ مَا يَمْلِكُونَ مِن قِطْمِيرٍ»

Artinya : "Dia memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Yang (berbuat) demikian itulah Allah Tuhanmu, kepunyaan-Nya-lah kerajaan. Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari." (QS. Fathir : 13).

Berkata Ibnu Katsir dalam tafsir ayat diatas :

وَٱلَّذِينَ تَدْعُونَ مِن دُونِهِۦ» أي من الأصنام والأنداد التي هي على صورة من تزعمون من الملائكة المقربين «مَا يَمْلِكُونَ مِن قِطْمِيرٍ» قال ابن عباس رضي الله عنهما ومجاهد وعكرمة وعطاء وعطية العوفي والحسن وقتادة وغيرهم : القطمير هو اللفافة التي تكون على نواة التمرة، أي لا يملكون من السماوات والأرض شيئا ولا بمقدار هذا القطمير

«Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah» yaitu berhala-berhala dan tandingan-tandingan itu mereka klaim sebagai malaikat yang didekatkan. «Tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari» Berkata Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, Mujahid, Ikrimah, 'Atho', 'Athiyyah al-'Aufy, al-Hasan, Qotadah dan selain mereka : Qithmiir adalah lapisan yang ada pada biji kurma, yaitu mereka tidak memiliki sesuatu apapun dari langit dan bumi dan tidak pula seukuran setipis kulit ari-pun." [Tafsiir Ibni Katsiir, 492/3. Cet. Daarul Kutub al-'Ilmiyyah]

Penjelasan Ibnu Katsir rahimahullah tentang tafsir ayat diatas memberikan gambaran kepada kita bahwa berhala-berhala, sesembahan-sesembahan, serta sesuatu apapun yang dianggap sebagai tandingan untuk Allah, tidak memiliki andil dalam memberikan keberkahan, menghilangkan bala, memberi manfaat atau mendatangkan mudhorot sama sekali walau hanya setipis kulit ari, karena semua klaim mereka itu dusta.

Allah Yang Memberikan Keberkahan, Keselamatan dan Menghilangkan Bala'

Sebenarnya yang memberikan keberkahan adalah Allah semata, bukan selain-Nya. Allah Ta'ala berfirman : 

«وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ ٱلْقُرَىٰٓ ءَامَنُوا۟ وَٱتَّقَوْا۟ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَـٰتٍۢ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلْأَرْضِ وَلَـٰكِن كَذَّبُوا۟ فَأَخَذْنَـٰهُم بِمَا كَانُوا۟ يَكْسِبُونَ»

Artinya : "Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya." (QS. Al-A'raf : 96).

Pada ayat ini Allah menyebutkan bahwa keberkahan datang karena sebab beriman kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, bukan dengan berbuat syirik.

Demikian juga dengan keselamatan, Allah berfirman : 

«فَإِذَا رَكِبُوا۟ فِى ٱلْفُلْكِ دَعَوُا۟ ٱللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ فَلَمَّا نَجَّىٰهُمْ إِلَى ٱلْبَرِّ إِذَا هُمْ يُشْرِكُونَ»

Artinya : "Maka apabila mereka naik kapal mereka berdoa kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya; maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali) mempersekutukan (Allah)." (QS. Al-Ankabut : 65).

Pada ayat ini Allah menceritakan keadaan orang-orang musyrik ketika mereka berlayar ditengah lautan. Ketika kapal yang mereka tumpangi dikepung oleh gelombang, mereka berdo'a kepada Allah dengan ikhlas dan melupakan semua berhala-berhala yang mereka sembah, lalu Allah pun menyelamatkan mereka. Maka keselamatan itu datangnya dari Allah bukan dari berhala, bukan dari "penunggu" laut, benda pusaka, keris, tombak, gong, hewan "keramat" dan lain sebagainya, tapi dari Allah semata.

Demikian juga dengan menghilangkan bala dan kemudhorotan, Allah berfirman :

«ثُمَّ إِذَا كَشَفَ ٱلضُّرَّ عَنكُمْ إِذَا فَرِيقٌۭ مِّنكُم بِرَبِّهِمْ يُشْرِكُونَ»

Artinya : "Kemudian apabila Dia telah menghilangkan kemudharatan itu dari pada kamu, tiba-tiba sebahagian dari pada kamu mempersekutukan Tuhannya dengan (yang lain)". (QS. An-Nahl : 54).

Pada ayat ini Allah menjelaskan bahwa Dia-lah yang menghilangkan kemudhorotan, bala, musibah, bukan bukan selain-Nya.

Allah Ta'ala berfirman pada ayat yang lain :

«وَمَا بِكُم مِّن نِّعْمَةٍۢ فَمِنَ ٱللَّهِ ۖ ثُمَّ إِذَا مَسَّكُمُ ٱلضُّرُّ فَإِلَيْهِ تَجْـَٔرُونَ»

Artinya : "Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya), dan bila kamu ditimpa oleh kemudharatan, maka hanya kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan." (QS. An-Nahl : 53).

Pada ayat ini Allah menyebutkan nikmat yang ada pada kita itu dari Allah, lalu Allah memerintahkan kepada kita untuk meminta pertolongan kepada-Nya jika kita ditimpa kemudhorotan, bukan kepada selain-Nya karena selain Allah tidak memiliki kekuasaan untuk menghilangkan bala dan bahaya apalagi memindahkannya. 

«قُلِ ٱدْعُوا۟ ٱلَّذِينَ زَعَمْتُم مِّن دُونِهِۦ فَلَا يَمْلِكُونَ كَشْفَ ٱلضُّرِّ عَنكُمْ وَلَا تَحْوِيلًا»

Artinya : "Katakanlah: "Panggillah mereka yang kamu anggap (tuhan) selain Allah, maka mereka tidak akan mempunyai kekuasaan untuk menghilangkan bahaya daripadamu dan tidak pula memindahkannya". (QS. Al-Isra : 56)

Orang yang Bertauhid Rububiyyah dia Belum Dikatakan Muslim

Orang-orang kafir jahiliyyah, mereka mengakui tentang rububiyyah Allah seperti memberikan rizki, menurunkan hujan, mendatangkan musibah dan menghilangkan bala' dll. Akan tetapi keyakinan mereka tersebut tidak memasukkan mereka kedalam Islam, sehingga mereka dianggap kafir oleh Allah dan Rasul-Nya. Berkata Asy-Syaikh Muhammad At-Tamimiy rahimahullah:

أن تعلم أن الكفار الذين قاتلهم رسول الله -صلى الله عليه و سلم- مقرون بأن الله تعالى هو الرازق الخالق المدبر، و أن ذلك لم يدخلهم في الإسلام. والدليل قُله تعالى : «قُلْ مَن يَرْزُقُكُم مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلْأَرْضِ أَمَّن يَمْلِكُ ٱلسَّمْعَ وَٱلْأَبْصَـٰرَ وَمَن يُخْرِجُ ٱلْحَىَّ مِنَ ٱلْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ ٱلْمَيِّتَ مِنَ ٱلْحَىِّ وَمَن يُدَبّر ٱلْأَمْرَ ۚ فَسَيَقُولُونَ ٱللَّهُ ۚ فَقُلْ أَفَلَا تَتَّقُونَ»

"Agar engkau tahu, bahwasannya orang-orang kafir yang diperangi oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, mereka mengakui bahwasannya Allah Ta'ala adalah Yang memberi rizki, yang menciptakan, yang mengatur segala urusan, akan tetapi hal tersebut tidak lantas memasukkan mereka kedalam Islam, dalilnya yaitu firman Allah Ta'ala (yang atinya) : "Katakanlah: Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?" Maka mereka akan menjawab: "Allah". Maka katakanlah "Mangapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya)?" (QS. Yunus : 31).

Berkata Asy-Syaikh Muhammad bin Sa’id bin ‘Abdirrahmaan menjelaskan ucapan Asy-Syaikh Muhammad at-Tamimi dalam syarahnya:

    أن الكفار الذين بعث فيهم نبينا محمد صلى الله عليه وسلم كانوا من ذرية اسماعيل، و كانت فيهم بقايا من دين إبراهيم"
عليه السلام، ولذلك لا عجب أنهم كانوا يقرون أن الله خالقهم ورازقهم ومدبر امرهم لكن هل أدخلهم ذلك الإقرار في دين الإسلام
وعصهم منهم الدم والمال؟

."بين المصنف بالدليل القاطع أن ذلك لم يدخلهم في الإسلام بل حكم الله بكفرهم وأمر نبيه بقتالهم

“Bahwasannya orang-orang kafir yang diutus kepada mereka Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, mereka dari anak keturunan Nabi Ismail, dan mereka senantiasa tetap diatas agama Nabi Ibrahim ‘alaihissalam, karena itu tidaklah mengherankan bila mereka mengakui bahwa Allah yang menciptakan mereka, memberi rizki kepada mereka dan mengatur urusan mereka. Akan tetapi apakah dengan pengakuan tersebut telah memasukan mereka kedalam bagama Islam dan terjaga darah mereka dan harta mereka? 

Penulis (yaitu Asy-Syaikh Muhammad At-Tamimi) telah menunjukkan dalil yang pasti bahwasannya hal itu tidak memasukkan mereka kedalam Islam bahkan Allah telah menghukumi mereka dengan kekafiran dan Allah telah memerintahkan Nabi-Nya untuk memerangi mereka”. [Syarh Al-Qawaaidil Arbaa’, Ta’lif Muhammad bin Sa’id bin ‘Abdirrahmaan, hal 24]

Berkata Asy-Syaikh Shalih bin Sa'id As-Suhaimi dalam menjelaskan ucapan Asy-Syaikh Muhammad at-Tamimi : 

هذه القاعدة الأولى أن الإقرار بتوحيد الرببية أمر قد فطر به أكثر الناس، حتى المشركين، فقوم نوح، وقوم عاد، وقوم صالح، و كفار قريش، كلهم يقرون بأن الله هو الخالق الرازق

هذه القاعدة الأولى من القواعد الأربع أن كثيرا من المشركين، ومنهم و كفار قريش، و كذلك قوم نوح، وقوم عاد، وقوم هود، وغيرهم؛ بل أكثر المشركين كانوا يقرون بتوحيد الربوبية؛ يعني يعتقدون أن الله خالقهم ورازقهم، ومالكهم، و بارئهم والمتصرف فيهم، و أنه هو الذي يحي ويميت، وبيده الأمر كله، و إليه يرجع أمر كله، غير أن هذا الإقرار بتوحِيد الربوبية، لم يكونوا به مسلمين؛ لأنهم جحدُوا لأزمه وهو توحيد الألوهية، جحدوا أن يكون الله -تعالى- هو المستحق للعبادة، فلما جحدوه ما نفعهم هذا الإقرار

«قبل ذلك ذكر الشيخ دليلا -والأدلة كثيرة- فقال : «وَلَئِن سَأَلْتَهُم مَّنْ خَلَقَ ٱلسَّمَـٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ لَيَقُولُنَّ ٱللَّهُ ۚ قُلِ ٱلْحَمْدُ لِلَّه

هذا الإقرار لا ينفعهم وحده؛ لأنهم كفروا بلازمه وهو كون الله معبودا ومستحقا للعبادة ولذلك كفار كريش ما انكروا الربوبية؛ بل أنكروا الألوهية قال : «أَجَعَلَ ٱلْـَٔالِهَةَ إِلَـٰهًۭا وَٰحِدًا ۖ إِنَّ هَـٰذَا لَشَىْءٌ عُجَابٌۭ

"Ini adalah qoidah yang pertama bahwasannya pengakuan terhadap tauhid rububiyyah merupakan perkara yang difitrahkan kepada kebanyakan manusia, sampai orang-orang musyrik, kaum Nuh, kaum 'Aad, kaum Shaleh dan orang-orang kafir Quraisy-pun, mereka semua mengakui bahwasannya Allah adalah yang menciptakan dan yang memberi rizki.

Qoidah yang pertama ini termasuk qoidah yang empat bahwa kebanyakan dari orang-orang yang berbuat syirik, diantara mereka adalah orang-orang kafir Quraisy, demikian juga kaum Nuh, kaum 'Aad, kaum Hud, dan selain dari mereka ; bahkan kebanyakan orang-orang yang berbuat syirik tersebut mereka mengakui tentang tauhid rububiyah ; yakni mereka berkeyakinan bahwasannya Allah yang menciptakan mereka, memberi rizki kepada mereka, yang memegang kuasa atas mereka, menciptakan mereka dan yang melakukan daya upaya atas mereka. Dan bahwasannya Dia-lah yang menghidupkan dan mematikan, dan di tangan-Nya semua urusan dan kepada-Nya kembali semua urusan, walaupun demikian bahwa pengakuan mereka tentang tauhid rububiyah ini tidak lantas menjadikan mereka muslim ; karena mereka telah menolak perkara yang wajib yaitu tauhid uluhiyyah, mereka telah menolak menjadikan Allah -Ta'ala- yang berhak diberikan kepada-Nya ibadah, dan tatkala mereka menolak hal itu maka tidaklah bermanfaat bagi mereka pengakuan tersebut.

Sebelum itu Asy-Syaikh (yaitu Asy-Syaikh Muhammad At-Tamimi) telah menyebutkan dalil -yaitu dalil-dalil yang banyak- Allah berfirman (yang artinya) : "Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?" Tentu mereka akan menjawab: "Allah". (QS. Lukman : 31)

Pengakuan ini tidak bermanfaat bagi mereka sendiri; karena mereka telah kafir dengan kelazimannya yaitu menjadikan Allah (sebagai satu-satunya) yang disembah dan yang berhak menerima ibadah, karena itulah orang-orang kafir Quraisy, mereka tidak mengingkari tauhid rububiyyah, tetapi mereka mengingkari tauhid uluhiyyah. Allah berfirman (yang artinya) : "Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan Yang Satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan. (QS. Shod : 5).  [Syarh Qawaaidil Arbaa' Li Syaikhil Islam Al-Mujaddid Asy-Syaikh Muhammad At-Tamimiy, Li Fadhilati Asy-Syaikh Shalih bin Sa'id As-Suhaimi, hal.8-9]

Ayat yang artinya : "Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan Yang Satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan", menunjukkan penolakan mereka akan tauhid uluhiyyah, tauhid ibadah, dan inilah yang menyebabkan mereka dihukumi kafir meskipun mereka mengimani tentang rububiyyah Allah sebagai Rabb yang menciptakan, pemberi rizki dan yang mengatur alam semesta.

Tauhid Rububiyyah Melazimkan Tauhid Uluhiyyah

Orang-orang yang melakukan kesyirikan di zaman jahiliyyah maupun di zaman kita sekarang ini, dzohirnya mereka bertauhid rububiyyah, walaupun tauhid rububiyyahnya juga sebenarnya cacat seperti mereka menolak hari kebangkitan sebagaimana yang diceritakan oleh Al-Qur'an tentang orang-orang jahiliyyah. 

tapi hakikatnya tetapi pada aplikasinya mereka justru memberikan rasa syukur atas keselamatannya selama satu tahun kepada laut atau telaga dan sejenisnya. Sungguh ini termasuk perbuatan syirik. Padahal tauhid mereka dalam rububiyyah seharusnya melazimkan mereka bertauhid secara uluhiyyah. Berkata Asy-Syaikh Shalih bin Sa'ad as-Suhaimi :

وقد ربط الله بين هذين الأمرين في آية البقرة وغيرها من الآيات؛ في آيتين من سورة البقرة : «يَـٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱعْبُدُوا۟ رَبَّكُمُ ٱلَّذِى خَلَقَكُمْ وَٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ.ٱلَّذِى جَعَلَ لَكُمُ ٱلْأَرْضَ فِرَٰشًۭا وَٱلسَّمَآءَ بِنَآءًۭ وَأَنزَلَ مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءًۭ فَأَخْرَجَ بِهِۦ مِنَ ٱلثَّمَرَٰتِ رِزْقًۭا لَّكُمْ ۖ فَلَا تَجْعَلُوا۟ لِلَّهِ أَندَادًۭا وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ»

أولا امر بالعبادة ثم بين الأدلة التي بها  يستحق العبادة   (فَأَخْرَجَ بِهِۦ مِنَ ٱلثَّمَرَٰتِ رِزْقًۭا لَّكُمْ) ، (وَأَنزَلَ مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءً) وهو الذي بارك في هذا الماء، وهو الذي أنبت النبات ثم ختم الآيات بقوله (فَلَا تَجْعَلُوا۟ لِلَّهِ أَندَادًۭا وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ) أٰي إذا علمتم أن الله -سبحانه وتعالى- هو الذي اوجد ذلك كله، ورزقكم، وخلقكم، ومنّ عاليكم، فعليكم أن تفردوه وحده، وأن لا تجعلوا له أندادا، والند هو المثيل و النظير و الشبيه، فإن الذي خلقنا و رزقنا و أحيانا و يميتنا، هو القادر على إحيائنا مرة أخرى، هو المستحق للعبادة وحده دونما سواه.

إذن هذا القاعدة خلاصتها أن أكثر المشركين يقرون بتوحيد الربوبية؛ لكنه لا ينفعهم لأنهم ما عبدوا الله؛ بل ذبحوا لغيرالله، ونذروا لغيرالله، واستغاثوا بغيرالله وتوكلوا على غيرالله وطلبوا الهدى من غيرالله, فما اشبه الليلة بالبارحة.

"Sungguh Allah telah mengikat antara dua perkara ini (tauhid rububiyyah dan tauhid uluhiyyah) dalam surat Al-Baqaroh dan yang selainnya dari ayat-ayat (Al-Qur'an) ; dalam dua ayat dari surat Al-Baqaroh (yang artinya) : "Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa, Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui". (QS. Al baqaroh : 21-22).

Yang pertama, Allah telah memerintahkan (kita) untuk beribadah lalu Dia menunjukkan dalil-dalil yang dengan dalil-dalil tersebut Dia pantas untuk diberikan ibadah (lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu)(dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit), dan Dia (pula) yang telah memberikan berkah kepada air tersebut, dan Dia (pula) yang telah menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, kemudian Dia menutup ayat tersebut dengan firman-Nya (Karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui) yaitu apabila kalian telah mengetahui bahwasannya Allah -Subhaanahu wa Ta'ala- Yang telah menciptakan itu semua, memberikan kepada kalian rizki, Yang menciptakan kalian, dan menganugerahkan kenikmatan-kenikmatan) kepada kalian, maka wajib bagi kalian untuk mengesakan-Nya semata, dan tidak menjadikan bagi-Nya tandingan-tandingan, dan tandingan itu adalah yang semisal, yang sepadan, yang serupa, karena sesungguhnya Dia yang telah menciptakan kita, yang memberi rizki kepada kita, yang menghidupkan kita dan mematikan kita, Dia-lah yang Maha mampu menghidupkan kita kembali sekali lagi, Dia-lah semata-mata yang pantas di ibadahi bukan selain-Nya.

Dengan demikian, qoidah ini adalah inti sari bahwa kebanyakan kaum musyrikin mengakui tauhid rububiyyah; akan tetapi itu tidak bermanfaat bagi mereka karena mereka tidak beribadah kepada Allah; bahkan mereka menyembelih untuk selain Allah, bernadzar untuk selain Allah, beristighotsah kepada selain Allah, bertawakkal kepada selain Allah, dan meminta petunjuk kepada selain Allah, dan apa saja yang menyerupai itu, tidak sama dengan malam kemarin."  [Syarh Qawaaidil Arbaa' Li Syaikhil Islam Al-Mujaddid Asy-Syaikh Muhammad At-Tamimiy, Li Fadhilati Asy-Syaikh Shalih bin Sa'id As-Suhaimi, hal.8-9]

Kesyirikan dalam acara tradisi larungan, tapa bisu, nubeng beteng, kirab sura adalah kesyirikan dalam tauhid rububiyyah, karena mereka pada asalnya mengakui bahwa Allah adalah Rabb, pemberi rizki, yang menghidupkan dan mematikan, yang mengatur semua urusan, tetapi disatu sisi mereka justru menyekutukan Allah dalam hal rububiyyah Allah dengan meyakini bahwa selain Allah ada pengatur di laut, lalu mereka memberikan sedekah laut sebagai bentuk rasa syukur atas keselamatan dan keberkahan yang diberikan penjaga laut selama satu tahun, waliyaadzibillah. Jika seseorang telah mengakui bahwa Allah adalah pemberi rizki, yang memberikan keselamatan dan keberkahan, seharusnya keyakinan itu melazimkan mereka untuk mentauhidkan Allah secara uluhiyyah, karena tauhid rububiyyah melazimkan tauhid uluhiyyah. Seandainya mereka hidup di zaman Rasulullah shllallahu 'alaihi wa sallam ketika mereka berbuat syirik seperti itu, niscaya mereka akan diperangi oleh Rasulullah sebagaimana perang terhadap orang-orang kafir. 

Karena itu tinggalkan semua bentuk kesyirikan, Tinggalkan taklid buta kepada nenek moyang yang mewariskan ritual-ritual syirik diatas dan lain sebagainya, karena semua itu merupakan perbuatan dosa yang paling besar. 

Semoga tulisan ini bermanfaat untuk kita, dan memberikan sedikit pemahaman tentang realita syirik ditengah masyarakat dan butuhnya kita kepada dakwah tauhid. Kepada orang-orang yang berbuat syirik, ingat beberapa hal :  (1) Pengakuan kalian tentang tauhid rubbubiyyah melazimkan tauhid uluhiyyah, artinya jika kalian telah berikrar bahwa Allah adalah Rabb, yang memberikan rizki dll, maka kewajiban kalian adalah mengesakan Allah dalam rububiyyah uluhiyyah serta asma wa sifat. (2) Pengkauan kalian tentang tauhid rububiyyah, belum memasukkan kalian ke dalam agama Islam sebagaimana penjelasan diatas, karena hakikat Islam yang sejati adalah tauhid, yaitu mengesakan Allah dalam rububiyyah, uluhiyyah serta al-asma' was sifat.

***

Dompu, 9 Muharrom 1442 H / 17 Agustus 2021 

Penulis : Abu Dawud ad-Dombuwiyy

Artikel : Meciangi-d.blogspot.com


Related Posts:

0 Response to "KETIKA SYIRIK DIANGGAP BUDAYA DAN TRADISI"

Post a Comment