LIHAT KEBAWAH DALAM URUSAN DUNIA, & LIHAT KEATAS DALAM HAL AKHIRAT


Bismillah, alhamdulillahi Rabbil 'aalamiin. Wa shallallahu 'ala Nabiyyina Muhammadin wa 'ala aalihi wa shahbihi ajma'iin, wa ba'du.

Hidup ini memang perlu disyukuri apapun bentuknya, karena itulah tanda orang-orang yang beruntung. Dan diantara jalan untuk meningkatkan rasa syukur kita kepada Allah adalah, sering-seringlah melihat kebawah, melihat orang-orang yang fakir, orang-orang miskin, orang-orang yang lemah tak berdaya dibawah anda. Akan tetapi dalam urusan akhirat, kita harus melihat keatas, melihat kepada orang-orang yang lebih baik dari kita ; para Nabi, para sahabat, para ulama, orang-orang sholeh, agar kita termotivasi untuk melakukan semisal apa yang mereka lakukan. 

Dalam sebuah hadits, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda sebagaimana dalam hadits Imam Muslim :

عن أبي هريرة، قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ((انظروا إلى من هو أسفل منكم، ولا تنظروا إلى من هو فوقكم ؛ فهو أجدر أن لا تزدروا نعمة الله عليكم)).

"Dari Abu Hurairah, ia berkata : Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : ((Lihatlah kepada orang yang lebih rendah dari kalian, dan janganlah melihat kepada orang yang berada diatas kalian, karena yang demikian itu lebih patut bagi kalian, supaya kalian tidak meremehkan nikmat Allah yang (dianugerahkan) kepada kalian." [HR. Muslim, no.2963 (hal.1189). Cet. Baitul Afkar Ad-Dauliyyah]

Pada hadits ini, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan kita untuk melihat kepada yang lebih rendah dari kita dalam urusan dunia. Jika seseorang memiliki sepeda ontel tua, supaya menambah rasa syukurnya kepada Allah, maka lihatlah kepada orang yang lebih rendah darinya ; lihatlah para pejalan kaki, orang-orang yang lumpuh, orang yang berjalan dengan kedua tangannya, penguna kursi roda, para gelandangan yang tidur di emperan pertokoan, dll. Namun dalam urusan akhirat, maka lihatlah kepada orang-orang yang berada diatas kita, agar kita termotivasi dalam beramal sholih dan berlomba-lomba dalam kebaikan. 

Hasad-lah Tapi Dalam Kebaikan

Hasad dalam kebaikan itu boleh, selama tidak mengharapkan hilangnya nikmat itu dari orang lain.

Dalam sebuah hadits, dari Abdullah bin Mas'ud, ia berkata, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

((لا حسد إلا في اثنتين : رجل آتاه الله مالا فسلط على هلكته في الحق، ورجل آتاه الله الحكمة فهو يقضي بها ويعلمها))

((Tidak boleh hasad kecuali pada dua orang : Seseorang yang Allah beri harta, lalu dia infaqkan pada jalan kebaikan, dan seseorang yang Allah beri karunia ilmu lalu dia menunaikannya dan mengajarkannya)). [HR. Al-Bukhari, no.73 (hal.40). Muslim, no.816 (hal.317). Cet. Baitul Afkar Ad-Dauliyyah]

Jika ada teman kita yang diberi harta lalu ia infaqkan harta itu dijalan Allah, maka hasadlah kepadanya, karena itu adalah kebaikan. Jika ada teman kita yang bertambah hafalannya, meningkat kitab yang dipelajari, bertambah ilmunya, maka irilah kepadanya, karena itu akan memacu kita dalam berbuat kebaikan. 

Pada hadits diatas, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menjelaskan bolehnya hasad kepada dua orang, yang pertama orang yang diberi harta lalu dia infaqkan harta tersebut di jalan kebaikan. Kedua orang yang diberi ilmu, lalu dia menunaikan hak ilmunya dan mengajarkannya. Adapun selain kedua hal ini, maka hasad diharamkan didalam Islam sebagaimana sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam : 

((...لا تحاسدوا))

"Janganlah kalian saling hasad." [HR. Muslim no.2564 (hal.1035). Cet. Baitul Afkar Ad-Dauliyyah]

Karena itu, tidak boleh hasad kecuali pada dua hal diatas. Jika itu terjadi, maka sifat kita seolah-olah seperti sifat makhluk yang dilaknat oleh Allah yakni iblis laknatullah, ketika dia hasad kepada Nabi Adam 'alaihissalam.

Aku Tidak Secantik Dia

Wajah tampan dan cantik itu karunia Allah, tapi jika kita mendapati wajah kita hanya wajah yang pas-pas-an, cantik tidak, jelek juga tidak, tampan tidak, jelek juga tidak, maka tetap syukuri saja nikmat tersebut, karena itu adalah pemberian Allah. Jika kita cermati lagi, sebenarnya tidak tidak ada yang buruk dalam ciptaan Allah, karena Allah adalah sebaik-baik pencipta. Allah Ta'ala berfirman :

ثُمَّ خَلَقْنَا ٱلنُّطْفَةَ عَلَقَةًۭ فَخَلَقْنَا ٱلْعَلَقَةَ مُضْغَةًۭ فَخَلَقْنَا ٱلْمُضْغَةَ عِظَـٰمًۭا فَكَسَوْنَا ٱلْعِظَـٰمَ لَحْمًۭا ثُمَّ أَنشَأْنَـٰهُ خَلْقًا ءَاخَرَ ۚ فَتَبَارَكَ ٱللَّهُ أَحْسَنُ ٱلْخَـٰلِقِينَ

Artinya : "Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik." (QS. Al-Mu'minun : 14)

Sejatinya, tidak perlu terlihat tampan dan cantik untuk menjadi yang terbaik, yang utama adalah mempercantik akhlak dan bertakwa kepada Allah, niscaya seseorang akan menjadi cantik dan tampan. Karena itu, seorang muslim atau muslimah, tidak mengenal istilah operasi plastik untuk mempercantik diri atau mempertampan diri, cukup kecantikan hati dan ketakwaan qolbu yang akan mempercantik anda, tetap syukuri saja nikmat yang telah Allah berikan, karena yang perlu ada pada diri seorang muslim dan muslimah adalah melihat kepada yang berada dibawahnya agar dia lebih mudah bersyukur kepada Allah.

Dalam hadits riwayat Imam Al-Bukhari dari Abu Hurairah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: 

((إذا نظر أحدكم إلى من فضل عليه في المال والخلق فلينظر ألى من هو أسفل منه [ممن فضل عليه]))

((Apabila salah seorang kalian melihat kepada orang yang diberikan kelebihan padanya dalam masalah harta dan ciptaan (bentuk tubuh dan rupa), maka lihatlah kepada orang yang berada dibawahnya [bagi orang yang diberikan kelebihan kepadanya])). [HR. Al-Bukhari, no.2490 (hal.1244). Muslim no.2963 (hal.1188). Cet. Baitul Afkar.Ad-Dauliyyah]

Jika kita melihat kepada orang yang berada diatas kita dalam hal kecantikan dan ketampanan, para artis jauh lebih cantik dan lebih tampan dalam pandangan dzohir manusia, tapi secara hakikat, seorang muslimah yang berhijab dan takwanya kepada Allah lebih cantik dari wanita manapun, demikian juga seorang muslim sejati yang bertakwa, dia lebih jantan dan lebih gagah dengan penampilan islaminya ; berjenggot, celana diatas mata kaki, padahal inilah hakikat ketampanan.

Karena itu, untuk menambah rasa syukur seorang muslim dan muslimah kepada Allah, lihatlah kebawah, disana banyak orang-orang yang dilahirkan cacat, buta, bisu, lumpuh, dan lain sebagainya. Dan ambilllah pelajaran dari mereka serta tetaplah bersyukur kepada-Nya.

Faedah yang bisa diambil :

1. Anjuran untuk melihat kepada orang yang berada dibawah kita dalam urusan harta dan dunia, jangan melihat kepada orang yang berada diatas kita

2. Anjuran untuk melihat kepada orang yang berada diatas kita dalam urusan akhirat, jangan melihat kepada orang yang lebih rendah dari kita

3. Tujuan melihat kepada orang yang lebih rendah dari kita dalam urusan dunia, agar kita tidak mudah meremehkan nikmat Allah yang ada pada kita dan agar kita selalu mudah bersyukur atas nikmat-nikmat Allah sekecil apapun nikmat tersebut

4. Tujuan melihat kepada orang yang berada diatas kita dalam urusan akhirat adalah, agar kita semakin termotivasi, semangat, terpacu dalam mengejar akhirat, serta semangat dalam fastabiqul khairat (berlomba-lomba dalam kebaikan)  sebagaimana firman Allah Ta'ala :

«فَٱسْتَبِقُوا۟ ٱلْخَيْرَٰت»

Artinya : "Maka berlomba-lombalah dalam berbuat kebajikan." (QS. Al-Maidah : 48).

5. Anjuran untuk selalu bersyukur kepada Allah sekecil apapun nikmat tersebut, serta jangan mudah meremehkan sebuah nikmat sekecil apapun nikmat tersebut

6. Anjuran untuk lebih bersemangat dalam mengejar akhirat, berlomba-lomba didalamnya bahkan menjadi yang terbaik jika mampu

7. Keutamaan bersyukur kepada Allah 'Azza wa Jalla atas nikmat-nikmat-Nya dan bahayanya ingkar atau kufur terhadap nikmat sebagaimana firman Allah :

«وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌۭ»

Artinya : "Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (QS. Ibrahim : 7)

8. Anjuran untuk  menumbuhkan sifat cemburu dalam kebaikan dan semangat dalam beramal sholeh dan mengikuti jejak orang-orang sholeh

9. Diantara bentuk bersyukur atas nikmat Allah adalah menerima ketetapan Allah pada bentuk ciptaan tubuh, fisik, rupa dan susunan anggota badan, karena Allah menciptakan kita dengan sebaik-baik ciptaan sebagaimana firman Allah :

«ثُمَّ خَلَقْنَا ٱلنُّطْفَةَ عَلَقَةًۭ فَخَلَقْنَا ٱلْعَلَقَةَ مُضْغَةًۭ فَخَلَقْنَا ٱلْمُضْغَةَ عِظَـٰمًۭا فَكَسَوْنَا ٱلْعِظَـٰمَ لَحْمًۭا ثُمَّ أَنشَأْنَـٰهُ خَلْقًا ءَاخَرَ ۚ فَتَبَارَكَ ٱللَّهُ أَحْسَنُ ٱلْخَـٰلِقِينَ»

Artinya : "Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik." (QS. Al-Mu'minun : 14)

10. Tidak boleh mencela ciptaan Allah yang ada pada diri kita, misalnya, "Wajah yang buruk, kenapa Allah tidak menciptakanmu indah seperti wajah si fulan dan fulanah yang tampan dan cantik", ini tidak benar, yang tepat adalah lihat kepada orang-orang yang berada dibawah kita, karena di dunia ini masih banyak orang-orang yang lebih rendah dari kita dari sisi cacat fisik, ketampanan dan kecantikannya 

11. Sedikit sekali orang-orang yang pandai bersyukur kepada Allah sebagaimana firman-Nya :

«وَقَلِيلٌۭ مِّنْ عِبَادِىَ ٱلشَّكُورُ»

Artinya : "Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang berterima kasih." (QS. Saba : 13)

12. Kebalikan dari ayat diatas yakni kebanyakan dari hamba-hamba Allah, mereka kufur terhadap nikmat-nikmat Allah

13. Bolehnya hasad kepada orang-orang memiliki harta, yaitu mereka yang menginfakkan hartanya dijalan Allah 'Azza wa Jalla

14. Bolehnya hasad kepada orang-orang yang berilmu, yang mengajarkan ilmunya, dan yang mempelajari ilmu

15. Wajibnya mensyukuri nikmat-nikmat Allah 'Azza wa Jalla

16. Haramnya kufur terhadap nikmat-nikmat Allah 'Azza wa Jalla

Dan masih banyak faedah lainnya.

***

Dompu, Nusa Tenggara Barat : 17 Syawal 144H H/29 Mei 2021 

Penulis : Abu Dawud ad-Dombuwiyy

Artikel : Meciangi-d.blogspot.com

Related Posts:

0 Response to "LIHAT KEBAWAH DALAM URUSAN DUNIA, & LIHAT KEATAS DALAM HAL AKHIRAT"

Post a Comment