PRIORITAS DAKWAH ITU KHILAFAH ATAU TAUHID?

Terkait banyaknya aksi-aksi anarkis terkait atribut-atribut Islam, simbol-simbol Islam tidak lain itu dilakukan oleh orang Islam sendiri. Bahkan tidak jarang para muslimah yang seharusnya menetap di rumah-rumah mereka pun mulai turun ke jalan. Allah Ta'ala berfirman : 

«وَقَرْنَ فِى بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ ٱلْجَـٰهِلِيَّةِ ٱلْأُولَىٰ ۖ وَأَقِمْنَ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتِينَ ٱلزَّكَوٰةَ وَأَطِعْنَ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥٓ ۚ»

Artinya : "Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan Kalo bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya." (QS. Al-Ahzab : 33)

Jika kaum muslimah turun ke jalan, cadarpun menjadi tercoreng karena ulah sebagian orang yang mengatas namakan Islam. Jika laki-laki saja dilarang untuk turun ke jalan, berdemo dan lain sebagainya, lalu mengapa harus mengutus kaum akhwat untuk ikut turun ke jalan, berdemo, mengkritik kebijakan pemerintah padahal bukan seperti itu Islam yang hakiki, sungguh sangat memprihatinkan keadaan umat Islam pada hari ini.

Agama Islam adalah agama yang indah, agama yang sempurna, syariatnya telah lengkap dari segala sisinya, tidak tersisa suatu kebaikan pun kecuali telah datang penjelasannya, dan tidak ada suatu kejelekan pun kecuali telah datang peringatan atasnya. Agama Islam adalah agama yang syariat dan hukum-hukumnya semuanya inti, tidak ada kulit dalam Islam. Baik itu shalat, puasa, zakat, jihad, khilafah, tauhid dan lain sebagainya. 

Syariat-syariat itu memang harus dilaksanakan secara seksama jika memungkinkan, namun jika tidak, maka tidak semestinya ditinggalkan seluruhnya. Karena itu maka kita harus cerdas memilih yang terpenting dari semua itu, adapun yang belum bisa terlaksana dan dilaksanakan dari syariat-syariat Islam tersebut, maka kewajiban kita adalah bersabar dan bertaqwa semampu kita berdasarkan firman Allah Ta'ala :

«فَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ مَا ٱسْتَطَعْتُمْ وَٱسْمَعُوا۟ وَأَطِيعُوا۟»

“Artinya, Bertaqwalah kalian kepada Allah semampu kalian dan dengarlah serta taatlah.” 
(QS. At-Taghaabun : 16)

Untuk itu, maka wajib bagi kita menjemput sebab-sebab yang syar’i agar tegaknya Islam secara kaffah. Dan diantara sebab-sebab tersebut adalah dengan menuntut ilmu syar'i.


ILMU DULU SEBELUM BERKATA DAN MENGAMALKAN

Imam al-Bukhari mengatakan dalam kitab shohihnya :

باب : العلم قبل القول و العمل
 [صحيح البخارى في كتاب العلم : ٣٨. بيت الفكار الدولية]

"Ilmu itu sebelum berkata dan mengamalkan." (Shohih al-Bukhori dalam Kitabul 'Ilmi hal.38, pustaka Baitul Afkar ad-Dauliyyah)

Imam al-Bukhari kemudian membawakan ayat :

((فاعلم انه لا اله الا الله و استغفر لذنبك (محمد : ١٩) فبدأ بالعلم))
 [صحيح البخارى في كتاب العلم :٣٨. بيت الفكار الدولية]

“Artinya, Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (Yang Haq) melainkan Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu.” (QS. Muhammad : 19) Maka mulailah dengan ilmu." (Shohih al-Bukhori dalam Kitabul 'Ilmi hal.38, pustaka Baitul Afkar ad-Dauliyyah)

Pada ayat diatas Allah memerintahkan untuk mengetahui tentang لا اله الا الله, itu berarti mempelajari tauhid. Baru kemudian disusul dengan perintah agar memohon ampun atas dosa-dosa, itu berarti amalan. Bila Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam saja diperintahkan untuk belajar tauhid sebelum yang lain, bagaimana dengan kita sebagai umatnya?

Tapi sungguh sangat mengherankan bila ada orang-orang yang ingin menegakkan syariat Islam dengan mengkampanyekan sistem khilafahnya, tapi disisi lain mereka sangat anti bahkan sangat membenci dakwah tauhid. Mana mungkin metode dakwah yang seperti ini sesuai dengan keinginan Allah dan Rasul-Nya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri orang yang paling pertama diperintahkan oleh Allah untuk mempelajari ilmu tauhid, tapi mengapa kita mengesampingkan dakwah tauhid yang teramat penting ini. Perjuangan untuk menegakkan khilafah akan benar bila kita telah mempelajari tauhid dan mengamalkannya, bukan dengan mencaci maki pemerintah, mengkritik kebijakan pemerintah, mengatakan pemerintah ini dan itu, bahkan segala kesalahan, kekacauan, bahkan musibah di Negeri ini diklaim sebagai akibat dari tidak kembalinya kaum muslimin pada khilafah, padahal itu semua akibat praktek kesyirikan dan kebidahan yang kian marak.


DAKWAH PARA NABI SELURUHNYA MENGAJAK KEPADA TAUHID

Seluruh Nabi ‘alaihimus salaam dakwahnya mengajak kepada Tauhid. Allah Jalla wa ‘Alaa berfirman :
«وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِى كُلِّ أُمَّةٍۢ رَّسُولًا أَنِ ٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ وَٱجْتَنِبُوا۟ ٱلطَّـٰغُوتَ»

“Artinya, Dan sesungguhnya Kami telah mengutus (seorang) Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan) : “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu.” (QS. AN-Nahl :36)

Dari ayat diatas diketahui bahwa pada setiap umat Allah utus seorang Rasul, yang dakwah mereka adalah, “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut.” Ini adalah makna kalimat syahadat laa ilaaha illallah.

Allah juga berfirman :
«وَمَآ أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رَّسُولٍ إِلَّا نُوحِىٓ إِلَيْهِ أَنَّهُۥ لَآ إِلَـٰهَ إِلَّآ أَنَا۠ فَٱعْبُدُونِ»

“Artinya, Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul-pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya : “Bahwasannya tidak ada tuhan (yang haq) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian Aku.” (QS. Al-Anbiyaa’ : 25)

Dan dapat pula diambil faedah dari ayat diatas bahwa semua Rasul sebelum Nabi Muhammad, dakwah mereka diatas Tauhid, bahkan tauhidlah yang pertama kali mereka serukan diawal-awal dakwah mereka, bukan menegakkan khilafah.

Saudaraku.. Kita tidak menafikan khilafah karena khilafah itu penting bahkan itu merupakan impian setiap muslim. Namun yang paling penting dari yang penting diatas yaitu, mari memulai dakwah dengan tauhid terlebih dahulu, baru yang lainnya. Kita harus benar-benar fahami bahwa tauhidlah tujuan utama dakwah, tauhidlah yang dapat mempersatukan umat, tauhidlah yang dapat memperbaiki masyarakat. Karena itu kita harus merubah masyarakat dari hal yang mendasar, artinya dakwahkanlah dakwah tauhid bukan yang lain. Kita justru sering merasa aman dari berbuat syirik padahal ahli tauhid sangat takut kepada syirik.

Jangan pernah kita merasa aman dari kesyirikan, sebab para Nabi pun tidak pernah merasa aman dari syirik, karena itu seorang dai sejati dia harus mendakwahkan dakwah tauhid dari awal hingga akhir. Ingatlah, dakwah tauhid ini tidak boleh lepas walau satu detik. Karena itulah ahli tauhid dakwahnya pasti mereka memulainya dengan tauhid dan diakhiri pula dengan tauhid. Betapa indah ucapan orang-orang yang berilmu :

يجب على الداعية أن يبدأ دعوته بالأهم فالأهم. وتوحيد الله هو قطب رحى الدعوة ؛ منه تبدأ، واليه تنتهي، وكل عمل يجب ربطه به
[أصول الدعوة السلفية السلفية. ص : ٧. دار المنهاج]

“Wajib bagi dai sejati agar dia memulai dakwahnya dengan perkara yang terpenting kemudian yang penting. Dan mentauhidkan Allah merupakan poros dakwah, dari tauhid engkau memulai (dakwah tersebut), dan dari tauhid pula engkau mengakhirinya, dan seluruh amalan wajib diikat dengan tauhid”. (Ushuulud Da'watis Salafiyyah, hal.7 Pustaka Daarul Minhaaj)

Untuk itu perhatikan firman Allah Jalla wa ‘Alaa tentang dakwah para Nabi. Allah Jalla wa 'Alaa berfirman mengisahkan tentang Nabi Nuh ‘alaihis salam :

«لَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَىٰ قَوْمِهِۦ فَقَالَ يَـٰقَوْمِ ٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ مَا لَكُم مِّنْ إِلَـٰهٍ غَيْرُهُۥٓ إِنِّىٓ أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍۢ»

Artinya, “Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya lalu ia berkata : "Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya (kalau kamu tidak menyembah Allah), aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar (kiamat).” (QS. Al-A'raf : 59)

Allah Jalla wa ‘Alaa juga berfirman tentang Nabi Hud ‘alaihis salam :

«وَإِلَىٰ عَادٍ أَخَاهُمْ هُودًۭا ۗ قَالَ يَـٰقَوْمِ ٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ مَا لَكُم مِّنْ إِلَـٰهٍ غَيْرُهُۥٓ ۚ أَفَلَا تَتَّقُونَ»

Artinya, “Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum 'Aad saudara mereka, Hud. Ia berkata : “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada tuhan bagimu selain-Nya. Maka mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya?” (QS. Al-A'raf : 65)

Allah Jalla wa ‘Alaa juga berfirman tentang kisah Nabi Shaleh ‘alaihis salam :

«وَإِلَىٰ ثَمُودَ أَخَاهُمْ صَـٰلِحًۭا ۗ قَالَ يَـٰقَوْمِ ٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ مَا لَكُم مِّنْ إِلَـٰهٍ غَيْرُهُ»

Artinya, “Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum Tsamud saudara mereka, Shaleh. Ia berkata : “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada tuhan bagimu selain-Nya…” (QS. Al-A'raf : 73)

Allah Jalla wa ‘Alaa juga berfirman tentang kisah Nabi Syu’aib ‘alaihis salam :

«وَإِلَىٰ مَدْيَنَ أَخَاهُمْ شُعَيْبًۭا ۗ قَالَ يَـٰقَوْمِ ٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ مَا لَكُم مِّنْ إِلَـٰهٍ غَيْرُهُ»

Artinya, “Dan (Kami telah mengutus) kepada penduduk madyan saudara mereka Syu'aib. Ia berkata : “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada tuhan bagimu selain-Nya...” (QS. Al-A'raf : 85)

Perhatikan ayat-ayat diatas, seluruh Nabi dakwah mereka sama, tidak ada perbedaan sama sekali. Seolah-olah para Nabi saling berpesan agar menyeru kaumnya dengan kalimat tauhid, padahal mereka hidup di zaman dan waktu berbeda. Lalu mengapa dakwah mereka sama? Karena Allah yang telah memerintahkan dan mewahyukan agar mereka memulai dakwahnya dengan tauhid. Allah Jalla wa 'Alaa berfirman :

«وَلَقَدْ أُوحِىَ إِلَيْكَ وَإِلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ ٱلْخَـٰسِرِينَ»

Artinya : "Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi." (QS. Az-Zumar : 56)

Tidak ada dosa yang bisa menghapus total seluruh amalan kecuali dosa syirik, karena itulah Allah peringatkan kepada seluruh Nabi agar tidak berbuat syirik, dan Allah ancam akan menghapus amalan mereka, sehingga wajar para Nabi-pun takut dengan kesyirikan kemudian merekapun gigih mendakwahkannya, bahkan karena besarnya rasa takut tersebut, sampai-sampai mereka tidak pernah merasa aman dari kesyirikan, sedangkan kita merasa aman dan bahkan cuek dari dakwah tauhid. Perhatikan doa Nabi Ibrahim dalam Al-Qur'an, Allah Jalla wa 'Alaa berfirman :

«وَإِذْ قَالَ إِبْرَٰهِيمُ رَبِّ ٱجْعَلْ هَـٰذَا ٱلْبَلَدَ ءَامِنًۭا وَٱجْنُبْنِى وَبَنِىَّ أَن نَّعْبُدَ ٱلْأَصْنَامَ»

Artinya : "Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala." (QS. Ibrahim : 35)

Berkata Asy-Syaikh Abdurrahman bin Hasan Alu Asy-Syaikh :

قوله (وَٱجْنُبْنِى وَبَنِىَّ أَن نَّعْبُدَ ٱلْأَصْنَامَ) أى : اجعلنى و بنىَّ في جانب عن عبادة الأصنام و باعد بيننا و بينهما. وقد استجاب الله تعالى دعاءه، وجعل بينه أنبياء وجنَّبهم عبادة الأصنام وقد بين ما يوجب الخوف من ذلك بقوله (رَبِّ إِنَّهُنَّ أَضْلَلْنَ كَثِيرًۭا مِّنَ ٱلنَّاس) فإنه هو الواقع في كل زمان فإذ عرف الإنسان أن كثيرا وقعوا في الشرك الأكبر وضلوا بعبادة الأصنام : أوجب ذلك خوفه من أن يقع فيما وقع فيه الكثير من الشرك الذى لا يغفر الله

قال إبراهيم التيمى : ومن يأمن البلاء بعد إبراهيم؟ رواه ابن جرير وابن أبى حاتم

فلا يأمن الوقوع في الشرك إلا من هو جاهل به وبما يخلصه منه : من العلم بالله وبما بعث به رسوله من توحيده، والنهى عن الشرك به
[فتح المجيد شرح كتاب التوحيد. ص : ٧٤. دار الكتب العلمية]

"Firman Allah (Artinya : Dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku dari menyembah berhala-berhala) yaitu : Jadikanlah aku dan anak cucuku di palingkan dari menyembah berhala, dan jauhkan antara kami dan antara berhala tersebut (sejauh-jauhnya). Dan sungguh Allah telah mengabulkan doanya, dan menjadikan anak cucunya sebagai para Nabi dan Dia menjauhkan mereka dari beribadah kepada berhala dan sungguh Ibrahim 'alaihissalam telah menunjukkan apa (alasan) yang membuat dia harus takut kepada syirik dengan ucapannya : (Artinya : "Ya Tuhanku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan daripada manusia). Maka sungguh kesyirikan itu merupakan realita yang terjadi di setiap zaman, apabila manusia telah mengetahui bahwa kebanyakan mereka terjatuh dalam syirik besar dan terjatuh pula dalam kesesatan itu disebabkan karena mereka beribadah kepada berhala : maka hal tersebut mengharuskan munculnya rasa takut dia dari terjatuh pada perkara yang kebanyakan orang telah terjatuh didalamnya berupa perkara kesyirikan yang Allah tidak akan mengampuninya."

Berkata Ibrahim At-Taimiy :

"Dan siapakah yang merasa aman dari bala' (yaitu terjatuh dalam kesyirikan) setelah Ibrahim? (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim)

Dan tidaklah ada yang merasa aman dari terjerumus dalam kesyirikan kecuali orang yang bodoh tentang kesyirikan dan tentang apa saja yang dapat membersihkan dia dari kesyirikan : seperti berilmu tentang Allah dan berilmu tentang apa-apa yang diutus dengannya Rasul :  seperti mentauhidkan Allah, dan larangan dari menyekutukan-Nya". [Fathul Majid Syarhu Kitaabit Tauhid,hal.74. Pustaka Baitul Afkar Ad-Dauliyyah]

Karena itu, maka mari kita dakwahkan dakwah tauhid ini terlebih dahulu baru khilafah. Apakah kita sudah merasa aman dari kesyirikan padahal Nabi Ibrahim tidak merasa aman darinya. Jangan katakan bahwa dakwah tauhid inilah yang memecah belah umat, bahkan katakanlah bahwa dakwah tauhid inilah yang akan mempersatukan umat dan dengan tauhid pula khilafah akan tegak.

Mungkin perlu kita pertanyakan juga mengapa begitu gigihnya Nabi kita Rasulullah Muhammad shallallahu 'alaihi wa salam memulai dakwahnya dengan tauhid. Sampai-sampai di mekkah Nabi berdakwah tauhid selama 13 tahun dan tidak putus asa Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam terus mendakwahkannya hingga berlanjut lagi ketika di madinah selama 10 tahun. Ada apa gerangan sehingga Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam terus menerus menyerukan dakwah tauhid ini, bahkan sampai beliau mendapatkan cercaan dan makian, tuduhan gila, tuduhan sebagai penyihir, bahkan sampai terjadi kontak fisik dan pemukulan terhadap Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam oleh kaumnya. Jawabanya ada pada surat al-Muddatstsir  Allah 'Azza wa Jalla berfirman :

يَـٰٓأَيُّهَا ٱلْمُدَّثِّرُ. قُمْ فَأَنذِرْ. وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ. وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ. وَٱلرُّجْزَ فَٱهْجُرْ. وَلَا تَمْنُن تَسْتَكْثِرُ. وَلِرَبِّكَ فَٱصْبِرْ

“Artinya, Hai orang yang berkemul (berselimut). Bangunlah, lalu berilah peringatan! Dan Tuhanmu agungkanlah. Dan pakaianmu bersihkanlah. Dan perbuatan dosa (menyembah berhala) tinggalkanlah. Dan janganlah kamu memberi (dengan maksud memperoleh (balasan) yang lebih banyak. Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu bersabarlah.” (Al-Mudatstsir : 1-5)

Berkata Asy-Syaikh Muhammad at-Tamimi rahimahullah dalam Kitab Ats-Tsalaatsatu al-'Ushuul menjelaskan ayat diatas : 

“Beliau diutus oleh Allah untuk memperingatkan (manusia) dari syirik dan menyeru kepada tauhid. Dalilnya adalah firman Allah : Artinya, “Hai orang yang berkemul (berselimut). Bangunlah, lalu berilah peringatan Dan Tuhanmu agungkanlah. Dan pakaianmu bersihkanlah. Dan perbuatan dosa (menyembah berhala) tinggalkanlah. Dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah.” (Al-Mudatstsir : 1-7).

Makna «قُمْ فَأَنذِر» yaitu memperingatkan dari kesyirikan dan menyeru kepada tauhid. «وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ» yaitu agungkanlah dengan tauhid. «وَثِيَابَكَ فَطَهِّر» yaitu : bersihkan amal perbuatanmu dari kesyirikan. «وَٱلرُّجْزَ فَٱهْجُرْ» yaitu : «الرجز» berhala-berhala dan «هجرها» yaitu meninggalkan berhala-berhala dan berlepas diri dari berhala-berhala tersebut dan para penyembah berhala.” [Syarh Tsalaatsati al-’Ushuul, (hal.84), pustaka Daar al-Kutub al-Ilmiyyah]

Dalil-dalil diatas menjelaskan kepada kita akan daruratnya dakwah tauhid, karena itu kita harus prioritaskan tauhid dari pada yang lainnya, dan mari kita fahamkan masyarakat dari bahaya syirik, karena syirik adalah dosa paling besar,  dan dosa yang tidak diampuni. Jika syirik dosa yang paling besar dan tidak diampuni, maka ini juga merupakan dalil yang kuat menunjukkan sudah selayaknya kita mendahulukan dakwah tauhid ini dari pada yang lainnya. Allah 'Azza wa Jalla berfirman :

«إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِۦ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَن يَشَآءُ ۚ وَمَن يُشْرِكْ بِٱللَّهِ فَقَدِ ٱفْتَرَىٰٓ إِثْمًا عَظِيمًا»

Artinya : "Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar." (QS.An-Nisa' : 48)

Allah 'Azza wa Jalla juga berfirman :

«وَلَا تَجْعَلْ مَعَ ٱللَّهِ إِلَـٰهًا ءَاخَرَ فَتُلْقَىٰ فِى جَهَنَّمَ مَلُومًۭا مَّدْحُورًا»

"Artinya : Dan janganlah kamu menjadikan bersama Allah sesembahan lain, yang menyebabkan kamu dilemparkan ke neraka jahannam dalam keadaan tercela lagi dijauhkan (dari rahmat Allah)." (QS. Al-Israa' : 39)

Dan masih banyak ayat-ayat yang menunjukkan besarnya dosa syirik. Karena itu, mari kita mulai berdakwah dengan dakwah tauhid, agar kita bisa meraih khilafah dengan cara yang benar. Ingat, tauhid itu akan memperbaiki individu masing-masing dan masyarakat serta negara. Jika tauhid beres, dengan sendirinya khilafah akan beres dan terbentuk.

Berkata seorang aktivis dakwah dan kata-kata ini sering dikutip oleh Asy-Syaikh al-Albani rahimahullah :

"Tegakkanlah negara Islam di hatimu, niscaya akan tegak Islam di negaramu." [Syarah Aqidah Ahli Sunnah wal Jama'ah, Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawwas, hal.575. Pustaka Imam Syafi'i]

Semoga bermanfaat. 

***

Dompu, 14 Rabiul Awwal 1440 H/22 November 2018

Penulis : Erwin Gunawan, ST (Abu Dawud ad-Dombuwiyy)

Artikel : Meciangi-d.blogspot.com

Related Posts:

0 Response to "PRIORITAS DAKWAH ITU KHILAFAH ATAU TAUHID?"

Post a Comment