«وَقَرْنَ فِى بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ ٱلْجَـٰهِلِيَّةِ
ٱلْأُولَىٰ ۖ وَأَقِمْنَ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتِينَ ٱلزَّكَوٰةَ وَأَطِعْنَ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥٓ
ۚ»
Artinya : "Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah
kamu berhias dan Kalo bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu
dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan
Rasul-Nya." (QS. Al-Ahzab : 33)
Jika kaum muslimah turun ke jalan, cadarpun menjadi
tercoreng karena ulah sebagian orang yang mengatas namakan Islam. Jika
laki-laki saja dilarang untuk turun ke jalan, berdemo dan lain sebagainya, lalu
mengapa harus mengutus kaum akhwat untuk ikut turun ke jalan, berdemo, mengkritik kebijakan pemerintah padahal bukan seperti itu Islam yang hakiki,
sungguh sangat memprihatinkan keadaan umat Islam pada hari ini.
Agama Islam adalah agama yang indah, agama yang sempurna,
syariatnya telah lengkap dari segala sisinya, tidak tersisa suatu kebaikan pun
kecuali telah datang penjelasannya, dan tidak ada suatu kejelekan pun kecuali
telah datang peringatan atasnya. Agama Islam adalah agama yang syariat dan
hukum-hukumnya semuanya inti, tidak ada kulit dalam Islam. Baik itu
shalat, puasa, zakat, jihad, khilafah, tauhid dan lain sebagainya.
Syariat-syariat itu memang harus dilaksanakan secara
seksama jika memungkinkan, namun jika tidak, maka tidak semestinya ditinggalkan seluruhnya. Karena itu maka kita harus cerdas memilih yang terpenting dari semua
itu, adapun yang belum bisa terlaksana dan dilaksanakan dari syariat-syariat Islam tersebut, maka kewajiban kita adalah bersabar dan
bertaqwa semampu kita berdasarkan firman Allah Ta'ala :
«فَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ مَا ٱسْتَطَعْتُمْ وَٱسْمَعُوا۟ وَأَطِيعُوا۟»
“Artinya, Bertaqwalah kalian kepada Allah semampu kalian dan
dengarlah serta taatlah.”
(QS. At-Taghaabun : 16)
Untuk itu, maka wajib bagi kita menjemput sebab-sebab yang
syar’i agar tegaknya Islam secara kaffah. Dan diantara sebab-sebab tersebut
adalah dengan menuntut ilmu syar'i.
ILMU DULU SEBELUM BERKATA DAN MENGAMALKAN
Imam al-Bukhari mengatakan dalam kitab shohihnya :
باب : العلم قبل القول و العمل
[صحيح البخارى في كتاب العلم :
٣٨. بيت الفكار الدولية]
"Ilmu itu sebelum berkata dan mengamalkan."
(Shohih al-Bukhori dalam Kitabul 'Ilmi hal.38, pustaka Baitul Afkar
ad-Dauliyyah)
Imam al-Bukhari kemudian membawakan ayat :
((فاعلم انه لا اله الا الله و استغفر لذنبك (محمد : ١٩) فبدأ بالعلم))
[صحيح البخارى في كتاب العلم :٣٨. بيت الفكار الدولية]
“Artinya, Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada
Tuhan (Yang Haq) melainkan Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu.” (QS.
Muhammad : 19) Maka mulailah dengan ilmu." (Shohih al-Bukhori dalam
Kitabul 'Ilmi hal.38, pustaka Baitul Afkar ad-Dauliyyah)
Pada ayat diatas Allah memerintahkan untuk mengetahui
tentang لا اله الا الله, itu berarti mempelajari tauhid. Baru kemudian disusul
dengan perintah agar memohon ampun atas dosa-dosa, itu berarti amalan. Bila
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam saja diperintahkan untuk belajar
tauhid sebelum yang lain, bagaimana dengan kita sebagai umatnya?
Tapi sungguh sangat mengherankan bila ada orang-orang yang
ingin menegakkan syariat Islam dengan mengkampanyekan sistem khilafahnya, tapi
disisi lain mereka sangat anti bahkan sangat membenci dakwah tauhid. Mana
mungkin metode dakwah yang seperti ini sesuai dengan keinginan Allah dan
Rasul-Nya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri orang yang paling
pertama diperintahkan oleh Allah untuk mempelajari ilmu tauhid, tapi mengapa
kita mengesampingkan dakwah tauhid yang teramat penting ini. Perjuangan untuk
menegakkan khilafah akan benar bila kita telah mempelajari tauhid dan
mengamalkannya, bukan dengan mencaci maki pemerintah, mengkritik kebijakan
pemerintah, mengatakan pemerintah ini dan itu, bahkan segala kesalahan,
kekacauan, bahkan musibah di Negeri ini diklaim sebagai akibat dari tidak
kembalinya kaum muslimin pada khilafah, padahal itu semua akibat praktek
kesyirikan dan kebidahan yang kian marak.
DAKWAH PARA NABI SELURUHNYA MENGAJAK KEPADA TAUHID
Seluruh Nabi ‘alaihimus salaam dakwahnya mengajak kepada Tauhid. Allah Jalla wa ‘Alaa
berfirman :
«وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِى كُلِّ أُمَّةٍۢ رَّسُولًا أَنِ ٱعْبُدُوا۟
ٱللَّهَ وَٱجْتَنِبُوا۟ ٱلطَّـٰغُوتَ»
“Artinya, Dan sesungguhnya Kami telah mengutus (seorang)
Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan) : “Sembahlah Allah (saja), dan
jauhilah Thaghut itu.” (QS. AN-Nahl :36)
Dari ayat diatas diketahui bahwa pada setiap umat Allah utus
seorang Rasul, yang dakwah mereka adalah, “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah
Thaghut.” Ini adalah makna kalimat syahadat laa ilaaha illallah.
Allah juga berfirman :
«وَمَآ أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رَّسُولٍ إِلَّا نُوحِىٓ
إِلَيْهِ أَنَّهُۥ لَآ إِلَـٰهَ إِلَّآ أَنَا۠ فَٱعْبُدُونِ»
“Artinya, Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul-pun sebelum
kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya : “Bahwasannya tidak ada tuhan (yang
haq) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian Aku.” (QS. Al-Anbiyaa’ : 25)
Dan dapat pula diambil faedah dari ayat diatas bahwa semua
Rasul sebelum Nabi Muhammad, dakwah mereka diatas Tauhid, bahkan
tauhidlah yang pertama kali mereka serukan diawal-awal dakwah mereka, bukan
menegakkan khilafah.
Saudaraku.. Kita tidak menafikan khilafah karena khilafah
itu penting bahkan itu merupakan impian setiap muslim. Namun yang paling
penting dari yang penting diatas yaitu, mari memulai dakwah dengan tauhid
terlebih dahulu, baru yang lainnya. Kita harus benar-benar fahami bahwa
tauhidlah tujuan utama dakwah, tauhidlah yang dapat mempersatukan umat,
tauhidlah yang dapat memperbaiki masyarakat. Karena itu kita harus merubah
masyarakat dari hal yang mendasar, artinya dakwahkanlah dakwah tauhid bukan
yang lain. Kita justru sering merasa aman dari berbuat syirik padahal ahli
tauhid sangat takut kepada syirik.
Jangan pernah kita merasa aman dari kesyirikan, sebab
para Nabi pun tidak pernah merasa aman dari syirik, karena itu seorang dai
sejati dia harus mendakwahkan dakwah tauhid dari awal hingga akhir. Ingatlah,
dakwah tauhid ini tidak boleh lepas walau satu detik. Karena itulah ahli tauhid
dakwahnya pasti mereka memulainya dengan tauhid dan diakhiri pula dengan tauhid. Betapa
indah ucapan orang-orang yang berilmu :
يجب على الداعية أن يبدأ دعوته بالأهم فالأهم. وتوحيد الله هو قطب
رحى الدعوة ؛ منه تبدأ، واليه تنتهي، وكل عمل يجب ربطه به
[أصول الدعوة السلفية السلفية.
ص : ٧. دار المنهاج]
“Wajib bagi dai sejati agar dia memulai dakwahnya dengan
perkara yang terpenting kemudian yang penting. Dan mentauhidkan Allah merupakan
poros dakwah, dari tauhid engkau memulai (dakwah tersebut), dan dari tauhid
pula engkau mengakhirinya, dan seluruh amalan wajib diikat dengan tauhid”. (Ushuulud Da'watis Salafiyyah, hal.7 Pustaka Daarul Minhaaj)
Untuk itu perhatikan firman Allah Jalla wa ‘Alaa tentang
dakwah para Nabi. Allah Jalla wa 'Alaa berfirman mengisahkan tentang Nabi Nuh ‘alaihis salam :
«لَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَىٰ قَوْمِهِۦ فَقَالَ يَـٰقَوْمِ
ٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ مَا لَكُم مِّنْ إِلَـٰهٍ غَيْرُهُۥٓ إِنِّىٓ أَخَافُ عَلَيْكُمْ
عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍۢ»
Artinya, “Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada
kaumnya lalu ia berkata : "Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tidak
ada tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya (kalau kamu tidak menyembah Allah),
aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar (kiamat).” (QS. Al-A'raf : 59)
Allah Jalla wa ‘Alaa juga berfirman tentang Nabi Hud
‘alaihis salam :
«وَإِلَىٰ عَادٍ أَخَاهُمْ هُودًۭا ۗ قَالَ يَـٰقَوْمِ ٱعْبُدُوا۟
ٱللَّهَ مَا لَكُم مِّنْ إِلَـٰهٍ غَيْرُهُۥٓ ۚ أَفَلَا تَتَّقُونَ»
Artinya, “Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum 'Aad saudara
mereka, Hud. Ia berkata : “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada
tuhan bagimu selain-Nya. Maka mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya?” (QS.
Al-A'raf : 65)
Allah Jalla wa ‘Alaa juga berfirman tentang kisah Nabi
Shaleh ‘alaihis salam :
«وَإِلَىٰ ثَمُودَ أَخَاهُمْ صَـٰلِحًۭا ۗ قَالَ يَـٰقَوْمِ ٱعْبُدُوا۟
ٱللَّهَ مَا لَكُم مِّنْ إِلَـٰهٍ غَيْرُهُ»
Artinya, “Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum Tsamud
saudara mereka, Shaleh. Ia berkata : “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali
tidak ada tuhan bagimu selain-Nya…” (QS. Al-A'raf : 73)
Allah Jalla wa ‘Alaa juga berfirman tentang kisah Nabi
Syu’aib ‘alaihis salam :
«وَإِلَىٰ مَدْيَنَ أَخَاهُمْ شُعَيْبًۭا ۗ قَالَ يَـٰقَوْمِ ٱعْبُدُوا۟
ٱللَّهَ مَا لَكُم مِّنْ إِلَـٰهٍ غَيْرُهُ»
Artinya, “Dan (Kami telah mengutus) kepada penduduk madyan saudara mereka Syu'aib. Ia berkata : “Hai kaumku,
sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada tuhan bagimu selain-Nya...” (QS.
Al-A'raf : 85)
Perhatikan ayat-ayat diatas, seluruh Nabi dakwah
mereka sama, tidak ada perbedaan sama sekali. Seolah-olah para Nabi saling
berpesan agar menyeru kaumnya dengan kalimat tauhid, padahal mereka hidup di
zaman dan waktu berbeda. Lalu mengapa dakwah mereka sama? Karena Allah yang
telah memerintahkan dan mewahyukan agar mereka memulai dakwahnya dengan tauhid.
Allah Jalla wa 'Alaa berfirman :
«وَلَقَدْ أُوحِىَ إِلَيْكَ وَإِلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكَ لَئِنْ
أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ ٱلْخَـٰسِرِينَ»
Artinya : "Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu
dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan),
niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang
merugi." (QS. Az-Zumar : 56)
Tidak ada dosa yang bisa menghapus total seluruh amalan
kecuali dosa syirik, karena itulah Allah peringatkan kepada seluruh Nabi agar
tidak berbuat syirik, dan Allah ancam akan menghapus amalan mereka, sehingga
wajar para Nabi-pun takut dengan kesyirikan kemudian merekapun gigih
mendakwahkannya, bahkan karena besarnya rasa takut tersebut, sampai-sampai
mereka tidak pernah merasa aman dari kesyirikan, sedangkan kita merasa aman dan
bahkan cuek dari dakwah tauhid. Perhatikan doa Nabi Ibrahim dalam Al-Qur'an,
Allah Jalla wa 'Alaa berfirman :
«وَإِذْ قَالَ إِبْرَٰهِيمُ رَبِّ ٱجْعَلْ هَـٰذَا ٱلْبَلَدَ ءَامِنًۭا
وَٱجْنُبْنِى وَبَنِىَّ أَن نَّعْبُدَ ٱلْأَصْنَامَ»
Artinya : "Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata:
"Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan
jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala."
(QS. Ibrahim : 35)
Berkata Asy-Syaikh Abdurrahman bin Hasan Alu Asy-Syaikh :
قوله (وَٱجْنُبْنِى وَبَنِىَّ أَن نَّعْبُدَ ٱلْأَصْنَامَ) أى
: اجعلنى و بنىَّ في جانب عن عبادة الأصنام و باعد بيننا و بينهما. وقد استجاب الله
تعالى دعاءه، وجعل بينه أنبياء وجنَّبهم عبادة الأصنام وقد بين ما يوجب الخوف من ذلك
بقوله (رَبِّ إِنَّهُنَّ أَضْلَلْنَ كَثِيرًۭا مِّنَ ٱلنَّاس) فإنه هو الواقع في كل
زمان فإذ عرف الإنسان أن كثيرا وقعوا في الشرك الأكبر وضلوا بعبادة الأصنام : أوجب
ذلك خوفه من أن يقع فيما وقع فيه الكثير من الشرك الذى لا يغفر الله
قال إبراهيم التيمى : ومن يأمن البلاء بعد إبراهيم؟ رواه ابن جرير
وابن أبى حاتم
فلا يأمن الوقوع في الشرك إلا من هو جاهل به وبما يخلصه منه : من
العلم بالله وبما بعث به رسوله من توحيده، والنهى عن الشرك به
[فتح المجيد شرح كتاب التوحيد. ص : ٧٤. دار الكتب العلمية]
"Firman Allah (Artinya : Dan jauhkanlah aku beserta
anak cucuku dari menyembah berhala-berhala) yaitu : Jadikanlah aku dan anak
cucuku di palingkan dari menyembah berhala, dan jauhkan antara kami dan antara
berhala tersebut (sejauh-jauhnya). Dan sungguh Allah telah mengabulkan doanya,
dan menjadikan anak cucunya sebagai para Nabi dan Dia menjauhkan mereka dari
beribadah kepada berhala dan sungguh Ibrahim 'alaihissalam telah menunjukkan
apa (alasan) yang membuat dia harus takut kepada syirik dengan ucapannya :
(Artinya : "Ya Tuhanku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan
kebanyakan daripada manusia). Maka sungguh kesyirikan itu merupakan realita
yang terjadi di setiap zaman, apabila manusia telah mengetahui bahwa kebanyakan
mereka terjatuh dalam syirik besar dan terjatuh pula dalam kesesatan itu disebabkan karena mereka beribadah kepada berhala : maka hal tersebut mengharuskan munculnya rasa
takut dia dari terjatuh pada perkara yang kebanyakan orang telah terjatuh
didalamnya berupa perkara kesyirikan yang Allah tidak akan mengampuninya."
Berkata Ibrahim At-Taimiy :
"Dan siapakah yang merasa aman dari bala' (yaitu
terjatuh dalam kesyirikan) setelah Ibrahim? (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan
Ibnu Abi Hatim)
Dan tidaklah ada yang merasa aman dari terjerumus dalam
kesyirikan kecuali orang yang bodoh tentang kesyirikan dan tentang apa saja
yang dapat membersihkan dia dari kesyirikan : seperti berilmu tentang Allah dan
berilmu tentang apa-apa yang diutus dengannya Rasul : seperti mentauhidkan Allah, dan larangan dari
menyekutukan-Nya". [Fathul Majid Syarhu Kitaabit Tauhid,hal.74. Pustaka Baitul
Afkar Ad-Dauliyyah]
Karena itu, maka mari kita dakwahkan dakwah tauhid ini
terlebih dahulu baru khilafah. Apakah kita sudah merasa aman dari kesyirikan
padahal Nabi Ibrahim tidak merasa aman darinya. Jangan katakan bahwa dakwah
tauhid inilah yang memecah belah umat, bahkan katakanlah bahwa dakwah tauhid inilah yang akan
mempersatukan umat dan dengan tauhid pula khilafah akan tegak.
Mungkin perlu kita pertanyakan juga mengapa begitu gigihnya
Nabi kita Rasulullah Muhammad shallallahu 'alaihi wa salam memulai dakwahnya
dengan tauhid. Sampai-sampai di mekkah Nabi berdakwah tauhid selama 13 tahun
dan tidak putus asa Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam terus mendakwahkannya
hingga berlanjut lagi ketika di madinah selama 10 tahun. Ada apa gerangan
sehingga Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam terus menerus menyerukan dakwah
tauhid ini, bahkan sampai beliau mendapatkan cercaan dan makian, tuduhan gila,
tuduhan sebagai penyihir, bahkan sampai terjadi kontak fisik dan pemukulan
terhadap Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam oleh kaumnya. Jawabanya ada
pada surat al-Muddatstsir Allah
'Azza wa Jalla berfirman :
يَـٰٓأَيُّهَا ٱلْمُدَّثِّرُ. قُمْ فَأَنذِرْ. وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ.
وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ. وَٱلرُّجْزَ فَٱهْجُرْ. وَلَا تَمْنُن تَسْتَكْثِرُ. وَلِرَبِّكَ
فَٱصْبِرْ
“Artinya, Hai orang yang berkemul (berselimut). Bangunlah,
lalu berilah peringatan! Dan Tuhanmu agungkanlah. Dan pakaianmu bersihkanlah.
Dan perbuatan dosa (menyembah berhala) tinggalkanlah. Dan janganlah kamu
memberi (dengan maksud memperoleh (balasan) yang lebih banyak. Dan untuk
(memenuhi perintah) Tuhanmu bersabarlah.” (Al-Mudatstsir : 1-5)
Berkata Asy-Syaikh Muhammad at-Tamimi rahimahullah dalam Kitab Ats-Tsalaatsatu al-'Ushuul menjelaskan ayat diatas :
“Beliau diutus oleh Allah
untuk memperingatkan (manusia) dari syirik dan menyeru kepada tauhid. Dalilnya adalah firman Allah : Artinya, “Hai
orang yang berkemul (berselimut). Bangunlah, lalu berilah peringatan Dan Tuhanmu agungkanlah. Dan pakaianmu bersihkanlah. Dan
perbuatan dosa (menyembah berhala) tinggalkanlah. Dan janganlah kamu memberi
(dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. Dan untuk (memenuhi
perintah) Tuhanmu, bersabarlah.” (Al-Mudatstsir : 1-7).
Makna «قُمْ فَأَنذِر» yaitu memperingatkan dari kesyirikan
dan menyeru kepada tauhid. «وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ» yaitu agungkanlah dengan
tauhid. «وَثِيَابَكَ فَطَهِّر» yaitu : bersihkan amal perbuatanmu dari
kesyirikan. «وَٱلرُّجْزَ فَٱهْجُرْ» yaitu : «الرجز» berhala-berhala dan «هجرها»
yaitu meninggalkan berhala-berhala dan berlepas diri dari berhala-berhala tersebut dan para penyembah berhala.” [Syarh Tsalaatsati al-’Ushuul, (hal.84), pustaka Daar al-Kutub al-Ilmiyyah]
Dalil-dalil diatas menjelaskan kepada kita akan daruratnya
dakwah tauhid, karena itu kita harus prioritaskan tauhid dari pada yang
lainnya, dan mari kita fahamkan masyarakat dari bahaya syirik, karena syirik adalah dosa paling besar, dan dosa yang tidak diampuni. Jika syirik
dosa yang paling besar dan tidak diampuni, maka ini juga merupakan dalil yang
kuat menunjukkan sudah selayaknya kita mendahulukan dakwah tauhid ini dari pada
yang lainnya. Allah 'Azza wa Jalla berfirman :
«إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِۦ وَيَغْفِرُ مَا
دُونَ ذَٰلِكَ لِمَن يَشَآءُ ۚ وَمَن يُشْرِكْ بِٱللَّهِ فَقَدِ ٱفْتَرَىٰٓ إِثْمًا
عَظِيمًا»
Artinya : "Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni
dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi
siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka
sungguh ia telah berbuat dosa yang besar." (QS.An-Nisa' : 48)
Allah 'Azza wa Jalla juga berfirman :
«وَلَا تَجْعَلْ مَعَ ٱللَّهِ إِلَـٰهًا ءَاخَرَ فَتُلْقَىٰ فِى
جَهَنَّمَ مَلُومًۭا مَّدْحُورًا»
"Artinya : Dan janganlah kamu menjadikan bersama Allah
sesembahan lain, yang menyebabkan kamu dilemparkan ke neraka jahannam dalam
keadaan tercela lagi dijauhkan (dari rahmat Allah)." (QS. Al-Israa' : 39)
Dan masih banyak ayat-ayat yang menunjukkan besarnya dosa
syirik. Karena itu, mari kita mulai berdakwah dengan dakwah tauhid, agar kita bisa meraih khilafah
dengan cara yang benar. Ingat, tauhid itu akan memperbaiki individu
masing-masing dan masyarakat serta negara. Jika tauhid beres, dengan sendirinya
khilafah akan beres dan terbentuk.
Berkata seorang aktivis dakwah dan kata-kata ini sering
dikutip oleh Asy-Syaikh al-Albani rahimahullah :
"Tegakkanlah negara Islam di hatimu, niscaya akan tegak
Islam di negaramu." [Syarah Aqidah Ahli Sunnah wal Jama'ah,
Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawwas, hal.575. Pustaka Imam Syafi'i]
Semoga bermanfaat.
***
Dompu, 14 Rabiul Awwal 1440 H/22 November 2018
Penulis : Erwin Gunawan, ST (Abu Dawud ad-Dombuwiyy)
Artikel : Meciangi-d.blogspot.com
0 Response to "PRIORITAS DAKWAH ITU KHILAFAH ATAU TAUHID?"
Post a Comment