DIMANA ALLAH?


Mengetahui keberadaan Allah adalah perkara mutlak harus di ketahui oleh setiap muslim dan muslimah, karena ini merupakan perkara yang sangat penting. Karena itulah dalam tulisan kecil ini kita akan membahas dan memaparkan dalil-dalil tentang keberadaan Allah di atas Arsy-Nya.

Terkait dengan hal ini, maka kami banyak mengambil faedah dari kitab Tuhfatul Murid Syarh Qaulil Mufid, oleh Asy-Syaikh Nu'man bin Abdul Karim al-Watr dan kitab Syarh Lum'atil I'tiqood Asy-Syaikh Muhammad bin Sholeh Al-'Utsaimin. Semoga kita bisa mengambil manfaat dari tulisan ini.

ALLAH BERADA DI ATAS ARSY BERDASARKAN DALIL-DALIL DARI AL-QUR'AN

Sebaik-baik yang menjelaskan tentang keberadaan Allah adalah Allah itu sendiri, karena Dia lah yang paling tau tentang keberadaan Diri-Nya.

Berkata Asy-Syaikh Nu'man bin Abdil Karim Al-Watr dalam kitab Tuhfatul Murid Syarh Al-Qaulil Mufid :

قال المؤلف حفظه الله تعالى :

أين الله؟

قال تعالى : «ٱلرَّحْمَـٰنُ عَلَى ٱلْعَرْشِ ٱسْتَوَىٰ»، وقال : «ثُمَّ ٱسْتَوَىٰ عَلَى ٱلْعَرْشِ يُغْشِى..» إلى آخر كلامه في هذا الفصل.

[تحفة المريد شرح القول المفيد، ص : ١٢. مكتبة الإرشاد]

Berkata penulis hafidzahullah Ta'ala :

Dimana Allah?

Allah Ta'ala berfirman : 

"Artinya : (Yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah. Yang bersemayam di atas 'Arsy." (QS.Thoha : 5)

Dan Dia berfirman :

Artinya : "Kemudian Dia bersemayam di atas Arsy." (QS.Al-Hadiid : 4)

Sampai akhir firman-Nya dalam bab ini." [Tuhfatul Murid Syarh Al-Qaul al-Mufiid, hal :12. Cet.Maktabatul Irsyaad]

Kemudian Asy-Syaikh Nu'man bin Abdil Karim al-Watr berkata dalam syarahnya :

أراد المؤلف حفظه الله تعالى بإيراد هذا إثبات علو الله عز وجل على خلقه، ومباينته لهم، واستواءه على عرشه، ومعنى استوى : أي علا، وارتفع، وصعد، واستقر، هذا هو المنقول عن السلف وعن أهل اللغة، ولم يصح في اللغة سوى هذا.

.وعلو الله تعالى ثابت بالكتاب، والسنة، والعقل، والفطرة، وإجماع سلف الأمة

[تحفة المريد شرح القول المفيد، ص : ١٢-١٣. مكتبة الإرشاد]

"Penulis hafidzahullah menginginkan dengan penetapan ini, menunjukkan tingginya Allah 'Azza wa Jalla diatas makhluk-Nya, dan terpisahnya Allah dari mereka (makhluk-makhluk-Nya), dan bersemayamnya Dia diatas Arsy-Nya, dan makna istiwa : yaitu tinggi dan naik, naik dan menetap, semua ini ternukilkan dari (perkataan) salaf serta dari (perkataan) ahli  bahasa, dan tidak benar dalam (kaidah) bahasa (arab) selain (makna) ini.

Dan ketinggian Allah Ta'ala itu tetap (pasti) berdasarkan Al-Qur'an dan sunnah, serta bersasarkan akal, fitrah, dan kesepakatan para salaf." [Tuhfatul Murid Syarh Al-Qaul al-Mufid, hal.12-13. Cet.Maktabatul Irsyaad]

Kemudian Asy-Syaikh menjelaskan satu persatu dalil dalil tentang ketinggian Allah diatas Arsy-Nya, dan beliau memulainya dengan dalil dari Al-Qur'an. Asy-Syaikh mengatakan :

 :أما الكتاب، فقد عبر الله عنه -أي العلو- بعدة ألفاظ

«...١. أنه في السماء. قال تعالى : «أَمْ أَمِنتُم مَّن فِى ٱلسَّمَآءِ

"Adapun dari Al-Qur'an sungguh Allah telah nyatakan tentangnya -yaitu ketinggian- dengan banyak lafadz."

1. Bahwasannya Allah itu diatas langit. Allah Ta'ala berfirman :

«Artinya : "Apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang di langit?"». (QS.Al-Mulk : 16)

«٢. عبر عنه بالفوقية. قال تعالى : «يَخَافُونَ رَبَّهُم مِّن فَوْقِهِمْ

2. Allah menyatakan dalam Al-Qur'an dengan (lafadz) diatas. Allah Ta'ala berfirman :

«Artinya : "Mereka takut kepada Tuhan mereka yang diatas mereka"». (QS.An-Nahl : 50)

«٣. عبر عنه بالعروج إليه، قال تعالى : «تَعْرُجُ ٱلْمَلَـٰٓئِكَةُ وَٱلرُّوحُ إِلَيْهِ

3. Allah menyatakan dalam Al-Qur'an dengan (lafadz) naik kepada-Nya. Allah Ta'ala berfirman :

«Artinya : Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun"». (QS.Al-Ma'aarij : 4)

«٤. التنزيل من عنده، قال تعالى : «تَنزِيلٌۭ مِّنَ ٱلرَّحْمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ

4. Turun dari sisi-Nya. Allah Ta'ala berfirman :

«Artinya : "Diturunkan dari Tuhan Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang"». (QS.Fusshilat : 2)

«ه. الرفع إليه، قال تعالى : «بَل رَّفَعَهُ ٱللَّهُ إِلَيْهِ

5. Terangkat kepada-Nya. Allah Ta'ala berfirman :

«Artinya : "Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya"». (QS.An-Nisaa' : 158)

«٦. الاستواء على العرش، قال تعالى : «ٱلرَّحْمَـٰنُ عَلَى ٱلْعَرْشِ ٱسْتَوَىٰ

6. Bersemayam diatas Arsy-Nya. Allah Ta'ala berfirman :

«Artinya : "(Yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah. Yang bersemayam di atas 'Arsy"». (QS.Thoha :5)

«٧. الصعود إليه، قال تعالى : «إِلَيْهِ يَصْعَدُ ٱلْكَلِمُ ٱلطَّيِّبُ

7. Naik kepada-Nya, Allah Ta'ala berfirman :

«Artinya : "Kepada-Nya-lah naik naik perkataan-perkataan yang baik"». (QS.Faathir : 10)

«٨. لفظ العلي الأعلى، قال تعالى : «سَبِّحِ ٱسْمَ رَبِّكَ ٱلْأَعْلَى»، وقال : «وَهُوَ ٱلْعَلِىُّ ٱلْعَظِيمُ

8. Lafadz ketinggian yang paling tinggi. Allah Ta'ala berfirman :

«Artinya : "Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Maha Tinggi"». (Al-A'la : 1)

Dan Allah berfirman :

«Artinya : "Dan Dialah yang Maha Tinggi lagi Maha Besar"». (QS.Asy-Syura : 4). [Tuhfatul Muriid, Syarh Al-Qaul al-Mufiid, hal.13-14. Cet.Maktabatul Irsyaad]

Dari pemaparan-pemaparan diatas, banyak sekali ayat yang menjelaskan tentang keberadaan Allah di atas Arsy, dan ayat-ayat tersebut semuanya muhkam. Namun bagi ahlul kalam (ahli filsafat), tasawwuf atau orang-orang yang memiliki syubhat akibat terpengaruh dengan ahlul kalam, mereka ini akan mentakwil, memisalkan, membagaimanakan, bahkan menolak Allah berada di atas Arsy.

Berkata Asy-Syaikh Muhammad bin Sholeh Al-'Utsaimin rahimahullah dalam syarah kitab Lum'atul I'tiqood terkait Istiwa'nya Allah diatas Arsy :

استواء الله على عرش من صفاته الثابتة له بالكتاب والسنة وإجماع السلف. قال تعالى : «ٱلرَّحْمَـٰنُ عَلَى ٱلْعَرْشِ ٱسْتَوَىٰ» [طه : ٥]. وذكر استواءه على عرشه في سبعة مواضع من القرآن.

[لمعة الإعتقاد الهادي إلى سبيل الرشاد، ص : ٣٣. دار الآثار]

"Istiwa'nya Allah diatas Arsy termasuk sifat yang tetap bagi Allah dalam Al-Qur'an dan sunnah serta kesepakatan para salaf. Allah Ta'ala berfirman :

«Artinya : (Yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah. Yang bersemayam di atas 'Arsy» [Thoha : 5]

Dan Allah telah menyebutkan tentang Istiwa'-Nya diatas Arsy ada dalam tujuh tempat didalam Al-Qur'an." [Lum'atul I'tiqaad Al-Haadi Ila Sabiilir Rosyad, hal : 33. Cet.Daarul Atsaar]

Perlu kita fahami bahwa nash-nash Al-Qur'an harus kita fahami secara dhohir, tidak boleh diselewengkan maknanya kecuali ada dalil yang shohih yang memalingkannya dari dhohir ayat.

Asy-Syaikh Muhammad bin Sholeh Al-Utsaimin memberikan kita qoidah penting mengenai hal ini, beliau rahimahullah mengatakan :

:وقبل دخول في صميم الكتاب أحب أن أقدم قواعد هامة فيما يتعلق بأسماء الله وصفاته

"Sebelum masuk pada inti kitab, saya suka agar saya mendahului (kitab ini) dengan kaidah-kaidah penting yang berkaitan dengan nama-nama Allah dan sifat-sifat-Nya :

:القاعدة الأولى

في الواجب نحو نصوص الكتاب والسنة في أسماء الله وصفاته

الواجب في نصوص الكتاب وسنة : إبقاء دلالتها على ظاهرها من غير تغيير ؛ لأن الله أنزل القرآن بلسان عربي مبين والنبي صلى الله عليه وسلم يتكلم باللسان العربي، فوجب إبقاء دلالة كلام الله وكلام رسوله على ما هي عليه في ذلك اللسان؛ ولأن تغييرها عن ظاهرها قول على الله بلا علم وهو حرام لقوله تعالى

Qoidah yang pertama :

"Merupakan suatu kewajiban adalah, mengarahkan nash-nash al-Qur'an dan sunnah dalam nama-nama Allah dan sifat-sifat-Nya :

Yang wajib dalam (memahami) nash-nash al-Qur'an dan As-Sunnah : yaitu (kita) menetapkan maksud ucapan tersebut secara dzohir tanpa merubahnya ; karena Allah telah menurunkan Al-Qur'an dalam bahasa arab yang jelas (gamblang) dan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pun berbicara dengan lisan arab (bahasa arab), maka wajib menetapkan maksud ucapan Allah dan ucapan Rasul-Nya secara hakikat menurut bahasa arab ; karena merubah ucapan tersebut dari dzohirnya sama dengan berbicara tentang Allah tanpa ilmu dan itu hukumnya harom berdasarkan firman Allah Ta'ala: 

قُلْ إِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّىَ ٱلْفَوَٰحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَٱلْإِثْمَ وَٱلْبَغْىَ بِغَيْرِ ٱلْحَقِّ وَأَن تُشْرِكُوا۟ بِٱللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِۦ سُلْطَـٰنًۭا وَأَن تَقُولُوا۟ عَلَى  .[ٱللَّهِ  مَا لَا تَعْلَمُونَ [الأعراف : ٣٣

Artinya : "Katakanlah: "Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui". [Al-A'raf : 33]

                                        .[مثال ذلك قوله تعالى : «بَلْ يَدَاهُ مَبْسُوطَتَانِ يُنفِقُ كَيْفَ يَشَآءُ». [المائدة : ٦٤

Contoh hal itu yakni firman Allah Ta'ala :

Artinya : "(Tidak demikian), tetapi kedua-dua tangan Allah terbuka; Dia menafkahkan sebagaimana Dia kehendaki". [Al-Maidah : 64]

فإن ظاهر الآية : أن الله يدين حقيقتين فيجب إثبات ذلك له

Maka dzohir ayat ini : bahwasanya Allah memiliki dua tangan secara hakiki, maka wajib menetapkan hal itu bagi Allah."

فإذا قال قائل : المراد بهما : القوة

قلنا له : هذا صرف للكلام عن ظاهره فلا يجوز القول به؛ لإنه قول على الله بلا علم.

[لمعة الإعتقاد الهادي إلى سبيل الرشاد، ص : ٨. دار الآثار]

Apabila berkata orang yang berkata : yang dimaksud dengan kedua tangan yaitu : kekuatan.

Kami katakan kepada orang tersebut : ini memalingkan ucapan dari dzhohirnya, maka tidak boleh berbicara dengan ucapan tersebut ;  karena sesungguhnya itu termasuk berbicara tentang Allah tanpa ilmu". [Syarhul Lum'atil I'tiqood al-Haadiy ila sabiilir Rasyad, hal : 8. Cet.Daarul Atsaar]

Faedah yang bisa diambil : 

1. Allah Ta'ala beristiwa di atas Arsy

2. Istiwa'nya Allah di atas Arsy menunjukkan keagungan Dzat dan sifat-Nya dan terpisahnya Allah dari makhluk-Nya

3. Istiwa'nya Allah diatas Arsy termasuk sifat yang tetap bagi Allah dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah serta berdasarkan kesepakatan salaf

4. Penjelasan tentang Allah diatas Arsy ada pada 7 tempat didalam Al-Qur'an sebagaimana ucapan Asy-Syaikh Muhammad bin Sholeh Al'Utsaimin

5. Asy-Syaikh Nu'man menyebutkan ada 8 dalil dari Al-Qur'an dengan lafadz yang berbeda-beda yang menunjukkan Allah berada diatas Arsy

5. Ayat-ayat yang menunjukkan Allah diatas Arsy semuanya muhkam

6. Diantara lafadz-lafadz yang menunjukkan Allah diatas arsy yaitu lafadz:
  • Diatas langit (Surat Al-Mulk : 16)
  • Diatas mereka (Surat An-Nahl : 50)
  • Naik kepada-Nya (Surat Al-Ma'aarij : 4)
  • Turun dari sisi-Nya (Surat Fusshilat : 2)
  • Terangkat kepada-Nya (Surat An-Nisaa' : 158)
  • Bersemayam di atas Arsy-Nya (Surat Thoha : 5)
  • Naik kepada-Nya (Surat Faathir : 10)
  • Ketinggian yang paling Tinggi (Surat Al-A'la : 1, dan surat Asy-Syura : 4)
7. Wajib memahami nash-nash yang datang dari Al-Qur'an dan Sunnah secara dhohir tanpa merubahnya karena Allah telah menurunkan al-Qur'an dalam bahasa arab yang jelas (gamblang) dan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pun berbicara dengan lisan arab (bahasa arab), maka wajib menetapkan maksud ucapan Allah dan ucapan Rasul-Nya secara hakikat menurut bahasa arab.

8. Memalingkan ucapan Allah dari dhohirnya atau memalingkan ucapan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tentang Allah dari dzhohirnya termasuk berbicara tentang Allah tanpa ilmu

9. Berbicara tentang Allah tanpa ilmu hukumnya harom berdasarkan surat Al-A'raf : 33

10. Jika Allah menetapkan Allah memiliki kedua tangan, maka kedua tangan itu hakiki bukan majas dan tangan Allah tidak sama dengan tangan makhluk. Allah Ta'ala berfirman :

«لَيْسَ كَمِثْلِهِۦ شَىْءٌۭ ۖ وَهُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْبَصِيرُ»

Artinya : "Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang Maha Mendengar dan Melihat". (Asy-Syura : 11)

11. Pentingnya belajar bahasa arab


Semoga bermanfaat.

***
Dompu, 29 Rojab 1440 H/6 April 2019

Penulis : Abu Dawud ad-Dombuwiyy 

Artikel : Meciangi-d.blogspot.com 

Related Posts:

0 Response to "DIMANA ALLAH?"

Post a Comment