ANTARA NATAL, TAHUN BARU DAN SEGALA PERAYAAN HARI RAYA KEKAFIRAN DENGAN AQIDAH AL-WALA’ WAL-BARO’

Bismillahirrahmaanirrahiim. Alhamdulillahi Rabbil 'aalamiin. Wa shallallahu ;ala Nabiyyina Muhammadin wa 'ala aalihi wa shahbihi ajma'iin. Wa ba'du.

Dalam agama Islam ada yang namanya aqidah Al-Wala’ wal Baro’. Al-Wala’ yaitu loyalitas kepada orang-orang yang beriman sedangkan Baro’ yaitu pemutusan hubungan terhadap musuh-musuh Allah dan orang-orang yang anti dan membenci Allah dan Rasul-Nya baik dari kalangan Yahudi dan Nasrani atau selain dari mereka, bahkan Allah 'Azza wa Jalla telah berbicara tentang mereka dalam firman-Nya:

«وَلَن تَرْضَىٰ عَنكَ ٱلْيَهُودُ وَلَا ٱلنَّصَـٰرَىٰ حَتَّىٰ تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ»

Artinya : "Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka." (QS. Al-Baqaroh : 120)

Ini rumus yang paten, bahwa Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kaum muslimin hingga kapanpun, sampai kaum muslimin mengikuti agama mereka.

Diantara bentuk mengikuti agama Yahudi Nasrani dan orang-orang kafir lainnya yaitu ikut serta dalam acara dan perayaan hari besar agama mereka seperti perayaan natal dan tahun baru, perayaan hari raya imlek, hari raya nyepi, galungan atau perayaan hari raya-hari raya kekafiran lainnya, baik dengan mengucapkan selamat atas hari raya tersebut, atau turut membantu menyukseskannya, bahkan ikut merayakan dan  memeriahkan hari raya tersebut dengan segala hal yang dapat menyebabkan kita loyal kepada orang orang kafir, sehingga kita-pun akhirnya menyerupai orang-orang kafir tersebut dalam hal-hal yang menjadi kekhususan mereka baik secara sadar ataupun tidak sadar. Waliyaadzubillah.

Perhatikan firman Allah 'Azza wa Jalla berikut ini :

«يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تَتَّخِذُوا۟ ٱلْيَهُودَ وَٱلنَّصَـٰرَىٰٓ أَوْلِيَآءَ ۘ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَآءُ بَعْضٍۢ ۚ وَمَن يَتَوَلَّهُم مِّنكُمْ فَإِنَّهُۥ مِنْهُمْ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَهْدِى ٱلْقَوْمَ لظَّـٰلِمِينَ»

Artinya : "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim." (QS. AL-Maidah : 51)

Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan :

ينهى تبارك وتعالى عباده المؤمنين عن موالاة اليهود والنصارى، الذين هم أعداء الإسلام وأهله - قاتلهم الله - ثم أخبر أن بعضهم أولياء بعض، ثم تهدد وتوعد من يتعاطى ذلك، فقال : «وَمَن يَتَوَلَّهُم مِّنكُمْ فَإِنَّهُۥ مِنْهُمْ ۗ »

"Allah Tabaaraka wa Ta'ala telah melarang hamba-hamba-Nya orang-orang yang beriman mendukung/loyal kepada orang-orang Yahudi dan Nasrani yang mereka itu merupakan musuh Islam dan musuh umat Islam -semoga Allah membinasakan mereka-. Kemudian Allah mengabarkan bahwasanya sebagian mereka adalah penolong bagi sebagian lainnya, kemudian Allah mengancam dan memberikan peringatan kepada orang yang melakukan hal itu, Allah berfirman (yang artinya) : "Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka." [Lihat Tafsiir Ibni Karsiir, 2/63. Cet. Daarul Kutub Al'Ilmiyyah]

Ayat diatas menjelaskan kepada kita tentang larangan menjadikan Yahudi dan Nasrani sebagai kekasih, orang kesayangan, sebagai wali, sebagai pemimpin, sebagai teladan, karena kita akan tasyabbuh (menyerupai) mereka dalam hal-hal yang menjadi kekhususan mereka sehingga kitapun akan mencintai mereka secara tidak sadar dan juga akan menyerupai mereka secara tidak sadar. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

((من تشبه بقوم فهو منهم))

"Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk kaum tersebut." [Lihat Iqtidho' as-Shiraathil Mustaqiim, 1/269. Cet. Maktabah ar-Rusyd]

Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah :

أن المشابهة في الظاهر تورث نوع  مودة ومحبة وموالاة في الباطن، كما أنّ المحبة في الباطن تورث المشابهة في الظاهر

"Bahwasannya penyerupaan secara dhohir akan mewariskan bermacam rasa kasih dan rasa cinta serta loyalitas didalam batin, sebagaimana rasa cinta didalam batin akan mewariskan penyerupaan secara dzohir." [Lihat Iqtidho' as-Shiraathil Mustaqiim, 1/488. Cet. Maktabah ar-Rusyd].

Mengucapkan selamat natal dan tahun baru atau mengucapkan selamat atas hari raya imlek, hari raya nyepi, hari raya galungan atau mengucapkan selamat atas hari raya orang-orang kafir lainnya, ikut serta dalam menyambutnya, turut serta  dalam memeriahkannya, akan menimbulkan rasa cinta dan loyalitas kepada orang-orang kafir tersebut. Padahal kita dilarang loyal kepada orang-orang yang membenci Allah dan Rasul Nya dalam bentuk apapun. Allah 'Azza wa Jalla berfirman :

«لَّا تَجِدُ قَوْمًۭا يُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْـَٔاخِرِ يُوَآدُّونَ مَنْ حَآدَّ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ وَلَوْ كَانُوٓا۟ ءَابَآءَهُمْ أَوْ أَبْنَآءَهُمْ أَوْ إِخْوَٰنَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ ۚ أو۟لَـٰٓئِك كَتَبَ فِى قُلُوبِهِمُ ٱلْإِيمَـٰنَ وَأَيَّدَهُم بِرُوحٍۢ مِّنْهُ ۖ وَيُدْخِلُهُمْ جَنَّـٰتٍۢ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلْأَنْهَـٰرُ خَـٰلِدِينَ فِيهَا ۚ رَضِىَ ٱللَّهُ عَنْهُمْ ضُوا۟ عَنْهُ ۚ أو۟لَـٰٓئِك حِزْبُ ٱللَّهِ ۚ أَلَآ إِنَّ حِزْبَ ٱللَّهِ هُمُ ٱلْمُفْلِحُون»

Artinya : "Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. Dan dimasukan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka, dan merekapun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan Allah itu adalah golongan yang beruntung." (QS. Al-Mujadilah : 22)

Ibnu Katsir rahimahullah dalam menjelaskan dalam  tafsirannya :

أي لا يوادون المحادين ولو كانوا من الأقربين كما قال تعالى «لَّا يَتَّخِذِ ٱلْمُؤْمِنُونَ ٱلْكَـٰفِرِينَ أَوْلِيَآءَ مِن دُونِ ٱلْمُؤْمِنِينَ ۖ وَمَن يَفْعَلْ ذَٰلِكَ فَلَيْسَ مِنَ ٱللَّهِ فِى شَىْءٍ إِلَّآ أَن تَتَّقُوا۟ مِنْهُمْ تُقَىٰةًۭ ۗ وَيُحَذِّرُكُمُ ٱللَّهُ نَفْسَهُۥ ۗ » [آل عمران : ٢٨]. 

وقال تعالى : «قُلْ إِن كَانَ ءَابَآؤُكُمْ وَأَبْنَآؤُكُمْ وَإِخْوَٰنُكُمْ وَأَزْوَٰجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَٰلٌ ٱقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَـٰرَةٌۭ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَـٰكِنُ تَرْضَوْنَهَآ أَحَبَّ إِلَيْكُم مِّنَ ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَجِهَادٍۢ فِى سَبِيلِهِۦ فَتَرَبَّصُوا۟ حَتَّىٰ يَأْتِىَ ٱللَّهُ بِأَمْرِهِۦ ۗ وَٱللَّهُ لَا يَهْدِى ٱلْقَوْمَ ٱلْفَـٰسِقِينَ» [التوبة : ٢٤]. وقد قال سعيد بن عبد العزيز وغيره : أنزلت هذه الآية «لَّا تَجِدُ قَوْمًۭا يُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْـَٔاخِرِ» إلى آخرها في أبي عبيدة عامر بن عبد الله بن الجراح حين قتل أباه يوم بدر، ولهذا قال عمر بن الخطاب رضي الله عنه حين جعل الأمر سورة بعده في أولئك الستة رضي الله عنهم : ولو كان أبو عبيدة حيا لاستخلفته. وقيل في قوله تعالى : «وَلَوْ كَانُوٓا۟ ءَابَآءَهُمْ» نزلت في أبي عبيدة قتل أباه يوم بدر «أَوْ أَبْنَآءَهُمْ» في الصديق هم يومئذ بقتل ابنه عبد الرحمان «أَوْ إِخْوَٰنَهُمْ» في مصعب بن عمير، قتل أخاه عبيد بن عمير يومئذ «أَوْ عَشِيرَتَهُمْ ۚ » في عمر قتل قريبا له يومئذ أيضا، وفي حمزة وعلي وعبيدة بن الحارث قتلوا عتبة و شيبة والوليد بن عتبة يومئذ، فالله أعلم.

"Maksudnya mereka tidak akan berkasih sayang dengan orang-orang yang membenci (Allah dan Rasul-Nya) walaupun mereka itu termasuk karib kerabatnya sebagaimana firman Allah Ta'ala (yang artinya) : "Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya." (QS. Ali Imron : 28)

Allah Ta'ala berfirman : "Katakanlah: "jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya". Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik." (QS. At-Taubah : 24)

“Dan sungguh telah berkata Sa’id bin ‘Abdil ‘Aziz dan selainnya : ‘Diturunkan ayat «لَّا تَجِدُ قَوْمًۭا يُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْـَٔاخِر» «Tidak akan kamu dapati suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat» sampai akhir ayat, yaitu diturunkan terkait Abu ‘Ubaidah Amir bin ‘Abdillah bin al-Jarrah ketika dia membunuh bapaknya pada perang badar, oleh karena itu, Umar bin al-Kaththab radhiyallahu ‘anhu ketika urusannya di musyawarahkan berkenaan dengan enam orang shahabat radhiyallahu ‘anhum berkata : "Dan seandainya Abu ‘Ubaidah masih hidup, niscaya aku akan mengangkat dia menjadi khalifah.”

Dan mengenai firman Allah : «وَلَوْ كَانُوٓا۟ ءَابَآءَهُم» «Sekalipun mereka itu bapaknya», ayat ini di turunkan kepada Abu 'Ubaidah ketika dia membunuh bapaknya pada perang badar. «أَوْ أَبْنَآءَهُمْ» «atau anak anak mereka sendiri», turun pada Abu Bakar as-Sbhiddiq pada perang badar yang hendak membunuh anaknya 'Abdurrahman. «أَوْ إِخْوَٰنَهُمْ» «atau saudara-saudaranya», turun pada Mus’ab bin ‘Umair yang membunuh saudaranya ‘Ubaid bin ‘Umair pada perang badar «أَوْ عَشِيرَتَهُم» «atau keluarga mereka», turun kepada Umar yang juga membunuh keluarganya pada perang badar, dan kepada Hamzah, ‘Ali, 'Ubaidah bin al-Harits yang membunuh ‘Utbah dan Syaibah dan al-Walid bin 'Utbah pada perang badar, wallahu a’lam. [Lihat Tafsir Ibni Katsir (4/283-284), pustaka Daarul Kutub al-Ilmiyyah]

Kisah diatas menjelaskan kepada kita cinta dan bencinya para sahabat terkait masalah agama dan keyakinan mereka sangat jelas. Masalah agama adalah masalah yang prinsip, karena itu para sahabat rela membunuh bapak-bapak mereka, anak-anak mereka, saudara-saudara mereka, dan karib kerabat mereka demi keimanan dan agama mereka.  Adapun yang di minta dari kita hari ini lebih ringan dari itu, cukup meninggalkan segala sesuatu yg bisa menyebabkan kita loyal kepada orang orang kafir, baik berupa menghadiri perayaan hari raya mereka, mengucapkan selamat atas hari raya kekafiran mereka, ikut serta merayakan hari raya kekafiran mereka, ikut gembira dengannya, ikut membantu dengan menjual pernak-pernik yang terkait dengan hari raya kekafiran mereka, atau ikut menggunakan atribut-atribut perayaan hari raya mereka atau yang menjadi ciri khas mereka dan lain-lain, dan semua ini merupakan bentuk cinta kita kepada orang-orang kafir dan bentuk tasyabbuh kita kepada mereka.

Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah :

.فأخبر سبحانه ّلا يوجد مؤمن يواد كافراً؛ فمن واد الكفار فليس بمؤمن؛ والمشابهة الظاهرة مظنة المودة فتكون محرمة

"Allah -Maha Suci Dia- telah mengabarkan bahwa tidak akan  ditemukan orang yang beriman akan saling berkasih sayang dengan orang kafir ; barangsiapa yang berkasih sayang dengan orang kafir maka dia bukan mu'min ; penyerupaan secara dzohir adalah sumber munculnya kasih sayang, karena itu penyerupaan secara dzohir (hukumnya) menjadi harom. [Lihat Iqtidho ashiraathil Mustaqiim, 1/490. Cet. Maktabah ar-Rusyd].

Karena itulah, menggunakan segala macam pernak-pernik natal, tahun baru, imlek dan segala macam hari raya kekafiran hukumnya harom, karena itu merupakan tasyabbuh (menyerupai) orang-orang kafir, sedangkan penyerupaan secara dhohir akan menimbulkan rasa cinta kepada yang diserupai atau penyerupaan secara batin akan menimbulkan penyerupaan secara dzohir.

CINTA DAN BENCI KARENA ALLAH

Berkata Asy-Syaikh Muhammad at-Tamimi rahimahullah :

الثالثة : أن من أطاع الرسول ووجد الله لا يجوز له موالاة من حاد الله ورسوله ولو كان أقرب قريب، والدليل قوله تعالى : «لَّا تَجِدُ قَوْمًۭا يُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْـَٔاخِرِ يُوَآدُّونَ مَنْ حَآدَّ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ وَلَوْ كَانُوٓا۟ ءَابَآءَهُمْ أَوْ أَبْنَآءَهُمْ أَوْ إِخْوَٰنَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ ۚ أُو۟لَـٰٓئِكَ كَتَبَ فِى قُلُوبِهِمُ ٱلْإِيمَـٰنَ وَأَيَّدَهُم بِرُوحٍۢ مِّنْهُ ۖ وَيُدْخِلُهُمْ جَنَّـٰتٍۢ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلْأَنْهَـٰرُ خَـٰلِدِينَ فِيهَا ۚ رَضِىَ ٱللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا۟ عَنْهُ ۚ أُو۟لَـٰٓئِكَ حِزْبُ ٱللَّهِ ۚ أَلَآ إِنَّ حِزْبَ ٱللَّهِ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ». [المجادلة : ٢٢].

"Yang ketiga : Bahwasanya barangsiapa yang taat kepada Rasul dan mentauhidkan Allah tidak boleh bagi dia untuk loyal/cinta mencintai dengan orang-orang yang membenci Allah dan Rasul-Nya meskipun mereka adalah karib kerabatnya yang terdekat, dalilnya yaitu firman Allah Ta'ala (yang artinya) : "Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. Dan dimasukan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka, dan merekapun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya hizbullah itu adalah golongan yang beruntung." [QS. Al-Mujaadilah : 22]. [Lihat Syarh Tsalaatsati al-’Usuul, lil-Imam Muhammad bin Abdil Wahhab at-Tamiimi an-Najdi (hal. 21-22), pustaka Daarul Kutub Al-'Ilmiyyah]

Berkata Asy-Syaikh Al-Utsaimin dalam syarahnya :

أى : المسألة الثالثة مما يجب علينا علمه الولاء والبراء، والولاء والبراء أصل عظيم جاءت فيه النصوص الكثيرة قال الله عز وجل : «يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تَتَّخِذُوا۟ بِطَانَةًۭ مِّن دُونِكُمْ لَا يَأْلُونَكُمْ خَبَالًۭا» [آل عمران : ١١٨]. وقال تعالى : «يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تَتَّخِذُوا۟ ٱلْيَهُودَ وَٱلنَّصَـٰرَىٰٓ أَوْلِيَآءَ ۘ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَآءُ بَعْضٍۢ ۚ وَمَن يَتَوَلَّهُم مِّنكُمْ فَإِنَّهُۥ مِنْهُمْ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَهْدِى ٱلْقَوْمَ ٱلظَّـٰلِمِينَ» [المائدة : ٥١]المائدة. وقال سبحانه وتعالى : «يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تَتَّخِذُوا۟ ٱلَّذِينَ ٱتَّخَذُوا۟ دِينَكُمْ هُزُوًۭا وَلَعِبًۭا مِّنَ ٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْكِتَـٰبَ مِن قَبْلِكُمْ وَٱلْكُفَّارَ أَوْلِيَآءَ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ» [المائدة : ٥٧]. وقال تعالى : «يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تَتَّخِذُوٓا۟ ءَابَآءَكُمْ وَإِخْوَٰنَكُمْ أَوْلِيَآءَ إِنِ ٱسْتَحَبُّوا۟ ٱلْكُفْرَ عَلَى ٱلْإِيمَـٰنِ ۚ وَمَن يَتَوَلَّهُم مِّنكُمْ فَأُو۟لَـٰٓئِكَ هُمُ ٱلظَّـٰلِمُونَ ¤ قُلْ إِن كَانَ ءَابَآؤُكُمْ وَأَبْنَآؤُكُمْ وَإِخْوَٰنُكُمْ وَأَزْوَٰجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَٰلٌ ٱقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَـٰرَةٌۭ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَـٰكِنُ تَرْضَوْنَهَآ أَحَبَّ إِلَيْكُم مِّنَ ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَجِهَادٍۢ فِى سَبِيلِهِۦ فَتَرَبَّصُوا۟ حَتَّىٰ يَأْتِىَ ٱللَّهُ بِأَمْرِهِۦ ۗ وَٱللَّهُ لَا يَهْدِى ٱلْقَوْمَ ٱلْفَـٰسِقِينَ» [التوبة : ٢٣-٣٤]. وقال عز وجل : «قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌۭ فِىٓ إِبْرَٰهِيمَ وَٱلَّذِينَ مَعَهُۥٓ إِذْ قَالُوا۟ لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَءَٰٓؤُا۟ مِنكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ ٱلْعَدَٰوَةُ وَٱلْبَغْضَآءُ أَبَدًا حَتَّىٰ تُؤْمِنُوا۟ بِٱللَّهِ وَحْدَهُۥٓ» [الممتحنة : ٤] الآية. ولأن موالاة كفار تكون بمناصرتهم ومعاونتهم على ما هم عليه من الكفر والضلال، وموادتهم تكون بفعل الأسباب التي تكون بها مودتهم فتجده يوادهم أى يطلب ودهم بكل طريق، وهذا لا شك ينافى الإيمان كله أو كماله، فالواجب على المؤمن معاداة من حاد الله ورسوله ولو كان أقرب قريب إليه، وبغضه والبعد عنه ولكن هذا لا يمنع نصيحته ودعوته للحق.

“Permasalahan yang ketiga yang wajib bagi kita agar mengilmuinya yaitu rasa cinta dan benci, dan rasa cinta dan benci merupakan pondasi yang agung yang datang dengannya nash-nash yang banyak. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman (yang artinya) : "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu." [QS. Ali Imron : 118]. Allah Ta'ala berfirman (yang artinya) : "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim." [QS. Al-Maidah : 51]. Allah Subhaanahu wa Ta'ala berfirman (yang artinya) : "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil jadi pemimpinmu, orang-orang yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik). Dan bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang-orang yang beriman." [QS. Al-Maidah : 57]. Allah Ta'ala berfirman (yang artinya) : "Hai orang-orang beriman, janganlah kamu jadikan bapa-bapa dan saudara-saudaramu menjadi wali(mu), jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan dan siapa di antara kamu yang menjadikan mereka wali, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. Katakanlah: "jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya". Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik." [QS. At-Taubah : 23-24]Allah 'Azza wa Jalla berfirman (yang artinya) : "Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: "Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu dari daripada apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja." [QS. Al-Mumtahanah : 4]

Untuk itu, loyal kepada orang-orang yang memusuhi Allah dan lembut/setia kepadanya menunjukkan apa yang ada di dalam hati manusia dari keimanan kepada Allah dan Rasul-Nya sangat lemah. Karena itu tidak masuk akal seseorang mencintai sesuatu padahal sesuatu itu adalah musuh bagi yang dicintainya. Loyal kepada orang-orang kafir bisa dengan cara menolong mereka, membantu mereka atas kekafiran dan kesesatannya. Dan saling cinta mencintai dengan mereka bisa terjadi dengan menempuh sebab-sebab, yang dengannya akan menjadikanmu mencintai mereka, lalu engkaupun-pun akan mendapatkan bagian dalam mencintai mereka yaitu akan mencari kecintaan mereka dengan segala jalan, dan ini tidak ragu lagi akan menghilangkan seluruh keimanan atau menghilangkan kesempurnaan iman. Maka wajib bagi seorang mu’min memusuhi orang-orang yang membenci Allah dan Rasul-Nya walaupun itu karib kerabatnya, dan membencinya, dan menjauh darinya akan tetapi hal ini tidak mencegah dia untuk menasehati dan mendakwahinya dalam kebaikan.[Lihat Syarh Tsalaatsati al-’Usuul, lil-Imam Muhammad bin Abdil Wahhab at-Tamiimi an-Najdi (hal. 21-22), pustaka Daarul Kutub Al-'Ilmiyyah]

Dan inilah aqidah al-Wala' wal Bara' yang wajib bagi kaum muslimin berpegang teguh dengannya. Karena itu, mari kita tanamkan dan terapkan aqidah Al-Wala' wal Baro' atau aqidah cinta dan benci karena Allah ini dalam perkara-perkara yang seharusnya memang kita benci dari urusan orang-orang kafir, terutama dalam urusan agama mereka dan syiar-syiar agama mereka, termasuk dalam perayaan hari raya natal, tahun baru, perayaan imlek, hari raya nyepi, galungan dan segala jenis hari raya orang-orang kafir, agar kita tidak termasuk orang-orang yang mencintai orang-orang kafir, menyerupai orang-orang kafir, yang akan mengakibatkan kita akan di adzab oleh Allah 'Azza wa Jalla pada hari kiyamat dan di kumpulkan dengan mereka dalam kubangan api neraka. Waliyaadzubillah.

Semoga tulisan ini bermanfaat.

Baca juga tentang : Sebagian Atsar Tentang Larangan Mengikuti Perayaan Tahun Baru dan Hari Raya Orang-orang Kafir

Related Posts:

2 Responses to "ANTARA NATAL, TAHUN BARU DAN SEGALA PERAYAAN HARI RAYA KEKAFIRAN DENGAN AQIDAH AL-WALA’ WAL-BARO’"