MUHASABAH DI USIA 60 TAHUN

Bismillah, alhamdulillahi Rabbil 'aalamiin. Wa shallallahu 'ala Nabiyyina Muhammadin wa 'ala aalihi wa shahbihi ajma'in. Wa ba'du.

Muhasabah atau mengintrospeksi diri merupakan kebiasaan orang-orang sholeh. Para salaf dahulu mereka selalu menghitung-hitung umurnya, lebih-lebih ketika umur mereka telah mencapai 60 tahun atau mendekati 60 tahun, atau telah melewati 60 tahun, agar dengan hal itu mereka bisa mengambil pelajaran dan bertaubat kepada Allah, kembali kepada-Nya dari dosa-dosa dan maksiat yang pernah mereka lakukan dimasa yang lampau dari usianya.

Asy-Syaikh Ali bin Sa'id bin Da'jam dalam kitab beliau Yaa Shoohibas Sittiin menceritakan kisah Taubah bin Summah :

وهذا توبة بن الصمة وكان بالرقة، وكان محاسبا لنفسه فحسب يوما فإذا هو ابن ستين سنة فحسب أيامها فإذا هي أحد وعشرين ألف يوم وخمسمائة يوم فصرخ وقال : يا وليتي، ألقي المليك بواحد وعشرين ألف وخمسمائة ذنب، كيف وفي كل يوم ذنب؟! ثم خر مغشيا عليه فإذا هو ميت، فسمعوا قائلا يقول : يا لك ركضة إلى الفردوس الأعلى. 

فهكذا ينبغي للمرء أن يحاسب نفسه على الأنفاس وعلى معصية بالقلب والجوارح في كل ساعة، ولو رمى العبد لكل معصية حجرا في داره لامتلأت داره في مدة يسيرة قريبة من عمره، ولكنه يتساهل في حفظ المعاصي والملكان يحفظان عليه ذلك «أَحْصَىٰهُ ٱللَّهُ وَنَسُوهُ ۚ».

قال إسماعيل بن عبيد الله : قال لي عمر بن عبد العزيز : يا إسماعيل كم أتت عليك من سنة؟ قلت : ستون سنة وشهور، قال : يا إسماعيل إياك والمزاح

:قال الشاعر

والشيب يقطع من ذي اللهوى شهوته

ويذهب المزح ممن كان مزاحا

[انظر، يا صاحب الستين، ص ٢٥. دار القاسم]

"Berikut ini adalah Taubah bin Summah yang tinggal di Riqqoh. Ia mengintrospeksi dirinya, ternyata ia sudah berusia 60 tahun. Ia menghitung hari-harinya, ternyata jumlahnya 21.500 hari. Ia berteriak dan berkata, "Celaka! Aku menjumpai Rabb-ku dengan 21.500 dosa?! Lalu bagaimana jika setiap harinya aku melakukan banyak dosa?" Beliau langsung jatuh tersungkur, pingsan, ternyata ia telah meninggal dunia. Lalu mereka-pun mendengar orang berkata, "Sungguh engkau melakukan lompatan menuju surga Firdaus yang tertinggi.

Demikian pula semestinya bagi setiap orang agar ia mengintrospeksi dirinya atas segala desah nafasnya dan atas maksiat baik dengan hatinya maupun anggota badannya setiap hari. Kalau seandainya untuk setiap maksiat seorang hamba melempar batu di rumahnya, pasti rumahnya dalam jangka pendek sudah penuh dengan batu. Akan tetapi dia justru mempermudah (terlalu santai) dalam menjaga diri dari maksiat, sementara dua malaikat selalu memantaunya, (artinya) "Allah tetap menghitung (mencatat) amal perbuatan itu, padahal mereka telah melupakannya.

Berkata Isma'il bin 'Ubaidillah : "'Umar bin 'Abdul 'Aziz pernah berkata kepadaku, 'Wahai Isma'il! Sudah berapa tahun yang engkau lewati dalam hidupmu? 'Aku menjawab, '60 tahun ditambah beberapa bulan.' Beliau berkata, 'Wahai Isma'il, waspadalah!, jangan banyak bercanda lagi'.

Penyair mengatakan : 

Uban di kepala dapat memutuskan senda gurau dan memperturutkan syahwat bagi orang yang memilikinya
Bahkan uban dapat melenyapkan tawa canda dari orang yang senang bersuka ria." [Lihat, Yaa Shoohibas Sittiin, hal.25. Cet. Daarul Qaasim]

Berkata Fudhail bin 'Iyyaadh rahimahullah kepada seorang laki-laki :

كم أتى عليك؟  قال ستون سنة، قال : فأنت منذ ستين سنة تسير إلى ربك يوشك أن تبلغ، فقال الرجل : إنا لله وإنا إليه راجعون، قال له الفضيل : أتعرف تفسيره؟ قال الرجل : فسره لنا يا أبا علي، قال : فمن علم أنه عبد الله وأنه إليه راجع، فليعلم أنه موقوف، ومن علم أنه موقوف فليعلم أنه مسؤول، ومن علم أنه مسؤول فليعد للسؤال جوابا، فقال الرجل : فما الحيلة؟ قال : يسيرة، قال : ما هي؟ قال : تحسن فيما بقي يغفر لك ما مضى، فإنك إن أسأت فيما بقى أخذت بما مضى وما بقي.

[انظر، يا صاحب الستين، ص ٢٨. دار القاسم]

"Berapa tahun usiamu?" Laki-laki itu menjawab, "Enam puluh tahun." Beliau berkata, "Semenjak enam puluh tahun engkau berjalan menuju Rabb-mu, nyaris saja engkau sampai tujuan." Laki-laki itu berkata, "Inna lillahi wa inna ilaihi raaji'uun." Al-Fudhoil berkata kepadanya, "Apakah engkau mengetahui tafsir dari kalimat tersebut?" Laki-laki itu berkata, "Tolong tafsirkan kalimat itu untuk kami, Wahai Abu 'Ali!" Beliau berkata, "Siapa saja yang menyadari bahwa dirinya adalah hamba Allah dan menyadari bahwasanya dia akan kembali kepada Rabb-nya, maka hendaknya ia menyadari bahwa ia pasti akan berdiri di hadapan Allah. Barangsiapa yang menyadari bahwa ia akan berdiri di hadapan-Nya, hendaknya ia menyadari bahwa ia harus bertanggung jawab. Siapa saja yang mengetahui bahwa ia harus bertanggung jawab, maka hendaknya ia menyediakan jawaban untuk pertanyaan kelak." Laki-laki itu bertanya, "Lalu bagaimana jalan keluarnya?" Beliau menjawab, "Mudah saja." Laki-laki itu berkata lagi, Apa itu?" Beliau menjawab, "Berbuat baiklah pada sisa usiamu, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu yang telah lalu, karena jika engkau masih melakukan keburukan pada masa yang tersisa, maka segala perbuatanmu dimasa lampau dan yang akan datang akan diperhitungkan disisi-Nya." [Lihat, Yaa Shoohibas Sittiin, hal.28. Cet. Daarul Qaasim]

Subhanallah, betapa pekanya salafush sholeh dahulu dengan apa yang seharusnya mereka lakukan di sisa-sisa usia mereka. Mereka berusaha untuk terus memuhasabah diri, mengingatkan sahabat-sahabatnya tentang datangnya kematian, sehingga dengan itu mereka-pun berusaha untuk memperbaiki diri, bertaubat dan berusaha menjadi yang lebih baik dari hari sebelumnya.  

Faedah yang bisa di ambil :

1. Keutamaan muhasabah (mengintrospeksi) diri

2. Mengintrospeksi diri termasuk kebiasaan orang-orang sholeh

3. Para salaf dahulu mereka senantiasa memuhasabah diri mereka dengan berbagai macam cara, terlebih bila mereka telah mencapai umur 60 tahun atau mendekati 60 tahun atau telah melewati 60 tahun

4. Kematian itu merupakan suatu kepastian yang akan menimpa siapapun, tidak hanya yang berusia 60 tahun, yang mendekati 60 tahun atau yang sudah melewati 60 tahun, tapi juga menimpa mereka yang lebih muda dari itu, baik yang berumur 50 tahun, 40 tahun, 30 tahun, 20 tahun, belasan tahun bahkan menimpa bayi-bayi yang baru di lahirkan oleh ibunya

5. Seandainya manusia telah mencapai umur 60 tahun dan dia melakukan satu dosa setiap hari, menurut Taubah bin Summah berarti dalam 60 tahun  dosa orang tersebut sudah mencapai 21.500 dosa. Lalu bagaimana lagi jika mereka dalam satu hari melakukan banyak dosa?

6. Kewajiban bagi orang-orang yang berumur 60 tahun, yang akan memasuki umur 60 tahun atau yang sudah melewati 60 tahun adalah bertakwa kepada Allah, bertaubat dari setiap dosa dan maksiat, serta memperbanyak bekal untuk menghadapi kematian dan perjalanan panjang, karena kebanyakan kematian itu berputar pada usia-usia tersebut. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

((أعمار أمتي ما بين الستين إلى سبعين وأقلهم من يجوز ذلك)) رواه الترمذي وابن ماجة.

[انظر، يا صاحب الستين، ص ١١. دار القاسم]

"Umur umatku berkisar antara enam puluh sampai tujuh puluh tahun. Sangat sedikit yang bisa melewatinya." (Diriwayatkan oleh Tirmidzi dan Ibnu Majah) [Lihat, Yaa Shoohibas Sittiin, hal.11. Cet. Daarul Qaasim]

7. Besarnya perhatian para ulama salaf terhadap usia 60 tahun

8. Takutnya para ulama salaf kepada Allah. Allah Ta'ala berfirman :

«إِنَّمَا يَخْشَى ٱللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ ٱلْعُلَمَـٰٓؤُا۟ ۗ »

Artinya : "Sesungguhnya yang paling takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, adalah para ulama." (QS. Fathir : 28)

9. Uban atau rambut putih yang tumbuh di kepala termasuk utusan Allah yang mengingatkan kepada kita bahwa kematian telah dekat waktunya

10. Rambut yang beruban bisa memutuskan senda gurau, canda tawa,  keinginan syahwat serta rasa cinta terhadap dunia bagi orang-orang yang takut kepada Allah

11. Apapun yang manusia lakukan sesungguhnya ada di dekat mereka malaikat pengawas yang selalu hadir mencatat amal perbuatan manusia. Allah Ta'ala berfirman : 

«مَّا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌۭ»

Artinya : "Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir." (QS. Qaf : 18)

12. Manusia mungkin lupa dengan dosa dan kesalahannya dimasa lampau tapi Allah tidak pernah lupa dan akan mencatatnya. Allah Ta'ala berfirman :

«يَوْمَ يَبْعَثُهُمُ ٱللَّهُ جَمِيعًۭا فَيُنَبِّئُهُم بِمَا عَمِلُوٓا۟ ۚ أَحْصَىٰهُ ٱللَّهُ وَنَسُوهُ ۚ وَٱللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍۢ شَهِيدٌ»

Artinya : "Pada hari ketika mereka dibangkitkan Allah semuanya, lalu diberitakan-Nya kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan. Allah mengumpulkan (mencatat) amal perbuatan itu, padahal mereka telah melupakannya. Dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu." (QS. Al-Mujaadilah : 6)

13. Bolehnya kita bertanya tentang umur seseorang dalam rangka mengingatkannya tentang kematian

14. Pentingnya saling mengingatkan tentang akhirat terutama tentang penghancur kelezatan yaitu kematian

15. Tafsir dari kalimat _inna lillaahi wa inna ilaihi raji'uun_ menurut Fudhail bin 'Iyyaadh yaitu, "Siapa saja yang menyadari bahwa dirinya adalah hamba Allah dan menyadari bahwasanya dia akan kembali kepada Rabb-nya, maka hendaknya ia menyadari bahwa ia pasti akan berdiri di hadapan Allah. Barangsiapa yang menyadari bahwa ia akan berdiri di hadapan-Nya, hendaknya ia menyadari bahwa ia harus bertanggung jawab. Siapa saja yang mengetahui bahwa ia harus bertanggung jawab, maka hendaknya ia menyediakan jawaban untuk pertanyaan kelak".

16. Kunci kebaikan bagi orang yang telah berumur 60 tahun atau yang sudah mendekati 60 tahun atau yang telah melewati 60 tahun adalah bertaubat kepada Allah dari dosa dan maksiat, menjauhi kecondongan terhadap dunia, mengisi sisa-sisa umurnya dengan kebaikan, ketaatan dan ketakwaan. Dengan hal-hal tersebut, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah berlalu. 

Dan masih banyak faedah-faedah lain yang tidak bisa kita rangkum, dan semoga yang sedikit ini bermanfaat untuk kita semua. Baarakallahu fiikum.

Baca juga : Muhasabah di Usia 60 Tahun #2
***

Dompu, 16 Muharrom 1442 H/4 September 2020

Penulis : Abu Dawud ad-Dombuwiyy 

Artikel : Meciangi-d.blogspot.com 


Related Posts:

0 Response to "MUHASABAH DI USIA 60 TAHUN"

Post a Comment