QOIDAH-QOIDAH PENTING DALAM MEMAHAMI NAMA-NAMA DAN SIFAT-SIFAT ALLAH #4


Bismillah. Alhamdulillah, wa shallallahu 'ala Rasuulina Muhammadin shallallahu 'alaihi wa sallam. Wa ba'du.

Setelah kita membahas qoidah yang ketiga tentang sifat-sifat Allah, maka pada kesempatan kali ini, dengan memohon pertolongan Allah kita akan membahas tentang qoidah yang keempat, yaitu qoidah yang terakhir sebagai bantahan kepada kaum mu'aththilah.

Berkata Asy-Syaikh Muhammad bin Sholih Al-'Utsaimin :

 :القاعدة الرابعة : فيما نرد به المعطلة

.المعطلة هم الذين ينكرون شيئا من اسماء الله أو صفاته ويحرفون النصوص عن ظاهرها ويقال لهم المؤولة

 القاعدة العامة فيما نرد به عليهم : أن نقول :  إن قولهم خلاف ظاهر النصوص وخلاف طريقة السلف وليس عليه دليل صحيح
.وربما يكون في بعض الصفات وجه رابع أو أكثر

[شرح لمعة الإعتقاد الهادي الى سبيل الرشاد، ١٢. دار الآثار]


QOIDAH YANG KEEMPAT : bantahan kami kepada mu'aththilah.

Mu'aththilah mereka adalah orang-orang yang mengingkari sesuatu dari nama-nama Allah atau sifat-sifat-Nya dan memalingkan nash-nash (Al-Qur'an dan As-Sunnah) dari dzhohirnya dan mereka juga dikatakan sebagai orang yang mentakwil (nama-nama dan sifat-sifat Allah).

QOIDAH YANG UMUM SEBAGAI BANTAHAN KAMI TERHADAP MEREKA : Bahwasanya kami katakan :   sesungguhnya ucapan mereka menyelisihi dzhohir nash-nash (Al-Qur'an dan As-Sunnah) dan menyelisihi metode salaf dan juga tidak ada pada mereka dalil yang shohih, dan hal ini kadang terjadi pada sisi yang keempat atau lebih banyak lagi dari sebagian sifat-sifat (Allah).

[Syarh Lum'atil I'tiqood Al-Haadi lia Sabiilir Rasyad, hal.12. Pustaka Daarul Aatsaar]


FAEDAH YANG BISA DIAMBIL :

1. Qoidah yang keempat ini sebagai  bantahan terhadap kaum mu'aththilah.

2. Kaum mu'aththilah disebut juga kaum Mu'awwilah (ahli ta'wil)

3. Kaum mu'aththilah yaitu mereka yang mengingkari nama-nama dan sifat-sifat Allah serta memalingkan nash-nash Al-Qur'an dan Hadits Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dari dzhohirnya.

Contoh firman Allah :

«يَقْتُلْ مُؤْمِنًۭا مُّتَعَمِّدًۭا فَجَزَآؤُهُۥ جَهَنَّمُ خَـٰلِدًۭا فِيهَا وَغَضِبَ ٱللَّهُ عَلَيْهِ وَلَعَنَهُۥ وَأَعَدَّ لَهُۥ عَذَابًا عَظِيمًۭا»

Artinya : "Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya". (QS.An-Nisaa' : 93)

Kaum mu'aththilah atau mu'awwilah, mereka mentakwil kalimat «وَغَضِبَ ٱللَّه» pada ayat diatas dengan Allah menghukum padahal yang benar yaitu Allah marah.

4. Adanya qoidah umum untuk membantah kaum mu'aththilah atau kaum mu'wwilah bahwasanya :

-Ucapan mereka menyelisihi dzhohir nash Al-Qur'an dan Hadits.

-Ucapan mereka juga menyelisihi jalan yang ditempuh oleh para salafush sholeh, karena salaf tidak pernah memalingkan dan mentakwil sifat-sifat Allah dari dzhohirnya.

-Dalam mentakwil nama-nama dan sifat-sifat Allah, mereka tidak memiliki dalil yang shohih. Dan terkait nama-nama dan sifat-sifat Allah dalam Al-Qur'an dan Sunnah ayat-ayatnya muhkam (jelas) tidak ada yang mutasyabih (samar), kecuali bagi orang-orang yang memiliki penyakit di dalam hatinya. Dan jika memang ayat yang terkait nama-nama dan sifat-sifat Allah itu mutasyabih maka kewajiban kita adalah mengimaninya dan menetapkan lafadznya serta tidak mempertentangkan maknanya.

Berkata Ibnu Qudamah Al-Maqdisi rahimahullah :

وكل ما جاء في القرآن، أو صح عن المصطفى صلى الله عليه وسلم من صفات الرحمان ؛ وجب الإيمان به وتلقيه بالتسليم والقبول، وترك التعرض له بالرد والتأويل والتشبيه والتمثيل، وما أشكل من ذلك وجب إثباته لفظا وترك التعرض لمعناه، ونرد علمه إلى قائله، ونجعل عهدته على ناقله، اتباعا لطريق الراسخين في العلم الدين أثنى الله عليهم في كتاب المبين يقوله سبحانه
[وتعالى : «وَٱلرَّٰسِخُونَ فِى ٱلْعِلْمِ يَقُولُونَ ءَامَنَّا بِهِۦ كُلٌّۭ مِّنْ عِندِ رَبِّنَا» [آل عمران : ٧

وقال في ذم مبتغي التأويل المتشابه تنزيله : «هُوَ ٱلَّذِىٓ أَنزَلَ عَلَيْكَ ٱلْكِتَـٰبَ مِنْهُ ءَايَـٰتٌۭ مُّحْكَمَـٰتٌ هُنَّ أُمُّ ٱلْكِتَـٰبِ وَأُخَرُ مُتَشَـٰبِهَـٰتٌۭ ۖ فَأَمَّا
[ٱلَّذِينَ فِى قُلُوبِهِمْ زَيْغٌۭ فَيَتَّبِعُونَ مَا تَشَـٰبَهَ مِنْهُ ٱبْتِغَآءَ ٱلْفِتْنَةِ وَٱبْتِغَآءَ تَأْوِيلِهِۦ ۗ وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيلَهُۥٓ إِلَّا ٱللَّهُ ۗ»  [آل عمران : ٧

فجعل ابتغاء التأويل علامة على الزيغ، وقرنه بابتغاء الفتنة في الذم، ثم ححبهم عما أملوه، وقطع اطماعهم عما قصدوه بقوله
«سبحانه : «وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيلَهُۥٓ إِلَّا ٱللَّه

 [شرح لمعة الإعتقاد الهادي الى سبيل الرشاد، ١٥. دار الآثار]

"Semua yang datang dari Al-Qur'an, atau telah shahih dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dari sifat-sifat Ar-Rahman (Allah), maka wajib beriman dengannya dan mengambilnya dengan cara berserah diri serta menerima, dan meninggalkan mepertentangkannya, baik menolak, mentakwil, menyerupakan, serta mempermisalkan, dan jika ada kerancuan dari hal tersebut maka wajib menetapkan lafadznya dan menolak mempertentangkan maknanya, dan kita kembalikan ilmunya kepada yang mengucapkannya (dikembalikan kepada Allah dan Rasul-Nya), dan kita menjadikan penjagaannya kepada yang menyampaikannya (Allah), dalam rangka mengikuti jalan orang-orang yang mendalam ilmunya yaitu orang-orang yang Allah puji mereka didalam kitab-Nya yang jelas (terang benderang) berdasarkan firman-Nya subhaanahu wa Ta'alaa :

«Artinya : "Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami"» [Ali Imran : 7]

Dan Allah berfirman dalam mencela orang-orang yang mengikuti ta'wiil yang mutasyabih (yang samar) dan menurunkan firman-Nya :

«Artinya : "Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyabih daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta'wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah"» 
[Ali Imran : 7]

Dan Dia (Allah) menjadikan mengikuti ta'wiil sebagai tanda adanya penyakit, dan Dia menggandeng mengikuti ta'wiil dengan mengikuti fitnah sebagai celaan, kemudian Dia (Allah) menghijab mereka dari apa-apa yang mereka lakukan, dan memutus ketamakan mereka terhadap apa yang mereka maksudkan berdasarkan ucapan-Nya subhaanahu :

«Artinya : Padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah"»

[Syarh Lum'atil I'tiqood Al-Haadi lia Sabiilir Rasyad, hal.15. Pustaka Daarul Aatsaar]

-Mentakwil nash-nash Al-Qur'an dan Hadits kadang terjadi pada sebagian nama-nama dan sifat-sifat Allah dan kadang-kadang terjadi pada sisi yang keempat (dari qoidah yang ketiga yang berkaitan dengan sifat-sifat Allah).

5. Merubah makna nash-nash ayat atau hadits dari dzhohirnya hukumnya harom sebagaimana telah dijelaskan pada qoidah yang pertama.

6. Sesatnya pemahaman mu'aththilah atau mu'wwilah.


Wallahu 'a'lam. Semoga bermanfaat.
 
***

Dompu, Nusa Tenggara Barat : 12 Syawwal 1440 H/15 Juni 2019

Penulis : Abu Dawud ad-Dombuwiyy

Artikel : Meciangi-d.blogspot.com




Related Posts:

0 Response to "QOIDAH-QOIDAH PENTING DALAM MEMAHAMI NAMA-NAMA DAN SIFAT-SIFAT ALLAH #4"

Post a Comment