MACAM-MACAM DHOMIR












Bismillah. Alhamdulillahi Rabbil 'alamiin. Wa shallallahu 'ala Nabiyyina Muhammadin shallallahu 'alaihi wa sallam. Wa ba'du.

Kali ini kita akan membahas tentang dhomir. Dhomir dalam bahasa Indonesia disebut sebagai kata ganti, baik orang pertama, kedua atau ketiga.

Dhomir atau kata ganti merupakan kata benda yang mabni (tidak berubah) dan masuk juga dalam pembahasan ilmu shorof ketika kita mempelajari bahasa arab. Pembahasan tentang dhomir ini termasuk pembahasan yang cukup merepotkan para santri hampir disetiap pondok pesantren, terutama ketika bertemu dengan pelajaran nahwu atau shorof. Karena itu pada pembahasan kali ini kita akan membahas tentang pembagian dhomir secara terperinci (baca juga materi Macam-Macam Dhomir #2)

Secara garis besarnya, dhomir atau kata ganti dalam bahasa arab terbagi menjadi 3 :

1. Dhomir Munfashil (kata ganti yang terpisah).
2. Dhomir Muttashil (kata ganti yang bersambung).
3. Dhomir Mustatir (kata ganti yang tersimpan/tersembunyi).

Perincian macam-macam dhomir diatas sebagai berikut :

1. Dhomir Munfashil (kata ganti yang terpisah), terbagi menjadi 2 bagian :

a. Dhomir Rofa Munfashil :

هُوَ هُمَا هُمْ

هِيَ هُمَا هُنَّ

أَنْتَ أَنْتُمَا أَنْتُمْ

أَنْتِ أَنْتُمَا أَنْتُنَّ

أَنَا نَحْنُ


Contoh :

هُوَ أُسْتَاذٌ


Kata هُوَ kedudukannya adalah sebagai mubtada atau disebut juga sebagai kata benda diawal, sedangkan kata أُسْتَاذٌ adalah sebagai khobar atau penyempurna makna mubtada. Dhomir Rofa Munfaashil biasanya sebagai mubtada dan dia tidak bisa menjadi khobar, ini pendapat yang paling kuat. Dalilnya banyak dalam al-Qur'an diantaranya Allah berfirman : 


 ((أُو۟لَـٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ))

Artinya : "Mereka itulah orang-orang yang beruntung." (QS.Al-A'raf  : 157)

Kata أُو۟لَـٰٓئِكَ kedudukannya sebagai mubtada, sedangkan ٱلْمُفْلِحُونَ adalah khobarnya. Dhomir Rofa Munfashil هُمُ pada ayat diatas kedudukannya hanya sebagai dhomir fashl (pemisah), yang fungsinya yaitu memisahkan antara mubtada dan khobar yang sama-sama ma'rifah agar tidak dianggap sebagai sifat. 

Dalil kedua Dhomir Rofa Munfashil tidak boleh menjadi khobar adalah firman Allah : 


((وَكُنَّا نَحْنُ ٱلْوَٰرِثِينَ))


Artinya : "Dan Kami adalah Pewaris(nya)." (QS.Al-Qoshos : 58)

Kata وَكُنَّا adalah kaana yang bersambung dengan dhomir nahnu. Kata نَّا kedudukannya sebagai isim kaana, sedangkan khobarnya adalah  ٱلْوَٰرِثِينَ manshub tandanya ya. Adapun Dhomir Rofa Munfashil نَحْنُ kedudukannya hanya sebagai dhomir fashl (dhomir pemisah) dan dia tidak memiliki i'rab serta tidak diterjemahkan. Masih banyak contoh-contoh domir fashl  dalam Al-Qur'an, namun dengan dua contoh ini saja sudah cukup untuk mewakili. 

b. Dhomir Nashob Munfashil :
Ciri-ciri  Dhomir Nasob Munfasil yaitu, dia selalu bersambung dengan  إِيَّا
Contoh :

إِيَّاهُ إِيَّاهُمَا إِيَّاهُمْ

إِيَّاهَا إِيَّاهُمَا إِيَّاهُنَّ

إِيَّاكَ إِيَّاكُمَا إِيَّاكُمْ

إِيَّاكِ إِيَّاكُمَا إِيَّاكُنَّ

إِيَّايَ إِيَّانَا


Contoh :


«إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ»


Artinya : "Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan." (Al-Fatihah : 5)

Kata : إِيَّاكَ adalah maf'ulun bihi atau objek yang dikedepankan, maknanya adabul hashr (pembatasan) dan biasanya diterjemahkan dengan Hanya. Sehingga pada ayat diatas terkandung tauhid uluhiyyah sebagaimana yang dijelaskan oleh para ulama dalam kitab aqidah.

2. Dhomir Muttashil (kata ganti yang bersambung), terbagi menjadi 3 bagian :

Catatan : Bersambung disini yaitu bersambung dengan fiil madhi, mudhori', amr serta bisa pula bersambung dengan isim dan huruf.

a. Dhomir Rofa Muttashil :
-Bersambung dengan fiil madhi :

نَصَرَا نَصَرُوْا

نَصَرَتَا نَصَرْنَ

نَصَرْتَ نَصَرْتُمَا نَصَرْتُمْ

نَصَرْتِ نَصَرْتُمَا نَصَرْتُنَّ

نَصَرْتُ نَصَرْنَا


Contoh 1 :  نَصَرَا (Dia dua orang laki-laki telah menolong)

Perhatikan huruf alifnya, huruf alif  Pada kalimat diatas adalah Dhomir  Rofa Muttashil yang kedudukannya sebagai fail atau pelaku, takdirnya yaitu  هُمَا, alif pada kata نَصَرَا semakna dengan هُمَا, kemudian kita menyebut alif tersebut sebagai Dhomir Rofa Muttashil

Contoh 2 :  نَصَرُوْا (Mereka/dia banyak laki-laki telah menolong)

Huruf wau pada kata نَصَرُوْا, adalah Dhomir Rofa Muttashil, kedudukannya adalah sebagai fail atau pelaku, takdirnya yaitu هُمْ. Artinya didalam kata نَصَرُوْا ada dhomir  هُمْDemikian seterusnya untuk contoh-contoh Dhomir Rofa Muttashil lainnya pada contoh-contoh diatas.

-Bersambung dengan fiil mudhori' :


يَنْصُرَانِ يَنْصُرُوْنَ

تََنْصُرَانِ يَنْصُرْنَ

تََنْصُرَانِ تَنْصُرُوْنَ

تَنْصُرِيْنَ تَنْصُرَانِ تَنْصُرْنَ


Contoh 1 :  يَنْصُرَانِ (Mereka/dia dua orang laki-laki sedang menolong)

Huruf alif pada kalimat يَنْصُرَانِ merupakan Dhomir Rofa Muttashil yang bertindak sebagai fail atau pelaku takdirnya هُمَا. Alif diatas semakna dengan هُمَا dan alif itulah yang disebut sebagai Dhomir Rofa Muttashil.

Contoh 2 :  يَنْصُرُوْنَ (Mereka/dia banyak laki-laki sedang menolong)

Huruf wau pada kata يَنْصُرُوْنَ adalah Dhomir yang kedudukannya sebagai fail takdirnya adalah هُمْ. Dengan kata lain huruf wau pada kata يَنْصُرُوْنَ adalah "jelmaan" dari dhomir هُمْ, dan huruf wau itulah yang disebut sebagai Dhomir Rofa Muttashil. Demikian seterusnya untuk contoh-contoh yang lain diatas.

-Bersambung dengan fiil amr :


اُنْصُرَا اُنْصُرُوْا

اُنْصُرِيْ اُنْصُرَا اُنْصُرْنَ


Contoh 1 : اُنْصُرَا (Wahai dua orang laki-laki/dua orang wanita tolonglah!)

Perhatikan huruf alifnya, baik pada fiil madhi yang telah berlalu pembahasannya, atau pada mudhori' atau pada fiil amr diatas, jika alif tersebut berada pada salah satu dari fiil-fiil tersebut maka huruf alif tersebut adalah dhomir rofa muttashil. Pada kata اُنْصُرَا huruf alif diujung kata adalah dhomir rofa muttashil kedudukanya sebagai fail, takdirnya adalah أَنْتُمَا. Sehingga alif pada kata tersebut semakna dengan أَنْتُمَا dan alif itulah Dhomir Rofa Muttashil.

Contoh 2 : اُنْصُرُوْا (Wahai kalian banyak laki-laki tolonglah!)

Pada kalimat اُنْصُرُوْا, huruf wau tersebut adalah Dhomir Rofa Muttashil, kedudukannya adalah sebagai fail, jika kita i'rob, maka fail dari kata tersebut adalah wau takdirnya adalah . Jadi huruf wau adalah dhomir rofa muttasil takdirnya أَنْتُم.

Contoh 3 :  اُنْصُرِيْ (Wahai satu orang wanita tolonglah!)

Dhomir rofa muttashil itu tidak hanya alif dan wau, kali ini huruf يْ pada kalimat اُنْصُرِيْ adalah  Dhomir Rofa Muttashil yang kedudukannya sebagai fail takdirnya أَنْتِ.

b. Dhomir Nasob muttashil :
-Bersambung dengan fiil madhi :

نَصَرَهُ نَصَرَهُما نَصَرَهُمْ

نَصَرَهَا نَصَرَهما نَصَرَهُنَّ

نَصَرَكَ نَصَرَكُمَا نَصَرَكُمْ

نَصَرَكِ نَصَرَكُمَا نَصَرَكُنَّ

نَصَرَنِيْ نَصَرَنَا


Contoh 1 :  نَصَرَهُ (Dia satu laki-laki telah menolong dia satu laki-laki)

Perhatikan dhomir هُ pada kalimat diatas, itulah Domir Nashob Muttashil, dia kedudukannya sebagai mafulun bihi (objek). Demikian juga untuk dhomir هُما, dhomir هُمْ atau dhomir هُنَّ atau dhomir نَا  ,كَ dan lain sebagainya yang ada pada ujung setiap fiil-fiil pada contoh-contoh diatas.

-Bersambung dengan fiil mudhori' :

يَنْصُرُهُ يَنْصُرُهُمَا يَنْصُرُهُمْ

يَنْصُرُهَا يَنْصُرُهُمَا يَنْصُرُهُنَّ

يَنْصُرُكَ يَنْصُرُكُمَا يَنْصُرُكُمْ

يَنْصُرُكِ يَنْصُرُكُمَا يَنْصُرُكُنَّ

يَنْصُرُنِيْ يَنْصُرُنَا


Contoh 1 :   يَنْصُرُهَا (Dia satu orang laki-laki sedang menolong dia satu orang wanita)

Perhatikan dhomir هَا pada kalimat diatas, itulah domir nashob muttashil, dia kedudukannya sebagai mafulun bihi (objek). Demikian seterusnya untuk contoh-contoh lain diatas. Penjelasan ini sama seperti penjelasan pada poin Domir Nashob Muttashil yang bersambung dengan fiil madhi diatas.

-Bersambung dengan fiil amr :


اُنْصُرَاهُ اُنْصُرَاهُمَا اُنْصُرَاهُمْ

اُنْصُرَاهَا اُنْصُرَاهُمَا اُنْصُرَاهُنَّ


Contoh 1 :  اُنْصُرَاهُ (Tolonglah oleh kalian berdua (laki-laki/wanita) dia satu orang laki-laki)

Perhatikan dhomir هُ atau هُمَا ,هُنَّ ,هَا  semua itu disebut sebagai Domir Nashob Muttashil, dia kedudukannya sebagai mafulun bihi atau objek. Demikian seterusnya.

-Bersambung dengan huruf nashob إِنَّ :

إِنَّهُ إِنَّهُمَا إِنَّهُمْ

إِنَّهَا إِنَّهُمَا إِنَّهُنَّ

إِنَّكَ إِنَّكُمَا إِنَّكُمْ

إِنَّكِ إِنَّكُمَا إِنَّكُنَّ

إِنِّيْ إِنَّا


Contoh 1 :  إِنَّهُ (Sesungguhnya dia satu laki-laki)

Perhatikan dhomir هُ pada contoh diatas atau domir  كَ ,هُمَا ,هُنَّ ,هَا atau dhomir domir-dhomir lain yang berada diujung huruf-huruf إِنَّ diatas, maka dhomir-dhomir tersebut merupakan Domir Nashob Muttashil, kedudukan domir-dhomir tersebut adalah sebagai ismu inna (isimnya inna). Demikian seterusnya.

c. Dhomir Jar Muttashil :
-Bersambung dengan isim sebagai mudhof ilaihi : 


أَبُوْهُ أَبُوْهُمَا أَبُوْهُمْ

أَبُوْهَا أَبُوْهُمَا أَبُوْهُنَّ

أَبُوْكَ أَبُوْكُمَا أَبُوْكُمْ

أَبُوْكِ أَبُوْكُمَا أَبُوْكُنَّ

أَبِيْ أَبُوْنَا


Contoh 1 :  أَبُوْنَا (Bapaknya kami)

Perhatikan dhomir نَا, atau dhomir-dhomir lain seperti كَ, atau هُمْ، هُنَّ dan lain sebagainya pada contoh-contoh diatas, semuanya merupakan Dhomir Jar Muttashil, dia kedudukannya sebagai mudhof ilaihi. Demikian seterusnya pada contoh-contoh yang lain.

3. Dhomir Mustatir (tersimpan/tersembunyi), terbagi menjadi dua bagian :

a. Dhomir Mustatir Jawaazan (boleh ditampakkan dan juga boleh sembunyikan) : 
-Ada pada fiil madhi dan fiil mudhori' dia 1 orang laki-laki atau dia 1 orang wanita.

نَصَرَ

نَصَرَتْ

يَنْصُرُ

تَنْصُرُ

Contoh 1 :   نَصَرَ مُحَمَّدٌ زَيْدًا  (Muhammad telah menolong Zaid)

Perhatikan kata مُحَمَّدٌ, kata مُحَمَّدٌ kedudukannya adalah sebagai fail atau pelaku, dan pada kalimat diatas pelakunya  ditampakkan, baik secara penyebutan atau secara penulisan.

Contoh 2 : مُحَمَّدٌ نَصَرَ  (Muhammad telah menolong)

Perhatikan kata نَصَرَ, fail pada kata نَصَرَ tidak tampak seperti pada contoh pertama, sehingga pelakunya ditakdirkan yaitu dhomir هُوَ kembali pada Muhammad. Maka kita katakan bahwa Fail atau pelaku pada kata نَصَرَ adalah Dhomir Mustatir Jawaazan taqdirnya هُوَ (dia satu laki-laki) yaitu kembali pada Muhammad.

Karena itu, fail atau pelaku pada kata نَصَرَ boleh nampak seperti pada contoh pertama dan juga boleh tersembunyi seperti pada contoh kedua. 

b. Dhomir Mustatir Wujuuban (wajib disembunyikan) :
-Ada pada fiil mudhori' anta (kamu satu laki laki), ana (saya), nahnu (kami) dan ada pada fiil amr 1  orang laki-laki.           

أَنْصُرُ

تَنْصُرُ

نَنْصُرُ

اُنْصُرْ

Contoh 1 :  تَنْصُرُ مُحَمَّدًا (Kamu 1 laki-laki sedang menolong Muhammad)

Jika kita bertemu dengan kalimat semisal تَنْصُرُ (Kamu 1 laki-laki sedang menolong) atau أَنْصُرُ (Saya sedang menolong) atau نَنْصُرُ (Kami sedang menolong) atau اُنْصُرْ (Tolonglah), maka kalimat-kalimat ini mengandung Dhomir Mustatir Wujuuban takdirnya أَنْتَ (kamu 1 laki-laki)أَنَا (Saya)نَحْنُ (Kami), dengan catatan pelakunya wajib disembunyikan. Adapun kata setelah تَنْصُرُ, أَنْصُرُ,  نَنْصُرُ dan اُنْصُرْ biasanya sebagai  mafulun bihi (objek) jika memang fiilnya butuh objek .

Pada contoh diatas, kata مُحَمَّدًا kedudukannya sebagai mafulun bihi atau objek, karena memang fiilnya membutuhkan objek, jika fiilnya tidak membtutuhkan objek biasanya diakhirnya ditambahkan sibihul jumlah dan yang semisal dengan itu.

Karena itu untuk lebih jelasnya, disarankan untuk mendatangi majelis-majelis ilmu yang membahas tentang pelajaran bahasa arab, agar lebih mempertajam pemahaman kita tentang dhomir. Dan jangan lupa baca juga materi-materi yang mampu memotivasi semangat kita dalam mempelajari bahasa arab seperti tulisan tentang Pentingnya Mempelajari Ilmu Nahwu, Perjalanan Ilmu Nahwu,  atau Dua Pakar Nahwu Al-Kisa'i dan Imam Asy-Syafi'i, atau Faedah Nahwu serta materi-materi motivasi lain seperti Antara Kajian Kitab dan Kajian Tematik serta materi-materi bahasa arab lain yang ada di blog ini. Wallahu a'lam

Semoga tulisan ini bermanfaat.

***
Dompu-Nusa Tenggara Barat : 2 Dzulqo'dah 1440 H/5 Juli 2019

Penulis : Abu Dawud ad-Dompuwiyy
Artikel : Meciangi-d.blogspot.com

Related Posts:

8 Responses to "MACAM-MACAM DHOMIR "

  1. Mohon maaf, itu seperti nya salah tulisannya, yang mustatir yang Poin (b) sehrusnya dhomir mustatir wujuban...mohon koreksiny jika saya kurang tepat...trimakasih

    ReplyDelete
  2. Setelah kami perhatikan pada judulnya, betul akhuna baarakallahu fiik. Sudah kami ganti tulisannya. Jazaakumullah khair atas perhatiannya.

    ReplyDelete
  3. Wa antum jazaakumullah khair dan Terima kasih telah berkunjung ke blog ini. Baarakallahu fiik

    ReplyDelete
  4. Terimakasih,jazakumulloh.semoga tim sehat selalu dan dijauhkan dari wabah covid 19

    ReplyDelete
  5. Terima kasih telah berkunjung ke blog ini. Aamiin...Wa antum jazaakumullah khair..

    ReplyDelete
  6. Wa anta jazaakallah khair akhil kariim...

    ReplyDelete