KITA BUTUH RAHMAT DAN AMPUNAN ALLAH


Bismillah, alhamdulillahi Rabbil 'aalamiin, wa shallallahu 'ala Nabiyyina Muhammadin wa 'ala aalihi wa shahbihi ajma'in, wa ba'du.

Sobat... bulan ramadhan adalah bulan ampunan, bulan penuh berkah, bulan dimana dibuka pintu-pintu surga dan ditutup pintu-pintu neraka. Meskipun sebentar lagi bulan ini akan meninggalkan kita, tapi jangan anda lewatkan bulan ini begitu saja tanpa amal apapun dan jangan pula seorang muslim pesimis dengan banyaknya dosa dan kesalahannya, sebab manusia memang tidak pernah lepas dari dosa dan kesalahan, yang terpenting adalah bertaubat kepada Allah. Jika anda justru tidak pernah berbuat dosa, berarti anda hidup di alam malaikat, dan itu telah menyelisihi fitrah manusia. Dalam sebuah hadits, Rasulullah shallalahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda :

،عن أبي هريرة قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ((والذي نفسي بيده! لو لم تذنبوا لذهب الله بكم، ولجاء بقوم يذنبون
 [فيستغفرون الله، فيغفر لهم)). [رواه مسلم، ٢٧٤٩. ص : ١١٠٠. بيت الفكار الدولية

Dari Abu Hurairah, ia berkata : Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : ((Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya! Seandainya kalian tidak berbuat dosa, niscaya Allah akan mendatangkan suatu kaum yang berbuat dosa, lalu mereka memohon ampun kepada Allah, lalu dia mengampuni mereka)). [HR. Muslim, no.2749, hal : 1100. Cet. Baitul Afkar ad-Dauliyyah]

Hadits diatas bukan dalil dianjurkannya berbuat dosa, tapi Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ingin mengabarkan tentang fitrah manusia itu selalu berbuat salah dan dosa, serta memberikan kabar gembira tentang keutamaan bertaubat, bukan justru dengan itu justru kita meremehkan dosa-dosa. 

Ibnul Qoyyim menyebutkan dalam ad-Daa' wad Dawaa' hadits Imam Al-Bukhari dari Ibnu Mas'ud :

.إن المؤمن يرى ذنبه كأنه في أصل جبل يخاف أن يقع عليه. وإن الفاجر يرى ذنبه كذباب وقع على أنفه، فقال به هكذا، فطار
[الداء والدواء، ص : ١٤٤. دار عالم الفوائد]

"Sesungguhnya seorang mu'min ia memandang dosa-dosanya seakan-akan ia sedang duduk di bawah gunung dan ia takut gunung tersebut jatuh menimpanya. Dan seorang yang fajir ia memandang dosa-dosanya seperti seekor lalat yang hinggap di hidungnya lalu dia berkata tentangnya demikian (dia mengibaskan tangannya di atas hidungnya), maka lalat itupun terbang." [Ad-Daa' wad Dawaa', hal. 144. Cet. Daar 'Aalimil Fawaa'id]

Pada atsar yang kedua Ibnu Mas'ud mengingatkan kita agar jangan menganggap ringan sebuah dosa karena yang menganggap ringan dosa adalah orang-orang yang fasik. 

Yang seharusnya, kita hendaknya banyak bertaubat, mengisi sisa-sisa terakhir bulan ramadhan dengan shalat malam, membaca Al-Qur'an, dan amal-amal lainnya. Jangan sampai kita merasa diri suci dari dosa, sebab hal itu termasuk tipu daya syaithon. 

Nabi Adam 'alaihissalam dan Ibu kita Hawwa-pun pernah memohon ampunan kepada Allah Ta'ala tatkala mereka melanggar perintah-Nya dengan memakan buah larangan atau buah yang diberi nama oleh iblis sebagai buah khuldi. Karena sebab kesalahan itu, Nabi Adam dan Hawwa diusir ke bumi, sebagaimana firman Allah Ta'laa :

«قُلْنَا ٱهْبِطُوا۟ مِنْهَا جَمِيعًۭا ۖ فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُم مِّنِّى هُدًۭى فَمَن تَبِعَ هُدَاىَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ»

Artinya : "Kami berfirman: "Turunlah kamu semuanya dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati". (QS. Al-Baqarah : 38)

Tapi kemuliaan Nabi Adam 'alaihissalam dan Ibunda kita Hawwa berada pada taubatnya, taqarrubnya, serta berdo'a dan memohon ampun kepada Allah dari dosa-dosanya sebagaimana firman Allah :

«قَالَا رَبَّنَا ظَلَمْنَآ أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ ٱلْخَـٰسِرِينَ»

Artinya : "Keduanya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah mendzolimi diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi." (QS. Al-A'raf : 23)

Lihat bagaimana Nabi Adam 'alaihissalam dan Ibu kita Hawwa merendahkan diri kepada Allah dengan mengakui dosa-dosanya, berdoa, tunduk, memohon, dengan kalimat-kalimat do'a yang sangat indah, "Ya Tuhan kami, kami telah mendzolimi diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi." Ini merupakan pengakuan yang jujur dari orang-orang yang mulia.

Saudaraku, jangan putus asa, karena kemuliaan itu dengan cara bertaubat dari dosa-dosa. Orang yang paling merugi dan yang paling celaka di dunia ini adalah orang yang tidak mendapatkan rahmat dan ampunan Allah Ta'ala atas dosa-dosa dan kesalahannya  dan dijauhkan dari taubat sebagaimana iblis, lebih-lebih pada bulan ramadhan ini, mari kembali kepada Allah.


DENDAM IBLIS

Apa sebab utama iblis laknatullah merasa sangat dendam ke kepada anak cucu Adam 'alaihissalam?, itu tidak lain karena iblis telah terlanjur di laknat oleh Allah sejak dia menolak untuk bersujud kepada bapak kita Nabi Adam 'alaihissalam, akibat perbuatannya itu, Allah Ta'ala-pun  mengusirnya dari surga, yang lebih dahsyat Allah Ta'ala melaknatnya hingga sampai datang hari kiyamat. Allah Ta'ala berfirman :

«قَالَ فَٱخْرُجْ مِنْهَا فَإِنَّكَ رَجِيمٌۭ. وَإِنَّ عَلَيْكَ لَعْنَتِىٓ إِلَىٰ يَوْمِ ٱلدِّينِ»

Artinya : "Allah berfirman: "Maka keluarlah kamu dari surga; sesungguhnya kamu adalah orang yang terkutuk. Sesungguhnya kutukan-Ku tetap atasmu sampai hari pembalasan". (QS. Shad : 77-78)

Poin pertama Allah usir iblis dari surga. Poin kedua Allah jauhkan dia dari rahmat-Nya selama-lamanya. 

Pada poin pertama dan kedua merupakan dua hal yang sangat mengerikan bagi iblis. inilah yang membuat iblis laknatullah putus asa lalu dan memusuhi Nabi Adam 'alaihissalam dan keturunannya hingga hari ini. Bagaimana tidak, setiap makhluk tentu sangat butuh rahmat dan ampunan-Nya sampaipun iblis, tapi kenyataannya Allah malah melaknat sang iblis hingga hari kebangkitan.

Tatkala sang iblis mendapatkan laknat dari Allah Ta'ala, dia-pun memproklamirkan misi sejatinya untuk menyesatkan anak cucu adam, Allah Ta'ala berfirman :

«قَالَ رَبِّ بِمَآ أَغْوَيْتَنِى لَأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِى ٱلْأَرْضِ وَلَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ»

Artinya : "Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya." (QS. Al-Hijr : 39)

Pada ayat diatas sebab utama iblis ingin menyesatkan anak keturunan Nabi Adam 'alaihissalam karena Allah telah melaknatnya dan menyesatkannya dari jalan-Nya, itu artinya sang iblis sejatinya ia tidak rela dilaknat, iblis-pun akhirnya meminta agar ditangguhkan waktu hidupnya sampai hari kebangkitan sebagaimana firman Allah Ta'ala :

«قَالَ رَبِّ فَأَنظِرْنِىٓ إِلَىٰ يَوْمِ يُبْعَثُونَ»

Artinya : "Iblis berkata: "Ya Tuhanku, beri tangguhlah aku sampai hari mereka dibangkitkan". (QS. Al-A'raf : 14)

Kenapa sang iblis laknatullah meminta penangguhan kepada Allah?, yaitu untuk balas dendam, untuk membalas sakit hatinya dengan cara menyesatkan anak keturunan Adam 'alaihissalam agar mereka bisa masuk neraka bersama dia kelak. Allah Ta'ala berfirman : 

«قَالَ فَبِعِزَّتِكَ لَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ. إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ ٱلْمُخْلَصِينَ»

Artinya : "Iblis menjawab: "Demi kemuliaan-Mu sungguh aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang ikhlas di antara mereka." (QS. Shad : 82-83)

Yang selamat dari godaan iblis hanya orang-orang ikhlas dalam amalannya. Tapi ada satu jenis manusia yang tidak bisa disesatkan oleh iblis kecuali orang-orang yang ikhlas. 

Selain itu, Iblis juga merasa sok berilmu. Dia mengkiyaskan bahwa dia lebih baik dari adam berdasarkan dzon alias prasangka dia padahal nabi Adam 'alaihissalam justru yang lebih baik dari dia.

Yang kedua, iblis merasa hasad kepada Adam 'alaihissalam karena kemuliaannya dengan bersujudnya semua malaikat kepadanya atas perintah Allah, sehingga muncul sifat sombong dan angkuhnya iblis dihadapan Allah serta durhakanya kepada-Nya, seolah-olah dialah yang berhak mendapatkan penghormatan dengan mendapatkan penghormatan para malaikat dengan cara bersujud tapi justru Nabi Adam alaihissalam yang mendapatkan kemuliaan itu, dia hasad lalu durhaka kepada-Nya, dan Allah-pun akhirnya  menjauhkan ia dari rahmat-Nya.

Siapa memang yang bisa hidup bahagia tatkala ia mendapat laknat dari Allah sampai hari kebangkitan?, dan siapa pula kira-kira orang yang bisa hidup tenang diatas laknat Allah Ta'ala yang Maha Perkasa? Tentunya tidak ada satupun yang bisa bahkan iblis. Dan laknat maknanya yaitu dijauhkan dari rahmat-Nya. Jika ada orang yang dijauhkan dari rahmat Allah dan ampunan-Nya, berarti orang itu adalah orang yang paling celaka diatas dunia ini. Dan kesengsaraan apa lagi kira-kira yang lebih tinggi dari dijauhkan dari rahmat dan ampunan-Nya Subhaanahu wa Ta'ala? Rasanya tidak ada. Karena itulah kita sangat butuh kepada rahmat dan ampunan-Nya. Jika Allah tidak merahmati dan mengampuni kita, niscaya kita adalah orang yang paling merugi, sama seperti iblis laknatullah diatas. Karena itulah do'a Nabi Adam 'alaihissalam dan Ibu kita Hawwa tatkala mereka bersalah adalah meminta kepada Allah rahmat dan ampunan-Nya, karena sejatinya dua hal itulah sumber kebahagiaan yang sangat kita dibutuhkan. Jika para Nabi saja selalu meminta rahmat dan ampunan-Nya, lalu bagaimana dengan hamba yang lemah, hamba yang fakir serta hamba yang dzolim seperti kita?, tentunya kitalah yang lebih membutuhkan rahmat dan ampunan-Nya dari pada para Nabi 'alaihimussalam.


NABI YUNUS PUN MENGAKUI KESALAHANNYA

Nabi Yunus 'alaihissalam, lihatlah bagaimana keadaan beliau ketika ditelan oleh ikan besar, beliau 'alaihissalam memuji Allah, berdo'a serta mengakui kesalahannya sebagaimana firman Allah Ta'ala dalam Al-Qur'an :

«وَذَا ٱلنُّونِ إِذ ذَّهَبَ مُغَـٰضِبًۭا فَظَنَّ أَن لَّن نَّقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادَىٰ فِى ٱلظُّلُمَـٰتِ أَن لَّآ إِلَـٰهَ إِلَّآ أَنتَ سُبْحَـٰنَكَ إِنِّى كُنتُ مِنَ ٱلظَّـٰلِمِينَ»

Artinya : "Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: "Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim". (QS. Al-Anbiya : 87)

Nabi Yunus 'alaihissalam tulus berdo'a dengan mengakui dosa dan kesalahannya, maka Allah Ta'a'a-pun menurunkan rahmat dan ampunan-Nya dan mengeluarkannya dari perut ikan sebagaimana firman-Nya :

«فَلَوْلَآ أَنَّهُۥ كَانَ مِنَ ٱلْمُسَبِّحِينَ. لَلَبِثَ فِى بَطْنِهِۦٓ إِلَىٰ يَوْمِ يُبْعَثُونَ»

Artinya : "Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah, niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit." (QS. As-Saffat : 143-144)

Seandainya Nabi Yunus 'alaihissalam tidak memperbanyak mengingat Allah, pasti beliau akan tinggal dalam perut ikan sampai hari kebangkitan. Itulah bentuk rahmat dan ampunan Allah kepada Nabi Yunus 'alaihissalam tatkala beliau bertaubat kepada Allah atas kesalahannya, hingga Allah-pun memujinya dalam firman-Nya : 


«وَإِنَّ يُونُسَ لَمِنَ ٱلْمُرْسَلِينَ»

Artinya : "Sesungguhnya Yunus benar-benar salah seorang rasul." (QS. As-Saffat : 139)

Allah Ta'ala juga berfirman dalam ayat yang lain:

«وَإِسْمَـٰعِيلَ وَٱلْيَسَعَ وَيُونُسَ وَلُوطًۭا ۚ وَكُلًّۭا فَضَّلْنَا عَلَى ٱ لْعَـٰلَمِينَ»

Artinya : "Dan Ismail, Alyasa', Yunus dan Luth. Masing-masing Kami lebihkan derajatnya di atas umat (di masanya)." (Al-An'am : 86)

Faedah yang bisa kita ambil dari kisah Nabi Yunus 'alaihissalam atau kisah Nabi Adam 'alaihissalami adalah betapa butuhnya kita pada rahmat dan ampunan Allah Ta'ala, terutama di bulan ramadhan ini, lebih-lebih di akhir-akhir bulan ramadhan ini.

Karena itu jangan pernah putus asa saudaraku, apalagi merasa diri suci dari dosa, kita ini makhluk yang lemah bahkan semua manusia pasti pernah mendzolimi diri mereka dengan dosa dan kesalahan. Jika Nabi Adam dan Nabi Yunus 'alaihissalam saja bersalah dan bertaubat kepada Allah dan merendahkan diri dihadapan-Nya, bagaimana dengan kita? Kita bukan seorang Rasul seperti Nabi Adam atau nabi Yunus 'alaihimassalam, ini menunjukkan bahwa kita lebih butuh merendahkan diri dihadapan-Nya dengan bertaubat, jangan sibuk merasa suci, mencela saudara kita yang belum berhijrah, yang bergelimang dalam dosa dan maksiat. Kenapa tidak kita doakan mereka, karena bisa jadi mereka ingin keluar dari dosa dan maksiatnya tapi Allah belum memberi mereka hidayah untuk itu. Adapun kita bisa melakukan ketaatan, berubadaberibadah kepada Allah, menjauhi dosa dan maksiat, itu semata-mata bukan karena kemampuan dan kehebatan kita, tapi semua itu karena rahmat dan pertolongan Allah Ta'ala, karena itu perbanyaklah memuji Allah Ta'ala, jangan sibuk merasa suci, merasa paling bertakwa, mencela saudara-saudara atau saudari-saudari kalian yang belumbelummelakukan berhijrah, yang masih suka melakukan selfie, dan lain sebagainya, sehingga dengan sikap-sikap seperti itu akan menyebabkan kita menyerupai sifat iblis laknatullah yang sombong, akhirnya memunculah sifat meremehkan, mencela saudara-saudara kalian yang belum berhijrah, mencela pelaku maksiat, menganggap mereka remeh, padahal harusnya kita berlindunglah kepada Allah dari kelalaian dan kemaksiatan yang menimpa mereka agar maksiat itu tidak menimpa kita. Sebesar apapun dosa para pelaku maksiat, atau saudara-saudara kalian yang belum berhijrah, jika mereka bertaubat kepada Allah dengan taubat nasuha, niscaya Allah akan datangkan rahmat dan ampunan-Nya kepada mereka  bahkan seluas langit dan bumi. Allah 'Azza wa Jalla berfirman :

«قُلْ يَـٰعِبَادِىَ ٱلَّذِينَ أَسْرَفُوا۟ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا۟ مِن رَّحْمَةِ ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يَغْفِرُ ٱلذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلْغَفُورُ ٱلرَّحِيمُ»

Artinya : "Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS.Az zumar : 53)

Allah 'Azza wa Jalla juga berfirman dalam ayat yang lain :

 «إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلتَّوَّٰبِينَ وَيُحِبُّ ٱلْمُتَطَهِّرِينَ»

Artinya : "Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri." (QS.Al-Baqaroh : 222)

Allah 'Azza wa Jalla juga berfirman dalam surat Yusuf :

«وَلَا تَا۟يْـَٔسُوا۟ مِن رَّوْحِ ٱللَّهِ ۖ إِنَّهُۥ لَا يَا۟يْـَٔسُ مِن رَّوْحِ ٱللَّهِ إِلَّا ٱلْقَوْمُ ٱلْكَـٰفِرُونَ»

Artinya : "Dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir". (QS.Yusuf : 87)

Allah 'Azza wa Jalla juga berfirman dalam surat Az-Zumar :

«قُلْ يَـٰعِبَادِىَ ٱلَّذِينَ أَسْرَفُوا۟ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا۟ مِن رَّحْمَةِ ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يَغْفِرُ ٱلذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلْغَفُورُ ٱلرَّحِيمُ»

Artinya : "Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS.Az-Zumar : 53)

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda dalam sebuah hadits :

وللترمذي وحسنه عن أنس : سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول : ((قال الله تعالى : يا ابن آدم، لو أتيتني برقاب الأرض
.((خطايا ثم لقيتني لا تشرك بي شيئا لأتيتك بقرابها مغفرة

[فتح المجيد شرح كتاب التوحيد، ص : ٥٣-٥٤. دار الكتب العلمية]

Dari Imam Tirmidzi dan dia menghasankannya dan dari Anas (berkata) : Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : ((Allah Ta'ala berfirman : Wahai anak adam ; sesungguhnya jika engkau datang kepada-Ku dengan sepenuh bumi dosa lalu engkau berjumpa dengan-Ku tanpa menyekutukan-Ku dengan sesuatu apapun, maka sungguh Aku akan datang kepadamu dengan sepenuh bumi ampunan)). [Fathul Majiid Syarh Kitaabit Tauhid, hal.53-54. Cet.Darul Kutub Al'ilmiyyah].

Pada ayat-ayat atau hadits diatas, Allah ingin menjelaskan kepada kita bahwa Dia Maha Pengampun, bahkan Dia mengampuni bukan satu dosa tapi segala dosa bahkan dosa syirik, jika pelakunya bertaubat sebelum dia mati. Ini menunjukkan kepada kita akan luasnya rahmat dan ampunan Allah Ta'ala. Dalam hadits yang lain disebutkan :

وللترمذي أيضا وحسنه وصححه الذهبي: "يصاح برجل من أمتي على رءوس الخلائق يوم القيامة فينشر له تسع وتسعون سجلاً كل سجل منها مد البصر، ثم يقال أتنكر من هذا شيئا؟ فيقول: لا يا رب فيقال: ألك عذر أو حسنة؟ فيهاب الرجل فيقول: لا يا رب، فيقال: بلى إن لك عندنا حسنة، وأنه لا ظلم عليك، فيخرج له بطاقة فيها: أشهد أن لا إله إلا الله وأن
 محمدًا عبده ورسوله فيقول: يا رب ما هذه البطاقة مع هذه السجلات؟ فيقال: إنك لا تظلم، فتوضع السجلات في كفة والبطاقة في
.كفة, فطاشت السجلات وثقلت البطاقة

[الشرح الميسر لكتاب التوحيد للإمام الشيخ محمد بن عبد الوهاب -رحمه الله- إعداد عبد الله القاسم، ص : ٣٦]

Dari Imam Tirmidzi dan dia menghasankannya dan Imam Adz-Dzahabi menshohihkannya : "Ada seseorang yang terpilih dari umatku pada hari kiamat dari kebanyakan orang ketika itu, lalu dibentangkan kartu catatan amalnya yang berjumlah 99 kartu. Setiap kartu jika dibentangkan sejauh mata memandang. Kemudian Allah menanyakan padanya, “Apakah engkau mengingkari sedikit pun dari catatanmu ini?” Ia menjawab, “Tidak sama sekali wahai Rabbku.” Allah bertanya lagi, “Apakah kamu memiliki udzur atau kebaikan di sisimu?” Dipanggillah laki-laki tersebut dan ia berkata, “Tidak sama sekali wahai Rabbku.” Allah pun berfirman, “Sesungguhnya ada kebaikanmu yang masih kami catat. Dan sungguh tidak akan ada kezaliman atasmu pada hari ini.” Lantas dikeluarkanlah satu bitoqoh (kartu) yang bertuliskan syahadat 'laa ilaha illallah wa anna muhammadan ‘abduhu wa rasuuluh'. Lalu ia bertanya, “Apa (manfaat) kartu ini yang bersama dengan catatan-catatanku yang penuh dosa tadi?” Allah berkata padanya, “Sesungguhnya engkau tidak didzalimi.” Lantas diletakkanlah kartu-kartu dosa di salah satu daun timbangan dan kartu laa ilaha illallah di daun timbangan lainnya. Ternyata daun timbangan penuh dosa tersebut terkalahkan dengan beratnya kartu bertulis laa ilaha illalah tadi[Syarhul Muyassar Liktaabit Tauhiid lil Imaami Asy-Syaikh Muhammad bin 'Abdil Wahhaab penyusun 'Abdullah Al-Qaasim, hal. 36]

Pada hadits yang kedua ini, sang pelaku maksiat datang kepada Allah pada hari kiyamat dengan 99 catatan dosa, yang satu catatan dosa sejauh mata memandang. Tapi dengan rahmat dan ampunan-Nya, Allah -pun mengampuni semua dosa-dosanya, dengan catatan jika tauhid pelaku maksiat tersebut murni.

Karena itu, teman kita yang hari ini  belum berhijrah, masih berbuat dosa dan maksiat, bisa jadi dia lebih baik dan lebih bertakwa daripada kita esok jika dia bertaubat. Umar bin Khaththab radhiyallahu 'anhu dahulunya adalah penentang dakwah nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, musuh Islam, orang yang suka menyiksa kaum muslimin ketika itu, tapi berkat taubatnya Allah mengangkat derajatnya hingga melampaui kedudukan Ali bin Abi Thalib, Sa'ad bin Abi Waqqash dan sahabat lainnya dalam hal ketakwaan dan keutamaan.

Karena itu tanamkan sikap tawadhu dalam diri kita, sibukkan diri dengan meminta ampun kepada Allah dari dosa-dosa kita baik yang kita sadari atau yang tidak kita sadari, bukankah kita adalah makhluk yang penuh dengan aib kekurangan? Dan di sisa-sisa bulan ramadhan ini, mari kita lebih giat lagi beribadah, merendahkan diri dihadapan-Nya, memohon rahmat dan ampunan-Nya. Dan sungguh binasa orang yang tidak mendapat rahmat dan ampunan Allah, lebih-lebih di bulan ramadhan ini.


MEMINTA AMPUNAN DI BULAN RAMADAN

Pada malam lailatul qadar sangat dicintai bagi kita membaca doa yang sangat singkat, padat dan jelas di bawah ini :

((اللهم إنك عفو (كريم) تحب العفو فاعف عني))

((Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf (lagi Maha Mulia), dan Engkau mencintai orang-orang yang meminta maaf, maka maafkanlah aku)). [Maqaashidus Shaum, hal. 30. Cet. Daarul Fikr]

Inti doa diatas adalah kita meminta ampunan kepada Allah dari dosa-dosa kita, karena mendapatkan ampunan Allah adalah sumber kebahagiaan, sedangkan mendapatkan kemurkaan dan laknat dari Allah adalah kesengaraan sebagaimana iblis laknatullah pada kisah yang telah berlalu. Dalam hadits yang lain Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda tentang cara mendapatkan ampunan Allah, dengan melaksanakan puasa di bulan ramadhan, shalat tarawih dan beribadah pada malam lailatul qadar, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

((من صام رمضان إيمانا واحتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه، ومن قام رمضان إيمانا واحتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه، من قام ليلة القدر إيمانا واحتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه)).

"Barangsiapa yang berpuasa karena iman dan mengharapkan pahala, diampuni baginya apa yang telah lalu dari dosa-dosanya, barangsiapa yang berdiri (sholat) pada bulan ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala, diampuni baginya apa yang telah lalu dari dosa-dosanya, barangsiapa yang berdiri (sholat) pada malam lailatul qadar karena iman dan mengharapkan pahala, diampuni baginya apa yang telah lalu dari dosa-dosanya." [Muttafaqun 'alaihi. Al-Bukhari (38), Muslim (760). Dari Kitab Minhajus Saalikiin wa Taudhiihul Fiqhi fiil Islaam, hal. 64]

Pada hadits-hadits diatas semua berbicara tentang ampunan. Dan semua kita sangat membutuhkan ampunan Allah dan rahmat-Nya 'Azza wa Jalla. Kita ini semuanya fakir, fakir harta dan fakir ilmu serta fakir segalanya. Kita juga adalah hamba yang lemah, hamba yang dzolim, serta kekurangan-kekurangan lain, karena itu mari kita bertaubat. Kita butuh rahmat dan ampunannya, lebih-lebih di bulan ramadhan ini.

Hanya ini yang bisa kami tuliskan, masih banyak hadits-hadits yang semisal dengan hadits-hadits diatas, semoga kita bisa menjadi hamba yang bertakwa dan hamba yang keluar dari bulan ramadhan ini dengan mendapatkan kemenangan dan di hapus dari dosa-dosa. Kita sangat membutuhkan rahmat dan ampunan-Nya, karena itu hendaknya kita selalu meminta rahmat dan ampunan Allah Ta'ala, hususnya di bulan ramadhan ini, dan lebih khusus lagi di sepuluh hari terakhir bulan ramadhan ini.

Semoga tulisan ini bermanfaat. Baarakallahu fiikum.

Related Posts:

0 Response to "KITA BUTUH RAHMAT DAN AMPUNAN ALLAH"

Post a Comment