PENTINGNYA MENJAGA LISAN


Bismillah. Alhamdulillahi Rabbil 'aalamiin. Wa shallallahu 'ala Nabiyyina Muhammadin wa 'ala aalihi wa shahbihi ajma'in. Wa ba'du.

Lisan bagaikan pisau bermata dua, sangat berbahaya dan membahayakan. Dan buruknya hati akan tampak dari ucapan-ucapan lisan, karena lisan adalah cerminan bagi hati. Itulah sebabnya para kafilah dari kabilah para singa mengatakan : 

"Lisan adalah cerminan hati. Buruknya hati akan tampak dari ucapan-ucapan lisan."

Karena itu, menjaga lisan merupakan hal yang sangat penting karena ia merupakan pokok seluruh kebaikan. Dengan lisan seseorang bisa masuk surga dan dengan lisan pula seseorang bisa masuk neraka. Telah datang peringatan dan ancaman yang keras terkait hal ini, baik dari Al Qur'an maupun dari sunnah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. 

Para ulama mereka juga banyak mengingatkan kita tentang hal ini dalam kitab-kitab mereka, diantaranya Asy-Syaikh Abdul Muhsin bin Hammad al-'Abbaad al-Badr hafidzahullah dalam kitabnya "Rifqon Ahlas Sunnah bi Ahlis Sunnah".

Sebelum para ulama menulis kitab-kitab mereka, terlebih dahulu mereka menelaah, melihat realita yang terjadi ditengah-tengah umat, lalu menuliskan kitab-kitab yang menjelaskan tentang permasalahan tersebut. Diantara permasalahan yang banyak terjadi ditengah-tengah umat selain syirik dan kebid'ahan yaitu sulitnya manusia menjaga lisannya, banyak mengumpat, banyak mencaci-maki, banyak mencela, berbicara sembarangan, merendahkan orang lain, menggunjingkan orang lain, menjatuhkan kehormatan saudaranya, meng-hajr nya (memboikotnya) dan lain sebagainya.

Kemudian selain itu, carut-marutnya dunia karena banyaknya fitnah diakhir zaman ini, menyebabkan munculnya banyak perseteruan lain, baik dalam urusan agama maupun dalam urusan memperebutkan kekuasaan dengan perpolitikan kotor dan menghalalkan segala cara, mengadu-domba, menyebarkan berita-berita hoaks, saling menjatuhkan, saling mengghibah, saling menghujat, di dunia nyata, maupun di sosial media. Karena itu Asy-Syaikh Abdul Muhsin bin Hammad al-'Abbaad al-Badr benar-benar mengingatkan kita tentang semua itu, baik kepada ahlus sunnah, maupun kepada kaum muslimin secara umum. Diantaranya dengan membawakan dalil-dalil dari Al-Qur'an maupun dari sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.

Dan diantara dalil-dalil dari Al-Qur'an yang beliau bawakan, yaitu firman Allah Subhaanahu wa Ta'ala:

يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَقُولُوا۟ قَوْلًۭا سَدِيدًۭا¤ يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَـٰلَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

Artinya : "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar." (QS. Al-Ahzab : 70-71)

Firman Allah Ta'ala :

 يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱجْتَنِبُوا۟ كَثِيرًۭا مِّنَ ٱلظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ ٱلظَّنِّ إِثْمٌۭ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا۟ وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًۭا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ تَوَّابٌۭ رَّحِيمٌۭ

Artinya : "Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang." (QS.Al-Hujurat : 12)

Firman Allah Ta'ala :

وَلَقَدْ خَلَقْنَا ٱلْإِنسَـٰنَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهِۦ نَفْسُهُۥ ۖ وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ ٱلْوَرِيدِ¤ إِذْ يَتَلَقَّى ٱلْمُتَلَقِّيَانِ عَنِ ٱلْيَمِينِ وَعَنِ ٱلشِّمَالِ قَعِيدٌۭ¤ مَّا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌۭ

Artinya : "Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya, (yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir." (QS.Qaf : 16-18)

Firman Allah Ta'ala :

وَٱلَّذِينَ يُؤْذُونَ ٱلْمُؤْمِنِينَ وَٱلْمُؤْمِنَـٰتِ بِغَيْرِ مَا ٱكْتَسَبُوا۟ فَقَدِ ٱحْتَمَلُوا۟ بُهْتَـٰنًۭا وَإِثْمًۭا مُّبِينًۭا

Artinya : "Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang yang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata." (QS.Al-Ahzab : 58)

Dan semua ayat-ayat diatas mengingatkan kita tentang bahaya lisan dan pentingnya kita menjaga lisan.

Kemudian Asy-Syaikh-pun mengutip beberapa hadits Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, dan mengatakan :

وروى البخاري في صحيحه (٦٤٧٧) ومسلم في صحيحه (٢٩٨٨)، واللفظ لمسلم عن أبي هريرة أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : ((إن العبد ليتكلم بالكلمة ما يتبين ما فيها، يهوي بها في النار
.((أبعد ما بين المشرق والمغرب

وفي آخر حديث وصية النبي صلى الله عليه وسلم لمعاذ أخرجه الترمذي (٢٦١٦) وقال : ((حديث حسن صحيح))، قال صلى الله عليه وسلم : ((وهل بكل الناس في النار على وجوههم أو على مناهجهم الا حصائد ألسنتهم))، قاله جوابا لقول معاذ رضي الله
.((عنه ((يا نبي الله! وإنا لمؤاخذون بما نتكلم به؟

قال الحافظ ابن رجب في شرحه من كتابه جامع العلوم والحكم (١٤٧/٢) : ((والمراد بحصائد الألسنة : جزاء الكلام المحرم وعقوباته ؛ فإن الإنسان يزرع بقوله وعمله الحسنات والسيئات، ثم يحصد يوم القيامة ما زرع، فمن زرع خيرا من قول أو عمل حصد الكرامة، فمن زرع شرا من قول أو عمل حصد غدا
.((الندامة

وقال (١٤٦/٢) : ((هذا يدل على أن كف اللسان وضبطه وحبسه هو أصل الخبر كله، وإن من ملك
.((لسانه فقد ملك أمره وأحكمه وضبطه

[رفقا أهل السنة بأهل السنة، تاليف الشيخ عبد المحسن بن حمد العباد البدر، ص : ١٩-٢٠]

"Al-Bukhaari meriwayatkan dalam shohihnya (6477) demikian juga Muslim dalam shahihnya (2988), dan lafadz ini milik Muslim dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : ((Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan satu kata, yang ia tidak memerhatikannya (tidak memikirkan kejelekan dan dampaknya), ternyata menggelincirkan ia ke dalam neraka lebih jauh dari apa-apa yang ada di antara timur dan barat)).

Dan diakhir hadits wasiat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam kepada Mu'adz dikeluarkan oleh At-Tirmidzi (2616) dan dia berkata ((Hadits hasan shohih)), Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : ((Bukankah manusia itu disungkurkan di Neraka diatas  wajah mereka atau diatas hidung mereka kecuali karena ucapan lisan-lisan mereka?)).

Berkata Al-Hafidz Ibnu Rojab dalam syarah kitabnya Jaami'ul 'Uluum wal Hikam (2/147) : ((yang dimaksud dengan حصائد الألسنة : yaitu balasan bagi ucapan yang haram dan hukuman-hukumannya ; karena sesungguhnya manusia itu dia akan menanam kebaikan atau menanam keburukan dengan ucapannya, kemudian dia akan menuai pada hari kiyamat apa yang telah dia tanam, barangsiapa yang menanam kebaikan berupa ucapan atau amalan dia pasti akan menuai kemuliaan, dan barangsiapa yang menanam keburukan berupa ucapan atau amalan besok dia akan menuai penyesalan)).

Dan dia -Al-Hafidz Ibnu Rojab dalam kitabnya Jaami'ul 'Uluum wal Hikam  (2/146) berkata juga : ((Ini menunjukkan bahwa menjaga lisan, menahannya serta memenjarakannya merupakan pokok kebaikan seluruhnya, karena sesungguhnya orang yang mampu menguasai lisannya (berarti) sungguh dia telah menguasai urusannya, mengokohkannya serta menguatkannya)). [Rifqan Ahlas Sunnah bi Ahlis Sunnah, penyusun Asy-Syaikh Abdul Muhsin bin Hammad al-'Abbaad al-Badr, hal.19-20)]

Jika cacian dan celaan terjadi dalam bentuk tulisan, maka semua akan menjadi dosa yang akan dihisab dan akan tertulis dalam catatan amal seorang hamba. Berkata penyair :

كتبت وقد أيقنت يوم كتابتي

بأن يدي تنفى ويبقى كتابها

فإن عملت خيرا ستجزى بمثله

وإن عملت شرا علي حسابها

[رفقا أهل السنة بأهل السنة، تأليف الشيخ عبد المحسن بن حمد العباد البدر : ص ١٦]

"Aku telah menulis dan aku sungguh yakin di hari aku menulisnya.
Bahwasannya tanganku akan musnah dan akan kekal tulisannya.
Dan apabila tangan-ku tersebut melakukan amal kebaikan maka dia akan dibalas dengan yang semisalnya.
Dan apabila dia melakukan keburukan maka bagiku hisabnya." 
[Rifqan Ahlas Sunnah bi Ahlus Sunnah, penulis Asy-Syaikh Abdul Muhsin bin Hammad al-'Abbaad al-Badr, hal.16]

Berkata Asy-Syaikh Abdul Muhsin Al-Abbad hafidzahullah mengutip perkataan Imam Ibnu Hibban rahimahullah :

قال الإمام أبو حاتم بن حبان في كتابه روضة العقلاء و نزهة الفضلاء (ص : ٩٤

لسان العاقل يكون وراء قلبه، فإذ أراد القول رجع إلى القلب، فإن كان له قال، و الا فلا، والجاهل قلبه في طرف لسانه، ما أتى على
.لسانه تكلم به، و ما عقل دينه من لم يحفظ لسانه

[رفقا أهل السنة بأهل السنة، تأليف الشيخ عبد المحسن بن حمد العباد البدر : ص ١٨-١٩]

Berkata Imam Abu Hatim bin Hibban dalam kitab Raudhatul 'Uqola wa Nuzhatul Fudhola' halaman 49:

"Lisannya orang yang berakal berada di belakang hatinya, apabila dia ingin mengatakan sesuatu dia kembalikan pada hatinya, apabila baik dia akan berbicara dan apabila tidak maka dia tidak berbicara. Dan orang yang bodoh, hatinya berada di ujung lisannya, apa saja yang hinggap di lisannya dia akan mengatakannya, betapa rendah agama orang yang tidak bisa menjaga lisannya." [Rifqan Ahlas Sunnah bi Ahlus Sunnah, penulis Asy-Syaikh Abdul Muhsin bin Hammad al-'Abbaad al-Badr, hal.18-19]

⏩ Faedah yang bisa diambil :

1. Pentingnya menjaga lisan 

2. Menjaga lisan termasuk wasiat Allah 'Azza wa Jalla dan wasiat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam kepada kita dan kepada seluruh orang-orang yang beriman

3. Pentingnya memunculkan sifat husnudzon, karena memang hukum asal terhadap sesama manusia adalah husnudzon bukan su'udzon

4. Adanya ancaman bagi orang yang tidak bisa menjaga lisannya, menunjukkan dosa yang ditimbulkan oleh lisan termasuk dosa yang besar

5. Diantara ancaman bagi orang yang tidak bisa menjaga lisannya yaitu akan digelincirkan ia kedalam neraka lebih jauh dari barat dan timur, disungkurkan wajah dan hidung kedalam api neraka dll

6. Tidak bolehnya mencaci-maki, mencela, merendahkan orang lain, menggunjingnya, menjatuhkan kehormatannya,  karena semua itu termasuk dosa lisan yang akan menyebabkan petaka bagi pelakunya di dunia lebih-lebih di akhirat

7. Haramnya mencaci-maki atau mencela, merendahkan orang lain,  menggunjingnya, menjatuhkan kehormatannya, lebih-lebih jika ia adalah seorang muslim

8. Barangsiapa yang menanam kebaikan dengan ucapannya, maka dia akan menuai kemuliaan dan pahala pada hari kiyamat, dan barangsiapa yang menanam keburukan dengan ucapannya, maka dia akan memanen kehinaan dan memikul dosa pada hari kiyamat

9. Menahan lisan dari berbicara kecuali kebaikan adalah pokok seluruh kebaikan  dan membiarkan lisan berbicara keburukan merupakan pokok seluruh keburukan

10. Setiap apa yang manusia ucapkan, disisi mereka ada malaikat penjaga yang selalu hadir, mencatat dan mengawasinya, maka berhati-hatilah. Allah Ta'ala berfirman : 

مَّا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌۭ

Artinya : "Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir." (QS. Qof : 18)

Dalam ayat yang lain Allah Ta'ala berfirman :

وَوُضِعَ ٱلْكِتَـٰبُ فَتَرَى ٱلْمُجْرِمِينَ مُشْفِقِينَ مِمَّا فِيهِ وَيَقُولُونَ يَـٰوَيْلَتَنَا مَالِ هَـٰذَا ٱلْكِتَـٰبِ لَا يُغَادِرُ صَغِيرَةًۭ وَلَا كَبِيرَةً إِلَّآ أَحْصَىٰهَا ۚ وَوَجَدُوا۟ مَا عَمِلُوا۟ حَاضِرًۭا ۗ وَلَا يَظْلِمُ رَبُّكَ أَحَدًۭا

Artinya : "Dan diletakkanlah kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang bersalah ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata: "Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya; dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). Dan Tuhanmu tidak menganiaya seorang juapun". (QS. Al-Kahfi : 49)

11. Tahanlah tangan kita dari menulis, membuat status, membuat cuitan, membuat postingan kecuali kebaikan, karena apa saja yang kita tuliskan di sosial media bisa jadi akan menjadi dosa jariah yang akan dimintai pertanggung jawabannya nanti pada hari kiyamat,

12. Tangan yang membuat tulisan, postingan, cuitan, status, berupa cacian atau celaan, ejekan atau hujatan dll, maka tangan itu akan diminta pertanggung jawabannya nanti pada hari kiyamat. Lalu tangan tersebut akan menceritakan semua keadaannya dan perbuatanya dihadapan Allah. Allah Ta'ala berfirman : 

ٱلْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلَىٰٓ أَفْوَٰهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَآ أَيْدِيهِمْ وَتَشْهَدُ أَرْجُلُهُم بِمَا كَانُوا۟ يَكْسِبُونَ

Artinya : "Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan-tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki-kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan." (QS. Yasin : 65)

13. Keutamaan menjaga lisan dan tangan

14. Keutamaan takwa kepada Allah

Semoga bermanfaat.

Baca juga : Menjaga Lisan Dari Berbicara Kecuali Kebaikan

***

Dompu, 2 Rabiul Awwal 1442 H/19 Oktober  2020

Penulis : Abu Dawud ad-Dompuwiyy 

Artikel : Meciangi-d.blogspot.com 


Related Posts:

2 Responses to "PENTINGNYA MENJAGA LISAN"

  1. Jazakallahu Khoir Ustadz.
    usulan mungkin bisa di tulis kisah2 yang menginspirasi dikalangan Salafus Sholeh. Barakallahu fiikum

    ReplyDelete
  2. InsyaAllah.. wa anta jazaakallah khair. Wa fiikum baarakallah..

    ReplyDelete