KEUTAMAAN ILMU DAN ULAMA

Bismillah. Alhamdulillahi Rabbil 'alamiin. Wa shallallahu 'ala Nabiyyina Muhammadin wa 'ala aalihi wa shahbihi ajma'iin, wa ba'du.

Keutamaan ilmu lebih mulia dari apapun, karena ilmu adalah sarana yang bisa menyelamatkan seseorang dari gelapnya kebodohan dan panasnya api neraka.

Dan orang yang paling berilmu diatas bumi ini adalah  para ulama, karena merekalah pewaris para Nabi. Mereka bagaikan bulan diantara bintang-bintang. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda dalam hadits Abu Darda' :

عن أبي الدرداء رضي الله تعالى عنه قال : سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول : ((من سلك طريقا يبتغي فيه علما سلك الله له طريقا إلى الجنة وإن الملائكة لتضع أجنحتها رضاء لطالب العلم وإن العالم ليستغفر له من في السماوات ومن في الأرض حتى الحيتان في الماء وفضل العالم على العابد كفضل القمر على سائر الكواكب إن العلماء ورثة الأنبياء إن الأنبياء لم يورثوا دينارا ولا درهما إنما ورثوا العلم فمن أخذ به أخذ بحظ وافر)). رواه أبو داود والترمذي وصححه ابن حبان ونقل ابن حجر عن
.الحاكم تصحيحه، وصححه الألباني، وقال ابن حجر ؛ حسنه حمزة الكناني، ثم قال : له شواهد يتقوى بها

[كتاب الأربعين في مذهب السلف، تأليف الشيخ علي بن يحيى الحدادي، ص : ١١]

Dari Abu Darda' radhiyallahu 'anhu berkata : Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : ((Barangsiapa yang menempuh suatu jalan dalam rangka mencari ilmu maka Allah akan iringi (mudah kan) baginya jalan menuju surga dan sesungguhnya para malaikat benar-benar akan meletakkan sayap-sayapnya ridho kepada penuntut ilmu dan sesungguhnya orang yang berilmu benar-benar akan dimintakan ampun oleh penduduk langit maupun penduduk bumi, sampai ikan-ikan didalam air. Dan keutamaan orang yang berilmu dibanding ahli ibadah seperti keutamaan bulan atas seluruh bintang-bintang, sesungguhnya para ulama adalah pewaris para Nabi dan sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar maupun dirham hanya saja yang mereka mewariskan adalah ilmu, barangsiapa yang mengambilnya dia telah mengambil bagian yang berlimpah)). Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Tirmidzi dan Ibnu Hibban telah menshahihkannya dan Ibnu Hajar telah menukilnya dari Al-Hakim koreksi haditsnya, dan Al-Albani telah menshohihkannya, dan Ibnu Hajar berkata ; Hamzah al Kinaani telah menghasankannya kemudian dia berkata : hadits tersebut memiliki saksi-saksi (periwayat/jalan) yang menjadikan hadits tersebut kuat." [Kitaabul 'Arba'iin fii Madzhabis Salaf, Ta'lif Asy-Syaikh Ali bin Yahya al-Hadaadiy, hal. 11]


FAEDAH YANG BISA DIAMBIL :

1. Kalimat «من سلك طريقا» «Barangsiapa yang menempuh suatu jalan», kata «مَنْ» adalah isim syart, maknanya umum bisa bermakna siapa saja, siapapun, baik manusia maupun jin, laki-laki maupun perempuan

2. Kalimat «يبتغي به علما» «dalam rangka mencari ilmu», yang dimaksud adalah ilmu agama bukan ilmu dunia

3. Kalimat «ساك الله له طريقا إلى الجنة»«Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga», menuntut ilmu termasuk jalan pintas menuju surga dan bagi penuntut ilmu itu Allah sendiri-lah yang akan memudahkan jalan mereka menuju surga
4. Kalimat «إلى الجنة»,  huruf «إلى» adalah huruf jar yang maknanya «لِلْاِنْتِهَاءِ» yaitu ujung atau penghabisan, artinya ujung akhir perjalanan manusia adalah surga

5. Pada hadits tersebut ada penetapan tentang adanya surga, dan surga itu sudah ada dan telah diciptakan  berdasarkan dalil-dalil yang ada diantaranya firman Allah :

«وَسَارِعُوٓا۟ إِلَىٰ مَغْفِرَةٍۢ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا ٱلسَّمَـٰوَٰتُ وَٱلْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ»

Artinya : "Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa." (Ali Imran : 133)

Kalimat «أُعِدَّتْ» adalah kata kerja lampau, artinya telah disediakan, ini menunjukkan bahwa surga sudah ada dan telah diciptakan

6. Para malaikat mereka merendahkan sayap-sayapnya di majelis-majelis ilmu karena ridho kepada para penuntut ilmu, ini menunjukkan keutamaan para penuntut ilmu

7. Penetapan bahwa malaikat memiliki sayap, sebagaimana disebutkan juga dalam Al-Qur'an :

ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ فَاطِرِ ٱلسَّمَـٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ جَاعِلِ ٱلْمَلَـٰٓئِكَةِ رُسُلًا أُو۟لِىٓ أَجْنِحَةٍۢ مَّثْنَىٰ وَثُلَـٰثَ وَرُبَـٰعَ ۚ يَزِيدُ فِى ٱلْخَلْقِ مَا يَشَآءُ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ» 
«شَىْءٍۢ قَدِيرٌۭ

Artinya : "Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, Yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu." (Fathir : 1)

8. Kalimat :

 «و إن العالم ليستغفر له من في السماوات و من في الارض»

 «orang yang berilmu akan dimintakan ampun oleh penduduk langit maupun penduduk bumi».

Kata «مَنْ» pada kalimat «من في السماوات و من في الارض» «oleh penduduk langit maupun penduduk bumi», merupakan isim maushul atau kata sambung, dalam qoidah ushul fiqih isim maushul maknanya umum, sehingga bisa bermakna seluruh penduduk langit dan bumi tanpa terkecuali semua mendoakan ampunan bagi para penuntut ilmu

Dan isim maushul «مَنْ» dalam hadits ini tidak hanya untuk yang berakal, tapi masuk juga tidak berakal, karena itulah pada hadits diatas ada kalimat «حتى الحيتان في الماء», «sampai ikan-ikan didalam air», kata «حَتَّى» menunjukkan puncak atau batas maksimum, sehingga bisa bermakna seluruh penduduk yang ada dibumi mendoakan penuntut ilmu, dari manusia yang berakal hingga makhluk yang tidak berakal, dan dari makhluk yang tidak berakal puncaknya sampai ikan-ikan yang berada di kedalaman laut-pun ikut mendoakan kebaikan bagi para penuntut ilmu

9. Kadang-kadang isim maushul «مَنْ»  boleh digunakan untuk yang tidak berakal dalilnya adalah firman Allah : 

وَٱللَّهُ خَلَقَ كُلَّ دَآبَّةٍۢ مِّن مَّآءٍۢ ۖ فَمِنْهُم مَّن يَمْشِى عَلَىٰ بَطْنِهِۦ وَمِنْهُم مَّن يَمْشِى عَلَىٰ رِجْلَيْنِ وَمِنْهُم مَّن يَمْشِى عَلَىٰٓ أَرْبَعٍۢ ۚ يَخْلُقُ ٱللَّهُ مَا»
 «يَشَآءُ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍۢ قَدِيرٌۭ

Artinya : "Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian dari hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu." (An-Nur : 45)

Kata «مَنْ» dalam ilmu nahwu digunakan untuk yang berakal, namun pada ayat diatas digunakan juga untuk yang tidak berakal.

Atau bisa juga «مَا» isim maushul untuk yang tidak berakal, digunakan untuk yang berakal sebagaimana firman Allah :

«يُسَبِّحُ لِلَّهِ مَا فِى ٱلسَّمَـٰوَٰتِ وَمَا فِى ٱلْأَرْضِ ٱلْمَلِكِ ٱلْقُدُّوسِ ٱلْعَزِيزِ ٱلْحَكِيمِ»

Artinya : Senantiasa bertasbih kepada Allah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (Al-Jumu'ah : 1)

Kata «مَا» pada ayat diatas umum, maknanya mencakup segala yang ada di langit dan di bumi. Secara qoidah nahwu, kata «مَا» hanya untuk yang tidak berakal, tapi kadang-kadang juga digunakan untuk yang berakal sebagaimana ayat diatas. Telah diketahui, penduduk langit dan bumi bukan hanya yang tidak berakal, tapi disana ada makhluk yang berakal, diatas langit ada malaikat, bidadari, adapun di bumi ada manusia, jin dan selain sebagainya, dan masih banyak ayat-ayat yang semakna dengan dua ayat diatas

10. Tingginya derajat dan kedudukan orang-orang yang berilmu,  melampaui kedudukan ahli ibadah. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam menyatakan perbedaannya seperti bulan purnama dibanding bintang-bintang. Orang-orang berilmu seperti bulan purnama, sedangkan ahli ibadah seperti bintang-bintang.

Karena itulah Allah banyak berfirman tentang orang-orang yang berilmu : 

يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا۟ فِى ٱلْمَجَـٰلِسِ فَٱفْسَحُوا۟ يَفْسَحِ ٱللَّهُ لَكُمْ ۖ وَإِذَا قِيلَ ٱنشُزُوا۟ فَٱنشُزُوا۟ يَرْفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مِنكُمْ»
 «وَٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْعِلْمَ دَرَجَـٰتٍۢ ۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌۭ

Artinya : "Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (Al-Mujadilah : 11)

Allah juga berfirman :

«شَهِدَ ٱللَّهُ أَنَّهُۥ لَآ إِلَـٰهَ إِلَّا هُوَ وَٱلْمَلَـٰٓئِكَةُ وَأُو۟لُوا۟ ٱلْعِلْمِ قَآئِمًۢا بِٱلْقِسْطِ ۚ لَآ إِلَـٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلْعَزِيزُ ٱلْحَكِيمُ»

Artinya : "Allah bersaksi bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (Ali Imran : 18)

Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan dalam tafsirnya :

ثم قرن شهادة ملائكته وأولي العلم بشهادته، فقال «شَهِدَ ٱللَّهُ أَنَّهُۥ لَآ إِلَـٰهَ إِلَّا هُوَ وَٱلْمَلَـٰٓئِكَةُ وَأُو۟لُوا۟ ٱلْعِلْمِ» وهذه خصوصية عظيمة..."
"...للعلماء في هذا المقام

[تفسير ابن كثير، ١\٣٢١. دار الكتب العلمية]

"...Kemudian Allah menggandeng persaksian para malaikat-Nya dan persaksian orang-orang yang berilmu dengan persaksian-Nya sendiri, Dia berfirman : «Allah bersaksi bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), dan para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu)», dan ini adalah kekhususan yang agung (besar) untuk para ulama pada martabat ini..." [Tafsir Ibnu Katsir, 1/321. Cet.Daarul Kutub al-'Ilmiyyah]

11. Para ulama adalah pewaris para Nabi

12. Para Nabi hanya mewariskan ilmu bukan harta benda berupa dinar maupun dirham

13. Orang yang mengambil warisan para Nabi berupa ilmu, dia telah mendapatkan warisan yang banyak dan berlimpah

14. Barangsiapa yang meninggalkan, merendahkan dan meremehkan ilmu berati Allah tidak perduli alias Allah tidak inginkan kebaikan kepadanya.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah mengatakan :

وقد ثبت في الصحيح عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال : ((من يرد الله به خيرا، يفقهه في الدين)) و لازم ذلك أن من لم يفقهه
 ((الله في الدين لم يرد به خيرا، فيكون التفقه في الدين فرضا

[النبذ في آداب طلب العلم، ص : ٢٢٨. الدار الاثرية]

"Sungguh telah tetap dalam shohih Bukhari dan Muslim bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : ((Barangsiapa yang Allah inginkan baginya kebaikan, maka Allah akan fahamkan dia agama)) dan hal itu melazimkan bahwa orang yang tidak Allah fahamkan dia tentang agama, berarti Allah tidak menginginkan baginya kebaikan, maka memahami agama menjadi suatu kewajiban."

[An-Nubadz Fii Adaab Tholabil 'Ilmi, hal : 228. Ad-Daarul Atsariyyah]


Semoga bermanfaat.


Related Posts:

0 Response to "KEUTAMAAN ILMU DAN ULAMA"

Post a Comment