WAJIB BELAJAR BAHASA ARAB

Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim termasuk muslimah, karena itu orang yang berjalan untuk mencari ilmu Allah akan mudahkan jalannya menuju surga. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

“Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim, no. 2699)

Hadits ini menjadi motivasi tersendiri bagi para penuntut ilmu agar lebih semangat lagi dalam mencari tempat-tempat untuk menimba ilmu syar'i. Dan ilmu syar'i yang harus di pelajari pertama kali adalah adab. Pelajaran adab ini meliputi banyak hal dan yang paling pokok dari perkara adab adalah adab kepada Allah 'Azza wa Jalla atau kita sering  menyebutnya dengan tauhid.

Kedua setelah mempelajari tauhid, maka hendaknya kita mempelajari bahasa arab. Tidak mungkin kita bisa memahami agama Islam dengan benar tanpa bahasa arab. Dan belajar bahasa arab hukumnya menjadi dua sebagaimana disebutkan oleh guru-guru kita di pesantren dahulu.

1. Fardu Kifayah
2. Fardu 'Ain

Fardu kifayah artinya jika sudah ada sebagian kaum muslimin yang mempelajarinya maka gugur kewajiban bagi yang lainnya. Kedua fardu 'ain yaitu wajib bagi orang-orang tertentu saja seperti para ulama yang akan berfatwa, ahli tafsir, ahli fikih, dan wajib juga bagi para penuntut ilmu syar'i seperti kita, karena bahasa arab merupakan wasilah untuk memahami Al-Qur'an dan as-Sunnah. Sebuah qoidah mengatakan :

ما لا يتم الواجب الا به فهو واجب

"Apa-apa yang tidak sempurna perkara yang wajib kecuali dengannya maka dia itu wajib."

Memahami Al-Qur'an dan Sunnah merupakan kewajiban, dan tidak akan sempurna memahami keduanya tanpa mempelajari bahasa arab. Maka disini mempelajari bahasa arab hukumnya menjadi wajib karena dia menjadi wasilah untuk memahami perkara yang wajib yaitu Al-Qur'an dan Sunnah.

Karena demikian, maka perlu kiranya kita mengenal sedikit tentang cabang ilmu bahasa arab, diantaranya yaitu :

1. Nahwu
2. Shorof

Nahwu adalah cabang ilmu bahasa arab yang secara khusus mempelajari harokat akhir suatu kata. Contoh :

كِتَابٌ, كِتَابًا, كِتَابٍ

Tugas ilmu Nahwu yaitu mempelajari harokat akhir, kenapa bisa berharokat Dommah (  ٌ ), atau fathah ( ً  ), atau kasroh (  ٍ ) atau sukun (  ْ ) .

Adapun ilmu shorof yaitu ilmu yang mempelajari perubahan kata dari satu bentuk ke bentuk lainnya, yaitu dengan mengikuti pola-pola tertentu. Contoh :

ضَرَبَ  - يَضْرِبُ - ضَرْبًا

Kata ضَرَبَ artinya telah memukul. Kata يَضْرِبُ artinya sedang memukul dan kata ضَرْبًا artinya pukulan atau pemukulan dan seterusnya.

Setelah memahami ini, maka perlu diketahui bahwa ilmu Nahwu dan Shorof tidak bisa dipisahkan dan harus beriringan, Berkata Al-Ustadz Abu Umairoh hafidzahullah :

“Kalaulah ilmu Shorof adalah bapaknya bahasa arab, maka ilmu Nahwu adalah Ibunya. Maka dari keduanya-lah lahir cabang-cabang ilmu bahasa arab lainnya. Sebagaimana mulianya sang Ibu bagi kita, demikian juga kedudukan ilmu Nahwu dalam cabang ilmu bahasa arab. Ini isyarat kuat akan pentingnya ilmu Nahwu bagi para penuntut ilmu.”

Dan Ibu kedudukannya lebih mulia dari Bapak sebagaimana yang maruf di tengah-tengah kita. Demikian juga ilmu Nahwu dan Shorof. Yang menunjukkan ilmu Nahwu adalah induk bahasa arab yaitu sejarah peletakan ilmu bahasa arab itu sendiri yang berawal dari kisah Abul Aswad Ad-Duali dengan anaknya yang kemudian hal ini diadukan kepada Ali radhiyallahu 'anhu tentang kekhawatirannya akan hilangnya bahasa arab yang fasih. Kisah ini di kisahkan dalam banyak kitab Nahwu diantatanya dalam Syarh Al-Alfiyah Ibnu Malik oleh Ibnu Aqil, atau Syarh Al-Alfiyah Ibnu Maalik oleh Fadhilatu Asy-Syaikh Muhammad bin Sholih Al-'Utsaimin, hal.19.  Ali radhiyallahu 'anhu mengatakan :

   ((انْحُ هذا النَّحْوَ))

"Teruskan arah ini."

Kisah ini dianggap sebagai awal mula peletakan ilmu Nahwu. Karena itu wajar saja jika ilmu Nahwu disebut sebagai induk bahasa arab karena cabang ilmu bahasa arab yang pertama kali diletakkan oleh Ali adalah ilmu Nahwu. Karena itu berkata Imam Asy-Syafi'i rahimahullah :

مَنْ تَبَحَّرَ فِي النَّحْوِ إِهْتَدَى إِلَى جَمِيْعِ الْعُلُوْمِ

"Barangsiapa yang menguasai ilmu Nahwu, dia dimudahkan untuk memahami seluruh ilmu." (Syadzarat adz-Dzahab,2/407. Daar Ibni Katsir)

Berkata pula Imam Asy-Syafi'i :

"Tidaklah aku ditanya tentang suatu permasalahan fiqih kecuali aku menjawabnya dengan kaidah-kaidah Nahwu." (Syadzarat adz-Dzahab,2/407. Daar Ibni Katsir)

Ini menunjukan bahwa ilmu Nahwu memiliki peran yang sangat penting bagi para ulama, tentunya juga ini menjadi motivasi bagi kita. Walaupun demikian, ingat bahwa belajar Nahwu tanpa belajar ilmu Shorof tidak sempurna atau tidak akan efektif kecuali dibarengi dengan mempelajari keduanya.

Karena itu sebagai penutup, mari kita terus motivasi diri kita untuk tetap semangat belajar bahasa arab. Masa-masa lemah semangat, turun iman, lalai dan lain sebagainya itu adalah sunnatullah yang berjalan berdasarkan ketentuan qada' dan qadar Allah, karena itu para ulama dalam kitab-kitab mereka sering mengatakan bahwa iman itu naik dan turun. Berkata Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa'di rahimahullah :  
                      
   ولهذا كان الأئمة و السلف يقولون :  الإمان قول القلب و اللسان، و عمل القلب و اللسان و الجوارح. وهو : قول وعمل واعتقاد يزيد بالطاعة، و ينقص بالمعصية 
[التوضيح والبيان لشجرة الإمان، ض ٥]

"Karena itu para Imam dan pada Salaf berkata : Iman adalah ucapan hati dan lisan, amalan hati dan lisan dan anggota badan. Dia merupakan ucapan, amalan dan keyakinan yang naik dengan keimanan dan turun dengan kemaksiatan. (At-Taudhihu wa Al-Bayaan Li-Syajaratil Imaan, hal.5)

Inti sari ucapan ini bahwa iman itu naik dan turun, naik dengan ketaatan dan turun dengan kemaksiatan. Ini adalah aqidah salaf dalam hal keimanan, yang membedakan mereka dengan kelompok-kelompok yang menyimpang lainnya, siapa saja yang mengingkari hal ini berarti dia bukan ahli sunnah salafi. Karena itu wajib kita menaikkannya kembali iman kita dengan bertaubat selalu kepada Allah. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bertaubat kepada Allah setiap hari 100 x, dan kita sebagai umatnya juga hendaknya demikian.

Semoga Allah membimbing kita semua diatas ketaatan dan keistiqomahan agar tetap terus menerus menuntut ilmu hingga akhir hayat kita. Semoga bermanfaat. Wallahu a'lam.

*** 

Dompu, 25 Rabiul Awwal 1440H/3 Desember 2018

Penulis : Abu Dawud ad-Dombuwiyy 

Artikel : Meciangi-d.blogspot.com 

Related Posts:

0 Response to "WAJIB BELAJAR BAHASA ARAB"

Post a Comment