JANGAN MENYEKUTUKAN ALLAH

Bismillahirrahmaanirraahiim, alhamdulillahi Rabbil 'aalamiin, wa shallallahu 'ala Nabiyyina Muhammadin wa 'ala aalihi wa shahbihi ajma'iin. Wa ba'du.

Syirik atau menyekutukan Allah merupakan dosa besar yang paling besar, karena itulah Allah Subhaanahu wa Ta'ala telah melarang kita dari berbuat syirik dan menyebut hal tersebut sebagai kedzoliman. Allah 'Azza wa Jalla berfirman :

«وَإِذْ قَالَ لُقْمَـٰنُ لِٱبْنِهِۦ وَهُوَ يَعِظُهُۥ يَـٰبُنَىَّ لَا تُشْرِكْ بِٱللَّهِ ۖ إِنَّ ٱلشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌۭ»

Artinya : "Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". (QS. Lukman : 13)

Ada beberapa hal penting yang disebutkan pada ayat diatas, pertama, Lukman memanggil anaknya dengan panggilan yang lembut. Kedua, dia wasiatkan anaknya agar tidak berbuat syirik. Ketiga, dia menyebutkan bahwa syirik adalah kedzoliman yang paling besar. Hal ini senada dengan firman Allah Ta'ala pada ayat yang lain :

«إِنَّهُۥ مَن يُشْرِكْ بِٱللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ ٱللَّهُ عَلَيْهِ ٱلْجَنَّةَ وَمَأْوَىٰهُ ٱلنَّارُ ۖ وَمَا لِلظَّـٰلِمِينَ مِنْ أَنصَارٍۢ»

Artinya : "Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun." (QS. Al-Ma'idah : 72)

Ada beberapa hal penting juga yang Allah sebutkan pada ayat diatas, pertama, Allah haramkan bagi orang yang berbuat syirik masuk surga. Kedua, orang yang berbuat syirik tempat tinggalnya adalah neraka. Ketiga, orang yang berbuat syirik Allah sebut mereka sebagai orang-orang yang dzolim. Keempat, mereka tidak akan mendapatkan seorang penolong-pun. 

Karena itulah, perintah untuk beribadah dan larangan dari berbuat syirik merupakan keharusan yang mutlak, dan ini sering Allah sebutkan dalam ayat-ayat-Nya. Allah Ta'ala berfirman :

«وَٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا۟ بِهِۦ شَيْـًۭٔا ۖ وَبِٱلْوَٰلِدَيْنِ إِحْسَـٰنًۭا وَبِذِى ٱلْقُرْبَىٰ وَٱلْيَتَـٰمَىٰ وَٱلْمَسَـٰكِينِ وَٱلْجَارِ ذِى ٱلْقُرْبَىٰ وَٱلْجَارِ ٱلْجُنُبِ وَٱلصَّاحِبِ بِٱلْجَنۢبِ وَٱبْنِ ٱلسَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَـٰنُكُمْ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ مَن كَانَ مُخْتَالًۭا فَخُورًا»

Artinya : "Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri." (QS. An-Nissa' : 36)

Pada ayat diatas terkandung beberapa hal penting, bahkan ada sepuluh hak yang Allah sebutkan, diantaranya, Allah memerintahkan kita untuk beribadah kepada-Nya saja. Kedua, Allah melarang kita dari berbuat kesyirikan. Ketiga, Allah gandengkan perintah beribadah kepada-Nya, serta larangan dari berbuat kesyirikan, dengan perintah berbuat baik kepada kedua orang tua serta hak-hak lain yang Allah sebutkan. Dan yang paling pertama yang Allah sebutkan adalah perintah untuk beribadah dan larangan dari berbuat syirik. 

Berkata Asy-Syaikh Abdurrahman bin Hasan Alu Asy-Syaikh :

قوله «وَٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا۟ بِهِۦ شَيْـًۭٔا ۖ » [النساء : ٣٦]. قال العماد ابن كثير رحمه الله في هذه الآية : يأمر الله تعالى عباده بعبادته وحده لا شريك له، فإنه الخالق الرازق المنعم المتفضل على خلقه في جميع الحالات، وهو المستحق منهم أن يوحدوه ولا يشركوا به شيئا من مخلوقاته. انتهى.

[فتح المجيد شرح كتاب التوحيد، ص ١٩-٢٠. دار الكتب العلمية]

"Firman Allah (yang artinya) «Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun»[QS. An-Nissa' : 36] Telah berkata Al-Imaad Ibnu Katsir rahimahullah mengenai ayat ini : "Allah Ta'ala telah memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya agar beribadah kepada-Nya semata dan tidak menyekutukan-Nya, karena Dia adalah Pencipta, Pemberi rizki, Pemberi nikmat dan Pemberi karunia kepada makhluk-Nya, di dalam seluruh keadaan. Dan Dia adalah yang paling berhak untuk mereka Esa-kan dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun dari makhluk-Nya. Selesai (ucapan Ibnu Katsir)." [Fathul Majiid Syarh Kitaabit Tauhiid, hal.19-20. Cet. Daarul Kutub Al-'Ilmiyyah]

Berkata Asy-Syaikh Sholeh Fauzan :

.لا تشركوا : اتركوا السرك،وهو تسوية غير الله بالله فيما هو من خصائص الله

.شيئا : نكرة في سياق النهي، فتعم الشرك : كبيره وصغيره

المعنى الإجمالي للآية : يأمر الله -سبحانه- عباده بعبادته وحده لا شريك له، وينهاهم عن الشرك، ولم يخص نوعا من أنواع العبادة، لا دعاء ولا صلاة ولا غيرهما، ليعم الأمر جميع أنواع العبادة، ولم يخص نوعا من أنواع الشرك، لعنهم نهي جميع أنواع الشرك

[الملخص في شرح كتاب التوحيد، ص : ١٥. دار العاصمة]

"Janganlah kamu mempersekutukan : Maksudnya tinggalkanlah oleh kalian perbuatan syirik, yaitu menyamakan selain Allah dengan Allah pada apa yang menjadi kekhususan Allah.

Dengan sesuatu apapun : (Yaitu)Kalimat nakiroh (belum jelas) dalam konteks larangan, maknanya umum mencakup semua jenis kesyrikan : Baik syirik besar maupun syirik kecil.

Makna ayat ini secara global :  Allah -Subhaanahu- telah memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk beribadah kepada-Nya semata tidak menyekutukan-Nya, dan Dia melarang mereka dari berbuat syirik dan tidak mengkhususkan satu jenis dari macam-macam ibadah, baik berupa do'a, sholat dan tidak pula selain keduanya berdasarkan keumuman perintah tadi untuk seluruh macam-macam ibadah. Tidak pula ia mengkhususkan satu jenis dari macam-macam syirik, berdasarkan keumuman larangan tersebut untuk seluruh macam-macam kesyirikan." [Al-Mulakhkhosh fii Syarh Kitaabit Tauhiid, hal. 15. Cet. Daarul 'Aashimah]

Berkata Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul 'Aziz As-Sulaimaan al-Qor'awiy :

.اعبدوا الله : أفردوه بالعبادة

.ولا تشركوا به شيئا : أي اكفروا بكل معبود سواه حيا أم ميتا جمادا أو حيوانا

[الجديد في شرح كتاب التوحيد، ص : ٢٤. السوادي للتوزيع]

"Sembahlah Allah : Maksudnya Esa-kanlah Allah dalam beribadah.

Dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun : Maksudnya kufurlah kalian kepada seluruh yang diibadahi selain Allah, baik yang hidup maupun yang mati, baik berupa benda mati maupun binatang-binatang." [Al Jadiid fii Syarhi Kitaabit Tauhiid, hal.24. Cet. Asawaadi lit-Tauzii']

Berkata Asy-Syaikh Abdullah Al-Qaashim :

أمر من الله سبحانه لعباده بعبادته وحده لا شريك له، فإنه الخالق الرازق المنعم المتفضل على خلقه، وهو المستحق منهم أن يوحدوه ولا يشركوا به شيئا وقرن الأمر بالعبادة التي فرضها النهي عن الشرك الذي حرمه، فدلت على اجتناب الشرك شرط في صحة العبادة، وأعمال العبد من صلاة وزكاة واستغفار وغير ذلك، لا تقبل إلا إذا وحد الله سبحانه وتعالى أفرده بالعبادة وتسمى هذه الآية آية الحقوق العشرة، وذلك لأنها تضمنت عشرة حقوق، وابتدأت بالأمر بالتوحيد والنهي عن الشرك، فدلت على أن التوحيد هو أوجب الواجبات، وأن الشرك أعظم الحرمات، وفيها تفسير التوحيد، وأنه عبادة الله وحده وترك الشرك

[الشرح الميسر لكتاب التوحيد، للأمام المجدد الشيخ محمد بن عبد الوهاب، ص : ١٢-١٣]

"(Suatu)Perintah dari Allah Subhaanahu kepada hamba-hamba-Nya agar beribadah kepada-Nya semata dan tidak menyekutukan-Nya, karena Dia adalah Pencipta, Pemberi rizki, Pemberi nikmat dan Pemberi karunia kepada makhluk-Nya. Dan Dia adalah yang paling berhak untuk mereka Esa-kan, dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, dan Allah menggabungkan perintah untuk beribadah yang Dia wajibkan dengan larangan dari berbuat syirik yang Dia haramkan,  menunjukkan wajibnya menjauhi kesyirikan sebagai syarat sahnya ibadah. Maka amalan-amalan hamba seperti sholat, zakat, istighfar, dan selain itu, tidak akan diterima kecuali apabila dia mentauhidkan Allah Subhaanahu wa Ta'ala dan mengesakan-Nya dalam beribadah, dan dinamakan ayat ini sebagai ayat al-huquuq al-asyarah (sepuluh hak), karena padanya mengandung sepuluh hak, dan ayat itu dimulai dengan perintah untuk bertauhid dan larangan dari berbuat syirik, dan ayat itu menunjukkan bahwa tauhid adalah kewajiban yang paling wajib, sedangkan syirik adalah keharaman yang paling besar, ayat tersebut merupakan tafsiran tauhid, dan bahwasanya tauhid adalah beribadah kepada Allah semata dan meninggalkan kesyirikan." [Asy-Syarh Al-Muyassar li Kitaabit Tauhid, lil Imaam Al-Mujaddid Asy-Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab, hal. 12-13]

Berkata Ibnu Katsir rahimahullah :

يأمر تبارك وتعالى عباده بعبادته وحده لا شريك له، فإنه هو الخالق الرازق المنعم المتفضل على خلقه في جميع الآنات و الحالات، فهو المستحق منهم أن يوحدوه ولا يشركوا به شيئا من مخلوقاته، كما قال النبي صلى الله عليه وسلم لمعاذ بن جبل ((أتدري ما حق الله على العباد؟ قال : الله ورسوله أعلم، قال : ((أن يعبدوه ولا يشركوا به شيئا))، ثم قال : أتدري ما حق العباد على الله إذا فعلوا ذلك؟ أن لا يعذبهم)) ثم أوصى بالإحسان إلى الوالدين، فإن الله سبحانه وجعلهما سببا لخروجك من العدم إلى الوجود وكثيرا يقرن الله سبحانه بين عبادته والإحسان إلى الوالدين، كقوله «أَنِ ٱشْكُرْ لِى وَلِوَٰلِدَيْكَ» [لقمان : ١٤]، وكقوله «وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوٓا۟ إِلَّآ إِيَّاهُ وَبِٱلْوَٰلِدَيْنِ إِحْسَـٰنًا ۚ » [الإسراء : ٢٣] ثم عطف على الإحسان إليهما الإحسان إلى القرابات من الرجال والنساء كما جاء في الحديث ((وصدقة على المسكين صدقة، وعلى ذي الرحم صدقة وصلة)).

[تفسير ابن كثير، ١\٤٤٨. دار الكتب العلمية]

"Allah Tabaaraka Ta'ala telah memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya agar beribadah kepada-Nya semata dan tidak menyekutukan-Nya, sebab Dia adalah Pencipta, Pemberi rizki, Pemberi nikmat dan Pemberi karunia kepada makhluk-Nya, di dalam seluruh keadaan. Dan Dia adalah yang paling berhak untuk mereka Esa-kan dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun dari makhluk-Nya, sebagaimana sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam kepada Muadz bin Jabal : ((Tahukah engkau, apa hak Allah atas hamba-hamba-Nya?)) Muadz menjawab : "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui." Beliau bersabda : ((Hendaknya mereka beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun)). Kemudian beliau bertanya lagi : ((Tahukah engkau, apa hak hamba atas Allah, jika mereka melakukan-Nya?, yaitu Dia tidak akan mengadzab mereka)).

Kemudian Allah mewasiatkan untuk berbuat baik kepada kedua orang tua, karena Allah Subhaanahu menjadikan keduanya sebagai sebab yang mengeluarkan kamu dari tidak ada menjadi ada, dan banyak lagi yang Allah Subhaanahu kaitkan antara beribadah kepada-Nya dan berbuat baik kepada kedua orang tuanya, sebagaimana firman Allah (yang artinya) : «Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu» [QS. Lukman : 14], dan seperti firman Allah (yang artinya) : «Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya» [QS. Al-Isro : 23]

Kemudian setelah perintah untuk berbuat baik kepada kedua orang tua, dilanjutkan dengan berbuat baik kepada kerabat, baik laki-laki maupun perempuan sebagaimana datang dalam sebuah hadits : ((Sedekah kepada orang-orang miskin terhitung satu sedekah, dan sedekah kepada yang memiliki hubungan rahim (persaudaraan) terhitung satu sedekah dan menyambung (silaturrahiim))). [Tafsir Ibni katsir, 1/448. Cet. Daarul Kutub Al-'Ilmiyyah]

Pada pemaparan-pemaparan diatas menunjukkan kepada kita wajibnya menjauhi kesyirikan dan meninggalkan segala jenis kesyirikan baik itu syirik kecil maupun syirik besar, baik syirik kepada yang hidup maupun yang mati, baik kepada jamaadaat (benda-benda mati) maupun kepada binatang dan hewan-hewan. Yang kedua, tidak boleh bagi kita mengkhususkan suatu ibadah baik do'a, sholat dan ibadah-ibadah lainnya seperti tawakkal kepada selain Allah, berharap dan takut kepada selain Allah, taubat kepada selain Allah, istighosah, meminta perlindungan dan meminta pertolongan kepada selain Allah, menyembelih binatang untuk selain Allah, bernadzar untuk selain Allah, memberikan persembahan-persembahan kepada selain Allah, dan tidak boleh pula mendatangi dukun dan paranormal, bersumpah dengan nama selain Allah dan lain sebagainya, semua itu termasuk perbuatan syirik dan  dosa besar yang paling besar diantara seluruh dosa besar.

Karena itu, tinggalkan segala bentuk kesyirikan, bertaubat darinya sebelum datang ajal menjemput, karena orang yang mati dalam keadaan membawa serta dosa syiriknya, Allah tidak akan mengampuni dosa-dosanya, Allah akan memasukkan dia ke dalam neraka jahannam kekal didalamnya, dan Allah akan hinakan dia bersama orang-orang yang dihinakan didalam neraka, dan itulah balasan bagi orang-orang yang dzolim.

Semoga tulisan ini bermanfaat, dan menjadi pemberat timbangan amal kebaikan kita nanti di akhirat. Baarakallahu fiikum.

***

Dompu, NTB : 19 Jumadil Akhir 1442 H/2 Februari 2021.

Penulis : Abu Dawud ad-Dombuwiyy

Artikel : Meciangi-d.blogspot.com


Related Posts:

0 Response to "JANGAN MENYEKUTUKAN ALLAH"

Post a Comment