JANGAN MERASA CUKUP DENGAN ILMU KITA


Berkata Al-Imam Al-Qadhi Badruddin Muhammad bin Ibrahim bin Abdillah bin Jamaa'ah al-Kinaaniy Asy-Syaafi'i rahimahullah yang wafat tahun 733 H :

.((قال سعيد بن جبير : ((لا يزال الرجل عالما ما تعلم، فإذا ترك التعلم وظن أنه قد استغنى واكتفى بما عنده فهو أجهل ما يكون

: وأنشد بعض العرب

وليس العمى طول السؤال وإنما
.تمام العمى طول السكوت على الجهل

.وكان جماعة من السلف يستفيدون من طلبتهم ما ليس عندهم

.((وقال الحميدي - وهو تلميذ الشافعي - : ((صحبت الشافعي من مكة إلى مصر، فكنت استفيد منه المسائل وكان يستفيد مني الحديث

.((وقال أحمد بن حنبل : ((قال لنا الشافعي : أنتم أعلم بالحديث مني، فإذا صح عندكم الحديث فقولوا لنا حتى آخذ به

[تذكرة السامع والمتكلم في أدب العالم والمتعلم، ص : ٥٩. دار البشائر الإسلامي]

"Berkata Sa'id bin Zubair : ((Senantiasa seseorang dikatakan berilmu selama ia tetap belajar, namun apabila ia meninggalkan belajar dan menyangka bahwasanya ia benar-benar merasa cukup dan dicukupi dengan apa yang ada padanya maka ia merupakan orang yang paling bodoh tentang apa yang ada)).

Telah bersenandung sebagian orang arab : "Tidak dikatakan buta banyak bertanya akan tetapi buta yang sejati adalah lama terdiam diatas kebodohan."

Adalah sekelompok salaf mereka mengambil manfaat dari murid-murid mereka apa yang tidak ada pada mereka. 

Al-Humaidiy - ia adalah murid Imam Asy-Syafi'i - berkata: ((Aku menemani Asy-Syafi'i dari Makkah hingga ke Mesir, maka aku mengambil manfaat darinya banyak permasalahan dan Asy-Syafi'i-pun mengambil dariku manfaat berupa ilmu hadits)).

Dan berkata Ahmad bin Hambal : ((Asy-Syafi'i berkata kepada kami : Kalian lebih tahu tentang ilmu hadits dibanding aku, apabila telah shohih  hadits menurut kalian maka hendaklah kalian mengatakan (mengabarkan) kepadaku hingga aku akan mengambilnya))." [Tadzkiratus Saami' wal Mutakallim fii Adabil 'Aalim wal Muta'allim, hal.59. Cet. Daarul Basyaa'ir Al-Islaamiy]

Faedah yang bisa diambil :

1. Seseorang itu senantiasa dikatakan berilmu selama ia tidak meninggalkan belajar

2. Orang yang merasa cukup dan tercukupi dengan ilmu yang ada padanya lalu meninggalkan belajar dan menuntut ilmu, maka orang yang seperti ini termasuk orang yang paling bodoh menurut para ulama salaf

3. Orang yang disifati buta oleh para ulama adalah orang yang lama terdiam diatas kebodohannya alias mencukupkan diri dari belajar alias tidak mau belajar, sedangkan orang yang banyak bertanya tentang apa yang tidak ia ketahui meskipun terkesan seperti orang yang bodoh, sejatinya inilah orang yang akan mendapat petunjuk dan mendapatkan ilmu

4. Bertanya tentang perkara-perkara yang tidak ia ketahui termasuk ilmu sedangkan banyak bertanya tentang sesuatu yang tidak bermanfaat maka hal ini termasuk larangan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam sebagaimana dalam sebuah hadits :

،عن أبي هريرة رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: «دعوني ما تركتُكم فإنَّما أهلك من كان قبلكم كثرةُ سؤالهم
 .واختلافُهم على أنبيائهم، فإذا نهيتُكم عن شيءٍ فاجتنبوه، وإذا أمرتُكم بشيءٍ فأتوا منه ما استطعتُم». متفق عليه

Dari Abu Hurairoh radhiyallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Tinggalkanlah apa yang aku tinggalkan bagi kalian karena sesungguhnya yang telah membinasakan orang-orang sebelum kalian yaitu banyak bertanya dan menyelisihi nabi mereka. Jika aku melarang kalian dari sesuatu, maka jauhilah. Dan jika aku memerintahkan kalian dari sesuatu, maka lakukanlah semampu kalian.” (HR. Bukhari no. 7288 dan Muslim no. 1337).

5. Banyak bertanya yang tidak bermanfaat termasuk diantara sifat kaum yahudi sebagaimana yang Allah ceritakan dalam kitab-Nya yang mulia :

وَإِذْ قَالَ مُوسَىٰ لِقَوْمِهِۦٓ إِنَّ ٱللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَن تَذْبَحُوا۟ بَقَرَةًۭ ۖ قَالُوٓا۟ أَتَتَّخِذُنَا هُزُوًۭا ۖ قَالَ أَعُوذُ بِٱللَّهِ أَنْ أَكُونَ مِنَ ٱلْجَـٰهِلِينَ¤ قَالُوا۟ ٱدْعُ لَنَا رَبَّكَ يُبَيِّن لَّنَا مَا هِىَ ۚ قَالَ إِنَّهُۥ يَقُولُ إِنَّهَا بَقَرَةٌۭ لَّا فَارِضٌۭ وَلَا بِكْرٌ عَوَانٌۢ بَيْنَ ذَٰلِكَ ۖ فَٱفْعَلُوا۟ مَا تُؤْمَرُونَ¤ قَالُوا۟ ٱدْعُ لَنَا رَبَّكَ يُبَيِّن لَّنَا مَا لَوْنُهَا ۚ قَالَ إِنَّهُۥ يَقُولُ إِنَّهَا بَقَرَةٌۭ صَفْرَآءُ فَاقِعٌۭ لَّوْنُهَا تَسُرُّ ٱلنَّـٰظِرِينَ¤ قَالُوا۟ ٱدْعُ لَنَا رَبَّكَ يُبَيِّن لَّنَا مَا هِىَ إِنَّ ٱلْبَقَرَ تَشَـٰبَهَ عَلَيْنَا وَإِنَّآ إِن شَآءَ ٱللَّهُ لَمُهْتَدُونَ¤ قَالَ إِنَّهُۥ يَقُولُ إِنَّهَا بَقَرَةٌۭ لَّا ذَلُولٌۭ تُثِيرُ ٱلْأَرْضَ وَلَا تَسْقِى ٱلْحَرْثَ مُسَلَّمَةٌۭ لَّا شِيَةَ فِيهَا ۚ قَالُوا۟ ٱلْـَٔـٰنَ جِئْتَ بِٱلْحَقِّ ۚ فَذَبَحُوهَا وَمَا 
كَادُوا۟ يَفْعَلُونَ

Artinya : "Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih seekor sapi betina". Mereka berkata: "Apakah kamu hendak menjadikan kami buah ejekan?" Musa menjawab: "Aku berlindung kepada Allah agar tidak menjadi salah seorang dari orang-orang yang jahil".¤ Mereka menjawab: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami, agar Dia menerangkan kepada kami; sapi betina apakah itu". Musa menjawab: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang tidak tua dan tidak muda; pertengahan antara itu; maka kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu".¤ Mereka berkata: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami apa warnanya". Musa menjawab: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang kuning, yang kuning tua warnanya, lagi menyenangkan orang-orang yang memandangnya".¤ Mereka berkata: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami bagaimana hakikat sapi betina itu, karena sesungguhnya sapi itu (masih) samar bagi kami dan sesungguhnya kami insya Allah akan mendapat petunjuk (untuk memperoleh sapi itu)".¤ Musa berkata: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang belum pernah dipakai untuk membajak tanah dan tidak pula untuk mengairi tanaman, tidak bercacat, tidak ada belangnya". Mereka berkata: "Sekarang barulah kamu menerangkan hakikat sapi betina yang sebenarnya". Kemudian mereka menyembelihnya dan hampir saja mereka tidak melaksanakan perintah itu." (QS. Al-Baqaroh : 67-71)

6. Para ulama tidak pernah merasa cukup dengan keluasan ilmunya meskipun mereka telah digelari imam, ahli fatwa, ahli fiqih dan lain sebagainya

7. Bentuk tidak merasa cukupnya para ulama dengan ilmu yang ada padanya, mereka tetap semangat dalam menuntut ilmu dan tidak malu untuk mengambil ilmu bahkan dari murid-murid mereka sekalipun, seperti Imam Asy-Syafi'i mengambil ilmu hadits dari muridnya Al-Humaidiy dan juga  kepada Imam Ahmad bin Hambal rahimahumullah.

8. Tawadhunya para ulama



Related Posts:

0 Response to "JANGAN MERASA CUKUP DENGAN ILMU KITA"

Post a Comment