ANTARA NATAL, TAHUN BARU DENGAN AQIDAH AL-WALA’ WAL-BARO’

Dalam agama Islam ada yang namanya aqidah Al-Wala’ wal Baro’. Al-Wala’ yaitu loyalitas kepada orang-orang yang beriman sedangkan Baro’ yaitu pemutusan hubungan terhadap musuh-musuh Allah  dan orang-orang yang anti dan membenci Allah dan Rasul-Nya baik dari kalangan Yahudi dan Nasharo atau selainnya. Allah 'Azza wa Jalla berfirman :

«وَلَن تَرْضَىٰ عَنكَ ٱلْيَهُودُ وَلَا ٱلنَّصَـٰرَىٰ حَتَّىٰ تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ»

Artinya : "Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka." (QS. Al-Baqaroh : 120)

Ini rumus yang paten, bahwa Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kaum muslimin hingga kapanpun, sampai kaum muslimin mengikuti agama mereka.

Diantara bentuk mengikuti agama Yahudi Nasrani yaitu ikut serta dalam acara dan perayaan hari besar agama mereka seperti perayaan natal dan tahun baru, serta perayaan hari raya-hari raya kekafiran lainnya, baik dengan mengucapkan selamat atas hari raya tersebut, turut membantu menyukseskannya, bahkan ikut merayakan dan  memeriahkan hari raya tersebut dengan segala hal yang dapat menyebabkan kita loyal kepada orang orang kafir, sehingga kita-pun akhirnya menyerupai orang-orang kafir tersebut dalam hal-hal yang menjadi kekhususan mereka baik secara sadar ataupun tidak sadar, waliyaadzubillah, padahal kita dilarang untuk mengikuti dan mengambil orang-orang Yahudi dan Nashrani sebagai kekasih, Allah Ta'ala berfirman :

يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تَتَّخِذُوا۟ ٱلْيَهُودَ وَٱلنَّصَـٰرَىٰٓ أَوْلِيَآءَ ۘ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَآءُ بَعْضٍۢ ۚ وَمَن يَتَوَلَّهُم مِّنكُمْ فَإِنَّهُۥ مِنْهُمْ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَهْدِى»
 «ٱلْقَوْمَ لظَّـٰلِمِينَ

Artinya : "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim." (QS. AL-Maidah : 51)

Ayat diatas menjelaskan kepada kita tentang larangan menjadikan Yahudi dan Nasrani sebagai kekasih, orang kesayangan, sebagai wali, sebagai pemimpin, sebagai teladan, yang kita akan tasyabbuh (menyerupai) mereka dalam hal-hal yang menjadi kekhususan mereka. Jika demikian batin kita akan mencintai mereka secara tidak sadar, lalu muncul sifat menyerupai perilaku mereka secara dhohir, adat istiadat mereka, cara berpakaian mereka, kebiasaan beragama mereka, sehingga kita-pun jatuh dalam perihal tasyabbuh. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

 من تشبه بقوم فهو منهم

"Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum maka dia termasuk kaum terebut." (Lihat Iqtidho' ash-Shirothil Mustaqiim, hal.240. Cet. Maktabah ar-Rusyd)

Ketika seorang muslim menyerupai suatu kaum dengan penampilan dhohirnya, batinnya-pun akan mengikuti. 

Berkata Ibnu Taimiyyah rahimahullah :

أن المشابهة في الظاهر تورث نوع  مودة ومحبة وموالاة في الباطن، كما أنّ المحبة في الباطن تورث المشابهة في الظاهر

"Bahwasannya penyerupaan secara dhohir akan mewariskan bermacam-macam rasa kasih dan rasa cinta serta loyalitas didalam batin, sebagaimana rasa cinta didalam batin akan mewariskan penyerupaan secara dzohir." (Lihat Iqtidho' as-Shirothil Mustaqiim, hal.488. Cet. Maktabah ar-Rusd).

Karena itu tidak patut bagi seorang muslim untuk menyerupai orang-orang kafir, baik dalam hal yang menjadi kekhususan mereka, cara berpakaiannya mereka, tingkah dan perilaku mereka, adat dan istiadat mereka, perayaan hari raya kekafiran agama mereka, karena semua itu akan menimbulkan rasa cinta kepada mereka sehingga kitapun akan mengikuti mereka secara tidak sadar. 

HARAMNYA MENGUCAPKAN SELAMAT NATAL

Mengucapkan selamat natal atau selamat atas hari raya orang-orang kafir lainnya, hukumnya haram, karena hakikat perbuatan tersebut sama saja seperti membenarkan aqidah mereka dan kekafiran mereka, padahal Allah telah berfirman bahwa mereka ini kafir : 
t

 akan menimbulkan rasa cinta dan sifat loyal kepada orang-orang kafir tersebut. Padahal kita dilarang loyal kepada orang-orang yang membenci Allah dan Rasul Nya dalam bentuk apapun. Allah 'Azza wa Jalla berfirman :

لَّا تَجِدُ قَوْمًۭا يُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْـَٔاخِرِ يُوَآدُّونَ مَنْ حَآدَّ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ وَلَوْ كَانُوٓا۟ ءَابَآءَهُمْ أَوْ أَبْنَآءَهُمْ أَوْ إِخْوَٰنَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ ۚ أو۟لَـٰٓئِك

 كَتَبَ فِى قُلُوبِهِمُ ٱلْإِيمَـٰنَ وَأَيَّدَهُم بِرُوحٍۢ مِّنْهُ ۖ وَيُدْخِلُهُمْ جَنَّـٰتٍۢ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلْأَنْهَـٰرُ خَـٰلِدِينَ فِيهَا ۚ رَضِىَ ٱللَّهُ عَنْهُمْ ضُوا۟ عَنْهُ ۚ     أو۟لَـٰٓئِك حِزْبُ ٱللَّهِ ۚ أَلَآ إِنَّ حِزْبَ ٱللَّهِ هُمُ ٱلْمُفْلِحُون

Artinya : "Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. Dan dimasukan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka, dan merekapun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya hizbullah itu adalah golongan yang beruntung." (QS. Al-Mujadilah : 22)

Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah :

.فأخبر سبحانه ّلا يوجد مؤمن يواد كافراً؛ فمن واد الكفار فليس بمؤمن؛ والمشابهة الظاهرة مظنة المودة فتكون محرمة

"Allah -Maha Suci Dia- telah mengabarkan bahwa tidak akan  ditemukan orang yang beriman akan saling berkasih sayang dengan orang kafir ; barangsiapa yang berkasih sayang dengan orang kafir maka dia bukan mu'min ; penyerupaan secara dzohir adalah sumber munculnya kasih sayang, karena itu penyerupaan secara dzohir (hukumnya) menjadi harom. (Lihat Iqtidho ashiroothol Mustaqiim, hal.490. Cet. Maktabah ar-Rusyd).

 من تشبه بقوم فهو منهم

Iqtidho' ash-Shiroothol Mustaqiim, hal.240. Cet. 




«وثبت عن النبي - صلى الله عليه وسلم - أنّه قال: «من تشبه بقوم فهو منهم

Dan telah tetap dari Nabi -shallallahu 'alaihi wa sallam- bahwasannya Beliau bersabda : «Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum maka dia tergolong kaum tersebut».

Berkata Ibnu Katsir rahimahullah dalam menjelaskan surat Al-Mujadilah ayat 22 diatas :

أي لا يوادون المحادين ولو كانوا من الأقربين كما قال تعالى «لَّا يَتَّخِذِ ٱلْمُؤْمِنُونَ ٱلْكَـٰفِرِينَ أَوْلِيَآءَ مِن دُونِ ٱلْمُؤْمِنِينَ ۖ وَمَن يَفْعَلْ ذَٰلِكَ فَلَيْسَ مِنَ ٱللَّهِ فِى شَىْءٍ إِلَّآ أَن تَتَّقُوا۟ مِنْهُمْ تُقَىٰةًۭ ۗ وَيُحَذِّرُكُمُ ٱللَّهُ نَفْسَهُۥ ۗ » [آل عمران : ٢٨]. 

وقال تعالى : «قُلْ إِن كَانَ ءَابَآؤُكُمْ وَأَبْنَآؤُكُمْ وَإِخْوَٰنُكُمْ وَأَزْوَٰجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَٰلٌ ٱقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَـٰرَةٌۭ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَـٰكِنُ تَرْضَوْنَهَآ أَحَبَّ إِلَيْكُم مِّنَ ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَجِهَادٍۢ فِى سَبِيلِهِۦ فَتَرَبَّصُوا۟ حَتَّىٰ يَأْتِىَ ٱللَّهُ بِأَمْرِهِۦ ۗ وَٱللَّهُ لَا يَهْدِى ٱلْقَوْمَ ٱلْفَـٰسِقِينَ» [التوبة : ٢٤]. وقد قال سعيد بن عبد العزيز وغيره : أنزلت هذه الآية «لَّا تَجِدُ قَوْمًۭا يُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْـَٔاخِرِ» إلى آخرها في أبي عبيدة عامر بن عبد الله بن الجراح حين قتل أباه يوم بدر، ولهذا قال عمر بن الخطاب رضي الله عنه حين جعل الأمر سورة بعده في أولئك الستة رضي الله عنهم : ولو كان أبو عبيدة حيا لاستخلفته. وقيل في قوله تعالى : «وَلَوْ كَانُوٓا۟ ءَابَآءَهُمْ» نزلت في أبي عبيدة قتل أباه يوم بدر «أَوْ أَبْنَآءَهُمْ» في الصديق هم يومئذ بقتل ابنه عبد الرحمان «أَوْ إِخْوَٰنَهُمْ» في مصعب بن عمير، قتل أخاه عبيد بن عمير يومئذ «أَوْ عَشِيرَتَهُمْ ۚ » في عمر قتل قريبا له يومئذ أيضا، وفي حمزة وعلي وعبيدة بن الحارث قتلوا عتبة و شيبة والوليد بن عتبة يومئذ، فالله أعلم.

"Maksudnya mereka tidak akan berkasih sayang dengan orang-orang yang membenci (Allah dan Rasul-Nya) walaupun mereka itu termasuk karib kerabatnya sebagaimana firman Allah Ta'ala (yang artinya) : "Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya." [QS. Ali Imron : 28]

Allah Ta'ala berfirman : "Katakanlah: "jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya". Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik." [QS. At-Taubah : 24]

“Dan sungguh telah berkata Sa’id bin ‘Abdil ‘Aziz dan selainnya : ‘Diturunkan ayat «لَّا تَجِدُ قَوْمًۭا يُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْـَٔاخِر» «Tidak akan kamu dapati suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat» sampai akhir ayat, yaitu diturunkan terkait Abu ‘Ubaidah Amir bin ‘Abdillah bin al-Jarrah ketika dia membunuh bapaknya pada perang badar, oleh karena itu, Umar bin al-Kaththab radhiyallahu ‘anhu ketika urusannya di musyawarahkan berkenaan dengan enam orang shahabat radhiyallahu ‘anhum, ia berkata : "Dan seandainya Abu ‘Ubaidah masih hidup, niscaya aku akan mengangkat dia menjadi khalifah.”

Dan mengenai firman Allah : «وَلَوْ كَانُوٓا۟ ءَابَآءَهُم» «Sekalipun mereka itu bapaknya», ayat ini di turunkan kepada Abu 'Ubaidah ketika dia membunuh bapaknya pada perang badar. «أَوْ أَبْنَآءَهُمْ» «atau anak anak mereka sendiri», turun pada Abu Bakar as-Sbhiddiq pada perang badar yang hendak membunuh anaknya 'Abdurrahman. «أَوْ إِخْوَٰنَهُمْ» «atau saudara-saudaranya», turun pada Mus’ab bin ‘Umair yang membunuh saudaranya ‘Ubaid bin ‘Umair pada perang badar «أَوْ عَشِيرَتَهُم» «atau keluarga mereka», turun kepada Umar yang juga membunuh keluarganya pada perang badar, dan kepada Hamzah, ‘Ali, 'Ubaidah bin al-Harits yang membunuh ‘Utbah dan Syaibah dan al-Walid bin 'Utbah pada perang badar, wallahu a’lam. [Tafsir Ibni Katsir (4/283-284), pustaka Daarul Kutub al-Ilmiyyah]

Kisah diatas menjelaskan kepada kita cinta dan benci para sahabat terkait masalah agama dan keyakinan mereka sangat jelas.

Masalah agama adalah masalah yang prinsip, karena itu para sahabat rela membunuh bapak-bapak mereka, anak-anak mereka, saudara-saudara mereka, dan karib kerabatnya demi keimanan dan agama mereka.  Adapun yang di minta dari kita hari ini lebih ringan dari itu, cukup meninggalkan segala sesuatu yg bisa menyebabkan kita loyal kepada orang orang kafir, baik berupa menghadiri perayaan hari raya mereka, mengucapkan selamat atas hari raya kekafiran mereka, ikut merayakan hari raya kekafiran mereka, ikut gembira dengannya,  ikut membantu dengan menjual pernak-pernik yang terkait dengan hari raya kekafiran mereka atau ikut menggunakan atribut-atribut perayaan hari raya mereka atau yang menjadi ciri khas mereka dan lain-lain, semua ini merupakan bentuk cinta kita kepada orang-orang kafir, dan ini harom untuk dilakukan.

Mari kita tanamkan aqidah Al-Wala' wal Baro' atau aqidah cinta dan benci karena Allah dalam perkara-perkara yang seharusnya kita benci dari urusan orang-orang kafir, terutama dalam urusan agama mereka dan syiar-syiar agama mereka, termasuk perayaan hari natal, tahun baru, imlek, hari raya galungan, nyepi dan segala jenis hari raya orang-orang kafir, agar kita tidak termasuk orang-orang yang mencintai orang-orang kafir, menyerupai orang-orang kafir, yang akan mengakibatkan kita akan di adzab oleh Allah 'Azza wa Jalla.


Semoga bermanfaat



Related Posts:

2 Responses to "ANTARA NATAL, TAHUN BARU DENGAN AQIDAH AL-WALA’ WAL-BARO’"

  1. Alhamdulillah bermanfaat, semoga tetap diteruskan dakwah melalui blog ini InsyaAllah barokah😇🙏👍

    ReplyDelete
  2. Aamiin d.ar... Alhamdulillah. Baca terus blog meci angi. Masih banyak tulisan2 yg bermanfaat

    ReplyDelete