ANALISIS PARA "PAKAR"



Bismillah. Alhamdulillahi Rabbil 'alamin. Wa shallallahu 'ala Nabiyyina Muhammadin wa 'ala aalihi wa shahbihi ajma'iin. Wa ba'du.

Seorang "pakar" jika telah berfatwa sangat cepat didengar dan dipercaya oleh masyarakat, termasuk dalam masalah gempa bumi, tsunami, tanah longsor, banjir bandang dan gunung meletus. Tapi jika yang berfatwa adalah para ulama tentang peringatan mereka akan hadits palsu, atau dibacakan hadits-hadits shohih tentang bahaya bid'ah dan kesyirikan, maka serta merta mereka akan menuduh wahabi, Allahul musta'an.

Apa sebenarnya hakikat dari adanya gempa, tsunami, tanah longsor, banjir bandang dan gunung meletus serta kejadian-kejadian alam lainya? Jawabnya yaitu musibah yang Allah takdirkan. Ketika kesyirikan terjadi dan dianggap sebagai hal yang biasa, beribadah kepada selain Allah, menyembah kuburan, mendatangi dukun dan paranormal, maraknya perzinaan serta semakin banyaknya ritual-ritual bid'ah ditengah masyarakat, maka saat itulah gempa, tsunami, tanah longsor, banjir bandang dan gunung meletus akan menerjang.

Musibah sebenarnya bukan hanya faktor kejadian alam semata, tapi alam bereaksi atas perintah Allah untuk menegur kita yang lalai dengan kehidupan akhirat.

Laut yang tenang bisa menjadi ganas jika Allah perintahkan. Gunung yang kokoh bisa memuntahkan lahar panasnya jika Allah takdirkan. Awan yang membawa rahmat bisa menurunkan hujan adzab jika Allah menghendaki. Dan yang perlu diingat dan diyakini bahwa kejadian alam baik gempa, tsunami, tanah longsor, banjir bandang, gunung meletus dan lain sebagainya, itu semua tidak terjadi begitu saja tanpa ada hikmah. Akan tetapi para "pakar" dan para "ahli" berbicara dalam masalah ini seolah alam ini bergerak sendiri dan bereaksi begitu saja tanpa ada campur tangan Allah yang mentakdirkannya.

Dalam ilmu fisika ada yang namanya hukum aksi reaksi, dimana jika seseorang memberikan gaya dorong pada sebuah tembok maka tembok juga akan memberikan gaya dorong yang sama besar dengan gaya dorong yang kita berikan tapi berlawanan arah. Lalu bagaimana tidak kita terapkan ini pada setiap musibah yang terjadi. Dalam agama Islam ada namanya al-Jazaa-u min jinsil 'amal (balasan itu sesuai dengan perbuatan), demikian juga dalam setiap musibah yang terjadi. Adanya aksi kesyirikan, kebid'ahan, perzinaan, pembunuhan, kecurangan, memakan riba dan segala kemaksiatan lainnya menyebabkan adanya reaksi alam atas perintah Allah Ta'ala untuk menegur kita agar kembali bertaubat kepada-Nya. Tapi walaupun demikian, Allah dengan Rahmat-Nya yang Maha Luas lebih banyak memaafkan kesalahan-kesalahan yang kita lakukan daripada mengadzabnya. Allah Ta'ala berfirman :

وَمَآ أَصَـٰبَكُم مِّن مُّصِيبَةٍۢ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُوا 
(عَن كَثِير. (الشورى : ٣٠

Artinya : "Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)."(QS.Asy-Syura : 30)

Karena itu, segala yang terjadi di alam semesta ini baik gempa bumi, tsunami, tanah longsor, gunung meletus ataupun banjir bandang, semua itu bukan atas dasar reaksi murni alam seperti analisis para "pakar", akan tetapi semua itu terjadi semata-mata atas qodha dan qodarnya Allah Subhanahu wa Ta'ala akibat dosa-dosa kita. Allah 'Azza wa Jalla berfirman :

(إِنَّا كُلَّ شَىْءٍ خَلَقْنَـٰهُ بِقَدَرٍۢ. (القمر :٤٩

Artinya : "Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran (takdir)." (QS.Al-Qomar : 49)

Pada ayat diatas Allah menggunakan lafadz umum yang paling kuat yaitu كُلُّ menunjukkan bahwa segala sesuatu telah Allah perjalankan semuanya dengan qodha dan qodar-Nya, baik kejadian-kejadian yang ada di bumi, di langit, di lautan maupun daratan bahkan di seluruh alam semesta, semua itu terjadi atas qodha dan qodar Allah. Demikian juga semua kejadian yang menimpa diri manusia, harta benda mereka maupun yang menimpa makhluk-makhluk yang ada disekitarnya, baik yang berakal ataupun tidak, baik laki-laki ataupun perempuan, baik anak kecil maupun dewasa, baik orang cerdas maupun bodoh, semua yang menimpa mereka telah Allah perjalankan semua itu sesuai dengan qodha dan qodar-Nya Subhaanahu wa Ta'ala. Karena itu, ayat yang telah kita sebutkan diatas termasuk di antara ayat-ayat yang menjelaskan tentang konsep takdir dan sekaligus sebagai bantahan Allah terhadap kelompok-kelompok yang menyimpang dalam masalah taqdir seperti kaum qadariyyah, yaitu kelompok yang melandasi agamanya dengan mengingkari takdir-takdir Allah 'Azza wa Jalla, dan Ibnu Katsir telah membantah kaum qadariyyah dalam tafsir ayat diatas. Dan apakah para "pakar" mengingkari takdir Allah?

Maka dari itu, yakinlah bahwa musibah gempa bumi, tsunami, banjir bandang, tanah longsor ataupun gunung meletus semua itu terjadi atas qodha dan qodar Allah akibat dosa-dosa manusia, jika manusia bertakwa kepada Allah, Allah akan menjadikan alam semesta ini subur dan penuh dengan keberkahan. Lautan akan mencurahkan seluruh isinya, gunung-gunung akan memberikan seluruh hutannya, sungai-sungai akan mengalirkan air yang akan menyuburkan tanam-tanaman, dan hujan pun akan menurunkan air yang penuh dengan keberkahan. Allah Ta'ala berfirman :

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ ٱلْقُرَىٰٓ ءَامَنُوا۟ وَٱتَّقَوْا۟ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَـٰتٍۢ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلْأَرْضِ وَلَـٰكِن كَذَّبُوا۟ فَأَخَذْنَـٰهُم بِمَا 
(كَانُوا۟ يَكْسِبُونَ (الأعراف : ٩٦

Artinya : "Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya." (QS.Al-A'raf : 96)

Allah Ta'ala menyebutkan tentang faktor datangnya siksaan dan adzab dari dzohir ayat diatas adalah akibat mendustakan ayat-ayat Allah. Dan mendustakan ayat-ayat Allah termasuk perbuatan dosa yang sangat besar. Belum lagi kemungkaran yang banyak terjadi di akhir zaman ini, dari perzinaan, pembunuhan, memutuskan silaturrahmi, memakan harta manusia dengan cara yang bathil dan yang terbesar adalah perbuatan syirik, semua ini adalah kemungkaran. Berkata Ibnu Taimiyyah rahimahullah :

 وأما المنكر الذي نهى الله عنه ورسوله أعظمه الشرك بالله، وهو أن يدعو مع الله إلها آخر كالشمس والقمر والكواكب, أو كملك من الملائكة، أو نبي من الأنبياء أو رجل من الصالحين، أو أحد من الجن، تماثيل هؤلاء أو قبورهم، أو غير ذلك مما يدعى من دون الله تعالى، أو يستغاث به، أو يسجد له. فكل هذا وأشباهه من الشرك الذي حرمه الله على لسان جميع رسله.

ومن المنكر كل ما حرمه الله، كقتل النفس بغير الحق، وأكل أموال الناس بالباطل، بالغصب اوالربا أو الميسر، والبيوع والمعاملات التي نهى عنها  رسول الله صلى الله عليه وسلم، وكذلك قطيعة الرحم، وعقوق الوالدين، وتطفيف المكيال والمزان، والإثم، ،والبغي. وكذلك العبادات المبتدعة التي لم يشرعها الله ورسوله صلى الله عليه وسلم.وغير ذلك.

الأمر بالمعروف والنهي عن المنكر، ص : ١٦-١٧. دار]
[الكتب الجديد

"Adapun kemungkaran yang Allah dan Rasul-Nya larang, maka yang paling besarnya adalah menyekutukan Allah. Dan menyekutukan Allah adalah berdoa kepada Allah bersamaan dengan itu berdoa pula kepada tuhan yang lain, seperti menyembah matahari dan bulan serta bintang-bintang, atau menyembah malaikat dari malaikat-malaikat Allah, atau  menyembah seorang nabi diantara para nabi atau seorang laki-laki dari kalangan orang-orang sholeh, atau menyembah jin, patung orang-orang sholeh serta kuburan-kuburan mereka, atau selain itu dari apa saja yang diseru selain Allah Ta'ala, atau beristighosah kepada selain Allah, atau bersujud kepada selain Allah. Maka semua ini dan yang menyerupainya termasuk kesyirikan yang telah Allah haramkan melalui lisan seluruh rasul-rasul-Nya.

Dan termasuk juga kemungkaran yaitu segala apa yang telah Allah haramkan, seperti membunuh jiwa tanpa haq, memakan harta manusia dengan cara yang bathil, baik dengan mencuri atau riba atau perjudian dan jual beli serta  semua muamalah-muamalah yang telah dilarang Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, seperti itu juga memutus silaturrahim, durhaka kepada orang tua, mengurangi takaran dan timbangan, perbuatan dosa serta permusuhan. Dan termasuk juga ibadah-ibadah yang bid'ah yang ibadah-ibadah tersebut tidak pernah disyariatkan oleh Allah dan Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam dan selain dari hal-hal tersebut." [Al-Amru bil Ma'ruuf wa An-Nahyu 'Anil Munkar, hal.16-17. Cet. Daarul-Kutub al-Jadiid].

Karena itu, jangan hanya menganalisa bencana alam yang telah terjadi atau yang akan terjadi hanya sekedar pada fenomena alam semata tanpa ada hikmah dan campur tangan Allah, tapi lihatlah disana ada sisi yang lebih penting, yaitu peringatan Allah atas manusia yang telah jauh menyimpang dari jalan Allah, agar dengan peringatan itu manusia mau kembali kepada-Nya.

Semoga Allah mengampuni kita semua dan menunjuki kita semua agar hidup dan mati diatas jalan yang lurus serta menjauhkan kita dari seluruh dosa terutama kesyirikan, karena kesyirikan merupakan dosa besar yang paling besar diantara seluruh dosa-dosa besar dan merupakan dosa yang paling membinasakan sebagaimana sebuah hadits :

و عن أبي هريرة رضي الله عنه : أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : ((اجتنبوا السبع الموبقات، قالوا : يا رسول الله، وما هنا؟ قال : الشرك بالله، والسحر، وقتل النفس الذي حرم الله الا بالحق. وأكل الربا، وأكل مال اليتيم، وتولى يوم يوم الزحف
.((وقذف المحصنات الغافلات المؤمنات

فتح المجيد شرح كتاب التوحيد، ص]
[٢٨٣-٢٨٥. دار الكتب العلمية :

"Dari Abu Hurairoh radhiyallahu 'anhu : Bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : ((Jauhilah oleh kalian tujuh dosa besar yang membinasakan. Para sahabat berkata : 'Dosa apakah itu wahai Rasulullah?' Nabi bersabda :  (1) Menyekutukan Allah, (2) melakukan sihir, (3) membunuh jiwa yang diharamkan untuk di bunuh kecuali dengan alasan yang benar, (4) memakan riba, (5) memakan harta anak yatim, (6) melarikan diri dari medan peperangan, (7) menuduh berzina wanita yang menjaga kehormatannya yang beriman yang tidak tahu-menahu))." [Fathul Majiid Syarh Kitaabit Tauhiid, hal : 283-285. Cet. Daarul Kutub Al-Ilmiyyah]

Mari kita bertaubat kepada Allah dari setiap dosa, karena hanya itu satu-satunya jalan untuk meraih ridho Allah dan satu-satunya jalan agar musibah segera terangkat dari negeri ini.

Semoga tulisan ini bermanfaat untuk kita semua dan menjadi pemberat timbangan amalan kita di akhirat. Baarakallahu fiikum.

Related Posts:

0 Response to "ANALISIS PARA "PAKAR""

Post a Comment