EMPAT QOIDAH DALAM MEMAHAMI KESYIRIKAN #2

QOIDAH KEDUA

Setelah kita membahasa qoidah pertama, maka pada kesempatan kali ini kita akan membahas qoidah kedua dari empat qoidah dalam memahami kesyirikan. Terkait qoidah kedua ini maka Asy-Syaikh Muhammad at-Tamimi mengatakan :

انهم يقولون : ما دعوناهم و توجهنا اليهم الا لطلب القربة و الشفاعة

"Bahwasannya orang-orang jahiliyah berkata : Tidaklah kami menyeru (berdoa kepada) mereka (berhala-berhala) dan menghadap kepada mereka kecuali (dengan tujuan) untuk meminta kedekatan (qurbah) dan meminta syafaat."

Dalil (mereka) meminta kedekatan (kepada berhala) firman Allah :

وَٱلَّذِينَ ٱتَّخَذُوا۟ مِن دُونِهِۦٓ أَوْلِيَآءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَآ إِلَى ٱللَّهِ زُلْفَىٰٓ إِنَّ ٱللَّهَ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ فِى مَا هُمْ فِيهِ يَخْتَلِفُونَ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَهْدِى»
«مَنْ هُوَ كَـٰذِبٌۭ كَفَّارٌۭ

Artinya : "Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya". (QS. Az-Zumar : 3)

Dan dalil (mereka meminta) syafaat firman Allah :

«وَيَعْبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ مَا لَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنفَعُهُمْ وَيَقُولُونَ هَـٰٓؤُلَآءِ شُفَعَـٰٓؤُنَا عِندَ ٱللَّهِ»

Artinya : "Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata: "Mereka itu (berhala berhala) adalah pemberi syafa'at kepada kami di sisi Allah". (QS. Yunus : 18)

Penulis Asy-Syaikh Muhammad at-Tamimi kembali menjelaskan :

"Syafaa'at ada dua :

A. Syafaat yang dinafikan (yang ditiadakan oleh Allah) 

Dan syafaat yang di nafikan ini yaitu apa-apa yang diminta dari selain Allah dalam perkara-perkara yang tidak dimampu kecuali hanya Allah. Dalilnya firman Allah :

«يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ أَنفِقُوا۟ مِمَّا رَزَقْنَـٰكُم مِّن قَبْلِ أَن يَأْتِىَ يَوْمٌۭ لَّا بَيْعٌۭ فِيهِ وَلَا خُلَّةٌۭ وَلَا شَفَـٰعَةٌۭ ۗ وَٱلْكَـٰفِرُونَ هُمُ ٱلظَّـٰلِمُونَ»

Artinya : "Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezeki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi syafa'at. Dan orang-orang kafir itulah orang-orang yang zalim." (QS.Al-Baqaroh : 254)

B. Syafaat yang di tetapkan : yaitu (syafaat) yang diminta dari Allah

Pemberi syafa'at memperoleh kemuliaan dengan syafa'at tersebut. Sedangkan yang diberi syafaa'at orang yang telah diridhoi ucapan dan amalannya, setelah mendapat izin-Nya. Dalihnya sebagaimana firman Allah :

 «مَن ذَا ٱلَّذِى يَشْفَعُ عِندَهُۥٓ إِلَّا بِإِذْنِهِ»

Artinya : "Tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya?" (QS.Al-Baqaroh : 255). [Syarh Qawaaidil Arbaa' Li Syaikhil Islam Al-Mujaddid Asy-Syaikh Muhammad At-Tamimiy, Li Fadhilati Asy-Syaikh Shalih bin Sa'id As-Suhaimi, hal.10]

Setelah kita mengetahui pemaparan penulis diatas, maka taulah kita keadaan orang-orang jahiliyah ketika itu. Dahulu mereka adalah penyembah berhala, dan mereka menyembah berhala karena dua alasan diatas. Pertama mereka ingin meminta kedekatan kepada Allah dengan jalan menyembah berhala, karena mereka meyakini berhala-berhala itu adalah orang orang sholeh yang dekat dengan Allah, bahkan mereka meyakini di dalam berhala-berhala tersebut, bersemayam roh-roh suci. Keyakinan ini di anut oleh seluruh kaum jahiliyyah lebih khusus kaum quraisy. Dan meminta kepada selain Allah itu merupakan perkara yang di haramkan. 

Berkata Asy-Syaikh 'Ubaid bin Abdillah al-Jaabiri dalam menjelaskan makna qoidah ke dua diatas :

"Ringkasan qaidah ini yaitu di haramkan bagi seseorang menjadikan antara dia dan Allah perantara yang dia mendekatkan dirinya kepada-Nya melalui mereka (perantara tersebut) baik dalam hal doa maupun syafaat. Demikian itu bahwa Allah -Subhanahu wa Ta'ala- telah memerintahkan hamba-hamba-Nya agar mereka meminta kepada-Nya tanpa perantara dan Allah berjanji kepada mereka untuk di kabulkan.

«وَقَالَ رَبُّكُمُ ٱدْعُونِىٓ أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ إِنَّ ٱلَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِى سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ»

Artinya : "Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina". (QS.Ghofir : 60). [At-Ta'liiq 'Ala Risaalah al-Qawaa'idil Arbaa', Asy-Syaikh 'Ubaid bin Abdillah al-Jaabiri, hal.9]

PENJELASAN QOIDAH KEDUA

Berkata Asy-Syaikh Shalih bin Said As-Suhaimi :

'Qoidah yang kedua bahwasannya orang-orang yang telah mengakui tentang tauhid rububiyyah dan mengakui bahwasannya Allah yang menciptakan mereka dan memberi rizki kepada mereka dan yang menguasai mereka yang melakukan daya upaya dalam urusan mereka, mereka berlindung kepada selain Allah -Tabaaraka wa Ta'aala- dengan dalih bahwasannya yang mereka berlindung kepadanya itu mampu memberikan syafa'at kepada mereka disisi Allah, dan bahwasannya mereka mendekatkan diri dengannya, mereka bertawassul dengannya kepada Allah -Subhanahu wa Taaala- dan mereka menyangka bahwasannya hal tersebut akan mendekatkan mereka kepada Allah. [Syarh Qawaaidil Arbaa' Li Syaikhil Islam Al-Mujaddid Asy-Syaikh Muhammad At-Tamimiy, Li Fadhilati Asy-Syaikh Shalih bin Sa'id As-Suhaimi, hal.10]

Persangkaan mereka diatas salah total. Meminta kedekatan kepada Allah melalui perantara termasuk tawassul, dan tawassul kepada selain Allah termasuk syirik. Demikian juga meminta atau mengharap syafaat kepada selain Allah juga termasuk syirik, karena dua hal itu termasuk doa dan meminta, maka dua hal tersebut masuk dalam kategori ibadah dan ibadah tidak boleh di berikan kepada selain Allah sedikit apa lagi banyak.

Berkata Asy-Syaikh Muhammad at-Tamimi rahimahullah dalam Syarah Ats-Tsalaatsatul Ushul :

"Barangsiapa yang memalingkan ibadah untuk selain Allah maka dia termasuk musyrik kafir. Dalilnya firman Allah :

«وَمَن يَدْعُ مَعَ ٱللَّهِ إِلَـٰهًا ءَاخَرَ لَا بُرْهَـٰنَ لَهُۥ بِهِۦ فَإِنَّمَا حِسَابُهُۥ عِندَ رَبِّهِۦٓ ۚ إِنَّهُۥ لَا يُفْلِحُ ٱلْكَـٰفِرُونَ»

Artinya : "Dan barangsiapa menyeru (berdoa kepada) tuhan yang lain di samping Allah, padahal tidak ada suatu dalilpun baginya tentang itu, maka sesungguhnya perhitungannya di sisi Tuhannya. Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tiada beruntung." (QS.Al Mu'minun : 117)

Berkata Asy-Syaikh Al-'Utsaimin dalam menjelaskan ayat diatas :

"Penulis (Asy-Syaikh Muhammad at-Tamimi-pen) rahimahullah menyebutkan beberapa jenis ibadah dan menyebutkan bahwa memalingkan suatu ibadah untuk selain Allah maka dia musyrik kafir. Beliau berdalil dengan firman Allah :

 «وَمَن يَدْعُ مَعَ ٱللَّهِ إِلَـٰهًا ءَاخَرَ لَا بُرْهَـٰنَ لَهُۥ بِهِۦ فَإِنَّمَا حِسَابُهُۥ عِندَ رَبِّهِۦٓ ۚ إِنَّهُۥ لَا يُفْلِحُ ٱلْكَـٰفِرُونَ»

Artinya : "Dan barangsiapa  menyeru (berdoa kepada) tuhan yang lain di samping Allah, padahal tidak ada suatu dalilpun baginya tentang itu, maka sesungguhnya perhitungannya di sisi Tuhannya. Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tiada beruntung." (QS.Al Mu'minun : 117)

Sisi pendalilan dari ayat yang kedua ini (surat Al-Mu'minun ayat 117 diatas-pen) karena Allah Subhaanahu wa Ta'ala telah menerangkan bahwasannya siapa saja yang menyeru (berdoa) bersama Allah tuhan yang lain maka dia kafir karena Allah telah firman :

«إِنَّهُۥ لَا يُفْلِحُ ٱلْكَـٰفِرُونَ»

Artinya : "Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tiada beruntung."

Pada firman Allah :

 «لَا بُرْهَـٰنَ لَهُۥ بِه»

Artinya : "Padahal tidak ada suatu dalilpun baginya tentang itu." (QS.Al-Mu'minun : 117)

(Ini) Isyarat bahwa tidak mungkin menunjukan dalil akan banyaknya sesembahan-sesembahan maka ini adalah sifat «لَا بُرْهَـٰنَ لَهُۥ بِه» yaitu sifat yang menyingkap yang tetap pada perintah bukan sifat yang mengikat, (maka) برهان (dalil atau bukti) tidak termasuk sifat yang mengikat (tapi sifat yang menyingkap-pen) karena tidak mungkin ada dalil/bukti bahwa bersama Allah ada sesembahan yang lain." [Syarh Tsalaatsati al-'Ushuul, Asy-Syaikh Muhammad bin Sholeh al-'Utsaimin, hal.35. Daar al-Kutub al-'Ilmiyyah]

Maksud penjelasan Asy-Syaikh al-'Utsaimin tentang kata :

 «لَا بُرْهَـٰنَ لَهُۥ بِه»

Artinya : "Padahal tidak ada suatu dalilpun baginya tentang itu."

Maksudnya, Allah tidak meminta dalil atau bukti atas kesyirikan mereka karena memang tidak ada dalil atau bukti. Kata «لَا بُرْهَـٰنَ لَهُۥ بِه» yaitu sebuah sifat yang di sebut sifat kasyifah yaitu sifat yang berfungsi untuk menyingkap kesyirikan mereka. Seperti contoh : "Es itu dingin". Kata "dingin" adalah sifat untuk menyingkap bahwa es itu memang dingin. Pertanyaannya, apakah ada es yang panas? Tentu tidak ada, karena itulah penambahan kata "dingin" pada kalimat diatas hanya untuk menyingkap bahwa sifat es itu sejatinya adalah dingin, tanpa ada kata "dingin" pun es pasti dingin. Demikian pula makna ayat diatas dan seperti itulah makna penjelasan Asy-Syaikh al-'Utsaimin tersebut.

Karena itu meminta kedekatan dan meminta syafaat kepada selain Allah termasuk perbuatan syirik dan termasuk perangai orang-orang jahiliyyah, maka dalam dua hal ini kita harus menjauhkan diri dan hal tersebut, karena hal itu adalah bentuk pemalingan ibadah untuk selain Allah.

Wallahu a'lam

***
Dompu, 15 Robiul Akhir 1440 H/22 Desember 2018

Penulis : Abu Dawud ad-Dombuwiyy 

Artikel : Meciangi-d.blogspot.com 

Related Posts:

0 Response to "EMPAT QOIDAH DALAM MEMAHAMI KESYIRIKAN #2"

Post a Comment