RIHLAH UNTUK MENUNTUT ILMU














Bismillah, alhamdulillahi Rabbil 'aalamiin, wa shallallahu 'ala nabiyyina Muhammadin wa 'ala aalihi wa shahbihi ajma'iin, wa ba'du.

Berbicara tentang menuntut ilmu, menuntut ilmu harus ada perjuangan dan pengorbanan, diantaranya berjalan untuk mencari sumber-sumber ilmu atau rihlah menuju tempat-tempat tertentu untuk menuntut ilmu. Allah Ta'ala berfirman :

وَمَا كَانَ ٱلْمُؤْمِنُونَ لِيَنفِرُوا۟ كَآفَّةًۭ ۚ فَلَوْلَا نَفَرَ مِن كُلِّ فِرْقَةٍۢ مِّنْهُمْ طَآئِفَةٌۭ لِّيَتَفَقَّهُوا۟ فِى ٱلدِّينِ وَلِيُنذِرُوا۟ قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوٓا۟ إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ»
 «يَحْذَرُونَ

Artinya : "Tidak sepatutnya bagi orang-orang  mukmin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya." (QS. At-Taubah : 122)

Allah mengatakan dalam ayat diatas bahwa tidak sepatutnya bagi orang-orang mu'min itu berangkat semuanya ke medan jihad atau medan pertempuran, tapi harus ada sekelompok dari orang-orang mu'min yang rihlah alias bepergian untuk menuntut ilmu atau memperdalam ilmunya, agar mereka bisa memberi peringatan kepada manusia sekembalinya dari menuntut ilmu, supaya manusia bisa menjaga dirinya dari bid'ah, kesesatan, penyimpangan dan dari adzab Allah. Dan hendaknya ada sekelompok orang-orang yang rihlah untuk menuntut ilmu pada ayat diatas maksudnya adalah para ahli hadits.

Berkata Abdur Rozzaq mengenai makna ayat diatas :

((هم أصحاب الحديث))

"Mereka adalah para ahli hadits." [An-Nubadz fii Aadaab Tholabil 'Ilmi, hal.38. Cet. Ad-Daarul Atsariyyah]

Berkata Ikrimah mengenai firman Allah Ta'ala :

ٱلسَّـٰٓئِحُون» : هم طلب الحديث»

Artinya : "Yang melawat (bepergian)." : Mereka adalah penuntut ilmu hadits. [An-Nubadz fii Aadaab Tholabil 'Ilmi, hal.38. Cet. Ad-Daarul Atsariyyah]

Berkata Ibrahim bin Adham :

((إن الله عز وجل يدفع البلاء عن هذه الأمة برحلة أصحاب الحديث))

"Sesungguhnya Allah 'Azza wa Jalla menolak musibah dari ummat ini karena sebab rihlah nya para ahli hadits." [An-Nubadz fii Aadaab Tholabil 'Ilmi, hal.38. Cet. Ad-Daarul Atsariyyah]

Termasuk juga diantara mereka dalam hal ini adalah para penuntut ilmu secara umum yang berjuang mempelajari dan memperdalam ilmu untuk mengangkat kebodohan yang ada pada dirinya dan orang lain, mengamalkannya serta berniat agar menjaga agama agar tidak sirna.

Karena urgensinya rihlah menuntut ilmu, sampai-sampai nabi Allah yang mulia Musa 'alaihissalam berjalan mencari nabi Khidir 'alaihissalam supaya beliau bisa belajar kepadanya ilmu yang tidak Allah 'Azza wa Jalla ajarkan kepadanya. Allah Ta'ala berfirman tentang perihal Nabi Musa 'alaihissalam :

«قَالَ لَهُۥ مُوسَىٰ هَلْ أَتَّبِعُكَ عَلَىٰٓ أَن تُعَلِّمَنِ مِمَّا عُلِّمْتَ رُشْدًۭا»

Artinya : "Musa berkata kepada Khidhr: "Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?" (QS. Al-Kahfi : 66)

Berkata Al-Haafidz Ibnu Rojab rahimahullah :

،فلو استغنى أحد عن الرحلة في طلب العلم لاستغنى عنه موسى حيث كان أعطاه الله التوراة التي كتب له فيها عن كل شيء))
ومع هذا فلما أخبره الله عن الخضر أن عنده علما يختص به سأل السبيل إلى لقائه ثم سار هو وفتاه اليه)). اھ

((Seandainya seseorang merasa cukup dari rihlah dalam menuntut ilmu, maka sungguh Nabi Musa pasti merasa cukup darinya ketika Allah telah memberinya kitab taurat yang ditulis didalamnya segala sesuatu, namun bersamaan dengan itu tatkala Allah mengabarkan tentang Nabi Khidir dan tentang ilmu yang ada padanya, maka beliau secara khusus bertanya tentang jalan agar bisa berjumpa dengan Khidir, kemudian Nabi Musa berjalan bersama seorang pemuda (Nabi Yusya bin Nun) menuju kepadanya)). [An-Nubadz fii Adaab Tholabil 'Ilmi, hal : 39. Cet. Ad-Daarul Atsariyyah]

Demikian juga sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam rela safar selama berbulan-bulan demi mendapatkan satu hadits. Imam Al-Bukhari menyebutkan dalam kitab shohihnya kisah Jabir bin Abdillah radhiyallahu 'anhu :

"ورحل جابر بن عبد الله مسيرة شهر، الى عبد الله ابن انيس، في حديث واحد"
[صحيح البخاري في باب الخروج في طلب العلم, ٤٠. بيت الافكار الدولية]

"Jabir bin Abdillah rihlah (bepergian untuk menuntut ilmu) dengan jarak perjalanan selama satu bulan menuju 'Abdullah bin Unais untuk mencari satu hadits." [Shahiih Al-Bukhari, hal.40. Bab keluar untuk menuntut ilmu. Cet. Baitul Afkar Ad-Dauliyyah]

Itu Jabir bin Abdillah radhiyallahu 'anhu seorang sahabat yang mulia, rela menempuh perjalanan selama satu bulan untuk mencari satu hadits. Demikian juga sahabaty yang lain. Asy-Syaikh Hammad bin Ibrahim mengatakan :

وقال عبد الله بن مسعود رضي الله عنه : ((والذي لا إله غيره، ما أنزلت سورة من كتاب الله إلا أنا أعلم أين أنزلت، ولا أنزلت آية من كتاب الله إلا وأنا أعلم فيمن أنزلت، ولو أعلم أحدا أعلم مني بكتاب الله تبلغه الإبل لركبت إليه))

.ورحل جابر بن عبد الله رضي الله عنه مسيرة شهر إلى عبد الله بن أنيس في حديث واحد

.وقال سعيد بن المسيب : ((إن كنت لأرحل الأيام والليالي في طلب الحديث الواحد.

"Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu mengatakan : ((Demi yang tidak ada ilah (yang benar) selain Dia, tidaklah diturunkan satu surat didalam kitabullah (Al-Qur'an) kecuali aku yang paling tahu kapan ia diturunkan, dan tidak pula diturunkan satu ayat dari kitabullah kecuali aku yang paling tahu kepada siapa ia diturunkan, seandainya aku tahu ada seseorang yang lebih mengetahui dariku tentang kitabullah, niscaya unta akan mencapainya karena aku akan berangkat kepadanya))

Dan Jabir bin Abdillah rihlah (bepergian untuk menuntut ilmu) dengan jarak perjalanan selama satu bulan menuju 'Abdullah bin Unais untuk mencari satu hadits.

Berkata Sa'id bin Musayyib : ((Dahulu aku berjalan siang dan malam untuk mencari satu hadits)). [An-Nubadz fii Adaab Tholabil 'Ilmi, hal : 39. Cet. Ad-Daarul Atsariyyah]

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

.من سلك طريقا يلتمس فيه علما، سهل الله له به طريقا إلى الجنة
[صحيح مسلم، ٢٦٩٩. ص : ١٠٨٢. بيت الافكار الدولية]

"Barangsiapa yang menempuh suatu jalan dalam rangka mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga." [Shahih Muslim, no.2699. Hal.1082. Pustaka Baitul Afkar Ad-Dauliyyah].

Jalan menuju surga itu memang berat, karena diliputi oleh perkara-perkara yang dibenci oleh jiwa manusia, sedangkan jalan menuju neraka itu mudah dilalui karena selalu diliputi oleh perkara-perkara syahhwat yang disukai. Dalam hadits Imam Muslim : 

عن أنس ابن مالك، قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ((حفت الجنة بالمكاره، وخفت النار بالشهوات)).

"Dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : ((Surga itu diliputi dengan perkara-perkara yang dibenci, dan Neraka itu diliputi dengan perkara-perkara syahwat))." [HR. Muslim, no.2822 (hal.1132). Cet. Baitul Afkar Ad-Dauliyyah]

Dalam hadits riwayat Imam Al-Bukhari :

عن أبي هريرة، أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : ((حجبت النار بالشهوات، وحجبت الجنة بالمكاره)). 

"Dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : ((Neraka itu diliputi dengan perkara-perkara syahwat, dan Surga itu diliputi dengan perkara-perkara yang dibenci))." [HR. Al-Bukhari, no.6487 (hal.1244). Cet. Baitul Afkar Ad-Dauliyyah]

Diantara perkara-perkara yang dibenci oleh jiwa manusia diantaranya menuntut ilmu dengan cara sistematis, belajar mulai dari ilmu-ilmu dasar, lalu meningkat ke kitab-kitab diatasnya dan seterusnya, sehingga untuk belajar seperti ini dibutuhkan rihlah bukan hanya sekedar mencukupkan diri kita dengan menuntut ilmu dikajian tematik yang rata rata jiwa kita menyukainya karena sifatnya hanya menyimak bahkan tanpa mencatat. 

Sebagai penutup, rihlah-lah dalam menuntut ilmu, karena itu termasuk kebiasaan orang-orang sholeh bahkan termasuk kebiasaan dari para Nabi termasuk diantaranya Nabi Musa 'alaihissalam seperti kisah diatas. Rihlah-lah dalam menuntut ilmu, karena hal itu termasuk kebiasaan para sahabat, tabi'in, tabiut tabi'in dan para ulama salaf serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik hingga hari kiyamat. Dan rihlah dalam menuntut ilmu, termasuk tabiatnya orang-orang yang tawadhu, karena orang yang tawadhu adalah mereka yang senantiasa merasa bahwa dirinya kurang ilmu, sehingga kekurangan itu menjadi cambuk baginya untuk terus belajar dan belajar.

Baca juga : Niatmu Untuk Allah Apa Untuk Dunia, Keutamaan Menuntut Ilmu dan Kewajiban Bagi Setiap Muslim dan Muslimah, Pentingnya mempelajari Ilmu Nahwu, Bahaya Belajar Agama Secara Otodidak

***

Dompu - Nusa Tenggara Barat, 20 Dzulqo'dah 1441 H/11 Juli 2020

Penulis : Abu Dawud ad-Dombuwiyy 

Artikel : Meciangi-d.blogspot.com 


Related Posts:

0 Response to "RIHLAH UNTUK MENUNTUT ILMU"

Post a Comment