MAKNA KATA TAUHID DAN PEMBAGIANNYA

Bismillah, alhamdulillahi Rabbil 'aalamiin. Wa shallallahu 'ala Nabiyyina Muhammadin wa 'ala aalihi wa shahbihi ajma'in. Wa ba'du.

Kata tauhid merupakan masdar dari kata Wahhada - Yuwahhidu yaitu Tauhiidan (menjadikan satu). Kemudian para ulama membagi pengertian tauhid menjadi dua bagian yaitu secara bahasa dan secara syar'i.

Berkata Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul 'Aziz As-Sulaiman al-Qar'aawiy :

١. التوحيد لغة : الإفراد

.٢. وشرعا : هو تفرد الله تعالى بالربوبية وإلاهية وكمال الأسماء والصفات

[الجديد في شرح كتاب التوحيد، تأليف الشيخ محمد بن عبد العزيز السليمان القرعاوي، ص ١٧]

1. Tauhid secara bahasa : yaitu mengesakan.

2. Tauhid secara syar'i : yaitu mengesakan Allah Ta'ala dalam rububiyyah, uluhiyyah dan kesempurnaan al-asmaa' wash shifaat (nama-nama dan sifat-sifat-Nya). [Al-Jadiid fii Syarhi Kitaabit Tauhiid, ta'lif Asy-Syaikh Muhammad bin Abdil 'Aziz As-Sulaimaan al-Qar'awiy, hal.17]

Macam-macam Tauhid

Para ulama membagi tauhid menjadi 3 bagian :

1. Tauhid rububiyyah

2. Tauhid ilaahiyyah/uluhiyyah

3. Tauhid al-asma' wash shifat

Berkata Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul 'Aziz As-Sulaiman al-Qar'aawiy :

١. توحيد الربوبية : وهو توحيد الله بأفعاله، والإقرار الجازم بأن الله تعالى رب كل شيء ومليكه، وخالقه ومدبره والمتصرف فيه، والدليل هذا النوع من التوحيد قوله تعالى : «ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلسَّمَـٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ وَجَعَلَ ٱلظُّلُمَـٰتِ وَٱلنُّورَ ۖ ثُمَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ بِرَبِّهِمْ يَعْدِلُونَ» الأنعام : آية (١). وقوله سبحانه : «قُلْ مَن رَّبُّ ٱلسَّمَـٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ قُلِ ٱللَّهُ ۚ» الرعد (١٦)، وقوله تعالى : «هَـٰذَا خَلْقُ ٱللَّهِ فَأَرُونِى مَاذَا خَلَقَ ٱلَّذِينَ مِن دُونِهِۦ ۚ» لقمان (١١). وقد أقر الكفار على عهد النبي صلى الله عليه وسلم بهذا النوع من التوحيد ولم يدخلهم ذلك في الإسلام

٢. توحيد الإلهية، وهو إفراد الله تعالى بجميع أنواع العبادة الظاهرة والباطنة، وهذا النوع من التوحيد وهو الذي بعثت به الرسل وأنزلت به الكتب وبدأ به كل رسول دعوته، ووقعت فيه الخصومة بينه وبين أمته، ودليل من القرآن الكريم قوله تعالى : «إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ» الفاتحة (٥)، وقوله سبحانه : «فَٱعْبُدْهُ وَتَوَكَّلْ عَلَيْهِ ۚ وَمَا رَبُّكَ بِغَـٰفِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ» هود (١٢٣)، وقوله تعالى : «قُلْ إِنَّ صَلَاتِى وَنُسُكِى وَمَحْيَاىَ وَمَمَاتِى لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَـٰلَمِينَ ¤ لَا شَرِيكَ لَهُۥ ۖ وَبِذَٰلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا۠ أَوَّلُ ٱلْمُسْلِمِينَ

٣. توحيد الأسماء والصفات : وهو الإمان بما وصف الله به نفسه في كتابه، ووصفه به رسوله صلى الله عليه وسلم من الأسماء الحسنى والصفات العلى، وإمرارها كما جاءت من غير تحريف ولا تأويل، ومن غير تكييف ولا تمثيل، ودليله قوله تعالى : «لَيْسَ كَمِثْلِهِۦ شَىْءٌۭ ۖ وَهُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْبَصِيرُ» سورة الشورى، آية (١١

[الجديد في شرح كتاب التوحيد، تأليف الشيخ محمد بن عبد العزيز السليمان القرعاوي، ص ١٧]

1. Tauhid Rububiyyah : Yaitu mengesakan Allah dalam perbuatan-perbuatan Allah dan pengakuan yang pasti bahwasanya Allah Ta'ala adalah Rabb segala sesuatu dan Yang memiliki segala sesuatu, Yang menciptakan segala sesuatu, Yang mengaturnya dan Yang mengendalikannya, dalil tauhid jenis ini yaitu firman Allah Ta'ala (artinya) : «"Segala puji bagi Allah Yang telah menciptakan langit dan bumi dan mengadakan gelap dan terang, namun orang-orang yang kafir mempersekutukan (sesuatu) dengan Tuhan mereka."» (QS. Al-An'am : 1). Allah subhaanahu berfirman (artinya) : «"Katakanlah: "Siapakah Tuhan langit dan bumi?" Jawabnya: "Allah"» (QS. Ar-Ra'd : 16), Allah Ta'ala berfirman (artinya) : «"Ini adalah ciptaan Allah, maka perlihatkanlah olehmu kepadaku apa yang telah diciptakan oleh sembahan-sembahan(mu) selain Allah"» (QS. Lukman : 11). Dan sungguh orang-orang kafir di zaman Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam telah mengakui tauhid jenis ini (yaitu tauhid rubuniyyah), akan tetapi hal itu tidak memasukkan mereka ke dalam Islam.

2. Tauhid Ilaahiyyah, yaitu mengesakan Allah Ta'ala pada seluruh macam-macam ibadah yang dzhohir (nampak) maupun yang bahtin (tersembunyi), dan jenis tauhid uluhiyyah ini merupakan bagian dari tauhid yang dengan sebab itu diutus para rasul dan diturunkan kitab-kitab, dengannya pula seluruh rasul telah memulai dakwah mereka, dan pada tauhid ini terjadi perselisihan antara para rasul dengan umat mereka. Dalil tauhid ini dari Al-Qur'an yang mulia yaitu firman Allah Ta'ala (artinya) : «"Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan"» (QS. Al-Fatihah : 5), dan Allah Subhaanahu berfirman (artinya) : «"Maka sembahlah Dia, dan bertawakkallah kepada-Nya. Dan sekali-kali Tuhanmu tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan"» (QS. Hud : 123), Allah Ta'ala berfirman (artinya) : «"Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang. pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)"».

3. Tauhid Al-Asmaa' wash Shifaat : yaitu beriman dengan apa-apa yang telah Allah sifatkan diri-Nya dalam kitab-Nya, dan yang telah rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam sifatkan berupa nama-nama yang baik dan sifat-sifat yang tinggi, dan membiarkan nama-nama dan sifat-sifat tersebut sebagaimana datangnya, tidak memalingkan maknanya, tidak mentakwil, tidak membagaimanakan, dan tidak mempermisalkan (sifat tersebut dengan sifat makhluk), dalil tauhid ini yaitu firman Allah Ta'ala (artinya) : «"Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat"» (QS. Asy-Syura : 11). [Al-Jadiid fii Syarhi Kitaabit Tauhiid, ta'lif Asy-Syaikh Muhammad bin Abdil 'Aziz As-Sulaimaan al-Qar'awiy, hal.17]

Faedah yang bisa diambil : 

1. Tauhid merupakan masdar dari Wahhada-Yuwahhidu-Tauhiidan  (menjadikan satu)

2. Pengertian tauhid terbagi menjadi dua, pertama secara bahasa, kedua secara syar'i

3. Para ulama membagi tauhid menjadi tiga bagian, pertama tauhid rububiyyah, kedua tauhid ilaahiyyah atau uluhiyyah, ketiga tauhid al-asma wash shifat

4. Orang yang bertauhid rububiyyah tidak lantas memasukkan mereka kedalam Islam karena yang diinginkan oleh Allah dan Rasul-Nya adalah tauhid ilaahiyyah atau uluhiyyah bukan tauhid rububiyyah

5. Orang yang bertauhid rububiyyah melazimkan ia bertauhid uluhiyyah bukan justru menentangnya

6. Perselisihan antara para Nabi dengan kaumnya adalah pada tauhid ilaahiyyah atau uluhiyyah bukan pada tauhid rububiyyah

7. Tauhid al-asmaa' wash shifat harus diimani sebagaimana datangnya tanpa memalingkan maknanya, tanpa mentakwil, tanpa membagaimanakan, dan tanpa mempermisalkan sifat tersebut dengan sifat makhluk

8. Pentingnya mempelajari tauhid

9. Tauhid adalah pondasi dan tujuan dakwah

Dan masih banyak faedah-faedah lainnya. Semoga tulisan ini bermanfaat.

Related Posts:

0 Response to "MAKNA KATA TAUHID DAN PEMBAGIANNYA"

Post a Comment