MEMPERBAIKI AKHLAK


Bismillah. Alhamdulillahi Rabbil 'aalamiin. Wa shallallahu 'ala Nabiyyina Muhammadin wa 'ala aalihi wa shahbihi ajma'iin. Wa ba'du.

Berbicara tentang akhlak, akhlak merupakan perangai atau tabiat yang menjadi tolak ukur baik buruknya agama seseorang. Akhlak ada dua, (1) Akhlak kepada Allah, (2) Akhlak kepada sesama manusia. Akhlak kepada Allah seperti taat kepada-Nya, melaksanakan perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya, melaksanakan kewajiban-kewajiban yang Allah wajibkan dan meninggalkan perkara-perkara yang Allah benci. Sedangkan akhlak terhadap sesama manusia intinya, (1) baiknya ucapan dan perbuatan, (2) tidak mengganggu dengan lisan dan perbuatan.

Karena itu, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam diutus untuk memperbaiki akhlak, dan para ulama-pun sangat perhatian tentang masalah akhlak ini, sehingga mereka menulis kitab-kitab adab, agar penuntut ilmu memiliki akhlak dan adab yang baik kepada Allah dan kepada manusia, karena sebelum ia terjun di kancah dakwah yang sejati, tampil di publik, berdakwah layaknya seorang 'aalim, ustadz kabir, dll, adab dan akhlaknya harus diperhatikan. Seorang penuntut ilmu, atau seorang da'i yang berdakwah di jalan Allah, jika buruk adab dan akhlaknya, ini akan bertentangan dengan ilmu yang melekat padanya dan dakhwah yang ia emban. Perhatikan firman Allah Ta'ala :

 «وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍۢ»

Artinya : "Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung." (QS. Al-Qolam : 4)

Ditinjau dari sisi internal manusia akhlak itu ada dua, (1) Akhlak yang bersumber dari tabiat bawaan. Akhlak ini susah di rubah. Jika sudah terlanjur buruk, maka sifat buruk itu akan terus mewarnai seseorang meskipun sudah belajar ad-diin (agama). Tapi jika akhlaknya baik, maka akan terus mewarnai seseorang meskipun dia awam atau belum belajar agama. Makanya, jika ada orang awam yang akhlaknya baik, itu dari tabiat bawaan lahirnya ; dermawan, suka menolong, santun, pandai menjaga lisan, tidak suka memuji diri, mebesar-besarkan diri, tawadhu, padahal awam, hanya sholat yang wajib-wajib saja, hanya puasa yang wajib-wajib saja, demikian keadaannya seterusnya.

(2) Akhlak yang diusahakan. Akhlak ini dipaksakan untuk mencocoki al-Qur'an dan sunnah. Sulit memang, tapi orang yang bersungguh-sungguh akan mampu merubah tabiat dan akhlak buruknya. Namun inti dari akhlak terhadap sesama manusia sebagaimana yang telah disebutkan ada dua : (1) baiknya ucapan dan perbuatan. (2) tidak mengganggu dengan lisan dan perbuatan. Perhatikan hadits Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berikut ini :

عن عبد الله بن مسعود رضي الله تعالى عنه أن النبي صلى الله عليه وسلم قال : ((سباب المسلم فسوق وقتاله كفر))

Dari Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu Ta'ala 'anhu bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Mencaci maki seorang muslim adalah kefasikan dan membunuhnya adalah kekafiran". [HR. Al-Bukhari, no.48 (hal.33). Muslim no.64 (hal.57). Cet. Baitul Afkar ad-Dauliyyah. Lihat juga Kitab al-Arba'iin fii Madzhabis Salaf, penulis Asy-Syaikh Ali bin Yahya al-Hadaadiy, hal : 30] 

Para ulama memasukkan hadits ini dalam kitab empat puluh hadits dalam madzhab salaf, menunjukkan hadits ini adalah prinsip pokok bagi orang-orang yang mengikuti manhaj salaf, kecuali yang bukan salafi sejati.

Inti dari hadits ini ada dua, (1) mencaci maki seorang muslim adalah kefasikan. (2) membunuh seorang muslim adalah kekafiran.
 
Mencaci maki adalah perbuatan lisan, artinya ; menggangu kaum muslimin dengan ucapan lisan termasuk akhlak yang buruk terhadap sesama manusia, dan ini merupakan perbuatan kefasikan. (2) membunuh seorang muslim adalah kekafiran, artinya ; mengganggu kaum muslimin dengan tangan adalah akhlak yang buruk, apalagi sampai membunuhnya adalah kekafiran.

Dalam hadits yang lain, dari Abdullah bin Umar radhiyallahu 'anhu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

((من حمل علينا السلاح فليس منا))

"Barangsiapa yang mengacungkan senjata kepada kami, maka dia bukan golongan kami." [HR. Al-Bukhari, no.7070 (hal.1351). Muslim no.98 (hal.66). Cet. Baitul Afkar ad-Dauliyyah. Lihat juga Kitab al-Arba'iin fii Madzhabis Salaf, penulis Asy-Syaikh Ali bin Yahya al-Hadaadiy, hal : 32] 

Hadits ini juga dimasukkan oleh para ulama dalam kitab empat puluh hadits dalam madzhab salaf, artinya ;  hadits ini merupakan prinsip yang pokok dalam manhaj salaf.
 
Inti dari hadits ini ; tidak boleh mencacungkan senjata kepada kaum muslimin. Ini menunjukkan bahwa menakut-nakuti kaum muslimin hukumnya haram, baik dengan membawa senjata tajam, maupun dengan mengacungkan benda-benda berbahaya lainnya. Menakut-nakuti dengan senjata adalah bentuk gangguan tangan. Dan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengancam siapa saja yang melakukan hal itu bahwa mereka bukan dari golongannya shallallahu 'alaihi wa sallam. Ini ancaman yang keras, yang harus diperhatikan oleh setiap muslim dan muslimah bahwa mengganggu kaum muslimin dengan lisan -sebagaimana telah berlalu- atau dengan tangan sebagaimana hadits diatas, hukumnya haram.!

Dalam hadits yang lain, dari Abdullah bin 'Amr radhiyallahu 'anhuma, bahwasannya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
 
 ((المسلم من سلم اكمسلمون من لسانه ويده))

"Orang muslim (yang paling baik akhlaknya), yang muslim lainnya selamat dari gangguan lisan dan tangannya." [HR. Al-Bukhari no.10 (hal.26). Cet. Baitul Afkar ad-Dauliyyah]. 
 
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menyebutkan dua hal sebagaimana hadits diatas, (1) gangguan lisan, (2) gangguan tangan. 

Dalam lafadz Muslim, dari Abdullah bin 'Amr bin 'Ash radhiyallahu 'anhuma mengatakan :
 
إن رجلا سأل رسول الله صلى الله عليه وسلم : أي المسلمين خير؟ قال : ((من سلم المسلمين من لسانه ويده))
 
"Sesungguhnya seorang laki-laki telah bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam : Siapakah muslim yang paling baik? Beliau bersabda : (Orang yang muslim lainnya selamat dari gangguan lisan dan tangannya)). [HR. Muslim, no.40 (hal.49). Cet. Baitul Afkar ad-Dauliyyah]

Pada hadits kedua, seorang bertanya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tentang siapakah muslim yang paling baik? Beliau bersabda : "Orang yang muslim lainnya selamat dari gangguan lisan dan tangannya."
 
Lagi-lagi Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menyebutkan dua perkara, (1) gangguan lisan, (2) gangguan tangan. 

Kenapa ini banyak disebutkan? Karena kebanyakan gangguan yang dilakukan oleh seorang muslim kepada muslim lainnya, berupa gangguan lisan dan tangan. Lisan dengan menggunjing, memfitnah, mengejek, mengolok, menjatuhkan kehormatan, sedangkan gangguan tangan dengan mengacungkan senjata, memukul, menampar, membunuh dll. Karena demikian, baiknya akhlak seseorang tolak ukur pertamanya adalah lisan. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : 

((من كان يؤمن بالله واليوم الآخر، فليقل خيرًا أوليصمت))
 
"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah dia berkata baik atau diam." [HR. Al-Bukhari, no.6475 (hal.1242). Muslim, no.47 (hal.51). Cet. Baitul Afkar ad-Dauliyyah]

Berarti lisan yang tajam, suka menyakiti kaum muslimin, suka mendzolimi kaum muslimin, suka mengkritik tapi tidak suka dikritik, suka menasehati tapi tidak suka dinasehati, menusuk ucapannya, suka mengumpat, menggunjing, mencela, mencaci, berarti iman orang ini bermasalah. Karena Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengaitkan keimanan kepada Allah dan hari akhir dengan berkata yang baik, atau diam." 

Mengintip kedalam rumah kaum muslimin

Diantara bentuk akhlak yang buruk adalah mengintip ke dalam rumah orang lain. Seorang muslim yang memiliki adab dan akhlak, dia tidak akan melakukan hal tersebut. Adapun yang melakukannya, hanya orang-orang yang tidak memiliki adab, ditambah buruknya akhlak atau tabiat bawaan lahir yang melekat pada orang-orang yang seperti ini.

Dari Sahl bin Sa'd, ia berkata : 

أن رجلا اطلع في جحر في باب رسول الله صلى الله عليه وسلم، ومع رسول الله صلى الله عليه وسلم مدرى يحك به رأسه، فلما رآه رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : ((لو أعلم أنك تنتطرني، لطعنت به في عينيك)). قال رسول الله صلى الله عليح وسلم : ((إنما جعل الإذن من قبل البصر)).

"Bahwasannya seorang laki-laki pernah mengintip di lubang pintu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, ketika itu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sedang membawa sisir untuk menyisir rambutnya. Tatkala Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melihatnya, beliau bersabda :  "Seandainya aku mengetahui bahwa engkau sedang mengitipku, sungguh aku akan menusuk kedua matamu". Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Sesungguhnya idzin itu dijadikan dari arah pandangan mata." [HR. Al-Bukhari, no.6901 (hal.1316). Muslim, no.2156 (hal.890). Cet. Baitul Afkar ad-Dauliyyah]
 
Pada hadits ini, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tidak tahu ada yang mengintipnya, seandainya beliau tahu, maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pasti akan menusuk kedua bola mata laki-laki tersebut. Ini menunjukkan bahwa hukuman bagi orang yang mengintip kedalam rumah orang lain adalah di tusuk kedua bola matanya.

Dalam hadits yang lain, dari Abu Hurairoh radhiyallahu 'anhu, ia berkata : Abul Qasim (yaitu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam) bersabda :

 ((لو أن امرءا اطلع عليك بغير إذن فخذفته بعصاة ففقأت عينه، لم يكن عليه جناح)) 

"Seandainya ada seorang masuk ke rumahmu tanpa izin, lalu engkau melemparnya dengan batu yang mengakibatkan matanya keluar, maka engkau tidak berdosa." [HR. Al-Bukhari, no.6902 (hal.1316). Muslim, no. 2158 (hal.890). Cet. Baitul Afkar ad-Dauliyyah]

Dalam hadits riwayat Muslim, dari Abu Hurairoh, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

 ((من اطلع في بيت قوم بغير إذنهم، فقد حل لهم أن ينقئوا عينه))

"Barangsiapa mengintip di dalam rumah suatu kaum tanpa izin mereka, maka telah halal bagi mereka untuk mencungkil matanya." [HR. Muslim, no.2158 (hal.890). Cet. Baitul Afkar ad-Dauliyyah]

Mencungkil bola mata orang yang mengintip ke dalam rumah kaum muslimin tanpa izin dibolehkan oleh  Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, bahkan hal itu halal untuk dilakukan, karena tindakan mengintip kedalam rumah orang adalah tindakan kriminal yang berhak mendapatkan hukuman dengan dicungkil bola matanya. Waliyaadzubillah.
 
Dari pemaparan hadits-hadis diatas, menunjukkan besarnya dosa buruknya akhlak, maka pantas saja jika ada orang-orang yang diadzab dengan keluarnya cairan darah dari matanya misalnya, atau dibutakan kedua matanya, atau yang semisal dengan itu -sebagaimana yang banyak kita saksikan diakhir zaman ini-, itu tidak lain karena sebab dosa, diantaranya dosa pandangan, mengintip kedalam rumah kaum muslimin. Dan inilah diantara bentuk buruknya akhlak.

Karena itu, akhlak dan tabiat manusia, ada yang asli dan ada yang diusahakan. Jika aslinya buruk, akan terbawa meskipun sudah lama belajar ad-diin (agama), adapun yang sifat aslinya baik, akan terus menghiasi perilakunya meskipun awam apalagi 'aalim. Seperti itulah tabiat manusia, ada yang sifat aslinya buruk dan ada yang baik, jika muncul sifat buruknya lalu ia turuti hal itu, berarti rasa malu orang ini telah terkikis. Dalam sebuah hadits, dari Abu Mas'ud 'Uqbah bin 'Amr al-Anshary radhiyallahu 'anhu berkata :

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((إن مما أدرك الناس من كلام  النبوة الأولى: إذا لم تستح فاصنع ما شئت))

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Sesungguhnya diantara yang diketahui manusia dari perkataan para Nabi terdahulu : Jika engkau tidak punya malu, maka berbuatlah sesukamu". [HR. Al-Bukhari, no.6120 (hal.1181). Cet. Baitul Afkar ad-Dauliyyah]

Berkata Asy-Syaikh Bandar bin Nafi dalam syarah hadits diatas :

فيه دليل على فضل الحياء، وأنه مما جاء به الشرائع السابقة، وهو خلق يبعث على اجتناب القبيح، ويمنع من التقصير في حق ذي الحق، وهذا هو الحياء المحمود، وأما الحياء الذي يمنع صاحبه من القيام بالحقوق الواجبة، أو لا يمنع من فعل القبيح، فهو حياء مذموم و قد جاء النصوص الكثيرة بمدح الحياء و الحث عليه، ففي ((الصحيحين)) عن ابن عمر رضي الله عمهما أن النبي سلى الله عليه وسلم قال : ((الحياء من الإمان))، وثبت عنه أنه قال : ((الحياء خير كله ولا يأتي إلا بخير

ثم اعلم أن الحياء منه ما هو غريزي، ومنه ما هو مكتسب، فالغريزي هو الذي فطر عليه العبد، والمكتسب هو الذي يجاهد العبد معه نفسه حتى يبلغه، قال النبي صلى الله عليه وسلم : ((إنما الحلم بالتحلم، وإنما العلم بالتعلم))، وقال عليه الصلاة والسلام لأشج أشج عبد القيس : ((إن فيك لخصلتين يحبهما الله : الحلم والأناة : أن المراد بقوله صلى الله عليه وسلم : ((إذا لم تستح فاصنع ما شعت)) أحد وجهين الأول : أنطر إلى ما تريد فعله، فإن كان مما لا يستحى منه فافعله، وإن كان يستحى منه فدعه ولا تبالي بالخلق

الثني : أن الإنسان إذا لم يستح يصنع ما يشاء ولا يبالي، لأن الذي يكفه عن مدافعة الشر هو الحياء، فإذا فقده توفرت دواعيه على مواقعه الشر وفعله

"Pada hadits ini ada dalil yang menunjukkan tentang keutamaan rasa malu, bahwasannya rasa malu termasuk yang telah datang dengannya syariat terdahulu, ia merupakan akhlak yang dapat menyebabkan seseorang menjauhkan diri dari perkara yang buruk, mencegahnya dari menghilangkan hak pemilik hak, ini merupakan malu yang terpuji. Adapun rasa malu yang mencegah pelakunya dari menegakkan hak-hak yang wajib, atau tidak mencegah dia dari melakukan keburukan, maka ini merupakan malu yang tercela (alias akhlak yang buruk).

Dan sungguh telah datang nash-nash yang banyak yang memuji rasa malu dan menganjurkan berhias dengannya. Dalam ((shohihain), dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma, bahwasannya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : ((Rasa malu itu kebaikan seluruhnya dan ia tidak mendatangkan kecuali kebaikan)).

Dan ketahuilah bahwasannya rasa malu itu diantaranya ada yang bawaan (tabiat asli) dan ada juga yang diusahakan. Adapun sifat malu bawaan yaitu yang seorang hamba difitrahkan atasnya, sedangkan yang diusahakan yaitu yang diri hamba bersungguh-sungguh mengupayakannya, sampai dia mendapatkannya. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : ((Hanya saja sifat lemah lembut (sabar) itu diusahakan, dan ilmu dengan belajar)), Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepada Asyaj yaitu Asyaj Abdul Qais : ((Sesungguhnya didalam dirimu ada dua akhlak yang dicintai oleh Allah : (Al-Hilm) kesabaran dan (Al-aanah) sifat tidak tergesa-gesa)).

Sesungguhnya yang dimaksud dengan sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam : ((Jika engkau tidak punya malu maka berbuatlah sesukamu)) salah satu dari dua sisi :

Pertama : Lihatlah pada apa yang engkau inginkan, lalu kerjakanlah. Apabila dia tidak punya rasa malu dari hal tersebut maka lakukanlah, namun apabila dia malu dari melakukannya maka tinggalkanlah dan jangan engkau perduli kepada makhluk.

Kedua : Sesungguhnya manusia apabila dia tidak punya rasa malu, dia akan melakukan apa saja yang dia kehendaki dan dia tidak perduli, karena sesungguhnya yang mencegah dirinya dari mendukung keburukan adalah rasa malu, apabila ia kehilangan rasa malu maka ajakannya banyak ke tempat-tempat keburukan dan diapun melakukannya." [Ad-Durar As-Saniyyah bi Fawaaid Al-Arba'iin An-Nawawiyyah, hal.83-84. Cet. Daar Ibnil Jauzi]

Pada pemaparan ini, akhlak atau tabiat manusia ada dua, (1) asli bawaan lahir, (2) sifat yang diusahakan. 

Jika akhlak asli seseorang itu bersumber dari tabiat aslinya yang sudah baik, maka akan muncul kebaikan-kebaikan berikutnya apalagi dia 'aalim fid-diin (berilmu tentang agama), tapi jika sifat bawaan lahirnya buruk, maka sifat itu akan menempel dan menghiasi mereka apalagi jika dia awam.

Jika manusia telah belajar agama dan berusaha untuk meredam dan mengendalikan sifat atau tabiat aslinya yang buruk, keburukan bisa diredam, tapi namanya tabiat asli suatu saat tabiat ini akan muncul meskipun telah belajar ad-diin, apalagi bila belajar agamanya hanya berdiri ditepian, tidak serius, sekedar ikut-ikutan, maka akan mudah terjebak pada akhlak-akhlak yang buruk seperti ini. 

Mengetahui baik dan buruknya akhlak seseorang dengan 3 hal 

Untuk mengetahui baik dan buruknya akhlak seseorang, (1) safarlah dengannya, jika itu yang dilakukan, akan muncul sifat aslinya, jika dia baik akan muncul sifat-sifat yang baik, jika buruk akan muncul pula sifat yang buruk misalnya ; pelit, tidak suka membantu, sok ngatur, tidak mau bekerjasama, suka mengumpat, suka mencela, tidak sabar, suka mengeluh, dll. (2) anda beri dia amanat untuk memegang uang, jika dia bertakwa akan muncul sifat wara'nya, jika dia buruk akhlaknya akan muncul sifat khianatnya. (3) anda bertetanggalah dengannya, seiring waktu akan muncul sifat aslinya, apakah dia pemarah, punya sifat hasad, iri, dengki, suka mengadu domba, dusta, suka membuat onar, suka mengambil hak orang lain tanpa izin, menyerobot tanah orang lain dengan cara dzolim, dan lain sebagainya.

Karena itu, tolak ukur untuk mengetahui akhlak seseorang, safarlah dengannya, bertransaksilah dengannya dalam masalah uang, dan jadilah tetangganya. Syaikh al-Albaniy membawakan sebuah atsar dalam Irwaul Gholil :

 روى سليمان بن حرب قال : ((شهد رجل عند عمر بن الخطاب رضي الله عنه فقال له عمر : إني لست اعرفك ولا يضرك إني لا أعرفك فأتني بمن يعرفك، فقال رجل : أنا أعرفه يا أمير المؤمنين، قال : بأي شيء تعرفه؟ قال : بالعدالة. قال : هو جارك الأدنى تعرف ليله ونهاره ومدخله ومخرجه؟ قال : لا. قال : فعاملك بالدرهم والدينار الذي يستدل بهما عاى الورع؟ قال : لا. قال : فصاحبك في السفر الذي يستدل به على المكارم الأخلاق؟ قال : لا. قال : فلست تعرفه، ثم قال للرجل : ائتني بمن يعرفك))

Diriwayatkan dari Sulaiman bin Harb, ia berkata : "Pernah seorang laki-laki memberikan kesaksian dihadapan Umar bin Al-Khathab radhiyallahu 'anhu, maka Umar pun berkata kepadanya, "Sesungguhnya aku tidak mengenalmu, dan tidak memudharatkan engkau meskipun aku tidak mengenalmu. Datangkanlah orang yang mengenalmu." Maka seorang laki-laki berkata, “Aku mengenalnya, wahai Amirul Mukminin." Umar berkata, "Dengan apa engkau mengenalnya?" Orang itu berkata, "Dengan keshalihan dan keutamaannya." Umar berkata, "Apakah dia adalah tetangga dekatmu, yang engkau mengetahui kondisinya di malam hari dan di siang hari serta datang dan perginya?" Dia mengatakan : "Tidak." "Apakah dia pernah bermuamalah denganmu berkaitan dengan dirham dan dinar, yang keduanya merupakan indikasi sikap wara’ seseorang?" tanya Umar lagi. Dia mengatakan : "Tidak." Umar berkata lagi : "Apakah dia pernah menemanimu dalam safar, yang safar merupakan indikasi mulianya akhlak seseorang?" Orang itu berkata, "Tidak." Umar menimpali, "Jika demikian engkau tidak mengenalnya." Kemudian Umar mengatakan kepada laki-laki tadi : "Datangkan kepadaku siapa yang mengenalmu?." [Irwaul Ghalil 8/260, no 2637 (hal.260). Cet.Al-Maktab al-Islamiy]

Atsar diatas dishahihkan oleh Asy-Syaikh al-Albani, dan inilah atsar yang menjelaskan tentang cara mengetahui akhlak seseorang, (1) safarlah bersamanya. (2) bermuamalah dengannya dalam masalah dinar dan dirham, (3) bertetanggalah denganya.

Semoga Allah menjauhkan kita dari akhlak yang rusak, perangai yang buruk, dan sifat yang jelek. Semoga Allah menjauhkan kita dari tabiat asli yang jelek, perangai yang buruk dan sifat yang rusak. Semoga Allah menjadikan kita orang yang mudah bertaubat, rahim terhadap sesama muslim, santun lisannya, baik tutur katanya, terjaga tangannya dari mendzolimi kaum muslimin, dan besar rasa malunya untuk berbuat sesuatu yang menyelisihi al-Qur'an dan Sunnah.

Semoga yang sedikit ini bermanfaat. 

***

Dompu, Nusa Tenggara Barat : 14 Syawal 1443 H/15 Mei 2022 

Penulis : Abu Dawud ad-Dombuwiyy

Artikel : Meciangi-d.blogspot.com

Related Posts:

0 Response to "MEMPERBAIKI AKHLAK"

Post a Comment