DUA SAYAP

Bismillah. Alhamdulillahi Rabbil 'aalamiin. Wa shallallahu 'ala Nabiyyina Muhammadin wa 'ala aalihi wa shahbihi ajma'iin. Wa ba'du.

Menuntut ilmu adalah washilah menuju surga, dan jalannya-pun sangat panjang dan berliku. Karena itu, setiap penuntut ilmu, hendaknya mereka bersabar dalam letihnya belajar, jika tidak dia akan menuai perihnya kebodohan sepanjang hidupnya. Berkata Imam Asy-Syafi'i rahimahullah :

أصبر على مر الجفا من معلم

فإن رسوب العلم في نفراته

ومن لم يذق مر التعلم ساعة

تجرع ذل الجهل طول حياته

ومن فاته التعليم وقت الشبابه

فكبر عليه اربعا لوفاته

وذات الفتى -والله- بالعلم والتقى

إذا لم يكونا لا اعتبار لذاته

"Bersabarlah atas sifat kasar seorang guru, karena gagalnya mempelajari ilmu karena memusuhinya. Barangsiapa belum merasakan pahitnya belajar walau sesaat, dia akan merasakan hinanya kebodohan sepanjang hidupnya. Barangsiapa yang luput mempelajari ilmu dimasa mudanya. Maka bertakbirlah sebanyak empat kali atas kematiannya. Demi Allah hakekat seorang pemuda adalah dengan ilmu dan takwa. Bila keduanya tidak ada maka dirinya tidak dianggap". [Diwan Asy-Syaafi'i, hal.59]

Setelah mempelajari ilmu dan tahapan-tahapannya, ada dua hal yang harus dimiliki oleh seorang penuntut ilmu, (1) guru, (2) kitab. 

Punya Kitab Tapi Tidak Memiliki Guru

Memiliki banyak kitab tapi tidak memiliki guru, rawan terjatuh dalam kesalahan bahkan kesesatan, apalagi bagi penuntut ilmu yang pemula dan ceroboh. Namun, memiliki guru tapi tidak memiliki kitab, ilmu tidak bisa melekat kuat dalam qolbu karena lupa.

Sebuah kisah yang sangat berharga dari apa yang diceritakan oleh asy-Syaikh Sholih al-Fauzan tentang seseorang yang nekat membaca shohih al-Bukhari tanpa bertanya kepada para ulama, akibatnya sangat fatal. Beliau mengatakan :

يذكر أن رجلا طالع صحيح البخاري وهو أصح كتاب بعد القرآن الكريم فجاء على حديث : " الحبة السوداء شفاء من كل داء " ، فقرأها : " الحية السوداء " بالياء ، فذهب وبحث عن حية سوداء، ثم قتلها وأكلها فمات من أثر السم ، فلو سأل عالما ! عن

..هذه اللفظة وتأكد منها لسلم

فمجرد المطالعة من دون الرجوع إلى أهل العلم، مضرة عظيمة على اﻹنسان وعلى غيره, "فانظر كم أهلك المتعالمون!!, من الناس". [ طرق تعلم العلم : صفحة - ١٠ ]

"Disebutkan bahwasanya ada seorang laki-laki membaca Shohih al-Bukhari yaitu kitab yang paling shohih setelah al-Qur'an yang mulia, maka dia membaca hadits : "Habbatus Sauda' (jinten hitam) obat segala penyakit", tapi dia membacanya : "Hayyatus Sauda' (ular hitam)" dengan huruf ya', maka diapun pergi dan mencari ular hitam, kemudian dia membunuhnya dan memakannya maka diapun mati disebabkan karena pengaruh racun ular tersebut, seandainya dia bertanya kepada orang yang berilmu tentang makna kata tersebut dan memastikannya, niscaya dia akan terlepas dari bahaya. Adapun semata-mata menelaah tanpa kembali (merujuk) kepada ahli ilmu, maka mudhorot yang besar akan menimpa orang tersebut dan juga orang lain.

Maka lihatlah betapa banyak orang-orang yang menampakkan keilmuan!!, telah membinasakan manusia." [Thuruqu Ta'allumil 'Ilmi : hal. 10]. (Sumber : Dari grup WA para Asatidzah Musafir Ilmu, dikutip dan diterjemahkan secara bebas).

Memiliki Guru Tapi Tidak Memiliki Kitab

Adapun memiliki guru tapi tidak memiliki kitab, penuntut ilmu yang seperti ini rawan terjatuh dalam lupa karena tabiat manusia adalah lupa. Abu Qilabah pernah mengatakan :

.((الكتاب أحب إلي من النسيان))

“Menulis (ilmu) lebih aku cintai dari pada lupa).” [Jaami’u Bayaanil ‘Ilmi wa Fadhlih, hal.314]

Maknanya ; menulis ilmu bagi para ulama dahulu, adalah kebiasaan dan rutinitas mereka, karena ilmu belum terkumpul dalam kitab-kitab seperti sekarang. Jika mereka tidak menulisnya, ilmu itu bisa hilang karena lupa. 

Banyak ulama yang rihlah bertahun-tahun, lalu mereka menulis ilmu yang mereka cari bertahun-tahun menjadi sebuah kitab, dan lain sebagainya, baik berupa catatan-catatsn kecil maupun kitab-kitab besar seperti Shohih al-Bukhari dan kitab-kitab hadits lainnya, Majmu' Fatawa, kitab-kitab tafsir dan lain sebagainya sehingga ilmunya menjadi  semakin kokoh, bahkan bermanfaat bagi kaum muslimin hingga hari ini. Maka, hendaknya kita mengambil perbendaharaan ilmu para salaf dari kitab-kitab mereka.

Dalam sebuah atsar dari Hammam bin Munabbih, bahwasannya ia pernah mendengar Abu Hurairoh mengatakan:

((لم يكن أحد من أصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم أكثر حديثا مني إلا عبد الله بن عمرو بن العاص ؛ فإنه كتب ولم أكتب))

"Tidak ada seorangpun dari sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang lebih banyak hadits-nya dariku kecuali Abdullah bin ‘Amr bin al-Ash ; karena dia menulis sedangkan aku tidak menulis.” [Jaami’u Bayaanil ‘Ilmi wa Fadhlih, hal.299].

Atsar diatas menjelaskan bahwa Abdullah bin Amr bin al-Ash kokoh ilmunya karena dia mengikat ilmunya dengan tulisan, sedangkan Abu Hurairoh kokoh hafalannya sehingga cukup hanya dari hafalan, bagaimana sekiranya jika Abu Hurairah menulis semua yang beliau dengar dari Nabi? Ini keutamaan Abu Hurairoh dan menunjukkan betapa kuat hafalan Abu Hurairah. Yang kedua, kecerdasan Abdullah bin Amr bin al-Ash yang mengokohkan ilmunya dengan tulisan, sehingga ilmunya kekal dan sampai pada kita melalui kitab-kitab hadits para ulama hingga hari ini.

Dan sebuah kitab, banyak memberikan limpahan ilmu yang bermanfaat seperti mendapatkan sebuah ghonimah, karena betapa banyak kitab, tulisan, mukhtashor dan lain-lain yang diwariskan oleh para ulama, mampu menjelaskan masalah-masalah yang banyak terjadi maka penuntut ilmu wajib memiliki kitab.

Sebagai contoh, firqoh yang sesat dalam bab al-asmaa was shifat sangat banyak, tapi kekokohan ilmu para ulama, mampu menyingkap kesesatan firqoh-firqoh itu melalui kitab-kitab mereka atau kitab-kitab para ulama sebelumnya lalu dipelajari oleh para penuntut ilmu di majelis-majelis ilmu.

Dan seekor burung bila ia ingin terbang tinggi dia harus memiliki dua sayap untuk bisa terbang, sedangkan penuntut ilmu jika ia ingin naik dan meningkat keilmuannya dia harus memiliki, (1) guru, (2) kitab. Seakan-akan dua hal ini seperti sayap bagi seekor burung atau sayap bagi penuntut ilmu jika ingin terbang lebih tinggi.

Walhamdulillah, semoga kitab-kitab yang Allah titipkan kepada kita bermanfaat bagi kita dan kaum muslimin. Teringat firman Allah 'Azza wa Jalla :

وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ

Artinya : "Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu ceritakan." (QS. Ad-Dhuha : 11).

Wallahu a'lam.

***

Gresik : 4 Sya'ban 1445 H/14 Februari 2024
 
Penulis : Abu Dawud ad-Dombuwiyy
 
Artikel : Meciangi-d.blogspot.com

Related Posts:

0 Response to "DUA SAYAP"

Post a Comment