KEUTAMAAN RASA MALU

Rasa Malu Termasuk Cabang Keimanan

Malu adalah perhiasan dan termasuk cabang keimanan. Telah datang sebuah hadits dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam  : 

.((عن أبي هريرة رضي الله عنه، عن النبي صلى الله عليه وسلم قال : ((الإمان بضع وستون شعبة، والحياء شعبة من الإمان

"Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhudari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : ((Iman itu ada tujuh puluh cabang lebih, dan rasa malu termasuk cabang dari keimanan))." [HR. Al-Bukhari (no.9). Muslim (no. 35)]

Dalam hadits yang lain :

عن أبي هريرة، قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ((الإيمان بضع وسبعون، أو بضع وستون شعبة، أفضلها قول لا إله الله، وأدناها إماطة الأذى عن الطريق، والحياء شعبة من الإمان))

"Dari Abu Hurairah, ia berkata : Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : ((Iman itu ada tujuh puluh atau enam puluh cabang lebih, dan yang paling utama adalah ucapan la ilaaha illallah, dan yang paing rendah yaitu menyingkirkan gangguan dijalanan, dan rasa malu adalah cabang dari keimanan))." [HR. Muslim (no.35)]

Dalam hadits yang lain yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, beliau berkata :

حدثنا سفيان ابن عيينة، عن الزهري، عن سالم، عن أبيه، سمع النبي صلى الله عليه وسلم رجلا يعظ أخاه في الحياء، فقال ((الحياء من الإمان))

"Menceritakan kepada kami Sufyan bin 'Uyainah dari Zuhriydari Salim, dari bapak-nya, Nabi mendengar seorang laki-laki menasehati sahabatnya tentang rasa malumaka Nabi bersabda : ((Malu adalah bagian dari keimanan))." [HR. Muslim (no. 36)]

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menyebutkan bahwa iman itu bercabang dan bertingkat-tingkat, dan rasa malu termasuk cabang dari keimanan. Orang yang telah kehilangan rasa malu, maka kadar imannya pun berkurang. Dia akan cuek dengan hal-hal yang akan menurunkan wibawanya, kehormatannya, dan akan berbuat apapun sekehendak hatinya.

Rasa Malu adalah Kunci Segala Kebaikan

Bila rasa malu telah menghiasi diri seseorang, maka itu akan mendatangkan kebaikan yang banyak pada diri orang tersebut. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda dalam hadits Amran bin Hushain :

عن قتادة قال : سمعت أبا السوار يحدث. أنه سمع عمران ابن حصين يحدث عن النبي صلى الله عليه وسالم أنه قال : ((الحياء لا يأتي إلا بخير))

"Dari Qotadah berkata Aku mendengar Abu Sawwar menceritakan. Bahwasannya dia (Abu Sawwar) mendengar Amran bin Hushain menceritakan dari Nabi shallalahu 'alaihi wa sallam bahwasannya beliau bersabda : ((Malu tidak mendatangkan sesuatu kecuali kebaikan))." [HR. Muslim (no. 37)]

Dan dari Amran bin Hushain juga bahwa Nabi shallallahu 'alaihiwa sallam bersabda :

((الحياء خير كله))

قال أو قال : ((الحياء كله خير))

((Malu itu kebaikan seluruhnya)). Beliau berkata atau mengatakan : ((Malu itu semuanya baik)). [HR. Muslim (no. 37)]

Pada hadits-hadits diatas, Nabi shaallahu 'alaihi wa sallam ingin menjelaskan kepada kita bahwa rasa malu tidak mendatangkan sesuatu kecuali kebaikan. Bahkan Nabi shallahu 'alaihi wa sallam menyebutkan bahwa rasa malu itu semuanya baik, tidak ada yang buruk. Sehingga melakukan hal-hal yang bisa menurunkan wibawa dan kehormatannya, maka orang yang seperti ini telah menjaga dirinya, menjaga muro'ah dan izzahnya dihadapan manusia, sehingga Allah-pun akan mengangkat derajatnya dihadapan manusia, dan itulah balasan bagi orang-orang yang menjaga rasa malunya.

Jika Engkau Tidak Punya Malu Berbuatlah Sesukamu

Jika seseorang sudah tidak lagi memiliki rasa malu, maka dia akan melakukan apa saja yang dia inginkan, meskipun itu perkara yang haram. Dalam hadits Rasulullah shallallahu alaihi wa salam disebutkan :

عن أبي مسعود عقبة بن عمرو الأنصاري رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((إن مما أدرك الناس من كلام النبوة الأولى: إذا لم تستح فاصنع ما شئت))

"Dari Abu Mas'ud 'Uqbah bin 'Amr al-Anshary radhiyallahu 'anhu berkata : Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : ((Sesungguhnya diantara yang diketahui manusia dari perkataan para nabi terdahulu : Jika engkau tidak punya malu, maka berbuatlah sesukamu))." [HR. Al-Bukhari]

Berkata Asy-Syaikh Bandar bin Nafi dalam syarah hadits diatas :

فيه دليل على فضل الحياء، وأنه مما جاء به الشرائع السابقة، وهو خلق يبعث على اجتناب القبيح، ويمنع من التقصير في حق ذي الحق، وهذا هو الحياء المحمود، وأما الحياء الذي يمنع صاحبه من القيام بالحقوق الواجبة، أو لا يمنع من فعل القبيح، فهو حياء مذموم

و قد جاء النصوص الكثيرة بمدح الحياء و الحث عليه، ففي ((الصحيحين)) عن ابن عمر رضي الله عمهما أن النبي سلى الله عليه

.((وسلم قال : ((الحياء من الإمان))، وثبت عنه أنه قال : ((الحياء خير كله ولا يأتي إلا بخير

ثم اعلم أن الحياء منه ما هو غريزي، ومنه ما هو مكتسب، فالغريزي هو الذي فطر عليه العبد، والمكتسب هو الذي يجاهد العبد معه نفسه حتى يبلغه، قال النبي صلى الله عليه وسلم : ((إنما الحلم بالتحلم، وإنما العلم بالتعلم))، وقال عليه الصلاة والسلام لأشج

.((عبد القيس : ((إن فيك لخصلتين يحبهما الله : الحلم والأناة

أن المراد بقوله صلى الله عليه وسلم : ((إذا لم تستح فاصنع ما شعت)) أحد وجهين

.الأول : أنطر إلى ما تريد فعله، فإن كان مما لا يستحى منه فافعله، وإن كان يستحى منه فدعه ولا تبالي بالخلق

الثني : أن الإنسان إذا لم يستح يصنع ما يشاء ولا يبالي، لأن الذي يكفه عن مدافعة الشر هو الحياء، فإذا فقده توفرت دواعيه على مواقعه الشر وفعله

"Pada hadits ini ada dalil yang menunjukkan keutamaan rasa malu. Dan rasa malu termasuk akhlak yang dibawa oleh syariat-syariat terdahulu. Malu adalah akhlak yang mendorong seseorang untuk menjauhi perkara yang buruk, serta mencegah dari mengurangi hak orang yang berhak. Inilah malu yang terpuji. Adapun malu yang justru menghalangi pemiliknya untuk menunaikan kewajiban yang semestinya (ia tunaikan), atau tidak mencegahnya dari melakukan keburukan, maka itu adalah malu yang tercela.

Banyak sekali nash-nash yang datang berisi pujian terhadap sifat malu dan anjuran untuk memilikinya. Dalam Shahihain dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma, bahwasannya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : ((Malu itu bagian dari iman)) Dan telah tetap pula bahwa beliau bersabda : ((Malu itu semuanya kebaikan, dan tidak mendatangkan kecuali kebaikan)).

Ketahuilah bahwa malu itu ada dua macam  : ada yang bersifat bawaan (ghorizi), dan ada pula yang diperoleh (muktasab). Yang bersifat bawaan adalah yang memang difitrahkan pada diri seorang hamba. Adapun yang diperoleh adalah yang didapat melalui usaha seseorang dalam melatih dirinya hingga sampai pada derajat itu. Nabi 'alaihi shalatu was sallam bersabda: ((Sesungguhnya kesabaran itu dengan cara berusaha sabar, dan ilmu itu dengan cara belajar)). Dan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berkata kepada Asyajj Abdul Qais : ((Sesungguhnya pada dirimu terdapat dua sifat yang dicintai Allah, yaitu kelembutan dan ketenangan)).

Maksud dari sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam : ((Jika engkau tidak punya malu maka berbuatlah sesukamu)) memiliki dua penafsiran :

1. Lihatlah pada apa yang ingin engkau lakukan; jika itu sesuatu yang ia tidak perlu malu untuk melakukannya, maka lakukanlah. Namun jika itu sesuatu yang memalukan, maka tinggalkanlah dan jangan hiraukan pandangan manusia.

2. Sesungguhnya seseorang apabila dia tidak punya rasa maludia akan melakukan apa saja yang dia kehendaki dan dia tidak perduli. Karena yang bisa mencegah seseorang dari keburukan adalah sifat malu. Jika sifat malu hilangmaka akan terkumpullah segala dorongan untuk terjerumus dalam kejelekan dan melakukannya.

Bahwa seseorang yang tidak memiliki rasa malumaka ia akan berbuat sekehendaknya dan tidak peduli. Karena yang bisa mencegah seseorang dari keburukan adalah sifat malu. Jika sifat malu hilangmaka akan terkumpullah segala dorongan untuk terjerumus dalam kejelekan dan ia pun melakukannya." [Ad-Durar as-Saniyyah bi Fawaaid al-Arba'iin an-Nawawiyyah, hlm.83-84]

Sebagai penutup, nasihat ini tentunya untuk mengingatkan diri kami pribadi. 

Semoga tulisan ini bermanfaat.

***.

Grand Sahara - Sidayu - Gresik : 5 Rabiul Awwal  / 29 Agustus 2025

Penulis : Abu Dawud ad-Dombuwiyy

Artikel : Meciangi-d.blogspot.com 

Related Posts:

0 Response to "KEUTAMAAN RASA MALU"

Post a Comment