BAHAYA SYIRIK DAN KEUTAMAAN TAUHID


Bismillah, alhamdulillahi Rabbil 'aalamiin, wa shallallahu 'ala Nabiyyina Muhammadin wa 'ala 'aalihiwa shahbihi ajma'iin, wa ba'du

Berbicara tentang dosa syirik, maka ketahuilah bahwa dosa syirik merupakan dosa yang paling besar diantara seluruh dosa besar, dan barangsiapa yang berbuat syirik dan dia mati tapi belum sempat bertaubat dari kesyirikannya maka dia pasti masuk neraka. Demikian juga sebaliknya, barangsiapa yang mati dan dia tidak berbuat syirik sedikitpun, maka dia pasti masuk surga. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda dalam sebuah hadits :

((من لقي الله لا يشرك به شيئا دخل الجنة، ومن لقيه يشرك به شيئا دخل النار))

((Barangsiapa yang berjumpa dengan Allah dalam keadaan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, dia pasti masuk surga. Dan barangsiapa yang berjumpa dengan-Nya, dalam keadaan menyekutukan dengan-Nya sesuatu, dia pasti masuk neraka)). [Fathul Majiid Syarhu Kitaabit Tauhiid, hal 69. Cet. Daarus Salaam]

Berkata Asy-Syaikh Abdurrahman bin Hasan Alu Asy-Syaikh dalam syarahnya :

"Sabda Nabi : (Barangsiapa yang berjumpa dengan Allah dalam keadaan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun). Berkata Imam Al-Qurthubi : yaitu : Dia tidak menjadikan bersama Allah sekutu dalam ilahiyyah, tidak pula dalam penciptaan, dan tidak pula dalam ibadah. Dan diantara yang diketahui dari syariat yang telah disepakati menurut ahlus sunnah : Bahwa barangsiapa yang mati diatasnya (maksudnya, tidak menyekutukan Allah dalam ilahiyyah, penciptaan dan dalam ibadah) maka pelakunya pasti masuk surga, meskipun engkau akan diseret sebelum itu dengan macam-macam adzab dan ujian berat. Namun barangsiapa yang mati diatas kesyirikan, ia tidak akan masuk surga dan ia tidak pula akan memperoleh satu rahmat-pun dari Allah, dan dia akan kekal didalam neraka selama-lamanya ; tanpa dikurangi adzabnya dan tidak pula terputus-putus (maksudnya, dia akan mendapatkan adzab tanpa batas).

Berkata Imam Nawawi : Adapun masuknya orang-orang musyrik  ke dalam neraka itu secara keumuman. Ia (maksudnya, orang-orang musyrik) akan masuk kedalam neraka itu dan dikekalkan di dalamnya, tidak ada perbedaan dalam hal ini antara al-Kitaabi -Yahudi dan Nasrani- dan antara para penyembah berhala dan seluruh orang-orang kafir, serta tidak ada bedanya menurut ahlul haq antara orang kafir yang keras kepala dan yang selainnya, dan tidak ada bedanya pula antara orang yang menyelisihi agama Islam dan antara orang yang menisbatkan diri kepada agama Islam, kemudian dihukumi ia dengan kekafiran serta mengingkarinya dan selain dari itu. Adapun masuknya orang yang mati selain orang musyrik (orang yang berbuat syirik) kedalam surga, maka di bagi (hukum) itu baginya. Jika dia bukan pelaku dosa besar dia mati dalam keadaan kokoh diatasnya (yaitu tidak melakukan dosa besar) maka dia pasti masuk surga lebih awal, dan jika dia merupakan pelaku dosa besar dan dia mati dalam keadaan kokoh diatasnya (yaitu melakukan dosa besar) maka hal itu dibawah kehendak Allah. Jika Allah  mau mengampuninya, dia pasti masuk surga lebih awal, dan jika tidak, maka dia akan di adzab didalam neraka kemudian dikeluarkan dari neraka dan dimasukan ke surga. [Fathul Majiid Syarhu Kitaabit Tauhiid, hal 69-70. Cet. Daarus Salaam]

Allah Ta'ala berfirman :

«إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِۦ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَن يَشَآءُ ۚ وَمَن يُشْرِكْ بِٱللَّهِ فَقَدِ ٱفْتَرَىٰٓ إِثْمًا عَظِيمًا»

Artinya : "Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar." (QS. An-Nisaa' : 48)



Mari jauhilah dosa syirik saudaraku, karena dosa syirik merupakan dosa yang tidak akan diampuni oleh Allah. Ingat, tidak ada dosa yang lebih besar dan lebih dahsyat diatas bumi ini melainkan dosa syirik. Namun jika pelakunya bertaubat kepada Allah dari dosa syirik tersebut sebelum dia mati, dengan sebenar-benar taubat, maka Allah pasti akan mengampuni dosa-dosanya.

Related Posts:

KITA BUTUH RAHMAT DAN AMPUNAN ALLAH


Bismillah, alhamdulillahi Rabbil 'aalamiin, wa shallallahu 'ala Nabiyyina Muhammadin wa 'ala aalihi wa shahbihi ajma'in, wa ba'du.

Sobat... bulan ramadhan adalah bulan ampunan, bulan penuh berkah, bulan dimana dibuka pintu-pintu surga dan ditutup pintu-pintu neraka. Meskipun sebentar lagi bulan ini akan meninggalkan kita, tapi jangan anda lewatkan bulan ini begitu saja tanpa amal apapun dan jangan pula seorang muslim pesimis dengan banyaknya dosa dan kesalahannya, sebab manusia memang tidak pernah lepas dari dosa dan kesalahan, yang terpenting adalah bertaubat kepada Allah. Jika anda justru tidak pernah berbuat dosa, berarti anda hidup di alam malaikat, dan itu telah menyelisihi fitrah manusia. Dalam sebuah hadits, Rasulullah shallalahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda :

،عن أبي هريرة قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ((والذي نفسي بيده! لو لم تذنبوا لذهب الله بكم، ولجاء بقوم يذنبون
 [فيستغفرون الله، فيغفر لهم)). [رواه مسلم، ٢٧٤٩. ص : ١١٠٠. بيت الفكار الدولية

Dari Abu Hurairah, ia berkata : Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : ((Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya! Seandainya kalian tidak berbuat dosa, niscaya Allah akan mendatangkan suatu kaum yang berbuat dosa, lalu mereka memohon ampun kepada Allah, lalu dia mengampuni mereka)). [HR. Muslim, no.2749, hal : 1100. Cet. Baitul Afkar ad-Dauliyyah]

Hadits diatas bukan dalil dianjurkannya berbuat dosa, tapi Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ingin mengabarkan tentang fitrah manusia itu selalu berbuat salah dan dosa, serta memberikan kabar gembira tentang keutamaan bertaubat, bukan justru dengan itu justru kita meremehkan dosa-dosa. 

Ibnul Qoyyim menyebutkan dalam ad-Daa' wad Dawaa' hadits Imam Al-Bukhari dari Ibnu Mas'ud :

.إن المؤمن يرى ذنبه كأنه في أصل جبل يخاف أن يقع عليه. وإن الفاجر يرى ذنبه كذباب وقع على أنفه، فقال به هكذا، فطار
[الداء والدواء، ص : ١٤٤. دار عالم الفوائد]

"Sesungguhnya seorang mu'min ia memandang dosa-dosanya seakan-akan ia sedang duduk di bawah gunung dan ia takut gunung tersebut jatuh menimpanya. Dan seorang yang fajir ia memandang dosa-dosanya seperti seekor lalat yang hinggap di hidungnya lalu dia berkata tentangnya demikian (dia mengibaskan tangannya di atas hidungnya), maka lalat itupun terbang." [Ad-Daa' wad Dawaa', hal. 144. Cet. Daar 'Aalimil Fawaa'id]

Pada atsar yang kedua Ibnu Mas'ud mengingatkan kita agar jangan menganggap ringan sebuah dosa karena yang menganggap ringan dosa adalah orang-orang yang fasik. 

Yang seharusnya, kita hendaknya banyak bertaubat, mengisi sisa-sisa terakhir bulan ramadhan dengan shalat malam, membaca Al-Qur'an, dan amal-amal lainnya. Jangan sampai kita merasa diri suci dari dosa, sebab hal itu termasuk tipu daya syaithon. 

Nabi Adam 'alaihissalam dan Ibu kita Hawwa-pun pernah memohon ampunan kepada Allah Ta'ala tatkala mereka melanggar perintah-Nya dengan memakan buah larangan atau buah yang diberi nama oleh iblis sebagai buah khuldi. Karena sebab kesalahan itu, Nabi Adam dan Hawwa diusir ke bumi, sebagaimana firman Allah Ta'laa :

«قُلْنَا ٱهْبِطُوا۟ مِنْهَا جَمِيعًۭا ۖ فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُم مِّنِّى هُدًۭى فَمَن تَبِعَ هُدَاىَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ»

Artinya : "Kami berfirman: "Turunlah kamu semuanya dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati". (QS. Al-Baqarah : 38)

Tapi kemuliaan Nabi Adam 'alaihissalam dan Ibunda kita Hawwa berada pada taubatnya, taqarrubnya, serta berdo'a dan memohon ampun kepada Allah dari dosa-dosanya sebagaimana firman Allah :

«قَالَا رَبَّنَا ظَلَمْنَآ أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ ٱلْخَـٰسِرِينَ»

Artinya : "Keduanya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah mendzolimi diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi." (QS. Al-A'raf : 23)

Lihat bagaimana Nabi Adam 'alaihissalam dan Ibu kita Hawwa merendahkan diri kepada Allah dengan mengakui dosa-dosanya, berdoa, tunduk, memohon, dengan kalimat-kalimat do'a yang sangat indah, "Ya Tuhan kami, kami telah mendzolimi diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi." Ini merupakan pengakuan yang jujur dari orang-orang yang mulia.

Saudaraku, jangan putus asa, karena kemuliaan itu dengan cara bertaubat dari dosa-dosa. Orang yang paling merugi dan yang paling celaka di dunia ini adalah orang yang tidak mendapatkan rahmat dan ampunan Allah Ta'ala atas dosa-dosa dan kesalahannya  dan dijauhkan dari taubat sebagaimana iblis, lebih-lebih pada bulan ramadhan ini, mari kembali kepada Allah.


DENDAM IBLIS

Apa sebab utama iblis laknatullah merasa sangat dendam ke kepada anak cucu Adam 'alaihissalam?, itu tidak lain karena iblis telah terlanjur di laknat oleh Allah sejak dia menolak untuk bersujud kepada bapak kita Nabi Adam 'alaihissalam, akibat perbuatannya itu, Allah Ta'ala-pun  mengusirnya dari surga, yang lebih dahsyat Allah Ta'ala melaknatnya hingga sampai datang hari kiyamat. Allah Ta'ala berfirman :

«قَالَ فَٱخْرُجْ مِنْهَا فَإِنَّكَ رَجِيمٌۭ. وَإِنَّ عَلَيْكَ لَعْنَتِىٓ إِلَىٰ يَوْمِ ٱلدِّينِ»

Artinya : "Allah berfirman: "Maka keluarlah kamu dari surga; sesungguhnya kamu adalah orang yang terkutuk. Sesungguhnya kutukan-Ku tetap atasmu sampai hari pembalasan". (QS. Shad : 77-78)

Poin pertama Allah usir iblis dari surga. Poin kedua Allah jauhkan dia dari rahmat-Nya selama-lamanya. 

Pada poin pertama dan kedua merupakan dua hal yang sangat mengerikan bagi iblis. inilah yang membuat iblis laknatullah putus asa lalu dan memusuhi Nabi Adam 'alaihissalam dan keturunannya hingga hari ini. Bagaimana tidak, setiap makhluk tentu sangat butuh rahmat dan ampunan-Nya sampaipun iblis, tapi kenyataannya Allah malah melaknat sang iblis hingga hari kebangkitan.

Tatkala sang iblis mendapatkan laknat dari Allah Ta'ala, dia-pun memproklamirkan misi sejatinya untuk menyesatkan anak cucu adam, Allah Ta'ala berfirman :

«قَالَ رَبِّ بِمَآ أَغْوَيْتَنِى لَأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِى ٱلْأَرْضِ وَلَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ»

Artinya : "Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya." (QS. Al-Hijr : 39)

Pada ayat diatas sebab utama iblis ingin menyesatkan anak keturunan Nabi Adam 'alaihissalam karena Allah telah melaknatnya dan menyesatkannya dari jalan-Nya, itu artinya sang iblis sejatinya ia tidak rela dilaknat, iblis-pun akhirnya meminta agar ditangguhkan waktu hidupnya sampai hari kebangkitan sebagaimana firman Allah Ta'ala :

«قَالَ رَبِّ فَأَنظِرْنِىٓ إِلَىٰ يَوْمِ يُبْعَثُونَ»

Artinya : "Iblis berkata: "Ya Tuhanku, beri tangguhlah aku sampai hari mereka dibangkitkan". (QS. Al-A'raf : 14)

Kenapa sang iblis laknatullah meminta penangguhan kepada Allah?, yaitu untuk balas dendam, untuk membalas sakit hatinya dengan cara menyesatkan anak keturunan Adam 'alaihissalam agar mereka bisa masuk neraka bersama dia kelak. Allah Ta'ala berfirman : 

«قَالَ فَبِعِزَّتِكَ لَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ. إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ ٱلْمُخْلَصِينَ»

Artinya : "Iblis menjawab: "Demi kemuliaan-Mu sungguh aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang ikhlas di antara mereka." (QS. Shad : 82-83)

Yang selamat dari godaan iblis hanya orang-orang ikhlas dalam amalannya. Tapi ada satu jenis manusia yang tidak bisa disesatkan oleh iblis kecuali orang-orang yang ikhlas. 

Selain itu, Iblis juga merasa sok berilmu. Dia mengkiyaskan bahwa dia lebih baik dari adam berdasarkan dzon alias prasangka dia padahal nabi Adam 'alaihissalam justru yang lebih baik dari dia.

Yang kedua, iblis merasa hasad kepada Adam 'alaihissalam karena kemuliaannya dengan bersujudnya semua malaikat kepadanya atas perintah Allah, sehingga muncul sifat sombong dan angkuhnya iblis dihadapan Allah serta durhakanya kepada-Nya, seolah-olah dialah yang berhak mendapatkan penghormatan dengan mendapatkan penghormatan para malaikat dengan cara bersujud tapi justru Nabi Adam alaihissalam yang mendapatkan kemuliaan itu, dia hasad lalu durhaka kepada-Nya, dan Allah-pun akhirnya  menjauhkan ia dari rahmat-Nya.

Siapa memang yang bisa hidup bahagia tatkala ia mendapat laknat dari Allah sampai hari kebangkitan?, dan siapa pula kira-kira orang yang bisa hidup tenang diatas laknat Allah Ta'ala yang Maha Perkasa? Tentunya tidak ada satupun yang bisa bahkan iblis. Dan laknat maknanya yaitu dijauhkan dari rahmat-Nya. Jika ada orang yang dijauhkan dari rahmat Allah dan ampunan-Nya, berarti orang itu adalah orang yang paling celaka diatas dunia ini. Dan kesengsaraan apa lagi kira-kira yang lebih tinggi dari dijauhkan dari rahmat dan ampunan-Nya Subhaanahu wa Ta'ala? Rasanya tidak ada. Karena itulah kita sangat butuh kepada rahmat dan ampunan-Nya. Jika Allah tidak merahmati dan mengampuni kita, niscaya kita adalah orang yang paling merugi, sama seperti iblis laknatullah diatas. Karena itulah do'a Nabi Adam 'alaihissalam dan Ibu kita Hawwa tatkala mereka bersalah adalah meminta kepada Allah rahmat dan ampunan-Nya, karena sejatinya dua hal itulah sumber kebahagiaan yang sangat kita dibutuhkan. Jika para Nabi saja selalu meminta rahmat dan ampunan-Nya, lalu bagaimana dengan hamba yang lemah, hamba yang fakir serta hamba yang dzolim seperti kita?, tentunya kitalah yang lebih membutuhkan rahmat dan ampunan-Nya dari pada para Nabi 'alaihimussalam.


NABI YUNUS PUN MENGAKUI KESALAHANNYA

Nabi Yunus 'alaihissalam, lihatlah bagaimana keadaan beliau ketika ditelan oleh ikan besar, beliau 'alaihissalam memuji Allah, berdo'a serta mengakui kesalahannya sebagaimana firman Allah Ta'ala dalam Al-Qur'an :

«وَذَا ٱلنُّونِ إِذ ذَّهَبَ مُغَـٰضِبًۭا فَظَنَّ أَن لَّن نَّقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادَىٰ فِى ٱلظُّلُمَـٰتِ أَن لَّآ إِلَـٰهَ إِلَّآ أَنتَ سُبْحَـٰنَكَ إِنِّى كُنتُ مِنَ ٱلظَّـٰلِمِينَ»

Artinya : "Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: "Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim". (QS. Al-Anbiya : 87)

Nabi Yunus 'alaihissalam tulus berdo'a dengan mengakui dosa dan kesalahannya, maka Allah Ta'a'a-pun menurunkan rahmat dan ampunan-Nya dan mengeluarkannya dari perut ikan sebagaimana firman-Nya :

«فَلَوْلَآ أَنَّهُۥ كَانَ مِنَ ٱلْمُسَبِّحِينَ. لَلَبِثَ فِى بَطْنِهِۦٓ إِلَىٰ يَوْمِ يُبْعَثُونَ»

Artinya : "Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah, niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit." (QS. As-Saffat : 143-144)

Seandainya Nabi Yunus 'alaihissalam tidak memperbanyak mengingat Allah, pasti beliau akan tinggal dalam perut ikan sampai hari kebangkitan. Itulah bentuk rahmat dan ampunan Allah kepada Nabi Yunus 'alaihissalam tatkala beliau bertaubat kepada Allah atas kesalahannya, hingga Allah-pun memujinya dalam firman-Nya : 


«وَإِنَّ يُونُسَ لَمِنَ ٱلْمُرْسَلِينَ»

Artinya : "Sesungguhnya Yunus benar-benar salah seorang rasul." (QS. As-Saffat : 139)

Allah Ta'ala juga berfirman dalam ayat yang lain:

«وَإِسْمَـٰعِيلَ وَٱلْيَسَعَ وَيُونُسَ وَلُوطًۭا ۚ وَكُلًّۭا فَضَّلْنَا عَلَى ٱ لْعَـٰلَمِينَ»

Artinya : "Dan Ismail, Alyasa', Yunus dan Luth. Masing-masing Kami lebihkan derajatnya di atas umat (di masanya)." (Al-An'am : 86)

Faedah yang bisa kita ambil dari kisah Nabi Yunus 'alaihissalam atau kisah Nabi Adam 'alaihissalami adalah betapa butuhnya kita pada rahmat dan ampunan Allah Ta'ala, terutama di bulan ramadhan ini, lebih-lebih di akhir-akhir bulan ramadhan ini.

Karena itu jangan pernah putus asa saudaraku, apalagi merasa diri suci dari dosa, kita ini makhluk yang lemah bahkan semua manusia pasti pernah mendzolimi diri mereka dengan dosa dan kesalahan. Jika Nabi Adam dan Nabi Yunus 'alaihissalam saja bersalah dan bertaubat kepada Allah dan merendahkan diri dihadapan-Nya, bagaimana dengan kita? Kita bukan seorang Rasul seperti Nabi Adam atau nabi Yunus 'alaihimassalam, ini menunjukkan bahwa kita lebih butuh merendahkan diri dihadapan-Nya dengan bertaubat, jangan sibuk merasa suci, mencela saudara kita yang belum berhijrah, yang bergelimang dalam dosa dan maksiat. Kenapa tidak kita doakan mereka, karena bisa jadi mereka ingin keluar dari dosa dan maksiatnya tapi Allah belum memberi mereka hidayah untuk itu. Adapun kita bisa melakukan ketaatan, berubadaberibadah kepada Allah, menjauhi dosa dan maksiat, itu semata-mata bukan karena kemampuan dan kehebatan kita, tapi semua itu karena rahmat dan pertolongan Allah Ta'ala, karena itu perbanyaklah memuji Allah Ta'ala, jangan sibuk merasa suci, merasa paling bertakwa, mencela saudara-saudara atau saudari-saudari kalian yang belumbelummelakukan berhijrah, yang masih suka melakukan selfie, dan lain sebagainya, sehingga dengan sikap-sikap seperti itu akan menyebabkan kita menyerupai sifat iblis laknatullah yang sombong, akhirnya memunculah sifat meremehkan, mencela saudara-saudara kalian yang belum berhijrah, mencela pelaku maksiat, menganggap mereka remeh, padahal harusnya kita berlindunglah kepada Allah dari kelalaian dan kemaksiatan yang menimpa mereka agar maksiat itu tidak menimpa kita. Sebesar apapun dosa para pelaku maksiat, atau saudara-saudara kalian yang belum berhijrah, jika mereka bertaubat kepada Allah dengan taubat nasuha, niscaya Allah akan datangkan rahmat dan ampunan-Nya kepada mereka  bahkan seluas langit dan bumi. Allah 'Azza wa Jalla berfirman :

«قُلْ يَـٰعِبَادِىَ ٱلَّذِينَ أَسْرَفُوا۟ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا۟ مِن رَّحْمَةِ ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يَغْفِرُ ٱلذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلْغَفُورُ ٱلرَّحِيمُ»

Artinya : "Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS.Az zumar : 53)

Allah 'Azza wa Jalla juga berfirman dalam ayat yang lain :

 «إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلتَّوَّٰبِينَ وَيُحِبُّ ٱلْمُتَطَهِّرِينَ»

Artinya : "Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri." (QS.Al-Baqaroh : 222)

Allah 'Azza wa Jalla juga berfirman dalam surat Yusuf :

«وَلَا تَا۟يْـَٔسُوا۟ مِن رَّوْحِ ٱللَّهِ ۖ إِنَّهُۥ لَا يَا۟يْـَٔسُ مِن رَّوْحِ ٱللَّهِ إِلَّا ٱلْقَوْمُ ٱلْكَـٰفِرُونَ»

Artinya : "Dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir". (QS.Yusuf : 87)

Allah 'Azza wa Jalla juga berfirman dalam surat Az-Zumar :

«قُلْ يَـٰعِبَادِىَ ٱلَّذِينَ أَسْرَفُوا۟ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا۟ مِن رَّحْمَةِ ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يَغْفِرُ ٱلذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلْغَفُورُ ٱلرَّحِيمُ»

Artinya : "Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS.Az-Zumar : 53)

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda dalam sebuah hadits :

وللترمذي وحسنه عن أنس : سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول : ((قال الله تعالى : يا ابن آدم، لو أتيتني برقاب الأرض
.((خطايا ثم لقيتني لا تشرك بي شيئا لأتيتك بقرابها مغفرة

[فتح المجيد شرح كتاب التوحيد، ص : ٥٣-٥٤. دار الكتب العلمية]

Dari Imam Tirmidzi dan dia menghasankannya dan dari Anas (berkata) : Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : ((Allah Ta'ala berfirman : Wahai anak adam ; sesungguhnya jika engkau datang kepada-Ku dengan sepenuh bumi dosa lalu engkau berjumpa dengan-Ku tanpa menyekutukan-Ku dengan sesuatu apapun, maka sungguh Aku akan datang kepadamu dengan sepenuh bumi ampunan)). [Fathul Majiid Syarh Kitaabit Tauhid, hal.53-54. Cet.Darul Kutub Al'ilmiyyah].

Pada ayat-ayat atau hadits diatas, Allah ingin menjelaskan kepada kita bahwa Dia Maha Pengampun, bahkan Dia mengampuni bukan satu dosa tapi segala dosa bahkan dosa syirik, jika pelakunya bertaubat sebelum dia mati. Ini menunjukkan kepada kita akan luasnya rahmat dan ampunan Allah Ta'ala. Dalam hadits yang lain disebutkan :

وللترمذي أيضا وحسنه وصححه الذهبي: "يصاح برجل من أمتي على رءوس الخلائق يوم القيامة فينشر له تسع وتسعون سجلاً كل سجل منها مد البصر، ثم يقال أتنكر من هذا شيئا؟ فيقول: لا يا رب فيقال: ألك عذر أو حسنة؟ فيهاب الرجل فيقول: لا يا رب، فيقال: بلى إن لك عندنا حسنة، وأنه لا ظلم عليك، فيخرج له بطاقة فيها: أشهد أن لا إله إلا الله وأن
 محمدًا عبده ورسوله فيقول: يا رب ما هذه البطاقة مع هذه السجلات؟ فيقال: إنك لا تظلم، فتوضع السجلات في كفة والبطاقة في
.كفة, فطاشت السجلات وثقلت البطاقة

[الشرح الميسر لكتاب التوحيد للإمام الشيخ محمد بن عبد الوهاب -رحمه الله- إعداد عبد الله القاسم، ص : ٣٦]

Dari Imam Tirmidzi dan dia menghasankannya dan Imam Adz-Dzahabi menshohihkannya : "Ada seseorang yang terpilih dari umatku pada hari kiamat dari kebanyakan orang ketika itu, lalu dibentangkan kartu catatan amalnya yang berjumlah 99 kartu. Setiap kartu jika dibentangkan sejauh mata memandang. Kemudian Allah menanyakan padanya, “Apakah engkau mengingkari sedikit pun dari catatanmu ini?” Ia menjawab, “Tidak sama sekali wahai Rabbku.” Allah bertanya lagi, “Apakah kamu memiliki udzur atau kebaikan di sisimu?” Dipanggillah laki-laki tersebut dan ia berkata, “Tidak sama sekali wahai Rabbku.” Allah pun berfirman, “Sesungguhnya ada kebaikanmu yang masih kami catat. Dan sungguh tidak akan ada kezaliman atasmu pada hari ini.” Lantas dikeluarkanlah satu bitoqoh (kartu) yang bertuliskan syahadat 'laa ilaha illallah wa anna muhammadan ‘abduhu wa rasuuluh'. Lalu ia bertanya, “Apa (manfaat) kartu ini yang bersama dengan catatan-catatanku yang penuh dosa tadi?” Allah berkata padanya, “Sesungguhnya engkau tidak didzalimi.” Lantas diletakkanlah kartu-kartu dosa di salah satu daun timbangan dan kartu laa ilaha illallah di daun timbangan lainnya. Ternyata daun timbangan penuh dosa tersebut terkalahkan dengan beratnya kartu bertulis laa ilaha illalah tadi[Syarhul Muyassar Liktaabit Tauhiid lil Imaami Asy-Syaikh Muhammad bin 'Abdil Wahhaab penyusun 'Abdullah Al-Qaasim, hal. 36]

Pada hadits yang kedua ini, sang pelaku maksiat datang kepada Allah pada hari kiyamat dengan 99 catatan dosa, yang satu catatan dosa sejauh mata memandang. Tapi dengan rahmat dan ampunan-Nya, Allah -pun mengampuni semua dosa-dosanya, dengan catatan jika tauhid pelaku maksiat tersebut murni.

Karena itu, teman kita yang hari ini  belum berhijrah, masih berbuat dosa dan maksiat, bisa jadi dia lebih baik dan lebih bertakwa daripada kita esok jika dia bertaubat. Umar bin Khaththab radhiyallahu 'anhu dahulunya adalah penentang dakwah nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, musuh Islam, orang yang suka menyiksa kaum muslimin ketika itu, tapi berkat taubatnya Allah mengangkat derajatnya hingga melampaui kedudukan Ali bin Abi Thalib, Sa'ad bin Abi Waqqash dan sahabat lainnya dalam hal ketakwaan dan keutamaan.

Karena itu tanamkan sikap tawadhu dalam diri kita, sibukkan diri dengan meminta ampun kepada Allah dari dosa-dosa kita baik yang kita sadari atau yang tidak kita sadari, bukankah kita adalah makhluk yang penuh dengan aib kekurangan? Dan di sisa-sisa bulan ramadhan ini, mari kita lebih giat lagi beribadah, merendahkan diri dihadapan-Nya, memohon rahmat dan ampunan-Nya. Dan sungguh binasa orang yang tidak mendapat rahmat dan ampunan Allah, lebih-lebih di bulan ramadhan ini.


MEMINTA AMPUNAN DI BULAN RAMADAN

Pada malam lailatul qadar sangat dicintai bagi kita membaca doa yang sangat singkat, padat dan jelas di bawah ini :

((اللهم إنك عفو (كريم) تحب العفو فاعف عني))

((Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf (lagi Maha Mulia), dan Engkau mencintai orang-orang yang meminta maaf, maka maafkanlah aku)). [Maqaashidus Shaum, hal. 30. Cet. Daarul Fikr]

Inti doa diatas adalah kita meminta ampunan kepada Allah dari dosa-dosa kita, karena mendapatkan ampunan Allah adalah sumber kebahagiaan, sedangkan mendapatkan kemurkaan dan laknat dari Allah adalah kesengaraan sebagaimana iblis laknatullah pada kisah yang telah berlalu. Dalam hadits yang lain Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda tentang cara mendapatkan ampunan Allah, dengan melaksanakan puasa di bulan ramadhan, shalat tarawih dan beribadah pada malam lailatul qadar, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

((من صام رمضان إيمانا واحتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه، ومن قام رمضان إيمانا واحتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه، من قام ليلة القدر إيمانا واحتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه)).

"Barangsiapa yang berpuasa karena iman dan mengharapkan pahala, diampuni baginya apa yang telah lalu dari dosa-dosanya, barangsiapa yang berdiri (sholat) pada bulan ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala, diampuni baginya apa yang telah lalu dari dosa-dosanya, barangsiapa yang berdiri (sholat) pada malam lailatul qadar karena iman dan mengharapkan pahala, diampuni baginya apa yang telah lalu dari dosa-dosanya." [Muttafaqun 'alaihi. Al-Bukhari (38), Muslim (760). Dari Kitab Minhajus Saalikiin wa Taudhiihul Fiqhi fiil Islaam, hal. 64]

Pada hadits-hadits diatas semua berbicara tentang ampunan. Dan semua kita sangat membutuhkan ampunan Allah dan rahmat-Nya 'Azza wa Jalla. Kita ini semuanya fakir, fakir harta dan fakir ilmu serta fakir segalanya. Kita juga adalah hamba yang lemah, hamba yang dzolim, serta kekurangan-kekurangan lain, karena itu mari kita bertaubat. Kita butuh rahmat dan ampunannya, lebih-lebih di bulan ramadhan ini.

Hanya ini yang bisa kami tuliskan, masih banyak hadits-hadits yang semisal dengan hadits-hadits diatas, semoga kita bisa menjadi hamba yang bertakwa dan hamba yang keluar dari bulan ramadhan ini dengan mendapatkan kemenangan dan di hapus dari dosa-dosa. Kita sangat membutuhkan rahmat dan ampunan-Nya, karena itu hendaknya kita selalu meminta rahmat dan ampunan Allah Ta'ala, hususnya di bulan ramadhan ini, dan lebih khusus lagi di sepuluh hari terakhir bulan ramadhan ini.

Semoga tulisan ini bermanfaat. Baarakallahu fiikum.

Related Posts:

JIKA ENGKAU TIDAK PUNYA MALU BERBUATLAH SESUKAMU


Bismillah, alhamdulillahi Rabbil 'aalamiin, wa shallallahu 'ala Nabiyyina Muhammadin shallallahu 'alaihi wa sallam, wa ba'du.

Jika seseorang sudah tidak lagi memiliki rasa malu, dia akan melakukan apa saja yang dia inginkan, meskipun itu perkara yang haram. Dalam hadits Rasulullah shallallahu alaihi wa salam disebutkan :

عن أبي مسعود عقبة بن عمرو الأنصاري رضي الله عنه  قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((إن مما أدرك الناس من كلام
 .النبوة الأولى: إذا لم تستح فاصنع ما شئت)). رواح البخاري

Dari Abu Mas'ud 'Uqbah bin 'Amr al-Anshary radhiyallahu 'anhu berkata : Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : ((Sesungguhnya diantara yang diketahui manusia dari perkataan para nabi terdahulu : Jika engkau tidak punya malu, maka berbuatlah sesukamu)). [HR. Al-Bukhari]

Berkata Asy-Syaikh Bandar bin Nafi dalam syarah hadits diatas :

فيه دليل على فضل الحياء، وأنه مما جاء به الشرائع السابقة، وهو خلق يبعث على اجتناب القبيح، ويمنع من التقصير في حق ذي الحق، وهذا هو الحياء المحمود، وأما الحياء الذي يمنع صاحبه من القيام بالحقوق الواجبة، أو لا يمنع من فعل القبيح، فهو حياء
.مذموم

و قد جاء النصوص الكثيرة بمدح الحياء و الحث عليه، ففي ((الصحيحين)) عن ابن عمر رضي الله عمهما أن النبي سلى الله عليه
.((وسلم قال : ((الحياء من الإمان))، وثبت عنه أنه قال : ((الحياء خير كله ولا يأتي إلا بخير

ثم اعلم أن الحياء منه ما هو غريزي، ومنه ما هو مكتسب، فالغريزي هو الذي فطر عليه العبد، والمكتسب هو الذي يجاهد العبد معه نفسه حتى يبلغه، قال النبي صلى الله عليه وسلم : ((إنما الحلم بالتحلم، وإنما العلم بالتعلم))، وقال عليه الصلاة والسلام لأشج
.((أشج عبد القيس : ((إن فيك لخصلتين يحبهما الله : الحلم والأناة

 : أن المراد بقوله صلى الله عليه وسلم : ((إذا لم تستح فاصنع ما شعت)) أحد وجهين
.الأول : أنطر إلى ما تريد فعله، فإن كان مما لا يستحى منه فافعله، وإن كان يستحى منه فدعه ولا تبالي بالخلق
الثني : أن الإنسان إذا لم يستح يصنع ما يشاء ولا يبالي، لأن الذي يكفه عن مدافعة الشر هو الحياء، فإذا فقده توفرت دواعيه على
.مواقعه الشر وفعله

[الدرر السنية بفوائد الربعين النووية، ص : ٨٣-٨٤. دار ابن الجوزي]

"Pada hadits ini ada dalil yang menunjukkan keutamaan rasa malu, dan bahwasannya rasa malu termasuk yang  datang dengannya syariat terdahulu, ia merupakan akhlak yang dapat menyebabkan seseorang menjauhkan diri dari perkara yang buruk, mencegah dia dari menghilangkan hak pemilik hak, ini merupakan malu yang terpuji. Adapun rasa malu yang mencegah pelakunya dari menegakkan hak-hak yang wajib, atau tidak mencegah dia dari melakukan keburukan, maka ini merupakan malu yang tercela. 

Dan sungguh telah datang nash-nash yang banyak yang memuji rasa malu dan menganjurkan berhias dengannya, dan dalam ((shohihain) dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma bahwasannya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : ((Rasa malu itu kebaikan seluruhnya dan ia tidak mendatangkan kecuali kebaikan)).

Dan ketahuilah bahwasannya rasa malu itu diantaranya ada yang bawaan (tabiat asli) dan ada juga yang diusahakan. Adapun sifat malu bawaan yaitu yang difitrahkan seorang hamba atasnya, sedangkan yang diusahakan yaitu yang diri seorang hamba bersungguh-sungguh dengannya, sampai dia mendapatkannya. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : ((Hanya saja sifat lemah lembut (sabar) itu diusahakan, dan ilmu dengan belajar)), Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepada Asyaj yaitu Asyaj Abdul Qais : ((Sesungguhnya didalam dirimu ada dua akhlak yang dicintai oleh Allah : (Al-Hilm) kesabaran dan (Al-aanah) sifat tidak tergesa-gesa)).

Sesungguhnya yang dimaksud dengan sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam : ((Jika engkau tidak punya malu maka berbuatlah sesukamu)) salah satu dari dua sisi :

Pertama : Lihatlah pada apa yang engkau inginkan, lalu kerjakanlah. Apabila dia tidak punya rasa malu dari hal tersebut maka lakukanlah, namun apabila dia malu dari melakukannya maka tinggalkanlah dan jangan engkau perduli dengan makhluk.

Kedua : Sesungguhnya manusia apabila dia tidak punya rasa malu, dia akan melakukan apa saja yang dia kehendaki dan dia tidak perduli, karena sesungguhnya yang mencegah dirinya dari mendukung keburukan adalah rasa malu, apabila ia kehilangan rasa malu maka seruannya banyak ke tempat-tempat keburukan dan diapun melakukannya." [Ad-Durar As-Saniyyah bi Fawaaid Al-Arba'iin An-Nawawiyyah, hal.83-84. Cet. Daar Ibnil Jauzi]

Selengkapnya baca tulisan sebelumnya dengan judul Selfie dan Rasa malu.

Semoga tulisan ini bermanfaat.


Related Posts:

MUQADDIMAH PUASA DAN MASALAH-MASALAH YANG ADA DIDALAMNYA #2


Bismillah, alhamdulillahi Rabbil 'aalamiin, wa shallallahu 'ala Nabiyyina Muhammadin wa 'ala aalihi wa shahbihi ajma'in, wa ba'du.

Setelah kita membahas masalah pertama Muqaddimah Puasa (seri 1), dengan izin Allah kita masuk pada pembahasan kedua tentang Muqaddimah Puasa (seri 2), dimana akan membahas tentang hukum puasa ramadhan dan dalil-dalilnya serta macam-macam puasa. Semoga tulisan ini bermanfaat untuk kita khususnya para santri.
 
HUKUM PUASA RAMADHAN
 
Hukum puasa ramadhan adalah wajib bagi setiap muslim dan muslimah, baligh, berakal, muqim, sehat, atau tidak sedang safar, dan bagi wanita tidak sedang haid dan nifas. Allah Ta'ala berfirman tentang wajibnya puasa ramadhan :
 
«يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ»
 
Artinya : "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (QS. Al-Baqarah : 183).
 
Pada ayat yang lain, Allah Ta'ala juga berfirman :

 
«شَهْرُ رَمَضَانَ ٱلَّذِىٓ أُنزِلَ فِيهِ ٱلْقُرْءَانُ هُدًۭى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَـٰتٍۢ مِّنَ ٱلْهُدَىٰ وَٱلْفُرْقَانِ ۚ فَمَن شَهِدَ مِنكُمُ ٱلشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ»
 
Artinya : "(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu." (QS. Al-Baqarah : 185).
 
Kalimat فَلْيَصُمْهُ adalah perintah dan perintah menunjukkan wajib.
 
Karena itu para ulama mengatakan :

 : المسألة الثانية : حكم صيام رمضان ودليل ذلك

فرض الله عز وجل صيام رمضان، وجعله أحد أركان الإسلام الخمسة ؛ وذلك في قوله تعالى : «يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ» [البقرة : ١٨٣]. وقوله تعالى : «شَهْرُ رَمَضَانَ ٱلَّذِىٓ أُنزِلَ فِيهِ ٱلْقُرْءَانُ هُدًۭى
.[لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَـٰتٍۢ مِّنَ ٱلْهُدَىٰ وَٱلْفُرْقَانِ ۚ فَمَن شَهِدَ مِنكُمُ ٱلشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۖ ». [البقرة : ١٨٥

ولما رواه عبد الله بن عمر رضي الله عنهما قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ((بين الإسلام على خمس : شهادة أن لا
 .((اله الا الله، وأن محمدا رسول الله، وإقام الصلاة وإيتاء الزكاة، وصوم رمضان، وحج بيت الله الحرام من استطاع إليه سبيلا

ولما رواه طلحة بن عبيد الله أن أعرابيا جاء إلى النبي صلى الله عليه وسلم ثائر الرأس، فقال : يا رسول الله، أخبرني ماذا فرض
 .الله علي من الصيام؟، قال : ((شهر رمضان))، قال : هل علي غيره؟ قال : ((لا، إلا أن تطوع شيئا...)) الحديث

وقد أجمعت الأمة على وجوب صيام رمضان، وأنه أحد أركان الإسلام التي علمت من الدين بالضرورة، وأن منكره كافر، مرتد عن
.الإسلام

.فثبت بذلك فريضة الصوم بالكتاب والسنة والإجماع، وأجمع المسلمون على كافر من أنكره

 : المسألة الثالثة : أقسام الصيام

: الصيام قسمان : واجب، وتطوع ؛ والواجب ينقسم إلى ثلاثة أقسام
١. صوم رمضان
٢. صوم الكفارة
٣. صوم النذر

.والكلام هنا ينحصر في صوم رمضان، وفي صوم التطوع، أما بقية الأقسام فتأتي في مواضعها، إن شاء الله تعالى

[الفقه الميسر في ضوء الكتاب والسنة، ص : ١٤٩-١٥٠]

Permasalahan yang kedua : Hukum Puasa ramadhan dan dalilnya :

Allah 'Azza wa Jalla telah mewajibkan puasa bulan ramadhan, dan Dia menjadikan puasa salah satu dari rukun Islam yang lima ; dan hal itu berdasarkan firman Allah Ta'ala (yang artinya ) : "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." [QS. Al-Baqarah : 183]. Dan firman Allah Ta'ala (yang artinya) : "(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu." [QS. Al-Baqarah : 185]

Abdullah bin Umar radhiyallahu 'anhuma meriwayatkan, ia berkata : Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam bersabda : ((Islam dibangun diatas lima perkara : Bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang benar melainkan Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan sholat, mengeluarkan zakat, berpuasa di bulan ramadhan, dan haji ke baitullah al-haram bagi yang mampu)).

Tholhah bin 'Ubaidillah meriwayatkan bahwasanya orang arab badui datang dalam keadaan berdebu kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa salam dan berkata : Wahai Rasulullah, kabarkan kepadaku apa saja yang telah Allah wajibkan bagiku dari perkara puasa?, Nabi bersabda : ((Puasa bulan ramadhan)), orang badui berkata lagi : Apakah ada bagiku selain itu?. Nabi bersabda : ((Tidak ada, kecuali puasa sunnah...)) Al-Hadits.

Dan sungguh umat (Islam) telah bersepakat atas wajibnya puasa ramadhan, dan bahwasannya puasa ramadhan merupakan salah satu dari rukun-rukun Islam yang telah diketahui (wajibnya) dari agama ini secara darurat, dan orang yang mengingkari (akan wajib)nya kafir, keluar dari agama Islam.

Dengan demikian telah shohih wajibnya puasa (ramadhan) berdasarkan Al-Qur'an, sunnah serta ijma', dan kaum muslimin-pun telah bersepakat atas kafirnya orang yang mengingkarinya."

Permasalahan yang ketiga : Macam-macam puasa :

Puasa terbagi menjadi dua : (Puasa) Wajib dan Sunnah ; adapun puasa wajib terbagi menjadi tiga bagian :

1. Puasa ramadhan
2. Puasa kafarah
3. Puasa nadzar

Dan pembicaraan kita disini dibatasi hanya seputar puasa ramadhan dan puasa sunnah saja, adapun sisanya, maka akan datang (penjelasannya) pada tempatnya, insyaAllah Ta'ala. [al-Fiqhu al-Muyassar fii Dhou'il Kitaab was Sunnah, hal. 149-150]


Faedah :

1. Puasa bulan ramadhan hukumnya wajib diantaranya berdasarkan firman Allah Ta'ala :

«يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ»

Artinya : "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (QS. Al-Baqaroh : 183)

2. Puasa ramadhan hukumnya wajib berdasarkan hadits riwayat Ibnu Umar : ((Islam dibangun diatas lima perkara : Bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang benar melainkan Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan sholat, mengeluarkan zakat, berpuasa di bulan ramadhan, dan haji ke baitullah al-haram bagi yang mampu)).

Atau berdasarkan hadits riwayat oleh Tholhah bin 'Ubaidillah bahwasanya orang arab badui datang dalam keadaan berdebu kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa salam dan berkata : Wahai Rasulullah, kabarkan kepadaku apa saja yang telah Allah wajibkan bagiku dari perkara puasa?, Nabi bersabda : ((Puasa bulan ramadhan)), orang badui berkata lagi : Apakah ada bagiku selain itu?. Nabi bersabda : ((Tidak ada, kecuali sesuatu yang tathowu' (puasa sunnah)...)) Al-Hadits.

3. Puasa ramadhan ditetapkan wajibnya berdasarkan ijma' umat Islam

4. Orang yang mengingkari wajibnya puasa ramadhan kafir berdasarkan ijma' kaum muslimin, karena puasa ramadhan termasuk rukun Islam. Sedangkan mengingkari kewajiban salah satu dari rukun Islam bisa kafir. Berkata Asy-Syaikh Bandar bin Nafi :

.أن من ترك شيئا من هذه الأركان جاحدا لوجوبه فهو كافر

وأما إذا تركه تهاونا وكسلا، فالصحيح أنه لا يكفر الا بترك الصلاة، لقوله صلى الله عليه وسلم : ((العهد الذي بيننا وبينهم الصلاة
.فمن تركها فقد كفر)). رواه الترمذي وصححه

.وقال : ((بين الرجل وبين الفكر والشرك ترك الصلاة)). رواه مسلم

وقال عبد الله بن شقيق : ((كان أصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم لا يرون شيئا من الأعمال تركه كفر غير الصلاة)). رواه 
.الترمذي

[الدرر السنية بفوائد الأربعين النووية، ص : ٢٣. دار ابن الجوزي]

"Bahwasannya barangsiapa yang meninggalkan satu saja dari rukun-rukun ini dalam rangka mengingkari tentang wajibnya maka dia kafir.

Adapun apabila meninggalkannya karena meremehkan atau malas, maka yang shohih hal itu tidak mengkafirkan kecuali meninggalkan sholat, berdasarkan sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam : ((Perjanjian yang ada antara kami dan antara mereka adalah sholat barangsiapa yang meninggalkan sholat maka sungguh dia telah kafir)). Diriwayatkan oleh Tirmidzi dan dia menshohihkannya.

Nabi bersabda : (((Pembatas) antara seorang laki-laki dengan kekufuran dan kesyirikan yaitu meninggalkan sholat)). Diriwayatkan oleh Muslim.

Dari Abdullah bin Syaqiq : ((Dahulu para sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mereka tidak melihat sesuatu amalan yang jika ditinggalkan akan menkafirkan kecuali sholat)). Diriwayatkan oleh Tirmidzi. [Ad-Durar As-Saniyyah bi Fawaaid al-Arba'in an-Nawawiyyah, hal. 23. Cet. Daar Ibnil Jauzi]

Kemudian Asy-Syaikh Bandar bin Nafi mengatakan : 

.فمن أصر على ترك الصلاة وجب قتله لأنه مرتد. إذ كيف يصر على تركها، وهي عمود الإسلام ومن أعظم أركان
[الدرر السنية بفوائد الأربعين النووية، ص : ٢٣. دار ابن الجوزي]

"Barangsiapa yang terus menerus meninggalkan sholat wajib dibunuh karena dia telah murtad. Sebab bagaimana dia bisa terus menerus meninggalkannya padahal sholat adalah tiang agama dan merupakan rukun Islam yang paling agung." [Ad-Durar As-Saniyyah bi Fawaaid al-Arba'in an-Nawawiyyah, hal. 23. Cet. Daar Ibnil Jauzi]

5. Surat Al-Baqarah «لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ» bermakna agar kita berhati-hati dari neraka. Berkata Al-'Izz bin Abdissalam rahimahullah

معناه : لعلكم تتقون النار بصومه، فإن صومه سبب لغفران الذنوب الموجبة للنار. [مقاصد الصوم، ص : ١٠. دار الفكر]
 
Maknanya : Agar kalian berhati-hati dari neraka dengan puasanya, karena puasanya itu merupakan sebab diampuninya dosa-dosa yang (dosa itu) mengharuskan masuk neraka." [Maqashidush Shaum, hal.10. Cet. Daarul Fikr]

6. Macam-macam puasa wajib diantaranya adalah puasa ramadhan, puasa kafarah dan puasa nadzar. 

7. Puasa ramadhan yaitu puasa yang diaksanakan pada bulan ramadhan. 

8. Puasa kafarah yaitu puasa karena sebab sumpah seperti kisah orang yang mendzihar istrinya sebagaimana yang diceritakan dalam surat al-Mujadilah ayat 1-4.

9. Puasa nadzar yaitu puasa yang dilakukan karena sebab nadzar.
 
Masih banyak faedah lainnya, semoga yang sedikit ini bermanfaat.

Related Posts:

BERSUNGGUH-SUNGGUH PADA SEPULUH HARI TERAKHIR BULAN RAMADHAN


Bismillah, alhamdulillahi Rabbil 'aalamiin, wa shallallahu ala Nabiyyina Muhammadin wa ala aalihi wa shahbihi ajma'iin, wa badu.

Malam sepuluh hari terakhir bulan ramadhan adalah hari yang dinanti-nantikan oleh setiap muslim. Pada sepuluh hari terakhir tersebut ada satu malam yang lebih baik dari seribu bulan yaitu malam lailatul qadar. Allah Ta'ala berfirman :

 إِنَّآ أَنزَلْنَـٰهُ فِى لَيْلَةِ ٱلْقَدْرِ. وَمَآ أَدْرَىٰكَ مَا لَيْلَةُ ٱلْقَدْرِ. لَيْلَةُ ٱلْقَدْرِ خَيْرٌۭ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍۢ. تَنَزَّلُ ٱلْمَلَـٰٓئِكَةُ وَٱلرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمْرٍۢ. سَلَـٰمٌ هِىَ حَتَّىٰ مَطْلَعِ ٱلْفَجْرِ. 

Artinya : "Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?. Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar." (QS. Al-Qadr : 1-5)

Diantara amalan di sepuluh hari terakhir bulan ramadhan yang sangat dicintai adalah bersungguh-sungguh dalam sholat malam sebagaimana disebutkan :

الإجتهاد في صلاة الليل : وبالأخص في العشر الأواخر من رمضان ؛ فعن عائشة رضي الله عنها : ((كان النبي صلى الله عليه وسلم إذا دخل العشر شد مئزره وأحيا ليله وأيقظ أهله))، ولعموم قوله صلى الله عليه وسلم : ((من قام رمضان إمانا وحتسابا
.((غفرله ما تقدم من ذنبه

[الفقه الميسر في ضوء الكتاب والسنة، ص : ١٦٠]

(Bab) Bersengguh-sungguh dalam sholat malam : Lebih khusus lagi pada sepuluh terakhir bulan ramadhan ; dari 'Aisyah radhiyallahu 'anha : ((Adalah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam apabila masuk sepuluh terakhir (bulan ramadhan), beliau mengencangkan sarungnya (untuk menjauhi istri-istrinya dari berjima') menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya)). Dan dari keumuman sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam : ((Barangsiapa yang berdiri (untuk melaksanakan sholat) pada bulan ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala, akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu)). [Al-Fiqhu Al Muyassar fii Dhou'il Kitaab was Sunnah, hal. 160. Cet. Daarul 'Aalamiyyah]


Related Posts:

MUQADDIMAH PUASA (Seri 1)


Bismillah, alhamdulillahi Rabbil 'aalamiin, wa shallallahu 'ala Nabiyyina Muhammadin wa 'ala aalihi wa shahbihi ajma'in, wa ba'du.

Puasa merupakan ibadah yang agung, ibadah yang mulia, dan pahalanya berlipat ganda. Dan puasa itu sendiri akan terasa lebih nikmat jika kita telah mengilmui tentang definisinya, dalil-dalilnya, rukun-rukunnya dan lain sebagainya. Karena itu, agar semakin menyemangati kita dalam melaksanakan ibadah puasa, dibawah ini kita akan membahas beberapa permasalahan dan faedah seputar puasa, diantaranya pengertian puasa, rukun-rukun puasa beserta dalil-dalilnya.

1. PENGERTIAN PUASA

Puasa ditinjau dari pengertiannya terbagi menjadi dua, pertama secara bahasa, kedua secara istiah. Para ulama menjelaskan :

  .الصيام في اللغة : الإمساك عن الشيء
.وفي الشرع : الإمساك عن الأكل، والشرب، وسائر المفطرات، مع النية من طلوع الفجر الصادق إلى غروب الشمس

Puasa secara bahasa : Menahan diri dari sesuatu.

Secara Syar'i : Menahan diri dari makan, minum, dan dari segala yang membatalkan, disertai dengan niat, dari terbitnya fajar shodiq hingga terbenamnya matahari. [Al-Fiqhu Al-Muyassar fii Dhou'il Kitaab was Sunnah, hal.149. Cet. Ad-Daarul 'Aalamiyyah]

Dari definisi ini dapat difahami secara bahasa bahwa puasa bermakna menahan, sebagaimana ucapan Maryam binti Imran :

«فَإِمَّا تَرَيِنَّ مِنَ ٱلْبَشَرِ أَحَدًۭا فَقُولِىٓ إِنِّى نَذَرْتُ لِلرَّحْمَـٰنِ صَوْمًۭا فَلَنْ أُكَلِّمَ ٱلْيَوْمَ إِنسِيًّۭا»

Artinya : "Jika kamu melihat seorang manusia, maka katakanlah: "Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini". (QS. Maryam : 26)

Adapun secara syar'i, puasa bermakna menahan diri dari makan, minum, dan dari segala yang membatalkan, disertai dengan niat, dari terbitnya fajar shodiq hingga terbenamnya matahari.

2. RUKUN PUASA DAN DALILNYA

Puasa memiliki rukun-rukun sebagaimana sholat. Adapun rukun puasa ada dua:

.الأول : الإمساك عن المفطرات من طلوع الفجر إلى غروب الشمس
ودليل هذا الركن قوله تعالى : «فَٱلْـَٔـٰنَ بَـٰشِرُوهُنَّ وَٱبْتَغُوا۟ مَا كَتَبَ ٱللَّهُ لَكُمْ ۚ وَكُلُوا۟ وَٱشْرَبُوا۟ حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَكُمُ ٱلْخَيْطُ ٱلْأَبْيَضُ مِنَ ٱلْخَيْطِ
.ٱلْأَسْوَدِ مِنَ ٱلْفَجْرِ ۖ ثُمَّ أَتِمُّوا۟ ٱلصِّيَامَ إِلَى ٱلَّيْلِ ۚ». والمراد بالخيط الأبيض والخيط الأسود : بياض النهار وسواد الليل
الثاني : النية، بأن يقصد الصائم بهذا الإمساك عن المفطرات عبادة الله عز وجل، فبالنية تتميز الأعمال المقصودة للعبادة عن غيرها من الأعمال، وبالنسبة تتميز العبادات بعضها عن بعض، فيقصد الصائم بهذا الصيام : إما صيام رمضان، أو غيره من أنواع الصيام
«ودليل هذا الركن قوله صلى الله عليه وسلم : «إنما الأعمال بالنيات، وإنما لكل امرئ ما نوى

Yang Pertama: Menahan diri dari segala yang membatalkan dari terbit fajar sampai terbenamnya matahari.

Dalil rukun ini firman Allah Ta'ala (yang artinya) : "Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam." Yang dimaksud benang putih dan benang hitam yaitu terangnya siang dan gelapnya malam.

Yang Kedua : Niat. Orang yang berpuasa hendaknya meniatkan menahan diri tersebut dalam rangka ibadah kepada Allah 'Azza wa Jalla, maka dengan niat, akan membedakan amal-amal ibadah yang dimaksudkan dengan perbuatan yang sifatnya bukan ibadah, dan dengan niat pula, akan membedakan antara satu ibadah dengan ibadah lainnya, maka orang yang berpuasa meniatkan puasa tersebut ; baik puasa ramadhon atau puasa lainnya dari macam-macam puasa.

Dalil rukun kedua ini yaitu sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam : ((Sesungguhnya amal itu tergantung niatnya, dan sesungguhnya setiap orang tergantung apa yang ia niatkan)). [Al-Fiqhu Al-Muyassar fii Dhou'il Kitaab was Sunnah, hal.149. Cet. Ad-Daarul 'Aalamiyyah]

Dengan mengetahui pengertian puasa secara bahasa dan istilah serta rukun-rukunnya, diharapkan akan menambah keilmuan kita terkait puasa ramadhan yang sebentar lagi akan menyapa kita, sehingga kita-pun bisa melaksanakan puasa ini dengan bimbingan ilmu dan keyakinan bukan sekedar ikut-ikutan.

Faedah yang bisa di ambil :

1. Adanya dua pengertian puasa secara bahasa dan secara syar'i

2. Puasa secara bahasa yaitu : Menahan diri dari sesuatu, sebagaimana firman Allah kepada Maryam binti Imran :

«فَإِمَّا تَرَيِنَّ مِنَ ٱلْبَشَرِ أَحَدًۭا فَقُولِىٓ إِنِّى نَذَرْتُ لِلرَّحْمَـٰنِ صَوْمًۭا فَلَنْ أُكَلِّمَ ٱلْيَوْمَ إِنسِيًّۭا»

Artinya : "Jika kamu melihat seorang manusia, maka katakanlah: "Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini". (QS. Maryam : 26)

Maka puasanya Maryam ketika itu adalah menahan diri untuk tidak berbicara dengan seorang-pun. Dan ini makna puasa secara bahasa.

3. Puasa secara syar'i yaitu : Menahan diri dari makan, minum, dan dari segala yang membatalkan, disertai niat dari terbitnya fajar shodiq hingga terbenamnya matahari.

4. Makna ayat :

«حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَكُمُ ٱلْخَيْطُ ٱلْأَبْيَضُ مِنَ ٱلْخَيْطِ ٱلْأَسْوَدِ مِنَ ٱلْفَجْرِ»

Artinya : "Hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar."

Yang di maksud dengan benang putih dan benang hitam yaitu terangnya siang dan gelapnya malam.

5. Huruf jar إِلَى pada ayat :

«ثُمَّ أَتِمُّوا۟ ٱلصِّيَامَ إِلَى ٱلَّيْلِ ۚ»

Yaitu (lil-intiha') ujung atau batas. Maksudnya penghujung atau batas akhir waktu puasa yaitu sampai terbenamnya matahari.

6. Rukun puasa ada dua : Pertama : Menahan diri dari makan, minum, dan segala perkara yang membatalkan puasa, dari terbit fajar sampai terbenamnya matahari.

Rukun Kedua : Niat, yaitu dalam rangka beribadah kepada Allah semata bukan dalam rangka ria

7. Tujuan niat ada dua :  Pertama : Agar membedakan antara ibadah dengan adat kebiasaan. Contoh : Tidur, jika diniatkan agar lebih kuat dalam beribadah kepada Allah, maka tidur itu bernilai ibadah dan akan mendapatkan pahala. Tapi jika seseorang tidur hanya semata-mata adat kebiasaan manusia, atau hanya sekedar ingin menghilangkan ngantuk, maka hal itu tidak termasuk ibadah dan dia tidak mendapatkan pahala sedikitpun.

Karena itu perkara yang mubah, bisa menjadi berpahala jika diikatkan dengan niat yang baik. Berkata Doktor Bandar bin Nafi' :

أنه ينبغي للمرء أن ينوي النية الصالحة حتى في المباحات، كأكله وشربه ونومه ونفقته على أهله حتى يكون
.مأجورا عليها

"Bahwasannya semestinya bagi seseorang agar meniatkan niat yang baik sampai-pun dalam perkara yang mubah, seperti makan, minum, tidur dan nafkah (yang ia berikan) untuk keluarganya, sehingga hal itu menjadi pahala." [Ad-Durar as-Saniyyah bi Fawaaid al-Arbaiin an-Nawawiyyah, hal. 15. Cet. Daar Ibnil Jauziy]

Kemudian beliau membawakan hadits Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam :

قال النبي سلى الله عليه وسلم لسعد بن أبي وقاص رضي الله عنه : ((وإنك لن تنفق نفقة تبتغي بها وجه الله أجرت بها حتى ما
 .تجعله في فم امرأتك)). متفق عليه

"Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepada Sa'd bin Abi Waqqash radhiyallahu 'anhu : ((Sesungguhnya tidaklah engkau menafkahkan suatu nafkah yang dengannya engkau mengharap wajah Allah, kecuali engkau akan mendapatkan pahalanya, sampai-pun apa yang kamu letakkan dimulut istrimu)). Muttafaqun 'alaihi. [Ad-Durar as-Saniyyah bi Fawaaid al-Arbaiin an-Nawawiyyah, hal. 15. Cet. Daar Ibnil Jauziy]

Berkata sebagian salaf :

من سره أن يكمل له عمله، فليحسن نيته، فإن الله عز وجل يأجر ((العبد إذا أحسنت نيته حتى باللقمة))، فإذا نوى المرء بأكله
.التقوي على طاعة الله وبنومه كذلك كان مأجورا

((Barangsiapa yang gembira agar disumpurnakan amalnya, maka hendaklah dia memperbaiki niatnya, karena Allah 'Azza wa Jalla memberikan pahala kepada seorang hamba jika baik niatnya, sampai-pun satu suapan -ke mulut istrinya-)), apabila seseorang telah berniat dengan makan tersebut agar menjadikan dia kuat dalam ketaatan kepada Allah dan dengan tidurnya demikian pula, maka baginya pahala.  [Ad-Durar as-Saniyyah bi Fawaaid al-Arbaiin an-Nawawiyyah, hal. 15. Cet. Daar Ibnil Jauziy]

Kedua : Niat merupakan pembeda antara satu ibadah dengan ibadah lainnnya. Contoh : Puasa itu banyak, ada puasa ramadhon, puasa sunnah, puasa nadzar dll. Jika seseorang ingin puasa ramadhon, maka dia harus niatkan bahwa puasa ini puasa ramadhon, bukan puasa sunnah, sehingga menjadi jelaslah jenis ibadahnya. Karena itulah niat merupakan pembeda antara satu jenis ibadah dengan ibadah lainnnya.

8. Pentingnya niat

9. Wajibnya memulai niat dimalam hari sebelum terbit fajar shodiq bagi puasa yang fardhu seperti puasa ramadhan, puasa kafarat, puasa nadzar. Adapun puasa sunnah, boleh niat puasanya ketika siang hari sebagaimana disebutkan :

يجب على الصائم أن ينوي الصيام، وهي ركن من أركانه كما مضى ؛ لقوله صلى الله عليه وسلم : ((إنما الأعمال بالنية وإنما لكل امرئ ما نوى)). و ينويها من الليل في صيام الواجب ؛ كصوم رمضان والكفارة والقضاء والنذر، ولو قبل الفجر بدقيقة واحدة ؛
.((لقوله صلى الله عليه وسلم : ((من لم يبيت الصيام قبل الفجر فلا صيام له
فمن نوى صوما في النهار، ولم يطعم شيئا، لم يجزئه الا في صيام التطوع، فيجوز بنية من النهار، إذا لم يطعم شيئا من أكل أو شرب ؛ لحديث عائشة رضي الله عنها قالت : دخل علي النبي صلى الله عليه وسلم ذات يوم فقال : ((هل عندكم من شيء؟)) فقلنا : لا، قال : ((فإني إذن صائم)). أما صيام الواجب فلا ينعقد بنية من النهار، ولا بد فيه من بنية الليل

"Wajib bagi orang yang berpuasa agar dia meniatkan puasanya, dan niat merupakan rukun dari rukun-rukun puasa sebagaimana yang telah berlalu berdasarkan sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam : ((Sesungguhnya amal itu tergantung niatnya, dan sesungguhnya setiap orang tergantung apa yang ia niatkan)). Ia niatkan niatnya mulai dari malam hari untuk puasa wajib ; seperti puasa ramadhan, puasa kafarat, puasa qadho' (mengganti puasa yang ditinggalkan), dan puasa nadzar, walaupun satu menit sebelum fajar ; berdasarkan sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam : ((Barangsiapa yang tidak berniat di malam hari sebelum fajar, maka tidak ada puasa untuknya)).

Barangsiapa yang berniat puasa di siang hari tapi dia belum makan sesuatu apapun, tidak boleh dia mencukupkannya kecuali dalam puasa sunnah, maka boleh dengan niat di siang hari jika dia belum makan sesuatu apapun dari makanan atau minuman berdasarkan hadits 'Aisyah radhiyallahu 'anha, ia berkata : Pada suatu hari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam masuk kepadaku dan berkata : ((Apakah kalian memiliki sesuatu?)) Maka kami katakan, Tidak. Beliau bersabda : ((Jika demikian saya akan berpuasa)). Adapun puasa wajib maka tidak ditetapkan dengan niat disiang hari, akan tetapi wajib dengan niat di malam hari." [Al-Fiqhu Al-Muyassar fii Dhou'il Kitaab was Sunnah, hal.149. Cet. Ad-Daarul 'Aalamiyyah]

10. Niat itu cukup sekali di awal bulan ramadhan saja, sebagaimana disebutkan oleh para ulama :

 .وتكفي نية واحدة في بداية رمضان لجميع الشهر، ويستحب تجديدها في كل يوم

Dan niat satu kali saja diawal bulan ramadhan cukup untuk seluruh bulan (ramadhan), dan dicintai untuk memperbaharuinya setiap hari." [Al-Fiqhu Al-Muyassar fii Dhou'il Kitaab was Sunnah, hal.149. Cet. Ad-Daarul 'Aalamiyyah]

Masih banyak faedah-faedah lain dari tulisan ini, hanya ini yang bisa kami simpulkan. Semoga tulisan ringkas ini bermanfaat untuk kaum muslimin.

Related Posts:

BAHAYA FITNAH WANITA


Bismillah, alhamdulillahi Rabbil 'aalamiin, wa shallallahu 'ala Nabiyyina Muhammadin wa 'ala aalihi wa shahbihi ajma'iin, wa ba'du.


Berbicara tentang fitnah wanita, maka fitnah wanita merupakan fitnah terbesar besar bagi laki-laki, baik remaja maupun dewasa, tua maupun anak-anak. Oleh karena itu, jangan pernah merasa aman dari fitrah wanita wahai saudaraku, karena sudah banyak singa-singa mati bergelimpangan di padang pasir, itu tidak lain kecuali karena fitnah wanita. Betapa banyak panglima-panglima perang mampu mengalahkan ribuan pasukan musuh dalam medan pertempuran, namun sangat jarang mereka mampu mengalahkan seorang wanita. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

عن أسامة بن زيد رضي الله عنهما، عن النبي صلى الله عليه وسلم قال : ((ما تركتُ بعدي فتنة أشدَّ على الرِّجال
 .من النساء

Dari Usamah bin Zaid radhiyallahu 'anhuma, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : ((Aku tidak meninggalkan sepeninggalku suatu fitnah yang lebih berbahaya bagi laki-laki daripada wanita)). [HR. Al-Bukhari no.5096, (hal.1010) Muslim no.2740, (hal.1095). Cet. Baitul Afkar ad-Dauliyyah].

Dan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda dalam hadits riwayat Imam Al-Bukhari, dan Imam Al-Bukhari membawakan sanadnya sebagai berikut:

حدثنا ابن أبي مريم : أخبرنا محمد بن جعفر قال :  أخبرني زيد، عن عياض بن عبد الله، عن أبي سعيد الخدري رضي الله عنه : خرج رسول الله في أضحى أو فطر إلى المصلى، ثم انصرف، فواعظ الناس وأمرهم بالصدقة، فقال : ((أيها الناس، تصدقوا)). فمر على النساء، فقال : ((يا معشر النساء! تصدقن، فأني رأيتكن أكثر أهل النار)). فقلن : وبم ذلك يا رسول الله؟ قال : ((تكثرن اللعن، وتكفرن العشير، ما رأيت من ناقصات عقل ودين، أذهب للب الرجل الحازم، من إحداكن يا معشر النساء))

"Menceritakan kepada kami Ibnu Abi Maryam : Mengabarkan kepada kami Muhammad bin Ja'far, ia berkata : Mengabarkan kepadaku Zaid, dari 'Iyadh bin 'Abdillah, dari Abu Sa'id al-Kudriy radhiyallahu 'anhu : Rasulullah keluar pada hari raya 'Idul 'Adha atau 'Idul Fitr menuju lapangan (untuk melaksanakan sholat), kemudian berpaling, lalu berkhutbah kepada manusia dan memerintahkan mereka untuk bersedekah, maka beliau bersabda : ((Wahai sekalian manusia, bersedekahlah kalian)). Kemudian beliau melewati kaum wanita, lalu beliau bersabda : ((Wahai para wanita! Bersedekahlah kalian, karena sesungguhnya aku melihat kalian termasuk yang paling banyak dari penghuni neraka)). Maka kami berkata : Karena sebab apa itu wahai Rasulullah? Beliau bersabda : ((Kalian banyak melaknat dan mengkufuri kebaikan suami, dan aku tidak pernah melihat orang yang kurang akal dan agamanya paling bisa menghilangkan akal laki-laki yang kokoh daripada salah seorang kalian wahai kaum wanita))." [HR. Al-Bukhari no. 1462, (hal 285). Pustaka Baitul Afkaar ad-Dauliyyah]

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda dalam hadits riwayat Imam Muslim, dan Imam Muslim menyebutkan sanadnya :

عن عبد الله ابن عمر، عن رسول الله صلى الله عليه وسلم أنه قال : ((يا معشر النساء! تصدقن وأكثرن الإستغفار، فأني رأيتكن أكثر أهل النار)). فقالت امرأة منحن، جزلة : وما لنا يا رسول الله أكثر أحل النار، قال : ((تكثرن اللعن، وتكفرن العشير، وما رأيت من ناقصات عقل ودين أغلب لذي لب منكن))

"Dari Ibnu Umar, dari Rasulullah shallallahu 'alaihiwa sallam bahwasannya beliau bersabda : ((Wahai sekalian wanita! Bersedekahlah kalian dan perbanyaklah istighfar, karena sesungguhnya aku melihat kalian termasuk yang paling banyak dari penghuni neraka)). Berkata salah seorang wanita diantara mereka yang cerdas : Apa sebab kami menjadi penghuni neraka paling banyak wahai Rasulullah? Beliau bersabda : ((Karena kalian banyak melaknat dan mengkufuri kebaikan suami, dan aku tidak pernah melihat orang yang kurang akal dan agamanya paling bisa mengalahkan akal laki-laki yang kokoh daripada kalian))[HR. Muslim no. 79 (hal. 60). Pustaka Baitul Afkaar ad-Dauliyyah]

Pada hadits-hadits diatas Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menyebutkan bahwa wanita orang yang kurang aqal dan agamanya, tapi mereka mampu menghilangkan aqal laki-laki yang paling kuat sekalipun. Karena itulah Allah Ta'ala berfirman :
 
«وَخُلِقَ ٱلْإِنسَـٰنُ ضَعِيفًۭا»
 
Artinya : "Dan manusia dijadikan bersifat lemah." (QS. An-Nissa' : 28)

Berkata Ibnu Katsir dalam menafsirkan ayat diatas: 

وقال ابن أبي حاتم : حدثنا محمد بن إسماعيل، حدثنا وكيع عن سفيان، عن ابن طاوس، عن أبيه «وَخُلِقَ ٱلْإِنسَـٰنُ ضَعِيفًۭا» أي في أمر النساء. وقال وكيع : يذهب عقله عندهن

Berkata Ibnu Abi Hatim mengenai ayat diatas : “Menceritakan kepada kami Muhammad bin Ismail, menceritakan kepada kami Waki' dari Sufyan dari Ibnu Thawus, dari ayahnya dia berkata, “Manusia diciptakan dalam keadaan lemah” yaitu lemah dalam urusan wanita. Dan berkata Waki' : “Akalnya (laki-laki) hilang ketika disisi wanita.” [Tafsiir Ibni Katsir, 1/434. Pustaka Darul Kutub Al-Ilmiyah]

Berkata Ibnul Jauzi dalam kitabnya Dzammul Hawa: 

وعان سفيان الثوري في قوله تعالى : «وَخُلِقَ ٱلْإِنسَـٰنُ ضَعِيفًۭا» [النساء : ٢٨]، قال : المرأة تمر بالرجل، فلا يملك نفسه عن النظر  إليها، ولا ينتفع بها، فأي شيء أضعف من هذا؟

"Dari Sufyan ats-Tsauriy mengenai firman Allah Ta'ala : “Manusia diciptakan dalam keadaan lemah”. (An-Nisaa' : 28) dia berkata : Seorang wanita melewati laki-laki. Laki-laki ini tidak mampu menahan dirinya dari memandang wanita ini dan ia tidak dapat pula mengambil manfaatnya. Apakah yang lebih lemah daripada ini?" [Dzammul Hawa, Imam Abul Faraj Abdurrahman Ibnul Jauziy, hal : 111. Pustaka Daarul Kutub al-Arab]

Apa yang telah kita dipaparkan diatas, baik dari Al-Qur'an, hadits serta atsar para ulama salaf, menunjukkan bahwa wanita adalah fitnah yang paling besar bagi laki-laki yang hendaknya difahami oleh setiap wanita agar mereka menahan diri tidak menimbulkan fitnah bagi laki-laki dengan sikap-sikap yang melampaui batas seperti berpakaian tapi telanjang, menampakakan auratnya, dll, dan hendaknya mereka juga menjaga harkat dan martabat dirinya, karena wanita adalah fitnah terbesar bagi kaum laki-laki. 

Oleh karena itu, iblis laknatullah sangat mengetahui hal ini, lalu dia-pun akan menjadikan wanita sebagai umpan terbaik untuk menghancurkan kaum laki-laki. Mungkin kita pernah mendengar kisah tentang ahli ibadah dari Bani Israil yang begitu kuat imannya, namun dengan umpan seorang wanita, iblis-pun mampu membuatnya binasa. Mulai dari membawakan makanan untuknya, mengobrol dengannya, berkholwat dengannya, bersentuhan dengannya, lalu ia-pun menzinainya, membunuh anak hasil zinanya, hingga  diapun membunuh wanita tersebut. Akibat perbuatannya ini, dia ditangkap dan diseret, kemudian di salib di khalayak ramai, hingga dia-pun mati diatas tiang salib dalam keadaan kafir. Waliyaadzubillah. 

Tahap demi tahap dilalui oleh ahli ibadah ini dengan sempurna, bermula dari memberikan makanan, lalu mengobrol, berkholwat, ujung-ujungnya adalah perzinaan dan pembunuhan. Karena itu, berkata orang-orang yang bijak :

"Jangan engkau bermain-main dengan wanita, sebab ia adalah fitnah terbesar laki-laki.
Jika engkau mencoba mendekatinya, maka engkau akan binasa dalam hitungan waktu.
Seandainya engkau perturutkan hawa nafsumu, berarti engkau melanggar aturan-Nya.
Bertaubatlah kepada Allah dari dosa-dosa, karena itulah jalan kebahagiaan dan keselamatan."

BANI ISROIL HANCUR KARENA WANITA

Sebagaimana dari kandungan makna hadits-hadits yang telah disebutkan diatas, sejatinya wanita itu sangat lemah, tetapi ia sangat mampu mengalahkan akal laki-laki yang paling kuat sekalipun. Dari pemaparan-pemaparan ini, maka dapat diambil faedah bahwa wanita memiliki potensi yang besar untuk merusak dan menundukkan akal laki-laki yang paling kuat sekalipun.

Pada zaman dahulu, umat-umat sebelum kita seperti bani Isroil, mereka telah hancur binasa karena sebab wanita - sebagaimana kisah seorang ahli ibadah  dari Bani Isroil diatas-. Laki-laki ini, bahkan telah beribadah kepada Allah selama seratus tahun lamanya, tapi karena terfitnah dengan kecantikan seorang wanita, dia-pun tergoda dan hancur binasa hingga mati diatas tiang salib dalam keadaan kafir. Naka pantas jika Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengingatkan kita tentang bahayanya wanita dalam sabdanya yang telah berlalu :

 ((ما تركتُ بعدي فتنة أشدَّ على الرِّجال من النساء))

((Aku tidak meninggalkan sepeninggalku suatu fitnah yang lebih berbahaya bagi laki-laki daripada wanita)). [HR. Al-Bukhari no.5096, (hal.1010) Muslim no.2740, (hal.1095). Cet. Baitul Afkar ad-Dauliyyah].

Pada hadits diatas, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menyebutkan tentang suatu perkara yang tidak ada sepeninggal beliau suatu fitnah yang sangat berbahaya bagi laki-laki melainkan wanita. Penjelasan ini menunjukkan bahwa fitnah wanita adalah fitnah yang terbesar atau terdahsyat yang akan menimpa para laki-laki. Dalam hadits yang lain:

عن أبي سعيد الخدري، عن النبي صلى الله ليه وسلم، قال : ((إن الدنيا حلوة خضرة، وإن الله مستخلفكم فيها فينظر كيف تعملون، فاتقوا الدنيا واتقوا النساء؛ فإن أول فتنة بني إسرائيل كانت في النساء))

Dari Abu Sa'id al-Khudriy, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : ((Sesungguhnya dunia itu manis dan hijau, dan sesungguhnya Allah (telah) menjadikan kalian khalifah diatas bumi kemudian Dia akan melihat apa yang kalian amalkan, maka berhati-hatilah kalian terhadap dunia dan berhati-hatilah kalian terhadap wanita, karena ujian pertama yang menimpa Bani Isroil adalah pada kaum wanita)) [HR. Muslim no.2742, (hal.1096). Cet. Baitul Afkar ad-Dauliyyah]

Pada hadits ini Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengingatkan kita tentang dua hal, (1) berhati-hati dari dunia, (2) berhati-hati dari wanita. Sebenarnya wanita sejatinya masih termasuk bagian dari dunia, tapi disebutkan secara khusus setelah penyebutan dunia secara umum menunjukkan bahwa fitnah wanita merupakan fitnah dunia yang paling dahsyat.

SYAITHON AKAN MENGHIASI WANITA KETIKA MEREKA KELUAR DARI RUMAHNYA

Jika seorang wanita keluar dari rumahnya, syaithon akan menghiasinya sehingga tampaklah dia sebagai fitnah bagi laki-laki. Dalam hadits riwayat Imam Muslim no.1403 atau dalam Misykaatul Mushaabiih, no. 3105 disebutkan :

وعن جابر قال، قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ((إن المرأة تقبل في صورة شيطان، وتدبر في صورة شيطان)). رواه مسلم

Dari Jabir, ia berkata : Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : ((Sesungguhnya wanita menghadap kedepan dalam bentuk syaithon dan menghadap ke belakang dalam bentuk syaithon)). Diriwayatkan oleh Muslim. [Misykaatul Mushaabiih, no. 3105, (hal.932). Al-Maktabah al-Islaam]

Imam Nawawiy rahimahullah dalam Syarah Shohih Muslim menjelaskan maksud hadits diatas sebagai berikut :

قوله صلى الله عليه وسلم: ((إنَّ المرأة تُقبِل في صورة شيطان، وتدبر في صورة شيطان))، قال العلماء: معناه الإشارة إلى الهوى، والدُّعاء إلى الفتنة بها؛ لِما جعله الله تعالى في نفوس الرجال من الميل إلى النِّساء والالتذاذ بنظرهنَّ وما يتعلق بهنَّ، فهي شبيهة بالشيطان في دعائه إلى الشرِّ بوسوسته وتزيينه له، ويُستنبط من هذا أنَّه ينبغي لها ألَّا تخرج بين الرجال إلا لضرورة، وأنَّه ينبغي للرجل الغض عن ثيابها والإعراض عنها مطلقًا؛ اهـ

"Sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ((Sesungguhnya wanita menghadap kedepan dalam bentuk syaithon dan menghadap ke belakang dalam bentuk syaithon)), berkata para ulama : Maknanya adalah isyarat kepada hawa nafsu, dan seruan menuju fitnah kepadanya ; (yaitu) tatkala Allah Ta'ala menjadikan jiwa laki-laki condong kepada para wanita dan kenikmatan memandangnya dan apa saja yang berkaitan dengannya, maka hal itu menyerupai syaithon dalam seruannya kepada kesamaran, was-was, serta menjadikan indah (perbuatan tersebut) bagi laki-laki. Dan pengambilan dalil dari hal ini yaitu semestinya bagi wanita agar ia tidak keluar ditengah laki-laki kecuali dalam keadaan darurat, dan selayaknya bagi laki-laki agar tidak memperhatikan pakaian-pakaian para wanita dan berpaling darinya secara mutlak." [Shahih Muslim Bisyarh Nawaawiy, juz 9/254. Cet. Muassassah Qurthubah]

Dalam hadits yang lain yang sanadnya di shohihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albaniy rahimahullah dari hadits Imam Tirmidzi, bahwasannya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : 

.المرأة عورة، فإذا خرجت استشرفها الشيطان)). رواه الترمذي))

((Wanita itu aurat. Apabila dia keluar, setan terus memandanginya (untuk menghias-hiasinya sehingga menimbulkan fitnah bagi laki-laki))). Diriwayatkan oleh Tirmidzi. [Misykaatul Mushaabiih, no.3109, (hal.933). Al-Maktabah al-Islaam]

Pada hadits-hadits diatas sangat jelas menunjukkan kepada kita bahwa wanita jika mereka keluar dari rumahnya, syaithon akan menghias-hiasinya sehingga laki-laki akan mudah terfitnah kepadanya. Kedua bahwa wanita baik ia tampak dari depan atau dari belakang, sama saja tetap menimbulkan fitnah seperti bisikan-bisikan syaithon. Ketiga, hendaknya para wanita tidak keluar rumah sembarangan apalagi sampai berjalan melewati laki-laki kecuali dalam keadaan darurat. 
 
Pada zaman sekarang, wanita tidak hanya keluar rumah melewati sekelompok laki-laki, berbicara dengan mereka, berikhtilat dengannya, dll, tapi justru sangat banyak diantara para wanita yang sengaja bercanda ria dengan  laki-laki yang bukan mahromnya, pegangan tangan, berikhtilat (campur baur antara laki-laki dan perempuan), bahkan foto bareng. Dan yang tidak kalah bahayanya, sikap wanita yang sengaja menampakkan foto selfie mereka di dunia maya, bertebaranlah foto-foto mereka dimana-mana, dan foto-foto itupun menjadi fitnah dan menjadi wasilah munculnya maksiat bagi orang lain. Dan betapa banyak sesuatu yang remeh dalam pandangan wanita, tapi sangat besar dampak fitnahnya bagi laki-laki. Karena itu bertakwalah kepada Allah wahai para wanita, karena sesungguhnya kalian adalah fitnah terbesar laki-laki.

PAKAIAN WANITA DAN PANDANGAN TERHADAPNYA 

Pakaian wanita adalah penutup aurat, tapi ia juga bak perhiasan yang bisa menimbulkan fitnah. Seseorang bila mengenakan pakaian yang indah tentunya dia akan terlihat sempurna dan menawan. Mengenakan pakaian yang indah sebenarnya bukan hal yang tercela bagi wanita, sebab Allah Ta'ala- sendiri adalah Dzad yang Maha Indah dan mencintai keindahan. Namun tatkala keindahan pakaian itu dihiasi dengan pita-pita, ukiran-ukiran, renda-renda dan motif-motif bunga atau gambar kupu-kupu dan lain sebagainya, maka akan semakin menambah keindahan seorang wanita. Wanita hukum asalnya indah dan diciptakan dengan penuh keindahan, tatkala ia menghiasi dirinya dengan pakaian-pakaian seperti itu, maka keindahannya akan semakin terpancar dan ini sangat berbahaya bagi wanita itu sendiri. Jika demikian keadaannya maka berhati-hatilah wahai para wanita, pakaian yang awalnya berfungsi sebagai penutup aurat akan berubah menjadi pakaian perhiasan yang bisa menimbulkan fitnah  bagi laki-laki. Ingat saudari-saudariku, pandangan mata itu bisa menimbulkan syahwat di dalam hati dan membunuh pelakunya secara perlahan. Menghancurkan jiwa-jiwa yang kering dan mati sehingga semakin mati, melalaikan qalbu-qalbu yang lalai dari mengingat akhirat sehingga semakin terkunci, membuai manusia dalam "kenikmatan" syahwat dan jauh dari dzikrullah, bahkan akan membuat laki-laki akan terusik jiwanya dan terpenjara hati nuraninya. Karena itu perhatikan pakaian-pakaian kalian wahai para wanita dan bertakwalah kalian kepada Allah 'Azza wa Jalla dari hal itu. 

Saudariku, sebagaimana yang kita ketahui bahwa syaithon sangat pandai menghias-hiasi wanita agar menjadi fitnah bagi laki-laki. Itulah sebabnya Imam an-Nawawiy menyebutkan pada syarah hadits ((Sesungguhnya wanita menghadap kedepan dalam bentuk syaithon dan menghadap ke belakang dalam bentuk syaithon)), maksud Imam An-Nawawiy : "Selayaknya bagi laki-laki agar tidak memperhatikan pakaian-pakaian para wanita dan berpaling darinya secara mutlak.", artinya Imam An-Nawawi melarang hal ini karena akan menimbulkan fitnah. Itulah sebabnya Ibnul Jauzi membawakan sebuah atsar tentang ucapan Al-Alla' bin Zayyad yang melarang laki-laki memandang kepada selendangnya seorang wanita, Ibnul Jauzi rahimahullah mengatakan :

أخبرنا محمد بن عبد الباقي، قال : أنبأنا حمد بن أحمد، قال :  أنبأنا أبو نعيم أحمد بن عبد الله، قال : حدثنا أبو بكر بن مالك، قال : حدثنا عبد الله بن أحمد، قال : حدثني أبي، قال : حدثنا معتمر، عن إسحاق بن سويد، عن العلاء بن زياد، قال : لا تتبع بصرك رداء امرأة، فإن النظرة تجعل في القلب شهوة
 
Muhammad bin Abdul Baqi bercerita kepada kami, ia berkata : Hamd bin Ahmad bercerita kepada kami, ia berkata : Abu Nu'aim Ahmad bin Abdillah bercerita kepada kami, ia berkata : Abu Bakar bin Malik bercerita kepada kami, ia berkata : Abdullah bin Ahmad bercerita kepada kami, ia berkata : Ayahku bercerita kepadaku, ia berkata : Mu'tamir bercerita kepada kami dari Ishaq bin Suwaid dari Al-Alla' bin Zayyad, ia berkata : 'Janganlah pandanganmu mengikuti selendangnya wanita, karena sesungguhnya pandangan menimbulkan syahwat di dalam hati." [Dzammul Hawa, Imam Abul Faraj Abdurrahman Ibnul Jauziy, hal : 116. Pustaka Daarul Kutub al-Arab].

Bila selendang para wanita saja dapat menimbulkan fitnah, lalu bagaimana dengan pakaiannya? Ibnul Jauzi mengatakan :
 
وكان في أصرنا أبو الحسن بن أحمد جحشويه الحربي، لا يمشي إلا وعلى رأسه طرحة، ليكف بذلك بصره عن الاطلاق. ودخل دار أخت له فرأى لالجة امرأة، فقال : نحوا تلك اللالجة، كي لا أنظر إليها
 
"Adalah Abul Hasan bin Ahmad Jahrawih al-Harbi setiap kali berjalan ia memakai selendang diatas kepalanya agar memelihara pandangannya sehingga tidak liar. Ia masuk ke rumah saudari perempuannya. Lalu ia melihat pakaian perempuan. Ia berkata : Singkirkan pakaian ini dariku agar aku tidak memandangnya." [Dzammul Hawa, Imam Abul Faraj Abdurrahman Ibnul Jauziy, hal : 112. Pustaka Daarul Kutub al-Arab].

Syaithon memang pintar menghiasi wanita dengan syahwat, sampaipun selendangnya. Demikianlah yang telah ada atsarnya dari para salaf tentang fitnah wanita. Seperti itu juga pada pakaian-pakaian wanita yang berhiaskan gambar kupu-kupu, bunga, renda dan pita-pita yang menarik, serta pakaian-pakaian yang menampilkan corak-corak warna yang beraneka ragam, yang semua itu tentu saja bisa menimbulkan fitnah bagi laki-laki yang memiliki syahwat didalam hatinya. Karena demikian, hendaknya bagi para wanita berhati-hati dan menjaga dirinya, menjaga kehormatannya, menjaga martabatnya, menjaga iffahnya, menjaga kemuliaan dirinya sebagai wanita terhormat, sebab wanita terormat adalah wanita yang selalu menjaga harkat dan martabat dirinya dimanapun dia berada.

BAHAYA BERJALAN DIBELAKANG WANITA 

Dan termasuk yang bisa menimbulkan fitnah adalah berjalan dibelakang wanita. Berkata Ibnul Jauzi dalam Dzammul Hawa :

أخبرنا ابن ناصر، قال : أنبأنا ابن يوسف، قال : أنبأنا ابن المذهب، قال : أنبأنا ابن مالك، قال : بلغنا أن سليمان قال لبنه : يا بني، امس وراء الأسد والأسود، ولا تمس وراء امرأة

Ibnu Nashir bercerita kepada kami, ia berkata, Ibnu Yunus bercerita kepada kami, ia berkata, Ibnul Mudzhib bercerita kepada kami, ia berkata, Ibnu Malik bercerita kepada kami, ia berkata, : Telah sampai kepada kami bahwa Sulaiman pernah berkata kepada putranya, "Wahai anakku, berjalanlah di belakang singa dan ular dan jangan kamu berjalan dibelakang wanita." [Dzammul Hawa, Imam Abul Faraj Abdurrahman Ibnul Jauziy, hal : 115. Pustaka Daarul Kutub al-Arab]

Diantara penyebab bahayanya berjalan dibelakang wanita karena syaithon akan menghias-hiasi wanita sehingga menjadikannya sebagai fitnah. Dan wanita ketika ia menghadap kedepan, seolah-olah ia dalam bentuk syaithon dan juga menghadap kebelakang seolah-olah dalam bentuk syaithon. Dalam sebuah hadits yang diriwayat oleh Jabir, bahwasannya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda :
 
.((إن المرأة تقبل في صورة شيطان، وتدبر في صورة شيطان))
 
((Sesungguhnya wanita menghadap kedepan dalam bentuk syaithon dan menghadap ke belakang dalam bentuk syaithon)). [HR. Muslim no.1403, (hal.550). Cet. Baitul Afkar ad-Dauliyyah]

Maksud ((Wanita menghadap kedepan dalam bentuk syaithon dan menghadap ke belakang dalam bentuk syaithon)), maknanya adalah isyarat kepada hawa nafsu dan seruan menuju fitnah kepadanya sebagaimana ucapan Imam Nawawiy diatas. Namun aneh dan ajaibnya, para wanita banyak yang tidak menyadari hal ini. Bahkan para wanita justru dengan sengaja malah memamerkan auratnya, menampakkan lekuk tubuhnya, mempertontonkan pakaian-pakaian mininya, jilbab-jilbab gaulnya, cadar-cadar narsisnya, yang sejatinya hal itu dapat menimbulkan fitnah bagi laki-laki dan membahayakan dirinya dalam kehancuran. Berkata seorang penyair :

“Domba tersesat mengundang perhatian srigala kelaparan.
Mereka haus dan rakus ingin menyantapnya.
Janganlah engkau gembira dengan lolongan srigala-srigala itu.
Larilah... selamatkan dirimu.
Karena ia dan rombongannya telah kuat keinginannya.
Untuk menerkammu serta menyantapmu.
Sedangkan engkau tidak mengetahui tipu daya mereka."

Berkata para kafilah :

"Bila pemuda merasa terfitnah
Itu karena ulah wanita
Menampakkan aurat dihadapan mereka
Bala'pun datang lalu menerpa."

Berkata ahli hikmah :

"Allah berfirman dalam kitab-Nya.
Tentang penyebab datangnya zina.
Wanitalah awal mulanya.
Karena mereka sumber fitnahnya.

Wanita pezina dan lelaki pezina.
Cambuklah ia seratus kali dera.
Sebab zina adalah hina.
Sebagai dosa penyebab murka.

Disebutkan wanita diawal firman-Nya.
Karena wanita sumber fitnahnya.
Demikianlah ketetapan dari-Nya.
Untuk menguji para pemuda.

Barangsiapa takwa pada-Nya 
Balasannya adalah surga.
Sebagai tempat tinggal termulia.
Bagi orang yang takut kepada-Nya."

Semoga tulisan ini bermanfaat untuk kaum muslimin dan muslimah seluruhnya dan menjadi wasilah bagi saudara-saudari kita untuk menambah ketakwaan kepada Allah 'Azza wa Jalla.
 
***
Dompu-Nusa Tenggara Barat : 21 Ramadhan 1441 H/14 Mei 2020

Penulis : Abu Dawud ad-Dombuwiyy
Artikel : Meciangi-d.blogspot.com

Related Posts: