BELUM ADA JUDUL

Bismillah. Alhamdulillahi Rabbil 'aalamiin. Wa shallallahu 'ala Nabiyyina Muhammadin wa 'ala aalihi wa shahbihi ajma'iin. Wa ba'du.

Dunia musik seperti fatamorgana yang dilihat oleh orang-orang yang kehausan atau seperti seseorang yang sedang meminum air lautan, semakin diminum semakin dia akan merasakan kehausan. 

Jika mereka yang bergelimang dalam dunia musik sudah mengatakan bahayanya musik, dekat dengan maksiat dan lain sebagainya, maka jangan anda mencobanya dengan mengatakan,  "Saya bisa bertakwa meskipun saya bermain musik."

Tidak ada pemusik itu yang bertakwa kepada Allah meskipun dia mengatakan saya ber-genre religi, apalagi yang ber-genre seperti gambar ilustrasi? Maka jelas tidak ada yang namanya ayat musik atau ayat yang menghalalkan musik, yang ada hanya ayat tentang pengharaman musik. Allah Ta'ala telah berfirman :

«وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَشْتَرِى لَهْوَ ٱلْحَدِيثِ لِيُضِلَّ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍۢ وَيَتَّخِذَهَا هُزُوًا ۚ أُو۟لَـٰٓئِكَ لَهُمْ عَذَابٌۭ مُّهِينٌۭ»

Artinya : "Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan". (QS. Lukman : 6).

Ibnu Katsir menjelaskan dalam tafsirnya :

روى ابن جرير : حدثني يونس بن عبد الأعلى قال : أخبرنا ابن وهب، أخبرني يزيد ابن يونس عن أبي صخر عن أبي معاوية البجلي عن سعِيد بن جبير عن أبي الصهباء البكري أنه سمع عبد الله بن مسعود وهو يسأل عن هذا الآية (وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَشْتَرِى لَهْوَ ٱلْحَدِيثِ لِيُضِلَّ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍۢ وَيَتَّخِذَهَا هُزُوًا ۚ أُو۟لَـٰٓئِكَ لَهُمْ عَذَابٌۭ مُّهِينٌ) فقال عبد الله بن مسعود : الغناء والله الذي لا إله إلا هو، يرددها ثلاث مرات، حدثنا عمرو بن علي، حدثنا صفوان بن عيسى، أخبرنا حميد الخراط عن عمار عن سعيد بن جبير، عن أبي الصهباء أنه سأل ابن مسعود عن قول الله (وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَشْتَرِى لَهْوَ ٱلْحَدِيثِ) قال : الغناء، وكذا قال ابن عباس وجابر وعكرمة وسعيد بن جبير ومجاهد ومكحول وعمرو بن شعيب وعلي بن بذيمة

.وقال الحسن البصري : نزلت هذه الآية (وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَشْتَرِى لَهْوَ ٱلْحَدِيثِ لِيُضِلَّ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِ بِغَيْرِعِلْمٍۢ) في الغناء والمزامير

"Ibnu Jarir telah meriwayatkan : Mengabarkan kepadaku Yunus bin 'Abdil A'la, ia mengatakan : Mengabarkan kepada kami Ibnu Wahb, mengabarkan kepadaku Yazid bin Yunus dari Abi Shakhr dari Abi Muawiyah al-Bajaliy dari Sa'id bin Jubair dari Abi Shahba' al-Bakriy bahwasannya dia mendengar 'Abdullah bin Mas'ud dan dia menanyakan tentang ayat ini (Artinya : Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan), berkata 'Abdullah bin Mas'ud : (maksudnya adalah) Nyanyian demi Allah yang tidak ada ilah kecuali Dia, 'Abdullah bin Mas'ud  mengulang ucapannya sebanyak tiga kali.

Menceritakan kepada kami 'Amr bin 'Ali, menceritakan kepada kami Shofwan bin 'Isa, mengabarkan kepada kami Humaid al-Khirath dari Sa'id bin Jubair, dari Abi Shahba' bahwasannya dia bertanya kepada Ibnu Mas'ud tentang firman Allah (Artinya : Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna), Ibnu Ma'sud mengatakan : (maksudnya adalah) Nyanyian, seperti itu juga ucapan Ibnu 'Abbas, Jabir, 'Ikrimah, Sa'id bin Jubair, Mujahid, Makhul, 'Amr bin Syu'aib dan 'Ali bin Badzimah."

Berkata Al-Hasan al-Bashriy : "Diturunkan ayat ini (Artinya : "Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan) yakni mengenai nyanyian dan seruling." [Tafsir Ibni Katsir, 3/394. Cet. Daarul Kutub al-'Ilmiyyah].

Allah Ta'ala juga berfirman pada ayat yang lain :

«وَالَّذِينَ لَا يَشْهَدُونَ الزُّورَ وَإِذَا مَرُّوا بِاللَّغْوِ مَرُّوا كِرَامًا»

Artinya : "Dan orang-orang yang tidak menyaksikan perbuatan zur, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (begitu saja) dengan menjaga kehormatan dirinya.” (QS. Al-Furqan : 72)

Berkata Asy-Syaikh ‘Abdurrahman bin Naashir As-Sa’di rahimahullah tentang firman Allah diatas :

والذين لا يشحدون الزور) أي : لا يحضرون الزور، أي : القول والفعل المحرم، فيجتنبون جميع المجالس، المستملة  على الأقوال المحرمة، أو الأفعال المحرمة، كالخوض في آيات الله، والجدال الباطل، والغيبة، والنميمة، والسب، والقذف، والاستهزاء، والغناء المحرم، وشرب الخمر، وفرش الحرير، والصور، ونحو ذلك، وإذا كانوا لا يشهدون الزور، فمن باب الأولى وأحرى، أن لا يقوله ويفعلوه

(Artinya : "Dan orang-orang yang tidak menyaksikan perbuatan zur) yaitu : tidak menghadiri perbuatan zur, yaitu ucapan dan perbuatan yang haram, maka jauhilah semua majelis yang mengandung ucapan-ucapan yang haram, atau perbuatan-perbuatan yang haram, seperti membicarakan tentang ayat-ayat Allah secara berlebihan, perdebatan yang bathil, ghibah dan namiimah (mengadu domba), mencaci-maki, menuduh berzina, mengolok-olok, nyanyian yang haram, meminum khamr, tikar dari sutra, gambar (makhluk bernyawa) dan selainnya. Apabila mereka tidak menyaksikan perbuatan zur, maka lebih-lebih lagi dan selainnya, mereka tidak akan mengatakan dan melakukan perbuatan zur". [Taisiirul Kariimir Rahmaan fii Tafsiiri Kalaamil Mannaan, hal. 587. Cet. Muassasatur Risaalah].

Imam al-Bukhari meriwayatkan dalam kitab shohihnya:

   وقال هشام بن عمار : حدثنا صدقة بن خالد : حدثنا عبد الرحمان بن يزيد بن جابر : حدثنا عطية بن قيس الكلابي : حدثنا عبد الرحمان بن غنم الأشعري قال : حدثني أبو عامر -أو أبو مالك- الأشعري، والله ما كذبني : سمع النبي صلى الله عليه وسلم يقول : ليكونن من امتي أقوام، يستحلون الحر والحرير، والخمر والمعازف، ولينزلن أقوام إلى جنب علم يروح عليهم بسارحة لهم، يأتيهم - يعني: الفقير - لحاجة فيقولون : ارجع إلينا غدًا، فيبيتهم الله ليلًا، ويضع العلم عليهم، ويمسخ آخرين قردة وخنازير إلى يوم القيامة

"Berkata Hisyam bin 'Ammar, menceritakan kepada kami Shodaqoh bin Khalid : menceritakan kepada kami 'Abdurrahman bin Yazid bin Jabir : menceritakan kepada kami 'Atiyyah bin Qais al-Kilaabiy : menceritakan kepada kami 'Abdurrahman bin Ganm al-Asy'ariy dia berkata : menceritakan kepadaku Abu 'Amr -atau Abu Malik- al-Asy'ariy, demi Allah saya tidak berdusta : dia mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : Sungguh akan ada dari umatku suatu kaum yang akan menghalalkan zina, menghalalkan sutra, menghalalkan khamr dan menghalalkan alat-alat musik. Dan beberapa kelompok orang sungguh akan singgah di lereng sebuah gunung dengan binatang ternak mereka, lalu seseorang mendatangi mereka  -yaitu orang fakir- untuk suatu keperluan, lalu mereka berkata, ‘Kembalilah kepada kami besok hari.’ Kemudian Allah mendatangkan siksaan kepada mereka dan menimpakan gunung kepada mereka serta Allah mengubah sebagian dari mereka menjadi kera dan babi sampai hari Kiamat." [HR. Al-Bukhari, no. 5590. Cet. Baitul Afkaar ad-Dauliyyah].

Digandengnya musik dengan zina, khomr dll, menunjukkan musik itu haram. 

Seperti itulah orang-orang yang mengikuti hawa nafsu, dia akan berusaha dengan cara apapun untuk mengelabui manusia dengan cara mentafsir ayat sesuai hawa nafsunya.

Jika gambar ilustrasi menunjukkan lalainya orang-orang yang candu musik sebagaimana pengakuan mereka, apakah anda harus bermain musik sehingga anda sendiri bisa mengetahui bagaimana jauhnya pemusik dari jalan Allah? Maka mari gunakan akal sehat.

Sehebat apapun seseorang, baik candu atau tidak, musik adalah racun, dan anda tidak akan bisa menjadi orang yang bertakwa kepada Allah dengan musik meskipun "religi". Maka bagaimana mungkin ada ayat musik dalam al-Qur'an. Jika ingin selamat, baca al-Qur'an dan lihat tafsiran para ulama salaf tentang apa maksud dari ayat tersebut. 

Penyair, beda dengan pemusik. Syair beda dengan musik. Dengan logika apa mereka menafsirkan ayat Allah yang mulia? Wallahu a'lam.

Ingat saudaraku, musik itu racun, melalaikan dari jalan Allah, ujungnya adalah penyesalan pada hari kiyamat.

***

Mataram, 28 April 2024

Penulis : Abu Dawud ad-Dombuwiyy 

Artikel : Meciangi-d.blogspot.com 

Related Posts:

KOBARKAN SEMANGAT DI SEPULUH HARI TERAKHIR

Bismillah. Walhamdulillah. Wa shallallahu 'ala Nabiyyina Muhammadin. Wa ba'du.

Sebentar lagi ramadhan akan berlalu, paksakan diri untuk membaca Al-Qur'an meskipun engkau terbata-bata. Dari Ibnu Mas'ud radhiyallahu 'anhu, ia berkata : Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

من قرأ حرفا من كتاب الله فله به حسنة حسنة والحسنة بعشر امثالها. لا أقول : (ألم) حرف ولكن ألف حرف ولام حرف وميم حرف.

"Barangsiapa yang membaca satu huruf dari kitabullah (al-Qur'an) maka baginya satu kebaikan, dan kebaikan itu akan dilipatkan sepuluh kali pahala. Aku tidak mengatakan Alif lam mim itu satu huruf, akan tetapi alif satu huruf, lam satu huruf, mim satu huruf." [HR. Tirmidzi. Lihat juga Fadhooilul Qur'aan hal.16].

Membaca al-Qur'an satu huruf mendapatkan satu pahala, dan satu pahala itu akan dilipat gandakan menjadi sepuluh pahala. Bagaimana jika membacanya di sepuluh hari terakhir bulan ramadhan? Lalu bagaimana lagi jika membacanya bertepatan dengan malam lailatul qodar? Sungguh ganjaran yang sangat melimpah dan berlipat-lipat. 

Karena itu, sadarlah sobat sekarang kita telah memasuki hari-hari perpisahan dengan bulan ramadhan. Kata-kata orang, hari perpisahan itu sangat berat bagi seorang mu'min, karena hati telah mengukir cinta di sudut-sudutnya.

Seorang penyair pernah mengatakan : 

"Cinta apabila telah mengakar, ikatan qolbu dengan bulan ramadhan akan membuahkan amal-amal kebaikan."

Karena itu tambatkan hatimu di akhir-akhir bulan ramadhan ini, belum terlambat sobat, meskipun engkau masih terbata-bata dalam membaca al-Qur'an. 

Jika kemarin semangatmu masih memudar dan melemah di awal-awal ramadhan, maka kibarkan kembali semangatmu, raih keutamaan sepuluh terakhir bulan ramadhan, karena itulah yang dilakukan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam jika telah masuk di sepuluh malam yang terakhir bulan ramadhan. 'Aisyah radhiyallahu 'anha mengatakan :

كان النبي صلى الله عليه وسلم إذا دخل الأشر شد مئزره وأحيا ليله وأيقظ أهله

"Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam apabila telah masuk sepuluh hari terakhir (bulan ramadhan), beliau mengencangkan sarungnya, menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya." [HR. Al-Bukhari, no.2024. Muslim, no.1174].

Sekarang masa-masa liburan, letakkan sejenak ponselmu sobat, singsingkan lengan bajumu, hidupkan malam-malam terakhir bulan ramadhan dengan membaca al-Qur'an dan ibadah lainnya. Kita sebenarnya  bisa, mampu, namun yang lemah itu bukan jasad, tapi hati kita yang lemah, jauh dari al-Qur'an, jauh dari ibadah, jauh dari ketaatan kepada Allah 'Azza wa Jalla dan dekat dengan berbagai kemaksiatan dan kemungkaran. 

Lebih Utama dari Seribu Bulan

Ibadah di sepuluh malam terakhir bulan ramadhan memiliki keutamaan yang agung, karena didalamnya ada satu malam yang lebih baik dari 1000 bulan. Allah Ta'ala berfirman :

إِنَّآ أَنزَلْنَـٰهُ فِى لَيْلَةِ ٱلْقَدْرِ. وَمَآ أَدْرَىٰكَ مَا لَيْلَةُ ٱلْقَدْرِ. لَيْلَةُ ٱلْقَدْرِ خَيْرٌۭ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍۢ. تَنَزَّلُ ٱلْمَلَـٰٓئِكَةُ وَٱلرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمْرٍۢ. سَلَـٰمٌ هِىَ حَتَّىٰ مَطْلَعِ ٱلْفَجْرِ

Artinya : "Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?. Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar." (QS. Al-Qodr : 1-5).

Beribadah pada malam lailatul qodar setara dengan seribu bulan, kurang lebih sama seperti beribadah selama 83 tahun. Satu kedermawanan yang luar biasa dari Allah 'Azza wa Jalla bagi umat ini. Seolah-olah Allah sedang memperdagangankan surga-Nya untuk orang-orang yang beriman. Mari jangan lemah sobat, kobarkan semangat, lawan rasa malas, dan beli surga yang sedang Allah perdagangkankan dengan semangat tanpa letih, karena sejatinya kita tidak pernah tau, bisa jadi ini merupakan ramadhan kita yang terakhir. Wallahu a'lam.

***

Gresik, 22 Ramadhan 1445 H/1 April 2024

Penulis : Abu Dawud ad-Dombuwiyy 

Artikel : Meciangi-d.blogspot.com 

Related Posts: