PEMBAGIAN CINTA

Bismillah, alhamdulillahi Rabbil 'aalamiin, wa shallallahu 'ala Nabiyyina Muhammadin wa 'ala aalihi wa shahbihi ajma'iin, wa ba'du'.

Jika kita berbicara tentang permasalahan Cinta, pikiran kita akan terbawa pada dimensi yang sangat rendah lagi hina, yaitu cinta antara seorang laki-laki yang bukan mahram terhadap wanita yang bukan mahramnya atau sebaliknya. Padahal disana masih ada jenis cinta yang lain, yang para ulama membaginya menjadi 4 bagian :

1. Cinta ibadah
2. Cinta syirik
3. Cinta maksiat
4. Cinta tabiat.

Berkata Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab Al-Washabi :

: أقسام المحبة أربعة

«الأول : محبة عبادة، وهي حب الله، وحب ما يحبه الله، قال تعالى : «وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ أَشَدُّ حُبًّۭا لِّلَّهِ

الثاني : محبة شركية، وهي حب غير الله كحل الله أو أشد، قال تعالى : «وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَتَّخِذُ مِن دُونِ ٱللَّهِ أَندَادًۭا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ 
«ٱللَّهِ 

الثالث : محبة معصية، وهي كحل الحرام، والبدع وأصحاب المعاصي والأهواء وغير ذلك من المحبة المخالفة للشرع

الرابع : محبة طبيعة كحب الأولاد والأهل والنفس وغير ذلك من المباحات، لكن يجب أن تكون طبيعية

فإذا شغلت الشخص عن طاعة الله فترك بعض الواجبات فهي محبة معصية، فإذا طغت على حياته وقلبه، وأحبها كحب الله أو أشد
.فهي محبة شركية

[تحفة المريد شرح القول المفيد، ص : ٨٤-٨٨. مكتبة الإرشاد]

"Macam-macam cinta ada 4 :

Yang Pertama : Cinta yang bersifat ibadah, yaitu cinta kepada Allah, dan cinta kepada apa-apa yang Allah cintai, Allah Ta'ala berfirman : «Artinya : "Adapun orang-orang yang beriman sangat besar cintanya kepada Allah"...»

Yang Kedua : Cinta yang bersifat syirik, yaitu cinta kepada selain Allah seperti cintanya kepada Allah atau lebih besar lagi, Allah Ta'ala berfirman : «Artinya : "Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah"...»

Yang Ketiga : Cinta yang bersifat maksiat, seperti cinta pada keharaman, bid'ah, ahli maksiat,-pengikut hawa nafsu dan selain itu dari kecintaan yang menyelisihi syariat.

Yang Keempat : Cinta yang bersifat tabiat, seperti cinta kepada anak-anak, keluarga, diri sendiri dan selain dari itu dari perkara-perkara yang boleh, akan tetapi wajib menjadikan cinta tersebut (cinta kepada anak-anak, keluarga diri sendiri dan lain-lain) bersifat tabiat.

Namun apabila cinta itu menyibukkan seseorang dari ketaatan kepada Allah dan meninggalkan sebagian kewajiban-kewajiban maka ia merupakan cinta yang bersifat maksiat. Apabila cinta itu menjadikan ia melampau batas (dzolim) terhadap kehidupannya dan hatinya, dan ia mencintai kehidupannya  sebagaimana dia mencintai Allah atau lebih besar lagi, maka cinta tersebut merupakan cinta yang bersifat syirik." [Tuhfatul Muriid Syarhu Al-Qaulil Mufiid, hal. 84-88. Maktabatul Irsyaad]


Faedah yang bisa di diambil :

1. Cinta itu bermacam-macam, para ulama membaginya menjadi 4 bagian

2. Pertama, cinta yang bersifat ibadah, yaitu cinta kepada Allah dan cinta terhadap apa-apa yang dicintai oleh Allah. Barangsiapa yang memberikan cinta jenis ibadah ini untuk selain Allah, maka dia telah berbuat syirik besar.

3. Kedua, cinta yang bersifat syirik, yaitu cinta kepada selain Allah seperti ia mencintai Allah atau lebih besar lagi. Yang dimaksud dengan selain Allah yaitu seluruh alam semesta, bisa berupa manusia, berhala, bintang-bintang dan segala sesuatu yang dijadikan sebagai tandingan-tandingan selain Allah. Dan cinta yang bersifat syirik ini akan menafikan seluruh pokok keimanan.llah. Dan cinta yang bersifat syirik ini akan menafikan pokok keimanan.

4. Ketiga, cinta yang bersifat maksiat, seperti cinta pada keharaman, bid'ah, cinta kepada ahli maksiat, cinta kepada pengikut hawa nafsu dan selain itu dari kecintaan-kecintaan yang menyelisihi syariat. Dan cinta yang bersifat maksiat ini akan menafikan kesempurnaan tauhid dan menafikan kesempurnaan iman. Apabila seseorang mencintai keharaman, bid'ah, mencintai pelaku maksiat, menolongnya, maka dia akan dikumpulkan bersama orang yang dia cintai tersebut.

5. Keempat, cinta yang bersifat tabiat, seperti cinta kepada anak-anak, keluarga, orang tua, istri dan yang sejenisnya. Cinta tabiat ini boleh dan tidak tercela. Namun apabila cinta ini menyibukkan seseorang dari ketaatan kepada Allah dan meninggalkan sebagian kewajiban-kewajiban yang diwajibkan kepadanya maka cinta itu berubah menjadi cinta yang bersifat maksiat.

Namun apabila cinta itu menjadikan ia dzolim terhadap kehidupannya dan hatinya, seperti mencintai suaminya dengan kecintaan yang berlebihan, mencintai anak-anaknya dengan kecintaan yang melampaui batas, atau mencintai ayah dan ibunya dengan kecintaan yang setara dengan cintanya kepada Allah atau bahkan lebih besar lagi, maka cinta tabiat yang asalnya boleh tersebut berubah menjadi cinta yang syirik.

Semoga tulisan ini bermanfaat.


Related Posts:

TEMPAT ISTIRAHAT YANG SEJATI


Bismillah, alhamdulillahi Rabbil 'aalamiin. Wa shallallahu 'ala Nabiyyina Muhammadin wa 'ala aalihi wa shahbihi ajma'iin, wa ba'du.

Sobat, perbanyaklah mengingat penghancur kelezatan yaitu kematian, agar hati kita menjadi lembut. Banyak mengingat kematian termasuk sebab lembutnya hati, itulah sebabnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sering mengingatkan kita tentang hal ini. Dalam sebuah hadits, Rasulullah shallallahu 'alaihissalam pernah bersabda :

.((عن أبي هريرة قال: قال رسولُ الله صلى الله عليه وسلم : ((أكثروا ذكر هادم اللَّذات: الموت
[رواه الترمذي، والنَّسائي، وصحَّحه ابن حبَّان]

Dari Abu Hurairoh berkata : Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : ((Perbanyaklah mengingat penghancur keledzatan : yaitu kematian)). [Diriwayatkan oleh Tirmidzi, Nasaa'i dan dishohihkan oleh Ibnu Hibban]

Dunia adalah tempat keletihan dan kepayahan sobat, letih dengan amal sholeh atau letih dengan dosa dan maksiat. Barangsiapa yang letihnya karena melakukan amal-amal ketaatan, menuntut ilmu, menyambung silaturrahim, berbakti kepada orang tua, dan amal-amal ketaatan lainnya maka dialah orang yang beruntung. Dan barangsiapa yang letihnya karena melakukan dosa dan maksiat, berzina, tenggelam dalam fitnah syubuhat dan syahawat, melakukan bid'ah dan khurofat maka dialah orang yang celaka.

Sesungguhnya kita semua adalah bilangan hari, setiap hari berlalu, semakin dekat pula kita dengan kematian. Jika engkau letih berada diatas dunia yang fana ini, maka dunia ini memang tempat keletihan. Barangsiapa yang letihnya karena menanam amal kebaikan demi mencari ridho Allah, maka dia akan memanennya kelak di surga Allah, dan barangsiapa yang letihnya karena menanam amal keburukan serta dosa dan maksiat, maka dia pula yang akan menuai hasilnya kelak di neraka Allah 'Azza wa jalla.

Ketahuilah, tempat peristirahatan sejati bagi kita dari keletihan dunia, dari keletihan beramal sholeh, dari keletihan menahan diri dari dosa dan maksiat adalah surga, dan itulah tempat tinggal bagi orang-orang yang bertakwa. Allah Ta'ala berfirman :

«وَتِلْكَ ٱلْجَنَّةُ ٱلَّتِىٓ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ»

Artinya : "Dan itulah surga yang diwariskan kepada kalian disebabkan karena amal-amal yang dahulu kamu kerjakan." (QS. Az-Zukhruf : 72)

Allah 'Azza wa Jalla juga berfirman :

«فَمَن زُحْزِحَ عَنِ ٱلنَّارِ وَأُدْخِلَ ٱلْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَآ إِلَّا مَتَـٰعُ ٱلْغُرُورِ».

Artinya : "Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan." (QS.Ali Imran : 185)

Related Posts:

NAKIROH DALAM KONTEKS PENAFIAN ATAU LARANGAN AKAN MEMBERIKAN MAKNA UMUM

Bismillah, alhamdulillahi Rabbil 'aalamiin, wa shallallahu 'ala Nabiyyina Muhammadin wa 'ala aalihi wa shahbihi ajma'in, wa ba'du.

Suatu kata bisa bermakna umum atau bermakna khusus, diantara yang bermakna umum adalah isim nakiroh dalam konteks kalimat peniadaan atau larangan. Berkata Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa'di dalam kitab Al-Qowaaidul Fiqhiyyah :

والنكرات في سياق النفي تعطي العموم أو سياق النهي

"Nakiroh dalam kalimat peniadaan atau larangan akan memberikan makna umum."

Kemudian Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa'di menjelaskan maksud qoidah di atas :

.إذا جاءت النكرة بعد النفي، أو جاءت بعد النهي، دلت على العموم والشمول

فمثال النكرة النكرة في سياق النفي ((لا *إله* الا الله)) نفت كل إله في السماء، والأرض، وأثبتت إلهية الله -تعالى- وكذلك لا حول ولا قوة إلا بالله، أي : لا تحول من حال من جميع الأحوال ولا قوة على ذلك التحويل إلا بالله. وكذا قوله -تعالى- «وَلَا يُحِيطُونَ
.بِشَىْءٍۢ مِّنْ عِلْمِهِۦٓ إِلَّا بِمَا شَآءَ ۚ ». وقوله -تعالى- : «يَوْمَ لَا تَمْلِكُ نَفْسٌۭ لِّنَفْسٍۢ شَيْـًۭٔا ۖ » يعم كل نفس، وكل شيء

ومثال النكرة في سياق النهي : قوله -تعالى- «وَلَا تَدْعُ مَعَ ٱللَّهِ إِلَـٰهًا ءَاخَرَ ۘ», «وَأَنَّ ٱلْمَسَـٰجِدَ لِلَّهِ فَلَا تَدْعُوا۟ مَعَ ٱللَّهِ أَحَدًۭا» شامل كل 
«أحد «وَلَا تَقُولَنَّ لِشَا۟ىْءٍ إِنِّى فَاعِلٌۭ ذَٰلِكَ غَدًا. إِلَّآ أَن يَشَآءَ ٱللَّهُ

[القواعد الفقهية، ص : ٣٧-٣٨،ّ دار ابن الجوزي]

"Apabila datang nakiroh setelah kalimat penafian, atau datang nakiroh setelah kalimat larangan, maka nakiroh itu menunjukkan keumuman dan mencakup semua.

Dan contoh nakiroh dalam kalimat penafian yaitu _laa ilaaha illallah_,  kalimat tersebut menafikan seluruh sesembahan di langit maupun di bumi, dan menetapkan uluhiyyah untuk Allah Ta'ala. Seperti itu juga laa haula wa laa quwwata illa billah  (Tidak ada daya upaya dan kekuatan kecuali dengan kekuatan Allah), yaitu : tidak berubah suatu keadaan dari keadaan-keadaan itu dan tidak pula ada kekuatan atas perubahan itu kecuali dengan kekuatan dari Allah. Seperti itu juga firman Allah Ta'ala : «Artinya : "Mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya."», Allah Ta'ala berfirman : «Artinya : "(Yaitu) hari (ketika) seseorang tidak berdaya sedikitpun untuk menolong orang lain."» yaitu berlaku untuk seluruh jiwa dan segala sesuatu.

Dan contoh nakiroh dalam kalimat larangan : firman Allah Ta'ala : «Artinya : "Janganlah kamu menyembah di samping (menyembah) Allah, tuhan apapun yang lain."», «Artinya : "Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping (menyembah) Allah."» menyeluruh untuk semua orang, «Artinya : "Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan tentang sesuatu: "Sesungguhnya aku akan mengerjakan ini besok pagi, kecuali (dengan menyebut): "Insya Allah".» [Al-Qowaaidul Fiqhiyyah, hal : 37-38, Cet. Daar Ibnil Jauziy]


Faedah yang bisa di ambil :

1. Kalimat nakiroh dalam  konteks peniadaan akan memberikan makna umum. Contoh firman Allah laa ilaaha illallah, kata «إله» kata nakiroh dalam konteks penafian «لا», kata ini memberikan makna umum mencakup segala jenis sesembahan baik di langit maupun di bumi bahkan diseluruh alam semesta. Sehingga jika kita mengucapkan kalimat laa ilaaha illallah seolah-olah maknanya tidak ada sesembahan yang benar baik di langit maupun di bumi bahkan diseluruh alam semesta kecuali Allah semata.

2. Kalimat laa haula wala quwwata illa billah kata haula (حول) dan kata quwwata (قوة) nakiroh dalam konteks penafian, sehingga kata haula (حول) maupun quwwata (قوة) memiliki makna umum yaitu  Tidak ada daya upaya (apapun) dan  kekuatan (manapun) kecuali dengan kekuatan Allah.

3. Firman Allah :

«وَلَا يُحِيطُونَ بِشَىْءٍۢ مِّنْ عِلْمِهِۦٓ إِلَّا بِمَا شَآءَ ۚ »

Kata (بِشَىْءٍۢ) kalimat nakiroh dalam konteks penafian, sehingga kata tersebut bermakna umum artinya : "Mereka tidak mengetahui sesuatu apapun dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya." 

4. Demikian juga dengan firman Allah Ta'ala :

«يَوْمَ لَا تَمْلِكُ نَفْسٌۭ لِّنَفْسٍۢ شَيْـًۭٔا ۖ»

Kata (نَفْسٌۭ) dan (شَيْـًۭٔا) kalimat nakiroh dalam konteks penafian, ia bermakna umum, "(Yaitu) hari (ketika) setiap jiwa tidak berdaya sedikitpun untuk menolong orang lain." Maknanya seluruh jiwa tidak berdaya sedikitpun untuk menolong orang lain siapapun dia.

Itulah yang dikatakan oleh Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di rahimahullah :

.وقوله تعالى : «يَوْمَ لَا تَمْلِكُ نَفْسٌۭ لِّنَفْسٍۢ شَيْـًۭٔا ۖ » يعم كل نفس، وكل شيء

"Firman Allah Ta'ala : «Artinya : "(Yaitu) hari (ketika) setiap jiwa tidak berdaya sedikitpun untuk menolong orang lain."» ia berlaku untuk seluruh jiwa dan segala sesuatu.

5. Selain kalimat nakiroh dalam konteks penafian, kalimat nakiroh dalam konteks larangan juga akan memberikan makna umum. Contoh :

«وَلَا تَدْعُ مَعَ ٱللَّهِ إِلَـٰهًا ءَاخَرَ ۘ»

Kata (إِلَـٰهًا) kalimat nakiroh dalam konteks larangan (لا), dia akan memberikan makna yang umum : "Janganlah kamu menyembah di samping (menyembah) Allah, tuhan apapun yang lain." Maksudnya tuhan manapun yang disembah selain Allah.

6. Firman Allah :

«وَأَنَّ ٱلْمَسَـٰجِدَ لِلَّهِ فَلَا تَدْعُوا۟ مَعَ ٱللَّهِ أَحَدًۭا»

Kata (أَحَدًۭا) nakiroh dalam konteks larangan (لا), kalimat ini bermakna umum : "Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping (menyembah) Allah."

Berkata Asy-Syaikh As-Sa'di tentang makna (أَحَدًۭا) :

شامل كل أحد

"Menyeluruh untuk semua orang."

7. Firman Allah :

«وَلَا تَقُولَنَّ لِشَا۟ىْءٍ إِنِّى فَاعِلٌۭ ذَٰلِكَ غَدًا. إِلَّآ أَن يَشَآءَ ٱللَّهُ ۚ»

«Artinya : "Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan tentang sesuatu : "Sesungguhnya aku akan mengerjakan ini besok pagi, kecuali (dengan menyebut): "Insya Allah".»

Maknanya  (لِشَا۟ىْءٍ) umum sesuatu apapun, karena nakiroh dalam konteks larangan akan memberikan makna umum.

8. Contoh lain selain yang disebutkan oleh Asy-Syaikh diatas misalnya firman Allah Ta'ala :

«وَٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا۟ بِهِۦ شَيْـًۭٔا ۖ»

Artinya : "Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun." (QS. An-Nisaa' : 36)

Kata (شَيْـًۭٔا) nakiroh dalam konteks larangan, makna yang umum, janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Kata sesuatu apapun menyangkut segala sesuatu, baik malaikat, para Nabi, orang-orang sholeh, para wali Allah, berhala-berhala, patung, pohon, mata air, batu, bintang-bintang, bulan, matahari, tukang ramal, dukun, kuburan yang di sembah, dan segala sesuatu apapun yang di sembah selain Allah.

Berkata Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa'di :

والنكرات في سياق النفي تعطي العموم أو سياق النهي

"Nakiroh dalam kalimat peniadaan atau larangan akan memberikan makna umum."

Masih banyak faedah-faedah lainnya, semoga yang sedikit ini bermanfaat.

Related Posts:

BAHAYA BELAJAR AGAMA SECARA OTODIDAK


Kebodohan tidak hanya menyesatkan manusia, tapi juga bisa merenggut nyawa manusia itu sendiri, dan itulah pentingnya belajar dan bertanya jika kita tidak mengetahui. Allah Ta'ala berfirman : 

«فَسْـَٔلُوٓا۟ أَهْلَ ٱلذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ»

Artinya : "Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui." (QS. An-Nahl : 43)

Tapi realita yang terjadi, banyak juga orang-orang yang tidak ingin bertanya kepada ahlinya padahal ia tidak tahu, sebagaimana sebuah kisah yang dibawakan oleh Asy-Syaikh Sholeh Fauzan, yang  menunjukkan kepada kita tentang pentingnya bertanya kepada ahlul 'ilmi (orang-orang yang berilmu) jika memang kita tidak mengetahui tentang suatu permasalahan. Dan kisah ini juga menunjukkan akan bahayanya belajar ilmu agama secara otodidak. Berkata asy-Syaikh Sholeh Fauzan hafidzahullah : 
 
يذكر أن رجلا طالع صحيح البخاري وهو أصح"
 كتاب بعد القرآن الكريم فجاء على حديث : " الحبة السوداء شفاء من كل داء " ، فقرأها : " الحية السوداء " بالياء ، فذهب وبحث عن حية سوداء، ثم قتلها وأكلها فمات من أثر السم ، فلو سأل عالما ! عن
..هذه اللفظة وتأكد منها لسلم
فمجرد المطالعة من دون الرجوع إلى أهل
..العلم، مضرة عظيمة على اﻹنسان وعلى غيره
"فانظر كم أهلك المتعالمون !! ، من الناس
[ طرق تعلم العلم : صفحة - ١٠ ]

"Disebutkan bahwasanya ada seorang laki-laki membaca Shohih al-Bukhari yaitu kitab yang paling shohih setelah al-Qur'an yang mulia, maka dia membaca hadits : "Habbatus Sauda' (jinten hitam) obat segala penyakit", tapi dia membacanya : "Hayyatus Sauda' (ular hitam)" dengan huruf ya', maka diapun pergi dan mencari ular hitam, kemudian dia membunuhnya dan memakannya maka diapun mati disebabkan karena pengaruh racun ular tersebut, seandainya dia bertanya kepada orang yang berilmu tentang makna kata tersebut dan memastikannya, niscaya dia akan terlepas dari bahaya. Adapun semata-mata menelaah tanpa kembali (merujuk) kepada ahli ilmu, maka mudhorot yang besar akan menimpa orang tersebut dan juga orang lain.

Maka lihatlah berapa banyak orang-orang yang menampakkan keilmuan!!, telah membinasakan sebagian manusia." [Thuruqu Ta'allumil 'Ilmi : hal. 10] (Sumber : Dikutip dan diterjemahkan secara bebas dari grup WA para Asatidzah Musafir Ilmu)

FAEDAH YANG BISA DIAMBIL :

1. Dari kisah ini menunjukkan kepada kita bahwa jika ada suatu permasalahan yang kita tidak ketahui, maka wajib kita bertanya kepada ahlinya, bukan malah mencukupkan dengan kemampuan diri kita yang serba terbatas, apalagi misalnya sampai-sampai merasa sok pintar, dan ini semua termasuk diantara akhlak-akhlak yang buruk.

2. Dari kisah diatas maka benar sekali apa yang dikatakan oleh pepatah, "malu bertanya sesat dijalan". Bahkan yang lebih parah lagi, bukan hanya sekedar "malu bertanya sesat dijalan" tapi "malu bertanya mati dijalan". Semoga Allah menjaga kita dari hal ini.

3. Dalam kisah diatas terdapat pula faedah lain yang tidak kalah penting yaitu pentingnya mempelajari ilmu bahasa arab, diantaranya ilmu nahwu dan ilmu shorof, karena dengan kedua ilmu ini akan menjadi washilah yang dapat memudahkan seseorang dalam memahami kalam Allah dan kalam Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam sebagaimana yang disebutkan oleh para salaf dalam kitab-kitab mereka diantaranya Asy-Syaikh Muhammad bin Sholeh al-'Utsaimin dalam kitab syarah Jurumiyyah, serta akan mengokohkan lisan kita dari al-lahn (kesalahan dalam tata bahasa arab). 

4. Pentingnya belajar kepada ahlinya dan mencari guru untuk mendapatkan barokah ilmu yang bermanfaat

5. Tercelanya belajar secara otodidak. 

6. Orang yang bodoh dia tidak saja membinasakan dirinya dalam kehancuran, tapi dia juga dapat membinasakan orang lain yang berada disekitarnya.

7. Kitab shohih al-Bukhari adalah kitab yang paling shohih setelah al-Qur'an.

8. Imam al-Bukhari adalah Imam ahli hadits yang sangat terkenal, beliau berasal dari kota Bukhara, beliau belajar kepada ulama-ulama terkenal, diantaranya Imam Ahmad bin Hambal, Ali bin al-Madini, Yahya bin Ma'in dan ulama-ulama besar lainnya.

9. Asy-Syaikh Sholeh Fauzan termasuk ulama besar abad ini.

10. Habbatus Sauda' (jinten hitam) adalah obat segala macam penyakit kecuali kematian.

11. Salah membaca hadits dapat menyebabkan kematian sebagaimana kisah diatas. Namun salah membaca ayat juga dapat menyebabkan kekafiran sebagaimana yang disebutkan dalam sebuah atsar tentang Bani Israil :

وقال علي - رضي الله عنه -: تعلَّموا النَّحو؛ فإنَّ بني إسرائيل كفروا بحرفٍ واحد كان في الإنجيل الكريم
،مسطورًا، وهو: أنا وَلَّدت عيسى. بتشديد اللام
.فخَفَّفوه، فكَفَرُوا

Berkata Ali -radhiyallahu 'anhu- : "Pelajarilah ilmu nahwu ; karena bani Israil kafir dengan sebab satu huruf yang tertulis dalam kitab Injil yang mulia, yaitu : ((أنا ولّدت عيسى)) ((saya telah melahirkan 'Isa)). Dengan mentasydidkan huruf lam. Mereka menganggap ringan hal itu, maka merekapun kafir." https://www.alukah.net/literature_language/0/3138/

12. Ular termasuk binatang yang berbahaya dan dianjurkan untuk dibunuh bukan untuk dimakan.

13. Pentingnya mempelajari ilmu agama.

Masih banyak faedah-faedah lain yang tersembunyi dari kisah ini, semoga yang sedikit ini bermanfaat untuk para penuntut ilmu. Baarakallahu fiikum.

Related Posts:

MACAM-MACAM DHOMIR #2


Bismillah, alhamdulillahi Rabbil 'aalamiin, wa shallallahu 'ala Nabiyyina Muhammadin wa 'ala aalihi wa shahbihi ajma'iin, wa ba'du.

Sebelum ini kita telah membahas tentang masalah dhomir dengan judul Macam-Macam Dhomir.  Sangat diharapkan bagi penuntut ilmu untuk membaca tulisan tersebut setelah membaca tulisan Macam-Macam Dhomir #2 ini.

Memang benar, dalam pembelajaran ilmu nahwu, selalu saja materi dhomir menjadi materi yang sedikit merepotkan para penuntut ilmu. Sebenarnya jika kita teliti dan menyimak, menulis dan memurojaah, tentunya materi dhomir itu tidak sesulit yang kita bayangkan. Kuncinya satu, simak baik-baik penjelasan Ustadz atau guru yang mengajarkan kita, bertanya jika tidak mengerti, dan yang tak kalah penting adalah tulis semua apa yang dirasa sulit, karena menulis itu termasuk mengikat ilmu. Dalam beberapa atsar, para shalafus sholeh pernah menyebutkan :

وقد أثر عن السلف حفظ العلم بالكتابة، فقال ابن عباس رضي الله عنهما: ( قيدوا العلم بالكتاب) وكان أنس رضي الله عنه يقول
 .لبنيه: ( يا بني قيدوا العلم بالكتاب) وقال الضحاك رحمه الله: ( إذا سمعت شيئا فاكتبه ولو في حائط)

"Sungguh mengikat ilmu dengan tulisan telah ada atsarnya dari salaf. Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma telah mengatakan : ((Ikatlah ilmu dengan tulisan)). Anas radhiyallahu 'anhu mengatakan kepada anaknya : ((Wahai anak ku, ikatlah ilmu dengan tulisan)). Berkata adh-Dhohhak rahimahullah : ((Jika engkau telah mendengar sesuatu, maka tulislah ia walaupun di dinding))." https://www.alukah.net/sharia/0/98523/

Kuncinya adalah mencatat dan menulis, memurojaah dengan sungguh-sungguh, jika belum mengerti bertanyalah kepada ahlinya. Karena itu catat tulisan ini, dan fahami dengan sebaik-baiknya, dan kita akan mulai pembahasan tentang dhomir.

MACAM-MACAM DHOMIR


Dhomir secara umum terbagi menjadi 3 jenis :

1. Dhomir Munfashil (terpisah)
2. Dhomir Muttashil (bersambung)
3. Dhomir Mustatir (tersimpan/tersembuyi)

Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada gambar.1 dibawah ini :
Gambar .1

1. Dhomir Munfashil (terpisah) terbagi menjadi dua :
a. Munfasil Rofa'
b. Munfashil Nashob
Selengkapnya lihat gambar.2 di bawah ini :
Gambar .2

Setelah membacanya maka cobalah untuk menghafalnya, jika anda menguasai dhomir, maka belajar nahwu itu akan menjadi mudah.

2. Dhomir Muttashil (bersambung) terbagi menjadi tiga : 
a. Muttashil Rofa
b. Muttashil Nashob
c. Muttashil Jar
Selengkapnya lihat gambar.3 di bawah ini :
Gambar .3
Mari fokus saja pada warna biru yang berada di ujung-ujung kalimat pada tabel diatas, warna-warna biru diujung tabel diatas itulah yang disebut sebagai dhomir muttashil, baik rofa, nashob maupun jar
Muncul pertanyaan :
>>Kenapa pada dhomir Muttashil Rofa diatas tidak terdapat kata كَتَبَ  (Kataba) dan kata كَتَبَتْ (Katabats)nya?

>>Jawab : Karena kata كَتَبَ  (Kataba) dan juga kata كَتَبَتْ (Katabats) keduanya tidak masuk pada dhomir Muttashil Rofa, tapi keduanya masuk pada dhomir Mustatir Jawaazan.

Perhatikan gambar.4 dibawah ini :
Gambar .4

Pada gambar.4 diatas, terlihat bahwa panah merah pada kata كَتَبَ  (Kataba) dan kata كَتَبَتْ (Katabats) terkadang didalamnya dhomir Mustatir Jawazan. Sedangkan 12 tashrifan yang berwarna biru sisanya terkandung didalamnya dhomir Muttashil Rofa.
Cat : Dhomir Muttashil Rofa tidak hanya ada pada fiil Madhi saja, tapi ada juga pada fiil Mudhari dan fiil Amr. Perhatikan gambar.5 di bawah ini : 
Gambar.5

Panah warna biru pada gambar diatas menunjukkan ada 9 dhomir Muttashil Rofa pada fiil mudhori. Sedangkan panah warna merah menunjukkan ada  2 dhomir Mustatir Jawaazan pada fiil Mudhori, dan panah warna hijau menunjukkan ada 3 dhomir Mustatir Wujuuban pada fiil Mudhori, yaitu pada mukhathab (orang yang diajak berbicara/orang kedua), pada muttakallim (orang yang berbicara/orang pertama), dan sisanya ada pada fill Amr pada gambar.6 dibawah ini :
Gambar.6

Panah warna biru pada gambar.6 diatas terdapat 5 dhomir Muttashil Rofa, sedangkan pada panah warna hijau mengandung satu dhomir Mustatir Wujuuban pada kata اكْتُبْ (Uktub), dan untuk lebih jelasnya silahkan lihat tabel 7 dibawah.

3. Dhomir Mustatir (tersimpan/tersembunyi) terbagi menjadi 2 :
a. Mustatir Jawaazan (boleh nampak)
b. Mustatir Wujuuban (wajib tersimpan/tersembunyi)
Sebenarnya pembahasan tentang dhomir Mustatir Jawaazan dan dhomir Mustatir Wujuuban sudah dijabarkan pada penjelasan tentang dhomir Muttashsil Rofa pada gambar 4, 5 dan 6 diatas. Dan rangkumannya adalah seperti terlihat pada gambar.7 dibawah ini :
Gambar.7

Pada gambar.7 diatas, untuk panah pertama, disitu ada ada 4 fiil, dua fiil Madhi dan dua fiil Mudhori. Pada fiil Madhi ada dua dhomir mustatir Jawaazan, yaitu pada kata كَتَبَ  (Kataba) dan kata كَتَبَتْ (Katabats), sedangkan dua lainnya ada pada fiil mudhori يَكْتُبُ (Yaktubu) dan تَكْتُبُ (Taktubu). Fiil Madhi dan Mudhori pada panah pertama tabel.7 menunjukkan orang ke tiga ghoib dan ghoibah untuk 1 laki-laki dan 1 wanita. Dan secara lengkapnya silahkan baca kembali penjelasan gambar.3, gambar.4 gambar.5 dan gambar.6 diatas.

Pada panah kedua dari gambar.7 diatas, terdapat 4 kata kerja, tiga dari fiil Mudhori yaitu تَكْتُبُ (Taktubu) untuk mukhathab (orang kedua), أَكْتُبُ (Aktubu) yaitu untuk mutakallim (orang pertama) dan terakhir yaitu نَكْتُبُ (Naktubu) untuk mutakallim (orang pertama). Adapun sisanya yaitu fiil Amr untuk mukhathab (orang kedua untuk 1 laki-laki) yaitu اكْتُبْ (Uktub).


KESIMPULAN :

1. Dhomir Munfashil Rofa adalah dhomir yang terpisah dan terdiri dari 14 dhomir. Ciri-ciri dhomir Munfashil Rofa yaitu dimulai dari dhomir هُوَ (Huwa) dan diakhiri dengan dhomir نَحْنُ (Nahnu) dan dia biasanya menjadi mubtada, fail, atau naibul fail atau menjadi dhomir fashl (pemisah).

2. Dhomir Munfasil Nashob adalah dhomir yang bersambung dengan lafadz إِيّا (Iyya), contohnya seperti surat Al-Fatihah ayat ke lima :

 إِيّاكَ نَعْبُدُ وَ إِيّاكَ نَسْتَعِيْن 

Artinya : "Hanya Engkaualah yang kami sembah dan hanya kepadamu kami meminta pertolongan." (QS. Al-Fatihah : 5)

Dhomir َك pada surat Al-Fatihah diatas adalah dhomir munfashil nashob. 

3. Dhomir هُ (Hu) hingga dhomir نَا (Na), bila bersambung dengan إِيّا (Iyya) maka dia disebut sebagai dhomir Munfashil Nashob. Contoh lihat gambar 3 diatas.

4. Dhomir هُ (Hu) hingga dhomir نَا (Na), bila bersambung dengan fiil madhi, mudhori, atau fiil amr, maka dia disebut dhomir Muttashil Nashob. Contoh lihat gambar 3 diatas.

5. Dhomir هُ (Hu) hingga dhomir نَا (Na), bila bersambung dengan isim maka dia disebut dhomir Muttashil Jar. Contoh lihat gambar 3 diatas.

6. Dhomir هُ (Hu) hingga dhomir نَا (Na), bila bersambung dengan huruf nashob Inna maka dia disebut sebagai isim Inna. Contoh firman Allah :

إِنَّهُ، هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ

Artinya : "Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Baqaroh : 37)

7. Dhomir Muttashil Rofa adalah dhomir yang bersambung dengan fiil Madhi, fiil Mudhori, dan fiil Amr. Pada fiil madhi ada 12 dhomir Muttashil, pada fiil Mudhori ada 9 dhomir Muttashil, sedangkan pada fiil Amr ada 5 dhomir Muttashil. Lihat gambar 4, 5, dan gambar 6 diatas.

8. Dhomir Mustatir Jawaazan adalah dhomir yang tersimpan pada fiil Madhi dan fiil Mudhori yang juga boleh ditampakkan dan boleh disembunyikan. Dhomir ini ciri-cirinya ada dua pada fiil Madhi ghoib dan ghoibah yang menunjukkan 1 laki-laki dan satu wanita, dan ada 2 pada fiil Mudhori ghoib dan ghoibah yang menunjukkan 1 laki-laki dan satu wanita. Lihat gambar 7 diatas.

9. Dhomir Mustatir Wujuuban adalah dhomir yang tersimpan pada fill Mudhori dan fiil Amr dan wajib disembunyikan. Letaknya ada pada 3 pada fiil Mudhori dan pada 1 fiil Amr. Lihat gambar 7.

10. Didalam tasrif lughowi yaitu tasrif ke bawah ada 14 fiil, dan setiap fiil terkandung 14 Dhomir, dari Huwa, Huma, Hum dan seterusnya hingga dhomir Ana dan Nahnu, fahamilah ini dengan baik niscaya akan mudah bagi kita untuk memahami ilmu nahwu.

Dan untuk mempertajam pemahaman anda tentang dhomir, wajib baca juga tulisan Macam-Macam Dhomir, karena tulisan ini menjelaskan tuliskan yang sedang anda baca sekarang ini.  

Untuk menambah semangat anda dalam mempelajari ilmu nahwu, baca juga materi tentang, Pentingnya Mempelajari Ilmu Nahwu, Kisah Imam Al-Kisa'i Dengan Seekor SemutPerjalanan Ilmu NahwuFaedah Nahwu, dan materi-materi motivasi lainnya.

Semoga bermanfaat. Baarakallahu fiikum.


Related Posts:

KISAH IMAM AL-KISA'I DENGAN SEEKOR SEMUT


Bismillah, alhamdulillahi Rabbil 'aalamiin. Wa shallallahu 'ala Nabiyyina Muhammadin wa 'ala aalihi wa shahbihi ajma'iin, wa badu.

Berbicara terntang Imam Al-Kisa'i, beliau adalah seorang ulama dalam bidang ilmu nahwu, bahkan beliau juga termasuk diantara ulama ahli qiro'ah sab'ahDimasa-masa belajarnya, Imam Al-Kisai pernah merasakan putus asa ketika mempelajari satu cabang dari ilmu bahasa arab yaitu Ilmu Nahwu. Namun karena melihat seekor semut yang membawa makanan sambil menaiki dinding, Imam Al-Kisa'i-pun terinspirasi dan mendapatkan pelajaran berharga dari semut tersebut. 

Asy-Syaikh Muhammad bin Sholeh al-Utsaimin rahimahullah pernah menceritakan mengenai kisah Imam al-Kisa'i tersebut dalam kitabnya Kitabul 'Ilmi sebagai berikut :

وقد حدثني شيخنا المثابر عبد الرحمان السعدي - رحمه الله - أنه ذكر عن الكسائي إمام أهل الكوفة في النحو أنه طلب علم النحو فلم يتمكن، وفي يوم من الأيام وجد نملة تحمل طعاما لها وتصعد به إلى الجدار وكلما صعدت سقطت، ولكنها ثابرت حتى تخلصت
.من هذه العقبة وصعدت الجدار، فقال الكسائي : هذه النملة ثابرت حتى وصلت الغاية، فثابر حتى صار إماما في النحو

[كتاب العلم لفضيلة الشيخ محمد بن صالح عثيمين، ص : ٤٧]

"Dan sungguh Syaikh kami yang tekun Abdurrahman as-Sa'diy - rahimahullah - telah menceritakan kepadaku bahwa dia pernah menyebutkan tentang Al-Kisa'i yaitu Imamnya penduduk kota kufah dalam bidang ilmu nahwu.

Bahwasanya beliau (Imam Al-Kisa'i) pernah mempelajari ilmu nahwu namun beliau tidak pernah berhasil. Pada suatu ketika beliau mendapati seekor semut yang membawa makanannya menaiki sebuah dinding, dan setiap kali dia naik dia terjatuh, akan tetapi dia bersabar hingga akhirnya dia-pun lolos dari rintangan tersebut dan berhasil naik keatas dinding.

Maka berkata Al-Kisa'i : "Semut ini (saja) ia bersabar hingga sampai pada tujuannya", maka beliau-pun bersabar sampai beliau menjadi Imam dalam bidang ilmu nahwu." [Kitaabul 'Ilmi li Fadhilati Asy-Syaikh Muhammad bin Sholih al-'Utsaimiin, hal : 47]

Setelah membawakan kisah tersebut, lalu Asy-Syaikh Muhammad bin Sholih al-'Utsaimin memberikan kepada kita motivasi :

ولهذا ينبغي لنا أيها الطلبة أن نثابر ولا نيأس فإن اليأس معناه سد باب الخير، وينبغي لنا ألا نتشاءم بل نتفاءل وأن نعد أنفسنا
 .خيرا

[كتاب العلم لفضيلة الشيخ محمد بن صالح عثيمين، ص : ٤٧]

"Dan untuk inilah semestinya kita semua wahai para penuntut ilmu agar bersabar dan tidak berputus asa, karena sesungguhnya putus asa artinya menutup rapat-rapat pintu kebaikan. Dan semestinya pula bagi kita agar tidak mudah pesimis bahkan harus optimis dan mempertimbangkan kebaikan untuk jiwa-jiwa kita." [Kitaabul 'Ilmi li Fadhilati Asy-Syaikh Muhammad bin Sholih al-'Utsaimiin, hal : 47]

Faedah yang bisa diambil :

1. Mempelajari ilmu nahwu sulit ketika di awal-awal mempelajarinya, tapi yakinlah sesulit apapun pelajarannya, ia akan menjadi mudah pada diakhirnya selama kita bersabar. Baca juga tulisan Pentingnya Mempelajari Ilmu Nahwu.

2. Imam Al-Kisa'i adalah Imam ahli nahwu dan Imam ahli qiro'ah sab'ah sempat berputus asa dalam belajar, namun beliau kembali semangat tatkala melihat seekor semut yang sabar membawa makanan menaiki sebuah dinding, hingga akhirnya semut itu berhasil.

3. Memperhatikan tingkah laku binatang, bisa memberikan motivasi dan inspirasi kepada kita

4. Semut termasuk binatang yang gigih dan pantang menyerah

5. Bahasa arab adalah pintu pembuka ilmu, barangsiapa yang menguasainya dia akan menguasai seluruh ilmu sebagaimana ucapan Imam Asy-Syafi'i yang telah berlalu, baca tulisan Dua Pakar Nahwu Al-Kisa'i dan Imam Asy-Syafi'i.

6. Pentingnya sabar, terutama dalam menuntut ilmu

7. Buruknya sifat putus asa, karena putus asa artinya menutup rapat-rapat pintu kebaikan.

8. Putus asa termasuk sifat orang-orang kafir sebagaimana firman Allah Ta'ala :

«إِنَّهُۥ لَا يَا۟يْـَٔسُ مِن رَّوْحِ ٱللَّهِ إِلَّا ٱلْقَوْمُ ٱلْكَـٰفِرُونَ»

Artinya : "Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir". (QS. Yusuf : 87)

9. Pentingnya optimis dan buruknya sifat pesimis

10. Pentingnya berdo'a dan minta pertolongan kepada Allah Ta'ala dalam belajar, karena ilmu itu milik Allah dan kita minta kepada Pemiliknya agar membukakan cahaya ilmu untuk kita

11. Sesudah kesulitan pasti ada kemudahan dan kita harus yakin itu sebagaimana firman Allah Ta'ala :

«فَإِنَّ مَعَ ٱلْعُسْرِ يُسْرًا. إِنَّ مَعَ ٱلْعُسْرِ يُسْرًۭا»

Artinya : "Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan." (QS. Al-Insyiroh : 5-6)

Dan masih banyak faedah-faedah lainnya, semoga yang sedikit ini bermanfaat. Baarakallahu fiikum.

Baca juga : Macam-Macam Dhomir
 
***
Dompu-Nusa Tenggara Barat : 1 Dzulhijjah 1441 H/22 Juni 2020

Penulis : Abu Dawud ad-Dompuwiyy
Artikel : Meciangi-d.blogspot.com

Related Posts:

MACAM-MACAM TAKUT


Bismillah, alhamdulillahi Rabbil 'aalamiin, wa shallallahu 'ala Nabiyyina Muhammadin wa 'ala aalihi wa shahbihi ajma'iin, wa ba'du.

Takut adalah perbuatan yang sering muncul pada diri manusia, baik karena rasa khawatir akan celaka atau khawatir akan tertimpa mudhorot. Berkata Asy-Syaikh Muhammad bin Sholeh al-'Utsaimin rahimahullah :

الخوف هو الذعر وهو انفعال يحصل بتوقع ما فيه هلاك أو ضرر أو أذى، وقد نهى الله سبحانه وتعالى عن خوف أولياء الشيطان
.وأمر بخوفه وحده
[شرح ثلاثة الأصول، ص : ٣٧. دار الكتب العلمية]

"Takut adalah kekhawatiran, yaitu reaksi yang terjadi sebagai sebab mengantisipasi adanya kebinasaan atau kemudhorotan atau kerugian, dan Allah Subhaanahu wa Ta'ala sungguh telah melarang dari takut kepada wali-wali syaithon dan memerintahkan untuk takut kepada-Nya semata."[Syarhu Tsalaatsatil Ushuul, hal. 37. Cet. Daarul Kutub al-'Ilmiyyah]

Rasa takut banyak ragamnya dalam Islam, dan takut termasuk ibadah sebagaimana yang disebutkan oleh Allah Ta'ala dalam firman-Nya :

«إِنَّمَا ذَٰلِكُمُ ٱلشَّيْطَـٰنُ يُخَوِّفُ أَوْلِيَآءَهُۥ فَلَا تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ»

Artinya : "Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu takut kepada mereka (orang-orang musyrik Quraisy), tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu benar-benar orang yang beriman." (QS. Ali Imran : 175)

Takut dalam Islam ada 3 macam :
1. Takut Tabiat
2. Takut Ibadah
3. Takut Tersembunyi

Berkata Asy-Syaikh Muhammad bin Sholeh rahimahullah :

 : الخوف ثلاثة أنواع

النوع الأول : طبعي كخوف الإنسان من السبع والنار والغرق وهذا لا يلام عليه العبد قال الله تعالى عن موسى عليه الصلاة والسلام : «فَأَصْبَحَ فِى ٱلْمَدِينَةِ خَآئِفًۭا يَتَرَقَّبُ» [القصص : ١٨] لكن إذا كان هذا الخوف كما ذكر الشيخ رحمه الله سببا لترك واجب أو فعل محرم كان حراما ؛ لأن ما كان سببا لترك واجب أو فعل محرم فهو حرام ودليل قوله تعالى : «فَلَا تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ إِن كُنتُم 
.[مُّؤْمِنِينَ» [آل عمران : ١٧٥

والخوف من الله تعالى يكون محمودا، ويكون غير محمودا فالمحمود ما كانت غايته أن يحول بينك وبين معصية الله بحيث يحملك على فعل الواجبات وترك المحرمات، فإذا حصلت هذه الغاية سكن القلب واطمأن وغلب عليه الفرح بنعمة الله، والرجاء لثوابه
 وغير المحمود ما يحمل العبد على اليأس من روح الله والقنوط وحينئذ يتحسر العبد وينكمش وربما يتمادى في المعصية لقوة
.يأسه

.النوع الثانى : خوف العبادة أن يخاف أحدا، يتعبد بالخوف له فهذا لا يكون إلا لله تعالى. وصرفه لغير الله تعالى شرك أكبر

النوع الثالث : خوف السر كأن يخاف صاحب القبر، أو وليا بعيدا عنه لا يؤثر فيه لكنه يخافه مخافة سر فهذا أيضا ذكره العلماء
.من الشرك

[شرح ثلاثة الأصول، ص : ٣٧. دار الكتب العلمية]

Takut ada tiga jenis :

1. Jenis yang pertama :  Takut Tabiat seperti takutnya manusia pada singa, api, tenggelam. Dan takut ini tidak  tercela bagi seorang hamba. Allah Ta'ala berfirman tentang Musa 'alaihis sholaatu was salaam : «Artinya : Karena itu, jadilah Musa di kota itu merasa takut menunggu-nunggu dengan khawatir (akibat perbuatannya)» [QS. Al-Qashosh : 18]. Akan tetapi apabila takut ini menjadi sebab meninggalkan kewajiban atau melakukan perbuatan yang harom sebagaimana yang Asy-Syaikh sebutkan, maka takut ini menjadi harom ; karena apa-saja yang menjadi sebab meninggalkan kewajiban atau melakukan perbuatan yang harom maka dia menjadi haram, dalilnya firman Allah Ta'ala «Artinya : Janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu benar-benar orang yang beriman». [QS. Ali Imran : 175]

Dan takut kepada Allah Ta'ala ada yang terpuji dan ada juga yang tidak terpuji.

-(Takut) Yang terpuji adalah apa-apa yang puncaknya akan memalingkan antara engkau dan maksiat kepada Allah, sehingga ia akan membawamu kepada mengerjakan perkara yang wajib dan meninggalkan perkara yang harom, apabila tujuan ini sampai, hati akan menjadi tenang, menjadi tentram, dan kegembiraan-pun akan mendominasi hati dengan nikmat-nikmat Allah, dan mengharap pahala dari-Nya.

-(Takut) Yang tidak terpuji adalah apa-apa yang bisa mengantarkan seorang hamba berputus asa dari rahmat Allah, dari putus harapan. Pada saat itu hamba akan meratap, bersedih dan kerap kali ia akan meneruskan perbuatan maksiat karena kuatnya rasa putus asanya.

2. Jenis yang kedua : Takut Ibadah yaitu takut pada seseorang dan ia beribadah kepada orang tersebut dengan rasa takutnya, maka ini tidak boleh terjadi kecuali hanya untuk Allah Ta'ala, memalingkannya untuk selain Allah merupakan kesyirikan yang paling besar.

3. Jenis yang ketiga : Takut yang Tersembunyi seperti takut pada penghuni kubur, atau takut pada wali yang jauh darinya, yang tidak bisa memberikan pengaruh (berupa mudhorot) kepadanya, namun ia takut kepadanya dengan rasa takut yang tersembunyi. Maka para ulama telah menyebutkan ini juga termasuk syirik."

[Syarhu Tsalaatsatil 'Ushuul, hal.38. Daarul Kutub Al'Ilmiyyah]


Faedah yang bisa diambil : 

1. Takut adalah kekhawatiran, yaitu reaksi yang terjadi sebagai sebab mengantisipasi adanya kebinasaan atau kemudhorotan atau kerugian

2. Allah Subhaanahu wa Ta'ala sungguh telah melarang dari takut kepada wali-wali syaithon dan memerintahkan untuk takut kepada-Nya semata.

3. Takut termasuk ibadah sebagaimana yang disebutkan oleh Allah Ta'ala dalam firman-Nya :

«إِنَّمَا ذَٰلِكُمُ ٱلشَّيْطَـٰنُ يُخَوِّفُ أَوْلِيَآءَهُۥ فَلَا تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ»

Artinya : "Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu takut kepada mereka (orang-orang musyrik Quraisy), tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu benar-benar orang yang beriman." (QS. Ali Imran : 175)

4. Takut ada 3 macam :

-Jenis yang pertama :  Takut Tabiat seperti takut pada singa, api, tenggelam dan lain-lain. Takut tabiat ini tidak  tercela, sebagaimana firman Allah pada surat Al-Qashosh  :

«فَأَصْبَحَ فِى ٱلْمَدِينَةِ خَآئِفًۭا يَتَرَقَّبُ»

 «Artinya : Karena itu, jadilah Musa di kota itu merasa takut menunggu-nunggu dengan khawatir (akibat perbuatannya)» [QS. Al-Qashosh : 18].

Akan tetapi apabila takut ini menjadi sebab meninggalkan kewajiban atau melakukan perbuatan yang harom, maka takut ini menjadi harom, dalilnya firman Allah Ta'ala

«فَلَا تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ»

«Artinya : Janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu benar-benar orang yang beriman». [QS. Ali Imran : 175]

-Jenis yang kedua : Takut Ibadah yaitu takut pada seseorang dan ia beribadah kepada orang tersebut dengan rasa takutnya, maka takut jenis ini tidak boleh terjadi kecuali hanya untuk Allah Ta'ala,  jikamemalingkannya untuk selain Allah maka ini syirik besar.

-Jenis yang ketiga : Takut yang Tersembunyi seperti takut pada penghuni kubur, takut pada wali yang jauh darinya, padahal ia tidak bisa memberikan pengaruh (berupa mudhorot) kepadanya. Maka para ulama telah menyebutkan takut ini termasuk syirik.

5. Dan takut kepada Allah Ta'ala ada yang terpuji dan ada juga yang tidak terpuji.

-(Takut) Yang terpuji adalah apa-apa yang dapat memalingkan kita dari maksiat kepada Allah, mengerjakan perkara yang wajib dan meninggalkan perkara yang harom

-(Takut) Yang tidak terpuji adalah apa-apa yang bisa mengantarkan seorang hamba berputus asa dari rahmat Allah. Sehingga karena rasa putus asanya ia merasa bersedih dan kerap kali ia akan meneruskan perbuatan maksiat karena kuatnya rasa putus asanya.

Wallahu a'lam.

Related Posts:

IMAN ITU BERTAMBAH DAN BERKURANG


Bismillah, alhamdulillahi Rabbil 'aalamiin, wa shallallahu 'ala Nabiyyina Muhammadin wa 'ala aalihi wa shahbihi ajma'iin, wa ba'du.

Berbicara tentang iman, iman itu adalah ucapan lisan dan hati, serta amalan lisan hati dan anggota badan, bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan, dan inilah keyakinan ahlus sunnah wal jama'ah yang membedakan mereka dari Murji'ah yang menganggap iman itu tetap stabil dan tidak bertambah atau berkurang. Akibat aqidah yang rusak ini, akhirnya mereka meremehkan dosa bahkan dosa besar. Seperti contoh, seorang muslim melakukan dosa besar seperti membunuh, berzina dan lain sebagainya, perbuatan itu menurut Murj'iah tidak mengurangi kadar iman mereka. Bahkan jika ada seorang muslim yang membunuh bapaknya, menzinai ibunya dan memperkosa adiknya dan melakukan dosa besar-dosa besar lainnya, bagi kelompok Murji'ah iman mereka tetap sempurna bahkan setara dengan imannya malaikat Jibril, Mikail, para Nabi dan lain sebagainya. Adapun ahli sunnah meyakini iman itu bertambah dan berkurang, bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan.

DALIL DARI AL-QUR'AN TENTANG BERTAMBAH DAN BERKURANGNYA IMAN

Diantara dalil-dalil bertambahnya iman adalah firman Allah Ta'ala :

«إِنَّمَا ٱلْمُؤْمِنُونَ ٱلَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ ٱللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ ءَايَـٰتُهُۥ زَادَتْهُمْ إِيمَـٰنًۭا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ»

Artinya : "Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal." (QS. Al-Anfal : 2)

Allah Ta'ala juga berfirman :

«وَإِذَا مَآ أُنزِلَتْ سُورَةٌۭ فَمِنْهُم مَّن يَقُولُ أَيُّكُمْ زَادَتْهُ هَـٰذِهِۦٓ إِيمَـٰنًۭا ۚ فَأَمَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ فَزَادَتْهُمْ إِيمَـٰنًۭا وَهُمْ يَسْتَبْشِرُونَ»

Artinya : "Dan apabila diturunkan suatu surat, maka di antara mereka (orang-orang munafik) ada yang berkata: "Siapakah di antara kamu yang bertambah imannya dengan (turannya) surat ini?" Adapun orang-orang yang beriman, maka surat ini menambah imannya, dan mereka merasa gembira." (QS. At-Taubah : 124)

Allah Ta'ala juga berfirman :

«وَيَزْدَادَ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِيمَـٰنًۭا»

Artinya : "Supaya orang yang beriman bertambah imannya." (QS. -Muddatsir : 31)

Pada ayat-ayat diatas Allah menyebutkan tentang bertambahnya iman, dan mafhum kholafahnya jika iman bertambah maka iman juga berkurang, karena bertambah artinya bermula dari sesuatu yang sedikit lalu naik dan naik sehingga menjadi banyak dan bertambah. 

DALIL DARI AS-SUNNAH TENTANG BERTAMBAH DAN BERKURANGNYA IMAN

Dalil dari hadits-hadits Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tentang bertambah dan berkurangnya iman yaitu hadits berikut ini :

عن أنس قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : إن الإمان سربال يسربله الله من يشاء، فإذ زنى العبد نزع الله منه سربال
 .الإمان، فإن تاب رده عليه

[كتاب الكبائر للإمام الذهبي، ص : ٥٣. دار الندوة الجديدة]

Dari Anas berkata : Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : “Iman adalah tirai yang ditutupkan Allah kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Jika hamba berzina, maka dicabut darinya tirai keimanan. Jika bertaubat, maka dikembalikan kepadanya". [Kitaabul Kabaair, lil Imaam Adz-Dzahabiy, hal : 53. Cet. Daarun Nadwah al-Jadiidah]

Pada hadits diatas tirai iman pelaku zina dicabut tatkala mereka berzina, dan Allah kembalikan lagi iman itu ketika mereka bertaubat. Ini dalil tentang bertambah dan berkurangnya iman, bertambah dengan ketaatan dan taubat serta berkurang dengan dosa dan maksiat yang dilakukan seorang hamba.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda dalam hadits yang lain :

.((عن أبي هريرة رضي الله عنه، عن النبي صلى الله عليه وسلم قال : ((الإيمان بضع وسبعون شعبة، والحياء شعبة من الإمان
[رواه البخاري (٩) ص : ٢٥-٢٦ ومسلم (٣٥) ص : ٤٨. بيت الفكار الدولية]

"Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabada : ((Iman itu ada tujuh puluh cabang lebih, dan rasa malu termasuk cabang dari keimanan)). [HR. Al-Bukhari (no.9), hal : 25-26. Dan Muslim (no. 35), hal : 48. Cet. Baitul Afkar Ad-Dauliyyah]

Pada hadits diatas Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menyebutkan tentang iman itu ada tujuh puluh cabang lebih. Hal ini menunjukkan bertingkat-tingkatnya iman, dan rasa malu termasuk cabang dari keimanan. 

Dalam hadits yang lain :

عن أبي هريرة، قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ((الإيمان بضع وسبعون، أو بضع وستون شعبة، أفضلها قول لا إله
 .((الله، وأدناها إماطة الأذى عن الطريق، والحياء شعبة من الإمان
[رواه ومسلم (٣٥) ص : ٤٨. بيت الفكار الدولية]

"Dari Abu Hurairah berkata : Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : ((Iman itu ada tujuh puluh atau enam puluh lebih cabang, yang paling utama ucapan laa ilaaha illallah, yang paling rendah menyingkirkan gangguan dijalanan, dan rasa malu termasuk cabang dari keimanan)). [HR. Muslim (no.35), hal : 48. Cet. Baitul Afkar ad-Dauliyyah]

Pada hadits ini Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menyebutkan bahwa iman itu ada tujuh puluh atau enam puluh lebih cabang, tingkatkan yang paling tinggi adalah kalimat tauhid laa ilaaha illallah, tingkatan yang paling rendah yaitu menyingkirkan gangguan di jalanan, dan rasa malu termasuk bagian dari iman. Ini menunjukkan bahwa iman itu bertingkat-tingkat, semakin seseorang bertakwa kepada Allah semakin tinggi dan bertambah pula keimanannya, semakin seseorang berbuat maksiat kepada Allah semakin turun dan berkurang pula keimanannya, dan kalimat laa ilaaha illallah adalah puncaknya serta pondasi iman yang paling kuat, Allah Ta'ala berfirman : 

«أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ ٱللَّهُ مَثَلًۭا كَلِمَةًۭ طَيِّبَةًۭ كَشَجَرَةٍۢ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌۭ وَفَرْعُهَا فِى ٱلسَّمَآءِ»

Artinya : "Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit." (QS. Ibrahim : 24)

Pada ayat ini Allah menjelaskan tentang permisalan kalimat tauhid seperti akar sebuah pohon yang menjulang darinya cabang-cabang keimanan dan amalan-amalan seorang hamba yang terangkat ke langit. Berkata Ibnu Katsir tentang ayat diatas : 

قال علي بن أبي طلحه عن ابن عباس في قوله ((ومثل كلمة طيبه)) شهادة أن لا إله إلا الله ((كَشَجَرَةٍۢ طَيِّبَةٍ)) وهو المؤمن، ((أَصْلُهَا ثَابِتٌۭ)) يقول : لا إله إلا الله في قلب المؤمن، ((وَفَرْعُهَا فِى ٱلسَّمَآءِ)) يقول يرفع بها عمل المؤمن، إلى السماء، وهكذا قال الضحاك وسعيد بن جبير وعكرمة ومجاهد وغير واحد : إن ذلك عبارة عن عمل المؤمن، وقوله الطيب، وعمله الصالح، وإن
..المؤمن كشجرة من النخل لا يزال يرفع له عمل صالح في كل حين ووقت وصباح ومساء

[تفسير ابن كثير ٢\٤٧٧. دار الكتب العلمية]

"Berkata Ali bin Abi Tholhah dari Ibnu Abbas tentang firman Allah (yang artinya) ((Perumpamaan kalimat yang baik)) maksudnya kalimat laa ilaha illallah ((Seperti pohon yang baik)) maksudnya orang mu'min ((Akarnya teguh)) berkata Ali bin Tholhah : "Tidak ada sesembahan yang benar selain Allah", didalam hati orang mu'min, ((Dan cabangnya menjulang ke langit)) berkata Ali bin Tholhah : "Dengan kalimat thoyyibah tersebut diangkat amal perbuatan orang mu'min ke langit, demikian juga ucapan Ad-Dhahhak, Sa'id bin Jubair, Ikrimah, Mujahid dan mufassir lain : bahwa hal itu merupakan perumpamaan dari amal orang mu'min, perkataannya yang baik dan amalannya yang sholeh, karena sesungguhnya orang mu'min seperti pohon kurma ; senantiasa amal sholehnya diangkat pada setiap saat, setiap waktu, pada waktu pagi maupun sore". [Tafsir Ibnu Katsir, 2/477. Cet. Darul Kutub Al-'Ilmiyyah]

Akar dari keimanan adalah kalimat tauhid laa ilaaha illallah, sedangkan cabangnya adalah amal-amal lahir dan batin yang terangkat ke langit.

UCAPAN SALAF TENTANG BERTAMBAH DAN BERKURANGNYA IMAN

Berkata Imam Ibnu Abi Dawud as-Sijistani dalam kitabnya Al-Qashiidah al-Haaiyyah :

وقل : إنما الإيمان قول ونية...وفعل على قول النبي مصرح
وينقص طورا بالمعاصي وتارة... بطاعته ينمي وفي الوزن يرجح
[القاصدة الحائية لابن أبي داود، من كتاب المجموع المفيد في متون العقيدة والتوحيد، ص : ٩-١٠. منارة الاسلامي]

"Dan katakanlah : Sesungguhnya iman adalah ucapan dan niat...serta perbuatan yang diterangkan oleh Nabi. Dan akan berkurang kadarnya dengan perbuatan maksiat... dan terkadang akan bertambah dengan ketaatan, dan akan berat ketika ditimbang" [Al-Qashiidah Al-Haaiyyah li Ibni Abi Dawud, lihat kitab Majmu' Al-Mufiid fii Mutuunil Aqiidah wat Tauhiid, hal: 9-10. Cet. Manaaratul Islam]

Berkata Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa'di rahimahullah :

أما حد الإيمان وتفسيره، فهو : التصديق الجازم، والاعتراف التام بجميع ما أمر الله ورسوله بالإيمان به ؛ والا والانقياد ظاهرا
.وباطنا. فهو تصديق القلب واعتقاده المتضمن لأعمال القلوب وأعمال البدن. وذلك شامل للقيام بالدين كله

ولهذا كان الأئمة و السلف يقولون :  الإمان قول القلب و اللسان، و عمل القلب و اللسان و الجوارح. وهو : قول وعمل واعتقاد
.يزيد بالطاعة، و ينقص بالمعصية

[التوضيح والبيان لشجرة الإمان، ض ٥. مكتبة عبد المصور]

"Adapun batasan iman dan tafsirannya adalah : pembenaran yang mutlak, pengakuan yang sempurna dengan seluruh apa yang Allah dan Rasul-Nya perintahkan agar beriman dengannya serta tunduk secara lahir dan batin. Iman yaitu pembenaran hati dan keyakinan hati yang terwujud dengan amalan hati dan amalan anggota badan. Yang demikian itu bersifat menyeluruh agar tegaknya agama ini seluruhnya.

Untuk ini para Imam dan Salaf mengatakan : Iman yaitu, ucapan hati dan lisan, amalan hati dan lisan serta anggota badan. Iman merupakan : ucapan, amalan dan keyakinan, bertambah dengan keimanan dan berkurang dengan kemaksiatan. [At-Taudhihu wa Al-Bayaan Li-Syajaratil Imaan, hal.5. Maktabah Abdul Mushawwir]

Demikianlah keyakinan ahlu sunnah wal jamaah salafus sholeh bahwa iman itu bertambah dan berkurang, bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan. Bukan seperti keyakinan kaum Murji'ah yang menyimpang jauh dalam permasalahan ini.

Semoga yang sedikit ini bermanfaat. Baarakallahu fiikum.


Related Posts:

SYARAT KALIMAT TAUHID LAA ILAAHA ILLALLAH


Bismillah, alhamdulillahi Rabbil 'aalamiin, wa shallallahu 'ala Nabiyyina Muhammadin wa 'ala aalihi wa shahbihi ajma'iin, wa ba'du.

Banyak orang yang mengucapkan laa ilaaha illallah sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, dan entah apa filosofi dari menggeleng-gelengkan kepala, yang jelas semua itu tidak ada contohnya dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Dan banyak pula para aktivis dakwah yang merindukan tegaknya khilafah, namun kosong dari pengetahuan tauhid apalagi mengamalkannya. Yang seharusnya dilakukan adalah belajar tauhid dulu, menghafal rukun-rukunnya, syarat-syaratnya, mengamalkan kandungan maknanya, memenuhi hak-haknya, bukan sekedar mengucapkan sambil menggeleng-gelengkan kepala tanpa tau apa makna dan konsekuensi dari apa yang mereka ucapkan, atau bukan sekedar ucapan tanpa pengamalan atau berpaling darinya sebagaimana dakwah-dakwah harokah, dan sungguh ini sangat merugi. Perhatikan baik-baik syarat laa ilaaha illallah berikut ini :

،قال وهب بن منبه كما في البخاري : ((لكل مفتاح أسنان، ومفتاح الجنة لا إله الا الله))، وقال غيره أسنان المفتاح هي الشروط
 .فإن جئت بمفتاح له أسنان فتح لك، وإلا لم يفتح لك

:وشروطها سبعة، مجموعة في قول الشاعر

.علم يقين وإخلاص وصدقك مع محبة وانقياد والقبول لها

الأول : العلم المنافي للجهل، أي العلم بما دلت عليه من النفي والإثبات، قال تعالى : «إِلَّا مَن شَهِدَ بِٱلْحَقِّ وَهُمْ يَعْلَمُونَ»، وقال
«..فَٱعْلَمْ أَنَّهُۥ لَآ إِلَـٰهَ إِلَّا ٱللَّهُ»

وقد كان كفار قريش يعرفون معناها وأنها تنفي الألوهية عما سواه، فلما طولبوا بقولها قالوا : «أَجَعَلَ ٱلْـَٔالِهَةَ إِلَـٰهًۭا وَٰحِدًا ۖ إِنَّ هَـٰذَا
«لَشَىْءٌ عُجَابٌۭ

«..الثاني : اليقين المنافي للشك، قال تعالى : «إِنَّمَا ٱلْمُؤْمِنُونَ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا

الثالث : الإخلاص المنافي للشرك، قال تعالى : «وَمَآ أُمِرُوٓا۟ إِلَّا لِيَعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ...»، وقال : «وَلَقَدْ أُوحِىَ إِلَيْكَ وَإِلَى
«ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ ٱلْخَـٰسِرِينَ

.الرابع : الصدق المنافي للكذب

الخامس : محبة الله سبحانه، قال تعالى : «فَسَوْفَ يَأْتِى ٱللَّهُ بِقَوْمٍۢ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُۥٓ...»، وفي الصحيحين من حديث أنس مرفوعا
((ثلاث من كن فيه وجد بهن حلاوة الإيمان...))، ومنها : ((أن يكون الله ورسوله أحب إليه مما سواهما))

السادس : والانقياد المنافي للتمرد، قال تعالى : «فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّىٰ يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا۟ فِىٓ أَنفُسِهِمْ حَرَجًۭا 
«مِّمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا۟ تَسْلِيمًۭا»، وقوله : «إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ ٱلْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوٓا۟ إِلَى ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَن يَقُولُوا۟ سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۚ 

«السابع : القبول المنافي للرد، قال تعالى : «وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍۢ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى ٱللَّهُ وَرَسُولُهُۥٓ أَمْرًا أَن يَكُونَ لَهُمُ ٱلْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ
.وقد بسطنا القول على هذه الشروط السبعة من الكتاب والسنة في غير هذا الموضوع

.وهذه الشروط السبعة لا يشترط على كل مسلم أن يحفظها، بل يكفيه العمل بها وإن لم يكن حافظا لها

[تحفة المريد شرح القول المفيد، بقلم نعمان بن عبد الكريم الوتر، ص : ٧-١٠. مكتبة الإرشاد]

"Berkata Wahab bin Munabbih sebagaimana dalam hadits Al-Bukhari : ((Bagi setiap kunci memiliki gigi (gerigi) dan kunci surga adalah laa ilaaha illallah)), dan berkata yang selainnya : gigi (gerigi)nya kunci adalah syarat-syaratnya, jika kamu datang dengan kunci yang memiliki gerigi maka pasti dibukakan untukmu, dan apabila tidak maka tidak akan dibukakan untukmu.

Syarat-syarat laa ilaaha illallah ada tujuh, terkumpul dalam ucapan penyair :

Ilmu, yakin, ikhlas, dan engkau membenarkan disertai rasa cinta, tunduk dan menerimanya.

Yang pertama : Ilmu yang menafikan kebodohan, yaitu ilmu tentang apa-apa yang menunjukkan pada nafi dan isbat, Allah Ta'ala berfirman : «Artinya : "Akan tetapi (orang yang dapat memberi syafa'at ialah) orang yang mengakui yang hak (tauhid) dan mereka meyakini(nya)», Allah Ta'ala berfirman : «Artinya : "Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, tuhan) yang benar selain Allah.."»

Dan sungguh orang-orang kafir quraisy dahulu mereka mengetahui makna laa ilaaha illallah dan bahwa laa ilaaha illallah, ia menafikan uluhiyyah dari selain-Nya.  Dan tatkala mereka diminta untuk mengucapkannya mereka mengatakan : «Artinya : "Mengapa ia (Muhammad) menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan Yang Satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan."»

Yang kedua : Keyakinan yang menafikan keraguan, Allah Ta'ala berfirman : «Artinya : "Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu."»

Yang ketiga : Ikhlas yang menafikan kesyirikan, Allah Ta'ala berfirman : «Artinya : "Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus."», Allah berfirman : «Artinya : "Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi."»

Yang keempat : Kejujuran yang menafikan kedustaan.

Yang kelima : Cinta kepada Allah Subhaanah : Allah Ta'ala berfirman : «Artinya : "Maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya."»,

Dalam shohihain dari hadits Anas secara marfu' : ((Ada tiga hal, barangsiapa yang tiga hal itu ada padanya maka dia akan merasakan manisnya iman..)), dan diantaranya ((Bahwasannya ia akan menjadikan Allah dan Rasul-Nya lebih dia cintai dari selainnya...)).

Yang keenam : Ketundukan yang menafikan penentangan, Allah Ta'ala berfirman : »Artinya : "Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya."», dan Allah berfirman : «Artinya : "Sesungguhnya  jawaban oran-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan. "Kami mendengar, dan kami patuh.."»

Yang ketujuh : Menerima yang menafikan penolakan, Allah Ta'ala berfirman : «Artinya : "Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka..."»

Dan sungguh kami telah menerangkan perkataan tersebut dengan tujuh syarat-syarat ini dari al-Kitab dan as-Sunnah pada selain tempat ini.

Dan syarat-syarat yang tujuh ini, tidak dipersyaratkan bagi setiap muslim untuk menghafalnya, bahkan cukup bagi ia untuk beramal dengannya, meskipun ia belum menghafalnya." [Tuhfatul Muriid Syarhu Al-Qoulil Mufiid, biqolami Nu'man bin Abdul Karim al-Watr, hal : 7-10. Maktabah Al-Irsyaad]

Inilah syarat-syarat laa ilaaha illallah yang wajib diamalkan oleh setiap muslim, bukan sekedar mengucapkannya ribuan kali tanpa mengetahui apa maknanya.

Semoga bermanfaat.

Related Posts: