LARANGAN MENCACI-MAKI SESEMBAHAN ORANG-ORANG KAFIR











Bismillah. Alhamdulillahi Rabbil 'aalamiin. Wa shallallahu 'ala Nabiyyina Muhammadin shallallahu 'alaihi wa sallam wa 'ala aalihi wa shahbihi ajmaiin. Wa ba'du.

Terkait banyaknya kasus orang-orang kafir yang  mencela agama Islam, baik mencaci-maki Al-Qur'an maupun mencaci-maki Allah Ta'ala dan Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam. maka hukuman bagi para pencela tersebut adalah hukuman mati sebagaimana yang terjadi pada Ka'ab bin al-Ashraf seorang pimpinan yahudi yang menghina Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
 
Berbeda halnya dengan seorang muslim yang mencela sesembahan orang-orang kafir, mereka tidak dihukum mati, karena darah seorang muslim itu mulia, hanya saja hal ini telah ada larangannya dari Allah Ta'ala karena mencaci-maki sesembahan orang-orang kafir akan memicu celaan terhadap Allah Ta'ala dari orang-orang kafir tersebut.

Sebuah qoidah mengatakan :

درء المفاسد مقدم على جلب المصالح

"Menolak mafsadat lebih diutamakan daripada mengambil maslahat".

Mencaci-maki sesembahan-sesembahan orang-orang kafir tentu ada maslahatnya seperti akan menurunkan derajat agama mereka dan lain sebagainya, namun hal itu akan menimbulkan kerusakan yang lebih besar, yaitu mereka akan balas mencaci-maki Allah Ta'ala.

Berkata Asy-Syaikh Abdullah bin Shaleh Al-Fauzan mengenai qoidah diatas:

.إذا تقابلت مصلحة ومفسدة، فيقدم دفع المفاسدة ولو فاتت المصلحة، لأن درء المفاسد أولى من جلب المصالح، والدرء : هو الدفع
ومن أدلة ذلك : قوله تعالى : ((وَلَا تَسُبُّوا۟ ٱلَّذِينَ يَدْعُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ فَيَسُبُّوا۟ ٱللَّهَ عَدْوًۢا بِغَيْرِ عِلْمٍۢ)) [الأنعام : 180
ففي سب آلهة المشركين مصلحة وهي تحقير دينهم وإهانتهم، ولكن سيترتب على ذلك مفسدة، وهي سي الله تعالى عدوا وكفرا على وجه المقابلة، فنهى الله تعالى المسلمين عن ذلك

"Apabila bertemu antara maslahat dan mafsadat, lebih diutamakan menghilangkan mafsadat walapun akan hilang maslahat, karena menghilangkan mafsadat lebih utama daripada mengambil maslahat, dan menghilangkan (mafsadat) : maknanya menolak (mafsadat).

Diantara dalil hal tersebut : yaitu firman Allah Ta'ala : ((Artinya : Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan)) [Al-An'am : 108].

Dalam mencaci-maki sesembahan-sesembahan orang-orang musyrik ada maslahatnya yaitu  akan menurunkan derajat agama mereka dan menghinakan mereka, akan tetapi hal tersebut akan mengakibatkan adanya mafsadat, yaitu mereka akan mencaci-maki Allah Ta'ala dengan melampaui batas dan penuh penolakan sebagai bentuk balasan, karena itu Allah Ta'ala telah melarang kaum muslimin dari berbuat demikian." [Al-Qowaaidul Fiqhiyyah min Kitaabi Jam'il Mahshul fii Risaalati  Ibni Sa'diy fil Ushuul, hal.90]

Faedah yang bisa diambil : 

1. Larangan mencaci-maki sesembahan orang-orang kafir meskipun sesembahan tersebut bathil

2. Mencaci-maki sesembahan orang-orang kafir ada maslahatnya, tetapi dibalik itu ada mafsadat yang sangat besar yaitu mereka akan berbalik mencaci-maki Allah Ta'ala dengan melampai batas

3. Orang-orang yang mencaci-maki Al-Qur'an atau mencaci-maki Allah Taala atau mencaci-maki Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dia keluar dari Islam alias murtad

4. Hukuman bagi orang-orang yang mencaci-maki Allah dan Rasul-Nya adalah hukuman mati sebagaimana yang terjadi pada pimpinan yahudi Ka'ab bin al-Ashraf yang mencaci-maki Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.

5. Apabila bertemu antara maslahat dan mafsadat, lebih diutamakan menghilangkan mafsadat walapun akan hilang maslahat karena menghilangkan mafsadat lebih utama daripada mengambil maslahat

6. Menghilangkan mafsadat maknanya yaitu menolak mafsadat

7. Wajibnya menjaga kehormatan, kemulian dan keagungan Allah Ta'ala

Tentunya masih banyak faedah-faedah lain. Semoga tulisan ini bermanfaat.


Related Posts:

KEMATIAN


Bismillah. Alhamdulillahi Rabbil 'aalamiin. Wa shallallahu 'ala Nabiyyina Muhammdin wa 'ala aalihi wa shahbihi ajma'iin. Wa ba'du.


Sobatku... kematian adalah misteri terbesar yang tidak bisa dipecahkan, ia datang bagaikan pencuri di malam hari dan ia pergi meninggalkan jejak kesedihan yang mendalam. Siapa gerangan sang pencabut nyawa itu? Dialah malaikat maut.

Orang yang sehat di pagi hari, tak ada jaminan ia akan hidup sampai sore harinya. Demikian juga orang yang kemarin bercerita dan bersenda gurau dengan kita, tidak akan engkau sangka dalam hitungan minggu mereka telah berada di alam barzakh yang tidak bisa mereka tembus untuk kembali beramal sholeh di dunia.

Tidak perduli seperti apa anda dahulu, yang pasti dunia adalah ladang untuk beramal sholeh dari kelalaian-kelalaian panjang yang  melelahkan. Ketika kita sampai dialam akhirat, kita akan rindu untuk kembali beramal sholeh di dunia yang kita lalaikan. Allah Ta'ala berfirman :

حَتَّىٰٓ إِذَا جَآءَ أَحَدَهُمُ ٱلْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ٱرْجِعُونِ. لَعَلِّىٓ أَعْمَلُ صَـٰلِحًۭا فِيمَا تَرَكْتُ ۚ كَلَّآ ۚ إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَآئِلُهَا ۖ وَمِن وَرَآئِهِم بَرْزَخٌ إِلَىٰ يَوْمِ»
«يُبْعَثُونَ

Artinya : "(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: "Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampal hari mereka dibangkitkan." (QS. Al-Mu'minun : 99-100)

Pada ayat ini, Allah Ta'ala menjelaskan bahwa orang-orang yang telah mati dan berada di alam barzakh, dia akan rindu dan meminta satu hal ; yauty agar dia dikembalikan ke dunia dan melakukan amal sholeh yang dahulu dia tinggalkan. Namun sayang, antara dia dan dunia dipimpinnya, ada dinding pembatas yang kokoh yang tidak akan bisa di tembus oleh siapapun. Betapa merananya orang-orang yang telah kembali menghadap Allah, amal sholeh yang ia lalaikan begitu berharga ketika alam barzakh telah mengurungnya dari segala arah dan penjuru. 

Berkata orang-orang yang bijak :

"Duhai alangkah merananya orang-orang yang berjumpa dengan Allah dalam keadaan kafir dan mendustakan. 
Dia binasa dalam adzab yang kekal lagi menghinakan.
Namun alangkah gembiranya orang-orang yang berjumpa dengan Allah dalam keadaan beriman dan beramal sholeh. 
Dia mendapatkan jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai."

Sobatku... Kita di dunia ini adalah seorang musafir, dan seorang musafir dia pasti akan kembali menuju tempat tinggalnya yang sebenarnya sebagaimana ucapan penyair:

"Setiap kita adalah musafir menuju kampung akhirat.
Dan seorang musafir tidak mungkin membangun istana yang megah di tempat yang akan ia tinggalkan.
Dunia adalah tempat singgah sementara, sedangkan akhirat adalah tempat tinggal kita yang kekal.
Perjalanan ini masih panjang sobat dan tentu kita butuh bekal.
Dan perbekalan sejati menuju kampung akhirat tidak lain adalah amal sholeh."

Kita tidak dianjurkan meninggalkan dunia secara utuh, namun yang lebih penting, jadikanlah dunia sebagai ladang akhirat untuk mengumpulkan perbekalan. Perjalanan menuju surga masih panjang sobat, kita butuh bekal, karena setelah dunia ada alam barzakh yang kita tidak tahu beberapa ribu tahun kita akan terkubur didalamnya. Bahkan setelah alam barzakh, ada padang mahsyar dimana kita akan menunggu hisab dan perhitungan amal entah berapa ribu tahun masa penantian tersebut akan kita lalui. Lalu menitilah kita diatas shirath, kemudian dibawahnya ada neraka dan diseberangnya ada surga negeri yang kekal dan abadi sebagai tempat pelabuhan terakhir bagi orang-orang yang bertakwa.

Maka, masa kita didunia ini baru fase permulaan dari sebuah perjalanan. Perjalanan kita masih panjang sobat, dan tentu kita butuh bekal. Allah Ta'ala berfirman :

«وَتَزَوَّدُوا۟ فَإِنَّ خَيْرَ ٱلزَّادِ ٱلتَّقْوَىٰ ۚ وَٱتَّقُونِ يَـٰٓأُو۟لِى ٱلْأَلْبَـٰبِ»

Artinya : "Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal." (Al-Baqaroh : 187)

Bila kematian merupakan pintu awal menuju perjalanan yang sangat panjang dan melelahkan, sangat ceroboh bila seseorang membuang-buang waktunya di dunia ini tanpa ia gunakan untuk bertakwa kepada Allah Ta'ala dan mengisinya dengan amal sholeh. Ahli hikmah pernah mengatakan :

"Malam dan siang yang engkau jalani, akan menjadi saksi kearah mana engkau berjalan. 
Apakah untuk ketaatan atau untuk kemaksiatan kepada Allah 'Azza wa Jalla."

Ahli maksiat atau ahli ketaatan, kematian akan tetap datang mengintai mereka seperti misteri yang tak terpecahkan. Mungkin kita berpikir kematian akan datang ketika kita diatas ketaatan. Mungkin kita juga berkhayal ajal akan tiba setelah hari tua kita kelak, sekali-kali tidak sobat...! Dia tidak menunggu itu. Tapi kapan saja ruh diperintahkan untuk dicabut malaikat maut akan datang mencabut. Karena itu, jangan buang-buang waktu, jangan buang-buang kesempatan, manfaatkan itu. Kita tidak pernah tahu sobat.. mungkin esok giliran kita yang akan diantar ke alam barzakh. Seorang penyair mengatakan :

"Kematian apabila telah datang waktunya. 
Dia tidak mengenal duka maupun bahagia.
Sedih maupun sengsara.
Sepasang pengantin di hari pernikahannya.
Menghayalkan berbulan madu di tempat yang indah.
Dimalam hari pernikahannya.
Ia temukan sang kekasih telah terbujur kaku.
Dalam pinangan malaikat maut diatas pembaringan.
Sungguh banyak orang-orang yang diharapkan hidup, namun takdir Allah telah mendahuluinya."

Kematian Adalah Misteri 

Sobat... kematian adalah misteri tapi pasti, jangan engkau anggap hal itu sebagai lelucon atau sebuah keniscayaan. Ahli hikmah pernah mengatakan :

"Sesungguhnya kematian merupakan misteri yang sulit engkau perkirakan tapi pasti kedatanganya. 
Bergegaslah...karena malaikat maut tidak pernah bosan menggiring matahari dan menghitung detik-detik dari sisa umurmu. 
Engkau berpikir akan sampai pada usia tua lalu membina kehidupan indahmu. 
Padahal malaikat maut mengikutimu dari depan dan belakang menunggu perintah untuk mencabut nyawamu."

Mungkin saja ada orang yang ingin lari dari kematian. Tapi sehebat apapun anda, jangan berharap anda bisa lari dari kematian. Allah Ta'ala berfirman :

«قُلْ إِنَّ ٱلْمَوْتَ ٱلَّذِى تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُۥ مُلَـٰقِيكُمْ ۖ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَىٰ عَـٰلِمِ ٱلْغَيْبِ وَٱلشَّهَـٰدَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ»

Artinya : "Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang  nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan". (QS. Al-Jumu'ah : 8)

Bersembunyilah di benteng yang paling kokoh saudaraku, kematian akan tetap mendatangimu sebagaimana firman Allah Ta'ala :

«أَيْنَمَا تَكُونُوا۟ يُدْرِككُّمُ ٱلْمَوْتُ وَلَوْ كُنتُمْ فِى بُرُوجٍۢ مُّشَيَّدَةٍۢ ۗ»

Artinya : "Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh." (QS.An-Nisaa' : 78)

Karena itu setiap kita pasti akan merasakan mati...yang terpenting adalah beramal sholeh sebelum hari keberangkatan, sebab dunia hanyalah kesenangan yang menipu sedangkan kampung akhirat adalah kehidupan abadi lagi kekal. Barangsiapa yang setelah kematiannya di masukkan ke surga dan dijauhkan dari neraka, maka dialah orang yang beruntung. Allah 'Azza wa Jalla berfirman :

كُلُّ نَفْسٍۢ ذَآئِقَةُ ٱلْمَوْتِ ۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ ٱلْقِيَـٰمَةِ ۖ فَمَن زُحْزِحَ عَنِ ٱلنَّارِ وَأُدْخِلَ ٱلْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَآ إِلَّا مَتَـٰعُ ٱلْغُرُورِ

Artinya : "Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan." (QS.Ali Imran : 185)

Sebagai penutup, mari kita perbanyak mengingat kematian sobat, agar hati kita yang telah lama membantu, bisa menjadi lembut dan mencair sebagaimana air yang menetes dari ketinggian. Dan diantara yang bisa melembutkan hati yaitu memperbanyak mengingat kematian sebagaimana yang Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pernah sabdakan :

أكثروا ذكر هادم اللَّذات: الموت

"Perbanyaklah mengingat penghancur keledzatan : yaitu kematian. [Diriwayatkan oleh Tirmidzi, Nasaa'i dan dishohihkan oleh Ibnu Hibban]

Semoga tulisan ini bermanfaat untuk kita semua. Wallahu a'lam.
Dan baca juga tulisan yang terkait dengan judul Dunia


Related Posts:

KEUTAMAAN TAUHID SEBAGAI PENGHAPUS DOSA-DOSA


Bismillah. Alhamdulillahi Rabbil 'alamiin. Wa shallallahu 'ala Nabiyyina Muhammadin shallallahu 'alaihi wa sallam. Wa ba'du.

Tauhid adalah perkara yang paling mendasar yang dapat mengantarkan seorang hamba menuju surga Allah  Ta'ala. Karena itu tidak heran kenapa para Nabi begitu gigih mendakwahkannya, cukup satu hadits ini sebagai renungan kita :

وللترمذي وحسنه عن أنس : سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول : ((قال الله تعالى : يا ابن آدم، لو أتيتني برقاب الأرض
.((خطايا ثم لقيتني لا تشرك بي شيئا لأتيتك بقرابها مغفرة

[فتح المجيد شرح كتاب التوحيد، ص : ٥٣-٥٤. دار الكتب العلمية]

Dari Imam Tirmidzi dan dia menghasankannya dan dari Anas (berkata) : Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : ((Allah Ta'ala berfirman : Wahai anak adam ; sesungguhnya jika engkau datang kepada-Ku dengan sepenuh bumi dosa lalu engkau berjumpa dengan-Ku tanpa menyekutukan-Ku dengan sesuatu apapun, maka sungguh Aku akan datang kepadamu dengan sepenuh bumi ampunan)). [Fathul Majiid Syarh Kitaabit Tauhid, hal.53-54. Cet.Darul Kutub Al'ilmiyyah].

Berkata Asy-Syaikh Abdurrahman bin Hasan Alu Asy-Syaikh tentang hadits diatas :

.قوله ((لو أتيتني بقراب الارض)) بضم القاف، وقيل : بكسرها والضم أشهر وهو ملؤها أو ما يقارب ملئها
وقوله ((ثم لقيتني لا تشرك بي شيئا)) شرط ثقيل  في الوعد بحصول المغفرة، وهو السلامة من الشرك : كثيره وقليله، صغيره وكبيره. ولا يعلم من ذلك إلا من سلم الله تعالى، وذلك هو القلب السليم، كما قال تعالى : «يَوْمَ لَا يَنفَعُ مَالٌۭ وَلَا بَنُونَ. إِلَّا مَنْ أَتَى ٱللَّهَ بِقَلْبٍۢ سَلِيمٍۢ» [٢٦: ٨٨-٨٩]

وقال ابن رجب : من جاء مع التوحيد بقراب الأرض خطايا لقيه الله بقرابها مغفرة -إلى أن قال- فإن كمل توحيد العبد وإخلاصه لله تعالى فيه، وقام بشروطه بقلبه ولسانه جوارحه، أو بقلبه ولسانه عند الموت، أوجب ذلك مغفرة ماقدم سلف من الذنوب كلها، ومنعه من دخول النار بالكلية فمن تحقق بكلمة التوحيد قلبه أخرجت منه كل ما سوى الله : محبة وتعظيما، وإجلالا، ومهابة، وخشية وتوكلا، وحينئذ تحرق ذنوبه وخطاياه كلها، وإن كانت مثل زبد البحر.

[فتح المجيد شرح كتاب التوحيد، ص :٤٨-٤٩. دار السلام]

Firman Allah ((kalau seandainya kamu datang kepadaku dengan sepenuh bumi)) dengan mendommahkan huruf qof, dan dikatakan : dengan mengkasrohnya dan mendhommahkannya (maknanya yaitu) Allah mengumumkan bahwa dosa tersebut sepenuh bumi atau mendekati sepenuh bumi. Dan firman Allah ((kemudian kamu menemuiku dalam keadaan tidak menyekutukanku dengan sesuatu apapun)) (ini) merupakan syarat yang berat sebagai janji untuk mendapatkan ampunan, yaitu selamat dari kesyirikan : banyak atau sedikit, kecil atau besar. Dan tidak ada yang mengetahui itu kecali orang yang telah Allah Ta'ala selamatkan, dan diantaranya yaitu hati yang selamat, sebagaimana firman Allah Ta'ala : «(yaitu) di hari harta adan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang selamat» [Asy-Syuura : 88-89]

Berkata Ibnu Rajab : Barangsiapa yang datang bersama tauhid sepenuh bumi dosa maka Allah akan menjumpainya dengan sepenuh bumi ampunan - hingga sampai pada ucapan - jika sempurna tauhid seorang hamba dan sempurna pula keikhlasannya untuk Allah Ta'ala dalam tauhidnya, dan dia tegak dengan syarat-syaratnya baik dengan lisan, hati, maupun dengan anggota badannya, atau dengan hati dan lisannya ketika meninggal dunia, maka hal itu mengharuskan adanya ampunan terhadap apa yang telah berlalu dari dosa-dosa seluruhnya, dan mencegahnya dari masuk neraka dengan kalimat (tauhid) tersebut, barangsiapa yang terang dan yakin hatinya dengan kalimat tauhid maka kalimat tauhid tersebut akan mengeluarkan dari hatinya seluruh apa-apa yang selain Allah : berupa cinta dan pengagungan, penghormatan, pemuliaan,  rasa takut dan tawakkal, dan ketika itu terjadi maka terbakarlah dosa-dosa dan kesalahan-kasalahannya seluruhnya, meskipun seperti buih dilautan. [Fathul Majid Syarh Kitaabit Tauhiid, hal.48-49. Cet.Daarus Salaam]

Dan hadits yang semakna dengan hadits diatas yaitu hadits riwayat Imam Tirmidzi. Asy-Syaikh 'Abdullah Al-Qaasim mengatakan : 


وللترمذي أيضا وحسنه وصححه الذهبي: "يصاح برجل من أمتي على رءوس الخلائق يوم القيامة فينشر له تسع وتسعون سجلاً كل سجل منها مد البصر، ثم يقال أتنكر من هذا شيئا؟ فيقول: لا يا رب فيقال: ألك عذر أو حسنة؟ فيهاب الرجل فيقول: لا يا رب، فيقال: بلى إن لك عندنا حسنة، وأنه لا ظلم عليك، فيخرج له بطاقة فيها: أشهد أن لا إله إلا الله وأن
 محمدًا عبده ورسوله فيقول: يا رب ما هذه البطاقة مع هذه السجلات؟ فيقال: إنك لا تظلم، فتوضع السجلات في كفة والبطاقة في
.كفة, فطاشت السجلات وثقلت البطاقة

قال شيخ الإسلام رحمه الله: ليس كل من تكلم بالشهادتين كان بهذه المثابة لأن هذا العبد صاحب البطاقة كان في قلبه من التوحيد
.واليقين والإخلاص ما أوجب أن عظم قدره حتى صار راجحا على هذه السيئات

وقال ابن القيم رحمه الله: الأعمال لا تتفاضل بصورها وعددها وإنما تتفاضل بتفاضل ما في القلوب، فتكون صورة العملين واحدة وبينهما من التفاضل كما بين السماء والأرض، قال: وتأمل حديث البطاقة، ومعلوم أن كل موحد له هذه البطاقة والكثير منهم يدخل النار بذنوبه، بل اليهود، أكثر من يقولها، والذي يقولها ويخالفها أعظم كفرا ممن يجحدها أصلا، فإن الكافر الأصلي أهون كفرا من
.المرتد

وللترمذي وحسنه: عن أنس رضي الله عنه قال: سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: "قال الله تعالى: يا ابن آدم، إنك لو
".أتيتني بقراب الأرض خطايا، ثم لقيتني لا تشرك بي شيئًا، لأتيتك بقرابها مغفرة

أي: ثم مت حال كونك لا تشرك بي شيئا، وهذا شرط ثقيل في الوعد بحصول المغفرة وهو السلامة من الشرك قليله وكثيره، صغيره وكبيره، ولا يسلم من ذلك الا من أتى الله بقلب سليم

"وقراب الأرض" أي: ملء الأرض، فمن جاء مع التوحيد بقراب الأرض خطايا لقيه الله بقرابها مغفرة، فإن أكمل العبد توحيده وأخلصه لله وقام بشروطه أوجب ذلك مغفرة ما قد سلف من الذنوب، ومنعه من 
 دخول النار، فإن التوحيد الخالص الذي لا يشوبه شرك لا يبقى معه ذنب ولو كانت قراب الأرض، وفيه سعة كرم الله وجوده وكثرة
.ثواب التوحيد وتكفيره الذنوب

وما لم يتحقق التوحيد وإخلاص العبادة وتمام الخضوع والانقياد والتسليم فلا تقبل صلاة ولا زكاة، ولا يصح صوم ولا حج، ولا يزكو أي عمل يتقرب به إلى الله قال سبحانه: (وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ( [الأنعام: 88]، وقال تعالى: (وَقَدِمْنَا إِلَى
.[مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاءً مَنْثُورًا( [الفرقان: 23

وإذا لم يتحقق التوحيد ويصدق الإخلاص فلا تنفع شفاعة الشافعين، ولا دعاء الصالحين، حتى ولو كان الداعي سيد الأنبياء
:محمدًا صلى الله عليه وسلم اقرءوا إن شئتم (اسْتَغْفِرْ لَهُمْ أَوْ لَا تَسْتَغْفِرْ لَهُمْ إِنْ تَسْتَغْفِرْ لَهُمْ سَبْعِينَ مَرَّةً فَلَنْ يَغْفِرَ اللهُ لَهُمْ( [التوبة
.[80

[الشرح الميسر لكتاب التوحيد للإمام الشيخ محمد بن عبد الوهاب -رحمه الله- إعداد عبد الله القاسم، ص : ٣٦-٤٠]

Dari Imam Tirmidzi dan dia menghasankannya dan Imam Adz-Dzahabi menshohihkannya : "Ada seseorang yang terpilih dari umatku pada hari kiamat dari kebanyakan orang ketika itu, lalu dibentangkan kartu catatan amalnya yang berjumlah 99 kartu. Setiap kartu jika dibentangkan sejauh mata memandang. Kemudian Allah menanyakan padanya, “Apakah engkau mengingkari sedikit pun dari catatanmu ini?” Ia menjawab, “Tidak sama sekali wahai Rabbku.” Allah bertanya lagi, “Apakah kamu memiliki udzur atau kebaikan di sisimu?” Dipanggillah laki-laki tersebut dan ia berkata, “Tidak sama sekali wahai Rabbku.” Allah pun berfirman, “Sesungguhnya ada kebaikanmu yang masih kami catat. Dan sungguh tidak akan ada kezaliman atasmu pada hari ini.” Lantas dikeluarkanlah satu bitoqoh (kartu) yang bertuliskan syahadat 'laa ilaha illallah wa anna muhammadan ‘abduhu wa rasuuluh'. Lalu ia bertanya, “Apa (manfaat) kartu ini yang bersama dengan catatan-catatanku yang penuh dosa tadi?” Allah berkata padanya, “Sesungguhnya engkau tidak didzalimi.” Lantas diletakkanlah kartu-kartu dosa di salah satu daun timbangan dan kartu laa ilaha illallah di daun timbangan lainnya. Ternyata daun timbangan penuh dosa tersebut terkalahkan dengan beratnya kartu bertulis laa ilaha illalah tadi.

Berkata Asy-Syaikul Islam rahimahullah : "Tidak semua orang yang mengucapkan dua kalimat syahadat itu serupa dengan (hamba) ini, karena hamba ini adalah pemilik kartu yang dihatinya ada tauhid, keyakinan dan keikhlasan berupa apa yang paling wajib dia agungkan dari kadar tauhid nya tersebut sampai tauhidnya menjadi lebih utama dibanding dosa-dosanya.

Berkata Ibnul Qayyim rahimahullah : "Amalan-amalan itu tidak menjadi utama berdasarkan bentuk dan bilangannya, tapi ia menjadi utama karena keutamaan apa yang ada didalam hati, karena itu dua bentuk amalan (bisa saja) menjadi satu namun keutamaan keduanya seperti langit dan bumi,  (Ibnul Qayyim) berkata juga : memperhatikan hadits bithoqoh (kartu bertuliskan laa ilaaha illallah), maka diketahui bahwa setiap orang yang bertauhid memiliki kartu (bertuliskan laa ilaaha illallah) ini,  dan kebanyakan mereka masuk neraka karena dosa-dosa mereka, bahkan yahudi, demikian juga orang yang paling banyak mengucapkannya, dan orang-orang yang mengucapkan laa ilaaha illallah kemudian menyelisihinya adalah orang yang paling besar kekafirannya daripada orang yang mengingkari kalimat laa ilaaha illallah secara asal, karena sesungguhnya orang yang kafir asli (secara asal), lebih mudah ingkarnya daripada orang yang murtad.

Dan dari Tirmidzi dan dia menghasankannya dari Anas Radhiyallahu Ta'ala 'anhu berkata : Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : ((Allah Ta'ala berfirman : Wahai anak adam ; sesungguhnya jika engkau datang kepada-Ku dengan sepenuh bumi dosa lalu engkau berjumpa dengan-Ku tanpa menyekutukan-Ku dengan sesuatu apapun, maka sungguh Aku akan datang kepadamu dengan sepenuh bumi ampunan)).

Maksudnya : engkau sampai pada kematian dalam kondisi keadaanmu tidak menyekutukan-Ku dengan sesuatu apapun. Ini merupakan syarat yang berat sebagai janji untuk mendapatkan ampunan, yaitu selamat dari syirik sedikit atau banyak, kecil maupun besar. Tidaklah selamat dari itu semua kecuali orang yang datang kepada Allah dengan hati yang selamat.

((Kuraabil ardhi)) yaitu : sepenuh bumi, barangsiapa yang datang dengan tauhid beserta sepenuh bumi dosa maka Allah akan menjumpainya dengan sepenuh bumi ampunan, jika hamba tersebut sempurna tauhidnya dan memurnikan tauhidnya, serta dia memenuhi syarat-syaratnya, hal itu lebih wajib lagi untuk mendapatkan ampunan terhadap apa yang telah berlalu dari dosa-dosanya, dan mencegahnya dari masuk neraka, karena tauhid yang murni yang tauhid tersebut tidak bercampur dengan kesyirikan, maka dosa tidak akan ditinggalkan (akan dihapus) bersama adanya tauhid tersebut meskipun dosa itu sepenuh bumi. Dan didalam tauhid  juga menunjukkan luasnya kedermawanan Allah dan kebaikan-Nya dan banyaknya pahala tauhid dan penebus dari dosa-dosa.

Barangsiapa yang tidak merealisasikan tauhid dan tidak memurnikan ibadah serta tidak menyempurnakan ketundukkan, kepatuhan serta menerima (kalimat tauhid), maka tidak diterima sholat dan zakatnya, tidak sah puasa dan hajinya, dan tidak pula bertambah yaitu amalan yang mendekatkannya kepada Allah, Allah berfirman : (Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan) [Al-An'am : 88], dan Allah berfirman : (Dan Kami hadapkan segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan) [Al-Furqon : 23]

Apabila dia tidak merealisasikan tauhid dan tidak jujur/tulus keikhlasannya maka tidak bermanfaat syafaatnya orang-orang yang memberi syafaat dan tidak bermanfaat pula doanya orang-orang sholeh sampai meskipun yang berdoa tersebut adalah pemimpin para Nabi yaitu Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam bacalah oleh kalian jika kalian menghendaki (Kamu memohonkan ampun bagi mereka atau tidak kamu mohonkan ampun bagi mereka -adalah sama saja-. Kendatipun kamu memohonkan ampun bagi mereka tujuh puluh kali, namun Allah sekali-kali tidak akan memberi ampunan kepada mereka) [At-Taubah : 80] [Syarhul Muyassar Liktaabit Tauhiid lil Imaami Asy-Syaikh Muhammad bin 'Abdil Wahhaab penyusun 'Abdullah Al-Qaasim]

Faedah yang bisa diambil

1. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengabarkan dalam hadits kudsi bahwa Allah menyeru anak adam : Wahai anak adam ; sesungguhnya jika engkau datang kepada-Ku dengan sepenuh bumi dosa lalu engkau berjumpa dengan-Ku tanpa menyekutukan-Ku dengan sesuatu apapun, maka sungguh Aku akan datang kepadamu dengan sepenuh bumi ampunan)). 

2. Makna Qurobil Ardhi yaitu sepenuh bumi atau menyerupai sepenuh bumi. Allah mengumumkan jika seorang hamba datang dengan membawa dosa sepenuh bumi atau menyerupai sepenuh bumi maka Allah akan ampuninya selama dia tidak menyekutukan Allah sedikitpun. Sebagaimana hadits yang lain : 

ولمسلم عن جابر رضي الله عنه : أن رسول الله صلى الله ليه وسلم قال : ((من لقي الله لا يشرك به شيئا دخل الجنة، ومن لقيه
.[يشرك به شيئا دخل النار)). [فتح المجيد شرح كتاب التوحيد، ص :٦٩. دار السلام

"Dari hadits Muslim dari Jabir radhiyallahu 'anhu : Bahwasannya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : ((Barangsiapa yang berjumpa dengan Allah dalam keadaan tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun maka dia pasti masuk surga, dan barangsiapa yang berjumpa dengan-Nya dalam keadaan menyekutukan dengan Allah sesuatu maka dia pasti masuk neraka))". [Fathul Majiid Syarh Kitaabit Tauhid, hal.69. Cet.Daarus Salaam].

Kata (شيئا) nakiroh dalam konteks penafian, maknanya umum, artinya menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun tidak boleh, baik malaikat, para Nabi, orang-orang sholeh, para dkun, orang "pintar", benda-benda mati seperti matahari, bulan, bintang-bintang, pohon keramat, bebatuan, "penjaga" lautan  dan semua yang ada dialam semesta ini, ini menunjukkan tauhid tersebut harus murni semurni-murninya. 

Kata (يشرك)  bisa ambil masdarnya yaitu (شركا),  kata (شركا) nakiroh dalam konteks penafian, maknanya juga umum mencakup syirik apapun, baik besar ataupun kecil, banyak ataupun sedikit, nampak ataupun tersembunyi. Sehingga untuk mendapatkan ampunan dari dosa-dosa yaitu orang yang benar-benar terbebas dari syirik apapun bentuknya, baik besar ataupun kecil, banyak ataupun sedikit, nampak ataupun tersembunyi.

3. Terlepas dari penyembahan, pengagungan, kecintaan, ketundukan, kepatuhan terhadap selain Allah secara total merupakan perkara yang berat, kecuali bagi orang yang hatinya selamat. Sebagaimana firman Allah :

[يَوْمَ لَا يَنفَعُ مَالٌۭ وَلَا بَنُونَ. إِلَّا مَنْ أَتَى ٱللَّهَ بِقَلْبٍۢ سَلِيمٍۢ» [٢٦: ٨٨-٨٩»

Artinya : «(yaitu) di hari harta adan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang selamat» [Asy-Syuura : 88-89].

4. Amalan itu tidak dilihat dari bentuk dan bilangannya, tapi dilihat dari apa yang ada didalam hati. Pelaku dosa yang membawa 99 lembar catatan dosa dia tidak memiliki amalan selain tauhidnya. Dan satu catatan dosa dibentangkan sejauh mata memandang, tapi dengan kartu bertuliskan laa ilaaha illallah lalu ditimbang dosa-dosa tersebut dengan kartu bertuliskan laa ilaaha illallah tersebut, maka kartu laa ilaha illallah lebih berat dari 99 catatn dosanya. Dalam sebuah hadits disebutkan :

عن أبي سعيد الخدري عن رسول الله صلى الله عليه وسلم فال : ((قال موسى : يارب، علمني شيئا أذكرك وأدعوك به. فال : قل ياموسى : لا إله إلا الله. قال : يارب كل عبادك يقولون هذا. قال : ياموسى، لو أن السموات السبع وعامرهن غيرى، والأرضين
.((السبع في كفة، ولا إله إلا الله في كفة، مالت بهن لا إله إلا الله

[فتح المجيد شرح كتاب التوحيد، ص : ٤٩-٥١. دارالكتب العلمية]

Dan dari Abu Said Al-Khudriy dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata : ((Berkata Musa : Wahai Rabb-ku, ajarkan aku sesuatu yang aku akan mengingatmu dan berdoa kepada-Mu dengannya. Allah berfirman : Katakan wahai Musa : Tidak ada sesembahan yang benar selain Allah. Berkata Musa : Wahai Rabb-ku, seluruh hamba-hamba-Mu mengucapkan ini -yaitu kalimat laa ilaaha illallah-. Allah berfirman : Wahai Musa, seandainya langit yang tujuh lapis beserta seluruh penghuninya selain Aku serta bumi yang tujuh lapis (beserta isinya) berada dalam satu daun timbangan,  dan kalimat la ilaaha ilallah berada dalam satu daun timbangan yang lain, maka kalimat la ilaaha ilallah lebih berat dari semua itu)) [Fathul Majiid Syarh Kitaabit Tauhiid, hal.49-51. Cet.Daarul Kutub Al-Ilmiyyah]

5. Tauhid sebagai penghapus dosa-dosa

6. Adanya ahli tauhid yang bermaksiat kepada Allah

7. Luasnya rahmat Allah bagi ahli tauhid

8. Bantahan kepada kelompok sesat Khawarij dan Mu'tazilah yang mengatakan bahwa pelaku dosa besar itu kafir. Pada hadits bithoqoh (kartu bertuliskan laa ilaaha ilallah) pemilik kartu disebutkan memiliki 99 catatan dosa yang setiap satu catatan dibentangkan sejauh mata memandang, namun berkat rahmat Allah dan tauhidnya, Allah mengampuni selruh dosanya. 

Demikian juga pada hadits qudsi "Wahai anak adam.....", ada bantahan kepada kelompok Khawarij dan Mu'tazilah yang mengkafirkan pelaku dosa besar. Bahkan pada hadits qudsi tersebut Allah mengabarkan bukan hanya 99 gulungan catatan dosa, tapi sepenuh bumi dosapun akan diampuni selama hamba tersebut tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun hingga ajal menjemputnya.

9. Barangsiapa yang tidak merealisasikan tauhid dan tidak memurnikan ibadah serta tidak menyempurnakan ketundukkan, kepatuhan serta menerima (kalimat tauhid), maka tidak diterima sholat dan zakatnya, tidak sah puasa dan hajinya, dan tidak pula bertambah yaitu amalan yang mendekatkannya kepada Allah, Allah berfirman : (Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan) [Al-An'am : 88], dan Allah berfirman : (Dan Kami hadapkan segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan) [Al-Furqon : 23]

10. Pelaku syirik, pahala kebaikannya akan dihapuskan berdasarkan ayat surat Al-Furqon : 23 diatas atau berdasarkan firman Allah :

«وَلَقَدْ أُوحِىَ إِلَيْكَ وَإِلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ ٱلْخَـٰسِرِينَ»

Artinya : "Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi". [Az-Zumar : 56]

Pada ayat diatas para Nabi saja diancam dengan dihapusnya amal jika mereka berbuat syirik, lebih-lebih kita.

11. Tercelanya syirik

Dan masih banyak faedah-faedah lainnya. Semoga tulisan ini bermanfaat.

Related Posts:

BERSIKAP LEMBUTLAH KEPADA PARA WANITA









Bismillah. Alhamdulillahi Rabbil 'aalamiin. Wa shallallahu ala Nabiyyina Muhammadin shallallahu alaihi wa sallam. Wa ba'du.

Kelembutan bila ditempatkan pada sesuatu maka akan menghiasinya, demikian pula dalam memperlakukan para wanita.

Wanita adalah makhluk yang lemah, yang Allah ciptakan dengan penuh perasaan, baik sikap maupun perilakunya. Fisiknya begitu lemah, aqalnya tidak sempurna, dan perasaannya begitu halus, maka pantas saja Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mewasiatkan kepada kita untuk berlaku lemah lembut kepada para wanita.

Dahulu ada seorang budak yang bernama Anjasyah. Anjasyah adalah seorang budak milik Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Anjasyah merupakan seorang laki-laki yang pandai menjinakkan unta. Dalam sebuah perjalanan, Anjasyah pernah mengawal istri-istri Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan para wanita lain yang menaiki unta Ketika para wanita sudah berada diatas unta, Anjasyah bersyair dengan merdu sehingga membuat unta-unta menggoyangkan kepalanya. Kotak sejenis rumah kecil yang ditempati oleh para wanita diatas punggung unta bergerak kekiri dan ke kanan sehingga membuat istri-istri Nabi ketakutan. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepada Anjasyah, ((Pelan-pelan wahai Anjasyah, karena engkau sedang mengawal gelas-gelas kaca)). Subhanallah, Nabi  shallallahu 'alaihi wa sallam memberikan perumpamaan tentang wanita bahwa mereka bagaikan gelas-gelas kaca, mudah pecah, mudah retak, mudah tergores, dan sangat sensitif. Karena sifat-sifat ini, maka sangat layak wanita diperlakukan dengan penuh lemah lembut. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dengan redaksi lengkapnya sebagai berikut :

عن أنس رضي الله عنه : أن النبي صلى الله عليه و سلم كان في سفر، و كان غلاما يحدوبهن يقال له أنجشة، فقال النبي صلى الله عليه و سلم : ((رويدك يا أنجشة سوقك بالقوارير)). قال أبو قلابة : يعني النساء

Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu bahwasannya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pernah dalam suatu perjalanan, sementara hamba sahayanya bernama Anjasyah mengawal para wanita, maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : ((Pelan-pelan wahai Anjasyah, karena engkau sedang mengawal gelas-gelas kaca)). Berkata Abu Qilabah : (Gelas-gelas kaca) maksudnya yaitu para wanita." [HR. Al-Bukhari, no.6210. Pustaka Baitul Afkar Ad-Dauliyah]

Dalam hadits yang lain, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda sebagaimana yang diriwayatkan juga oleh Imam Al-Bukhari :

حدثنا إسحاق : أخبرنا حبان : حدثنا همام : حدثنا قتادة : حدثنا أنس بن مالك قال : كان للنبي صلى الله عليه وسلم حاد يقال له
 أنجشة، وكان حسن الصوت، فقال له النبى صلى الله عليه وسلم : ((رويدك يا أنجشة لا تكسر القوارير

.قال قتادة : يعنى ضعفة النساء

"Telah menceritakan kepada kami Ishaq : telah mengabarkan kepada kami Habban : telah menceritakan kepada kami Hammam : telah menceritakan kepada kami Qotadah : telah menceritakan kepada kami Anas bin Milik  berkata : Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memiliki seorang pengawal bernama Anjasyah, dan Anjasyah memiliki suara yang merdu, maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepadanya : "Pelan-pelan wahai Anjasyah, jangan engkau pecahkan gelas-gelas kaca." 

Berkata Qatadah : "Yakni menunjukkan lemahnya para wanita." [HR. Al-Bukhari, no.2611. Muslim, no.2323. Pustaka Baitul Afkar Ad Dauliyyah]

Dalam hadits yang lain yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda :

((ارفق بالقوارير))

"Lembutlah engkau kepada gelas-gelas kaca (maksudnya yaitu para wanita)." [HR. Al-Bukhari, no.6209. Pustaka Baitul Afkar Ad-Dauliyyah]

Pada tiga hadits diatas, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan kepada Anjasyah untuk bersikap lemah lembut kepada para wanita karena para wanita sangat butuh kelembutan. Kedua Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mensifati para wanita dengan gelas-gelas kaca, sebagai perumpamaan yang menunjukkan sifat wanita sejatinya mirip dengan gelas-gelas kaca, mudah pecah, mudah retak, mudah tergores, dan lain sebagainya, sehingga dia membutuhkan kelembutan dari suaminya.

Dalam hadits yang lain, Imam Muslim juga menyebutkan sebuah hadits yang terkait dengan hal ini, beliau mengatakan :

عن أنس بن مالك قال : كانت أم سليم مع نساء النبي صلى الله عليه و سلم، وهن يسوق بهن سواقا، فقال النبي صلى الله عليه و
 .((سلم ((أي أنسجة! رويدا سوقك بالقواري

"Dari Anas bin Malik, ia berkata : Ummu Sulaim berada bersama para istri Nabi shallallahu 'alaihi wa salam, dan para wanita tersebut dikawal oleh seorang pengawal bernama Anjasyah, maka Nabi shallallahu 'alaihi wa salam bersabda : ((Wahai Anjasyah! Pelan-pelan, karena engkau (sedang) mengawal gelas-gelas kaca))". [HR. Muslim, no.2323. Pustaka Baitul Afkar Ad-Dauliyah]

Dari pemaparan diatas, baik pada hadits riwayat Imam Al-Bukhari yang telah berlalu maupun pada hadits riwayat Imam Muslim diatas menunjukkan tentang kepribadian wanita bahwa sejatinya mereka itu makhluk yang sangat lemah, mudah tersinggung, sensitif, mudah menangis, sehingga dia butuh kelembutan dan perlakuan lemah lembut dari suaminya. 

Adapun tentang kisah Anjasyah, sejatinya, Anjasyah sama sekali tidak bermaksud bersikap tidak lembut apalagi sampai menakut-nakuti Istri-Istri Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam yang mulia dan para sahabiyyah lainya radhiyalahu anhunna. Namun saat itu Anjasyah semata-mata hanya ingin menjinakkan unta-unta yang dinaiki oleh Istri-istri Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabiyyah lainnya agar unta-unta itu tidak liar dan mudah untuk dinaiki. Meskipun demikian, Nabi  shallallahu 'alaihi wa sallam tetap menganggap itu sikap yang tidak lembut dan memerintahkan kepada Anjasyah agar bersikap lembut kepada gelas-gelas kaca. 

Lalu bagaimana dengan sifat laki-laki di zaman ini? Laki-laki yang menampar istrinya, memukuli wajahnya, melukai tubuhnya dan lain sebagainya?, tentu hal ini sangat tidak dibenarkan dan diingkari dalam ajaran agama Islam. Bahkan jika seandainya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melihat hal tersebut, pasti beliau shallallahu 'alaihi wa sallam marah dan mengingkarinya.

Perhatikanlah saudaraku, betapa mengertinya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam terhadap apa yang diinginkan oleh para wanita, sehingga pantas beliau terhadap istri-istrinya termasuk orang yang paling lembut kepada mereka. Tatkala seperti itu keadaannya, maka tugas kita selanjutnya adalah bagaimana cara agar kita bisa mencontohi Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dalam bermuamalah dengan istri-Istrinya.

Fahamilah wahai saudaraku, sejatinya wanita itu makhluk yang sangat lemah, baik fisik maupun perasaannya, dan lemah pula emosinya. Ibarat gelas-gelas kaca, dia  rapuh dan  tak berdaya, mudah retak dan mudah pecah. Sebagaimana yang kita ketahui dari sifat dasar sebuah kaca, pertama, kaca itu mudah pecah, kedua, kaca itu mudah retak, ketiga, kaca itu mudah tergores, apabila kaca itu tipis, bisa jadi ia akan hancur berkeping-keping tatkala ia berbenturan dengan benda-benda keras yang ada disekitarnya. Itulah makna sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam agar kita memperlakukan wanita dengan lemah lembut, karena wanita sangat lemah. Artinya, jika wanita berbuat salah, melakukan nusudz atau durhaka kepada suami dalam perkara ketaatan pada suami yang Allah wajibkanm baik dia membantah suami karena faktor capek dan lelahnya mengurus anak-anak dan lain sebagainya, diperlukan kesabaran ekstra bagi seorang suami untuk menasihatinya dengan cara yang baik, bahkan bila perlu maafkan saja kesalahannya. Bila harus memukulnya, maka pukullah dengan siwak (sikat gigi) atau bantal, yang tentunya dua hal tersebut tidak akan menyakitinya apalagi memudhorotkannya, tapi semata-mata hanya ingin memberikan kepadanya pelajaran dan menampakkan sinyal-sinyal ketegasan bahwa saat itu kita sedang marah dan mengingkari perbuatannya.

Berkata orang-orang yang bijak :

"Janganlah engkau giring gelas-gelas kaca diatas sebuah gerobak tanpa alas, sebab engkau akan membuatnya retak.
Jangan pula engkau tuntun botol-botol kaca diatas dataran yang penuh dengan bebatuan lagi berlubang, karena engkau akan membuatnya pecah berkeping keping.
Tuntunlah ia dengan lembut dan bijaksana, sebab jika tidak, maka engkau akan membuatnya retak dan hancur berserakan."

BEBERAPA FAEDAH BAGI PARA SUAMI

Bagi para suami yang telah dikaruniai banyak anak dan mendapati istrinya sedang marah atau menggerutu, maka cobalah untuk bersabar, dan cobalah untuk merenungkan keadaannya.

Mengurus anak memang bukan perkara mudah saudaraku, apalagi bila anak-anak anda banyak dan usianya hampir sama besarnya apalagi hanya selisih setahun saja, belum lagi bila anak-anak anda sangat aktif dan banyak membuat aktifitas-aktifitas yang sangat berbahaya, tentunya semua itu akan sangat meletihkan ibunya. Belum lagi cucian istri anda menumpuk, anak-anak harus dimandikan, rumah yang berantakan harus dirapikan, kasur akibat tumpahan susu si kecil harus dibersihkan, masakan untuk makan siang nanti harus segera disiapkan, dan semua urusan rumah tangga tersebut dia kerjakan seorang diri tanpa anda bantu dia, dari mencuci sampai memasak, memandikan anak-anak sampai aktifitas-aktifitas lain, mulai dari bangun tidur bahkan hingga tidur lagi. Karena itu memahami keadan para wanita wajib, karena hal tersebut akan bisa membuat anda bersikap lemah lembut dan menghargai keletihan-keletihannya. 

Berkata seorang penyair :

"Fahami dan mengertilah keadaannya walau sedikit, niscaya itu akan membuatnya bahagia.
Luangkan waktu untuk menghiburnya dan mengobati rasa letihnya, karena hal itu akan membuatnya tertawa.
Jika sesekali ia salah dan marah kepada anda maka biarkan saja hal tersebut, karena itu merupakan sifat manusiawi.
Tersenyumlah kepadanya dan ucapkan kata-kata manis, niscaya itu akan menghilangkan kekurangan akalnya.
Peganglah tangannya dan usaplah air matanya, pasti hal itu akan membuat hatinya luluh.
Dan itulah para wanita yang membedakannya dengan laki-laki, karena wanita adalah gelas-gelas kaca sedangkan laki-laki adalah singa di gurun sahara.
Maafkan saja kesalahannya, dan nasihatilah ia dengan cara yang baik, karena inilah ciri laki-laki yang sholeh."

Semoga tulisan ini bermanfaat.

Baca juga : 1. Bidadari-pun Jatuh Cinta
                   2. Selfie dan Rasa Malu
                   3. Bahaya Fitnah Wanita
                   4. Jika Engkau Tidak Punya Malu Berbuatlah Sesukamu 
                   5. Antara Kholwat, Zina dan Teknologi serta Peran Orang Tua

***
Dompu-Nusa Tenggara Barat : 20 Muharram 1441 H/20 Agustus 2019

Penulis : Abu Dawud ad-Dombuwiyy
Artikel : Meciangi-d.blogspot.com

Related Posts:

PAKAIAN WARNA PUTIH UNTUK WANITA

Bismillah. Alhamdulillahi Rabbil 'Aalamiin. Wa shallallahu 'ala Nabiyyina Muhammadin shallallahu 'alaihi wa sallam. Wa ba'du.

Berbicara tentang pakaian, hukum  asal pakaian itu suci. Adapun terkait dengan warna pakaiannya, maka itu dikembalikan kepada urf.

Asy-Syaikh Abdullah bin Shaleh Al-Fauzan menjelaskan dalam kitabnya Jam'ul Mahshul syarah kitab Al-Qowaidul Fiqhiyyah milik Asy-Syaikh As-Sa'di rahimahullah :

الأصل الطهارة في كل شيء، والأصل الإباحة إلا ما دل الدليل على نجاستة أو تحريمه

"Hukum ssal segala sesuatu itu suci, dan hukum asal sesuatu itu boleh kecuali ada dalil yang menajiskannya atau yang mengharamkannya."

Asy-Syaikh Sholeh Al-Fauzan memberikan contoh :

فالأصل في المياه والأراضي والثياب والأواني الطهارة، حتى يتيقن زوال أصله بطرؤ النجاسة عليها، فإذ شك في إناء او ثوب أو مصلى أصابته نجاسة ام لا؟ فهو طاهر

:والأصل في الأطعمة والأشربة الحل، إلا ما دل الشارع على تحريمه، كالميتة، والدم، والحنزير، ونحو ذلك، لعموم قوله تعالى
 [هُوَ ٱلَّذِى خَلَقَ لَكُم مَّا فِى ٱلْأَرْضِ جَمِيعًۭا» [البقرة : ٢٩»

"Hukum asal air, bumi (tanah), pakaian, bejana semuanya  suci, sampai seseorang yakin bahwa sesuatu itu telah berpindah dari hukum asalnya menjadi samar akibat terkena najis, apabila dia ragu dalam hal sucinya bejana atau pakaian atau tempat sholat apakah terkena najis atau tidak? Maka hukum asalnya tetap suci. 

Hukum asal makanan, minuman adalah halal, kecuali apa yang telah ditunjukkan oleh pembuat syariat atas keharamannya, seperti bangkai, darah, babi, dan yang semisalnya, berdasarkan keumumam firman Allah Ta'ala : Artinya : "Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu". (Al-Baqarah : 29)." [Al-Qawaa'id Fiqhiyyah min Kitaabi Jam'il Mahshul fii Risaalati Ibni Sa'di fiil 'Ushuul, hal.79].

Qoidah diatas berlaku dalam urusan dunia, seperti masalah air, bumi, bejana, makanan, minuman dan juga masalah pakaian dan yang semisalnya. Adapun dalam masalah pakaian, maka hukum asal pakaian itu suci, sedangkan warnanya maka di kembalikan ke urf (adat kebiasaan). Sebuah qoidah mengatakan :

الأصل في العادات الإباحة إلا ما ورد عن الشارع تحريمه

"Hukum asal adat istiadat itu boleh, kecuali apa yang ada pengharamannya oleh pembuat syariat (Allah)"

Berkata Asy-Syaikh Sholeh Al-Fauzan melanjutkan :

العادات جمع عادة، وهي ما استقر في الأنفس السليمة، والطبائع السليمة من معاملات، سواء كانت معاملة مع النفس، أو مع الخلق، كعادة الناس في المأكل، والمشارب، وأصناف الملابس،  وعادتهم في إستقبال الضيف، وعمل الولائم, وما يجري بينهم من المعاملات والصنائع، وغير ذلك، ويدخل في ذلك المخترعات الحادثة مما فيه منفعة للناس، كما يدخل في ذلك ما اعتاده الناس من الزيادة في التحية على لفظ السلام والتهنية  بالعيد، ونحو ذلك

.وهذا تعريف مع الأمثلة، مراد به العادات الصحيحة دون العادات الفاسدة

فالأص في العادات الإباحة, إلا ما ورد عن الشارع تحريمه لقوله تعالى «هُوَ ٱلَّذِى خَلَقَ لَكُم مَّا فِى ٱلْأَرْضِ جَمِيعًۭا» [البقرة : ٢٩] فالله تعالى خلق لنا جميع ما على الأرض لننتفع به بجميع انواع الانتفاعات، وقال تعالى «قُلْ مَنْ حَرَّمَ زِينَةَ ٱللَّهِ ٱلَّتِىٓ أَخْرَجَ لِعِبَادِهِۦ وَٱلطَّيِّبَـٰتِ مِنَ ٱلرِّزْقِ ۚ » [العراف : ٣٢] فالله تعالى أنكر على من حرم ما خلق الله لعباده من المآكل والمشارب والملابس وغيرها، وقد ورد عن عائشة وأنس - رضي الله عانهما - أن النبي صلى الله عليه وسلم مر بقوم يلقحون، فقال : لو لم تفعلوا لصلح، قال فخرج شيصا، فمر بهم، فقال : ما لنخلكم؟ قالوا : قلت كذا وكذا، قال : (أنتم أعلم في بأمور دنياكم)، وفي رواية ابن حبان (إذا كان شميء من أمر دنياكم فشأنكم،و إن كان شميء من أمر دينكم فإلي

ووجه الدلالة : أن ألنبي صلى الله عليه وسلم رد الأمر فيما يتعلق بالزراعة إلى الخلق، وبين أن هذا شأن من شئون الدنيا، ولا صلة له بأحكام الشرع ألتي يرجع فيها إلى النبي صلى الله عليه وسلم، وأما ما حرمه الشارع علينا فهو حرام ولو تعارف الناس في عليه، وضابط ذلك أن كل عرف خالف الشرع فهو مردود، مثل تعارف الناس في بعض التجمعات على إقامة مجالس العزاء، أو تعارفهم على الإقتراض من المصارف الربوية، أو تعارفهم على المنكرات الأفراح، أو أخذ الرشوة، أو لبس الرجال الذهب، ونحو .ذلك

"Al-Aadaatu (adat-adat) jamak dari Aadah (adat), yaitu segala yang menetap (menjadi kebiasaan) dalam diri orang yang selamat (fitrahnya), dan tabiat-tabiat yang istiqomah dari perkara-perkara muamalah, sama saja baik muamalah dengan dirinya atau dengan makhluk, seperti adat manusia dalam makan, minum, jenis-jenis pakaian, atau adat mereka dalam menyambut tamu, atau amalan-amalan dalam walimah dan apa saja yang berjalan antara mereka dari muamalah-muamalah serta perbuatan-perbuatan atau selain dari itu, dan masuk juga dalam hal ini seperti menciptakan sesuatu yang baru yang didalamnya ada manfaat untuk manusia, sebagaimana masuk juga dalam hal ini apa saja yang menjadi kebiasaan orang-orang seperti menambah ucapan penyambutan pada lafadz salam penghormatan mereka atau ucapan tahni'ah di hari 'Ied, dan yang semisal itu.

Dan ini adalah definisi dengan menggunakan contoh, yang diinginkan dengannya yaitu adat kebiasaan yang shohih, bukan adat kebiasaan yang rusak.

Asal dari adat istiadat boleh, kecuali apa yang telah diharamkan ia oleh Pembuat syariat yang Bijaksana (Allah), berdasarkan firman Allah Artinya : «"Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu»". (Al-Baqaroh : 29), maka Allah Ta'ala telah menciptakan untuk kita semua apa yang ada diatas bumi agar kita mengambil manfaat dengannya dengan seluruh macam-macam manfaat-manfaatnya, dan Allah Ta'ala berfirman : «Artinya ; "Katakanlah: "Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezeki yang baik?»." (Al-A'raf : 32), dan Allah Ta'ala telah mengingkari orang-orang yang mengharamkan apa saja yang Allah ciptakan untuk hamba-hamba-Nya berupa berbagai makanan, minuman, pakaian dan selain dari itu, dan sungguh telah datang dari 'Aisyah dan Anas -radhiyallahu 'anhuma- bahwasannya Nabi shallallahu ''alaihi wa sallam pernah melewati suatu kaum yang sedang mengawinkan kurma lalu beliau bersabda : "Seandainya kalian tidak melakukan seperti, niscaya kurma itu tetap bagus". Berkata dia (Anas) : (Tapi setelah itu), ternyata kurma tersebut tumbuh dalam keadaan rusak. Hingga suatu saat Nabi shallallahu alaihi wa sallam melewati mereka lagi dan melihat hal itu beliau bertanya : 'Ada apa dengan pohon kurma kalian? Aku (Anas) katakan begini dan begitu. Beliau lalu bersabda : ('Kalian lebih mengetahui tentang urusan dunia kalian)', dan dalam riwayat Ibnu Hibban (Apabila itu merupakan sesuatu dari urusan dunia kalian maka itu urusan kalian, dan apabila itu merupakan sesuatu dari urusan agama kalian, maka hendaknya di kembalikan kepadaku). 

Dan sisi pendalilannya : Bahwasannya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menolak perkara apa saja yang berkaitan dengan pertanian dan mengembalikannya kepada makhluk, dan menjelaskan bahwasannya urusan ini termasuk urusan-urusan dunia, tidak ada kaitannya dengan hukum-hukum syar'i yang hukum-hukum tersebut dikembalikan kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, dan adapun apa yang telah diharamkan oleh pembuat Syariat (Allah) atas kita maka itu haram walaupun manusia telah menjadikannya kebiasan, dan yang kuat bahwa semua kebiasaan/adat yang menyelisihi syariat maka dia tertolak, contoh kebiasaan orang-orang berkumpul disebagian tempat hiburan, atau kebiasaan mereka dalam mengambil pinjaman dari bank-bank riba, atau kebiasaan mereka melakukan kemungkaran dalam pesta pernikahan, atau menerima suap, atau laki-laki memakai emas, dan yang semisal dengan itu." [Al-Qowaid Al-Fiqhiyyah min Kitaab Jam'il Mahsuul fii Risaalati Ibni Sa'di fiil Ushuul, hal. 96-97]

Maksud qoidah-qoidah diatas yaitu hukum asal sesuatu diatas bumi ini suci, atau hukum asal sesuatu itu boleh, atau hukum asal adat-istiadat itu boleh, selama tidak berpindah hukumnya atau selama tidak ada larangan dari Allah dan Rasul-Nya, berdasarkan firman Allah Ta'ala :

[هُوَ ٱلَّذِى خَلَقَ لَكُم مَّا فِى ٱلْأَرْضِ جَمِيعًۭا» [البقرة : ٢٩»

«Artinya : "Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu»". (Al-Baqaroh : 29)

Dan Allah Ta'ala juga berfirman :

[قُلْ مَنْ حَرَّمَ زِينَةَ ٱللَّهِ ٱلَّتِىٓ أَخْرَجَ لِعِبَادِهِۦ وَٱلطَّيِّبَـٰتِ مِنَ ٱلرِّزْقِ ۚ » [العراف : ٣٢»

«Artinya ; "Katakanlah: "Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezeki yang baik?»." (Al-A'raf : 32)

Termasuk dalam hal ini adalah pakaian. Hukum asal pakaian itu suci dan boleh, dan hukum asal adat-istiadat dalam masalah pakaian juga boleh selama tidak ada larangan dari syariat dalam masalah ini.

Termasuk dalam masalah ini adalah pakaian warna putih bagi wanita. Jika disuatu negeri adat kebiasaan wanita-wanita sholehah di negeri tersebut menggunakan baju warna putih adalah hal yang sudah lumrah dilakukan, baik jubah warna putih, jilbab warna putih atau pakaian serba putih lainnya, maka boleh wanita ditempat tersebut menggunakan pakaian warna putih selama menutup aurat secara sempurna, kainnya tebal serta tidak transparan.

Dan berbeda hukumnya jika pakaian warna putih ini merupakan adat kebiasaan kaum laki-laki di negeri tersebut, maka memakai pakaian warna putih bagi wanita pada kondisi ini tidak boleh karena itu merupakan tasyabuh (menyerupai) laki-laki dalam hal adat kebiasaan.

Tolak ukur adat-istiadat yang bisa diikuti adalah adat kebiasaan orang-orang yang lurus fitrahnya terutama orang-orang sholeh dan sholehah, bukan adat setiap manusia yang ada di tempat tersebut. Jika tolak ukurnya adalah adat-istiadat setiap orang, maka begitu banyak adat-istiadat di suatu negeri atau ditengah masyarakat yang bertentangan dengan syariat, seperti makan dan minum dengan tangan kiri, menggunakan pakaian-pakaian yang melanggar syariat, menyambut tamu dengan khamr dan lain sebagainya, maka ini semua tidak boleh dilakukan karena bertentangan dengan syariat. Karena itulah Asy-Syaikh Sholeh Al-Fauzan telah mengatakan :

وهذا تعريف مع الأمثلة، مراد به العادات الصحيحة دون العادات الفاسدة

"Dan ini adalah definisi dengan menggunakan contoh, yang diinginkan dengannya yaitu adat kebiasaan yang shohih, bukan adat kebiasaan yang rusak".

Faedah yang bisa diambil :

1. Asal segala sesuatu itu suci, dan asal sesuatu itu boleh kecuali ada dalil yang menajiskannya atau yang mengharamkannya

2. Hukum asal air, bumi (tanah), pakaian, bejana adalah  suci, sampai dia yakin berpindah dari asalnya menjadi samar (akibat terkena) najis. Apabila seseorang ragu dalam hal sucinya air, bejana atau pakaian atau tempat sholat apakah terkena najis atau tidak? Maka dia tetap suci.

3. Hukum asal makanan, minuman adalah halal, kecuali apa yang telah dijelaskan oleh Allah atas keharamannya, seperti bangkai, darah, babi, dan yang semisalnya, berdasarkan keumumam firman Allah Ta'ala : Artinya : "Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu". (Al-Baqarah : 29)."

4. Hukum asal adat istiadat itu boleh, kecuali apa yang ada pengharamannya oleh Allah Jalla wa 'Alaa dan Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam tentang hal tersebut.

5. Adat yang bisa dipakai adalah adat kebiasaan orang-orang yang selamat fitrahnya terutama dari kalangan orang-orang sholeh dan shalehah, dan inilah adat yang bisa digunakan sebagai landasan hukum

6. Adat-adat yang tidak bisa dijadikan landasan hukum adalah adat-adat yang rusak seperti adat kebiasaan orang-orang yang tidak lurus fitrahnya termasuk adat kebiasaan orang-orang kafir

7. Menggunakan pakaian warna putih bagi wanita itu boleh, selama di negeri tersebut pakaian warna putih sudah menjadi kebiasaan wanita-wanita sholehah, dengan syarat pakaian tersebut syar'i dan tidak transparan alias tebal. Akan tetapi jika memakai pakaian warna putih tersebut merupakan adat kebiasaan laki-laki di negeri tersebut maka kaum wanita tidak boleh mengenakannya karena hal tersebut merupakan tasyabbuh (menyerupai) kaum laki-laki. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

عن ابن عمر قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم ((من تشبه بقوم فهو منهم))

Dari Ibnu Umar berkata : Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda ((Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum maka dia termasuk kaum tersebut)) Diriwayatkan oleh Abu Dawud (Bab pakaian/3512), berkata Al-Albaaniy dalam shahih Abu Dawud : Hasan shahih. No. (3401).

Wallahu a'lam. Semoga tulisan ini bermanfaat.

***

Dompu, Nusa Tenggara Barat, 18 Dzulhijjah 1440 H/19 Agustus 2019

Penulis : Abu Dawud ad-Dombuwiyy

Artikel : Meciangi-d.blogspot.com 

Related Posts:

KEUTAMAAN TAUHID DAN BERATNYA KALIMAT LA ILAAHA ILLALLAH

Bismillah. Alhamdulilahi Rabbil 'alamin. Wa shallallahu 'ala Nabiyyina Muhammadin shallallahu 'alaihi wa sallam. Wa ba'du.

Kalimat tauhid memiliki keutamaan yang besar, diantaranya sebagai penghapus dosa-dosa. Ketahuilah bahwa kalimat tauhid laa ilaaha illallah nanti pada hari kiamat lebih berat dari tujuh lapis langit dan bumi beserta isinya sekalipun. Dalam sebuah hadits disebutkan :

عن أبي سعيد الخدري عن رسول الله صلى الله عليه وسلم فال : ((قال موسى : يارب، علمني شيئا أذكرك وأدعوك به. فال : قل ياموسى : لا إله إلا الله. قال : يارب كل عبادك يقولون هذا. قال : ياموسى، لو أن السموات السبع وعامرهن غيرى، والأرضين السبع في كفة، ولا إله إلا الله في كفة، مالت بهن لا إله إلا 
.((الله

فتح المجيد شرح كتاب التوحيد، ص : ٤٩-٥١. دار]
[الكتب العلمية

Dan dari Abu Said Al-Khudriy dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata : ((Berkata Musa : Wahai Rabb-ku, ajarkan aku sesuatu yang aku akan mengingatmu dan berdoa kepada-Mu dengannya. Allah berfirman : Wahai  Musa katakan : Tidak ada sesembahan yang benar selain Allah. Musa berkata : Wahai Rabb-ku, seluruh hamba-hamba-Mu mengucapkan ini -yaitu kalimat laa ilaaha illallah-. Allah berfirman : Wahai Musa, seandainya langit yang tujuh lapis beserta seluruh penghuninya selain Aku serta bumi yang tujuh lapis (beserta isinya) berada dalam satu daun timbangan,  dan kalimat la ilaaha ilallah berada dalam satu daun timbangan yang lain, maka kalimat la ilaaha ilallah lebih berat dari semua itu)) [Fathul Majid Syarh Kitaabit Tauhiid, hal.49-51. Cet.Daarul Kutub Al-Ilmiyyah]

Dalam hadits diatas bahwa Nabi Musa 'alaihissalam berdoa kepada Allah meminta sesuatu yang dengan sesuatu tersebut beliau bisa mengingat dan berdoa kepada Allah dengannya.

Allah kemudian memerintahkan Nabi Musa 'alaihissalam untuk menyebutkan kalimat tauhid la ilaaha illallah.

Nabi Musa 'alaihissalam seolah meremehkan kalimat tersebut dengan mengatakan : "Wahai Rabb-ku, seluruh hamba-hamba-Mu mengucapkan ini -yaitu kalimat laa ilaaha illallah-.

Maka Allah Ta'ala menegur Nabi Musa 'alaihissalam dengan ucapan-Nya : "Wahai Musa, seandainya tujuh lapis  langit beserta seluruh penghuninya selain Aku serta tujuh lapis bumi (beserta isinya) berada dalam satu daun timbangan,  dan kalimat la ilaaha ilallah berada dalam satu daun timbangan yang lain, maka kalimat la ilaaha ilallah lebih berat dari semua itu))"

Faedah yang bisa diambil :

1. Hadits diatas diriwayatkan oleh shahabat Abu Said Al-Khudriy radhiyallahuma. Abu Said Al-Khudriy nama aslinya : Said bin Malik bin Sinaan bin Ubaid al-Anshariy al-Khajrajiy yaitu sahabat yang mulia

2. Nabi Musa 'alaihissalam adalah Nabi yang diutus kepada Fir'aun beserta seluruh kaumnya

3. Nabi Musa 'alaihissalam adalah Nabi yang Allah  ajak berbicara secara langsung sebagaimana firman Allah :

«وَكَلَّمَ ٱللَّهُ مُوسَىٰ تَكْلِيمًۭا»

Artinya : "Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan sebenar-benar pembicaraan." (An-Nisaa' : 164)

Allah juga berfirman tentang keutamaan Nabi Musa :

تِلْكَ ٱلرُّسُلُ فَضَّلْنَا بَعْضَهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍۢ ۘ مِّنْهُم مَّن كَلَّمَ»
«ٱللَّهُ ۖ وَرَفَعَ بَعْضَهُمْ دَرَجَـٰتٍۢ

Artinya : "Rasul-rasul itu Kami lebihkan sebagian (dari) mereka atas sebagian yang lain. Di antara mereka ada yang Allah berkata-kata (langsung dengan dia) dan sebagiannya Allah meninggikannya beberapa derajat." (Al-Baqaroh : 253)

Makna ayat «مِّنْهُم مَّن كَلَّمَ ٱللَّهُ» yaitu Nabi Musa dan Nabi Muhammad serta Nabi Adam 'alaihimussalaam sebagaimana dalam penjelasan tafsir Ibnu Katsir mengenai ayat diatas. 

4. Nabi Musa 'alaihssalam diperintahkan untuk mengatakan la ilaaha illallah, bukan hanya lafadz Allah atau bukan pula lafadz «هو» seperti kebiasaan kelompok tarekat sufi. Berkata Asy Syaikh Abdurrahman bin Hasan Alu Asy-Syaikh :

قوله «قل يا موسى : لا إله إلا الله» فيه : أن الذاكر بها يقولها كلها، ولا يقتصر على لفظ الجلالة، ولا على «هو» كما يفعله غلاة جهال المتصوفة، فإن ذلك
.بدعة وضلاة

فتح المجيد شرح كتاب التوحيد، ص : ٤٩-٥١]
[دار الكتب العلمية

"Firman Allah : «katakan wahai Musa : la ilaaha illallah» didalamnya :  bahwa orang yang mengucapkan kalimat laa ilaaha illallah dia harus mengucapkan kalimat tersebut seluruhnya, tidak menyingkat hanya pada lafadz jalalah «الله» saja, dan tidak pula hanya kata «هو» sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang bodoh yang berlebih-lebihan dari kalangan sufi, karena hal tersebut termasuk bid'ah dan kesesatan." [Fathul Majid Syarh Kitaabit Tauhiid, hal.49-51. Cet.Daarul Kutub Al-Ilmiyyah]

5. Tidak boleh meremehkan kalimat tauhid laa ilaaha illallah

6. Perintah untuk mendakwahkan tauhid kepada Nabi Musa 'alaihissalam

7. Penetapan bahwa langit ada tujuh lapis dan bumi juga tujuh lapis

8. Penetapan adanya mizan (timbangan) untuk menimbang amal baik dan amal buruk, serta penetapan adanya dua daun timbangan

9. Ucapan Nabi Musa 'alaihissalam : "Seluruh hamba-hamba-Mu mengucapkan ini -yaitu kalimat laa ilaaha illallah-, hal ini menunjukkan bahwa kalimat tauhid laa ilaaha illallah ditujukan kepada seluruh Nabi, bahkan ditujukan untuk seluruh alam semesta, ini menunjukkan daruratnya tauhid pada setiap individu

10. Menunjukkan dakwah Nabi Musa 'alaihissalam  dan dakwah seluruh Nabi adalah dakwah tauhid

11. Kalimat tauhid laa ilaaha illallah jika ditimbang dengan 7 lapis langit dan 7 lapis bumi dan apa yang ada diantara keduanya beserta seluruh isinya selain Allah, maka kalimat tauhid laa ilaaha illallah pasti lebih berat

12. Menunjukkan keutamaan kalimat tauhid laa ilaaha illallah.

Dan masih banyak faedah-faedah lainnya. Semoga tulisan ini bermanfaat.


Related Posts:

ALLAH MEMILIKI RASA CINTA















Bismillahi. Alhamdulillahi Rabbil 'aalamiin. Wa shallallahu 'ala Nabiyyina Muhammadin wa 'ala aalihi wa shahbihi aa'iin. Wa ba'du.

Jika berbicara tentang cinta, pikiran kita selalu terpaku pada kisah cinta  antara dua orang insan semata, padahal disana ada cinta yang lebih tinggi, yaitu cinta Allah kepada hamba-hamba-Nya. Dalam banyak ayat, Allah banyak sekali berbicara tentang cinta ini, diantaranya firman Allah 'Azza wa Jalla :

«وَٱتَّخَذَ ٱللَّهُ إِبْرَٰهِيمَ خَلِيلًۭا»

“Artinya : Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kekasih-Nya". (QS. An-Nisaa : 125)

Allah memiliki rasa cinta yang khusus kepada Nabi Ibrahim 'alaihissalam, begitu juga kepada nabi kita Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di menjelaskan tentang tafsir ayat diatas 0l:

والخلة أعلى أنواع المحبة، هذه المرتبة حصلت للخليين محمد وإبراهيم عليهما الصلاة والسلام، وأما المحبة من الله، فهي لعموم المؤمنين، وإنما اتخذ الله إبراهيم خليلا، لأنه وفي بما أمر به وقام بما ابتلي به، فجعله الله إماما للناس، والتخذه خليلا، ونوه بذكره في العالمين

[تيسير الكريم الرحمان في تفسير كلام المنان، ص : ٢٠٦. مؤسسة الرسالة]

Al-Khullah merupakan tingkatan yang paling tinggi dari macam-macam cinta, dan kedudukan ini hanya didapatkan oleh dua orang kekasih yaitu Muhammad dan Ibrahim 'alaihimas sholaatu was salaam. Adapun Al-Mahabbah minallah merupakah perkara yang umum untuk seluruh mu'minin, hanya saja Allah telah mengambil Ibrahim sebagai seorang kekasih karena dia telah menyempurnakan apa yang telah diperintahkan kepadanya, dan dia telah tegak dengan apa yang dia diuji dengannya, maka Allah menjadikan dia imam untuk manusia, dan Allah mengambil dia sebagai kekasih dan meninggikan dia dengan menyebut-nyebutnya di segenap alam semesta.” [Taisiirul Kariimir Rahmaan fii Tafsiiri Kalaamil Mannaan, 206. Pustaka Al-Mu'assasatur Risaalah]

Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah juga telah menjelaskan tentang ayat diatas :

وأما الخلة فتوحيد المحبة، فالخليل هو الذي توحد حبه لمحبوبه، وهي رتبة لا تقبل المشاركة، ولهذا اختص بها في العالم الخليلان إبراهيم ومحمد صلوات الله وسلامه عليهما، كما قال الله تعالى : «وَٱتَّخَذَ ٱللَّهُ إِبْرَٰهِيمَ خَلِيلًۭا» [النساء : ١٢٣] وصح عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال : ((إن الله اتخذني خليلا كما اتخذ إبراهيم خليلا)). وفي الصحيح عنه صلى الله عليه وسلم : ((لو كنت متخذا من أهل الأرض خليلا لاتخذت أبا بكر خليلا. ولكن صاحبكم خليل الرحمان))، وفي صحيح أيضا : ((إنى أبرأ إلى كل خليل من خلته)). و لما كانت الخلة لا تقبل المشاركة امتحن الله سبحانه إبراهيم الخليل بذبح ولده لما أخذ شعبة من قلبه، وأراد سبحانه أن 
 يخلص تلك شعبة له ولا تكون لغيره، فامتحنه بذبح ولده، والمراد ذبحه من قلبه، لا ذبحه بالمدية، فلما أسلما لأمر الله وقدم محبة
.الله تعالى على محبة الولد، خلص مقام الخلة وفدى الولد بالذبح

[روضة المحبين ونزهة المشتاقين، ص : ٣٣-٣٤. دار الكتب العلميه]

“Adapan Al-Khullah yakni membuat menjadi satu cinta, adapun Al-Khaliil adalah orang yang menyatu cintanya kepada yang dicintai, dan Al-Khullah adalah, derajat (cinta paling tinggi) yang tidak menerima persekutuan. Oleh karena itu dikhususkan dengan Al-Khullah di alam semesta ini yaitu dua orang kekasih, Ibrahim dan Muhammad wa shalawaatullahi wa salaamuhu 'alaihima, sebagaimana firman Allah «Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayangnya-Nya» (An-Nisa’ : 124). Dan telah shahih dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam «Sesungghunya Allah mengambil-ku sebagai kekasih sebagaimana Allah mengambil Ibrahim sebagai kekasih». Dan didalam hadits shahih dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam «Kalau seandainya aku mengambil penduduk bumi sebagai kekasih, maka benar-benar aku akan mengambil Abu Bakar sebagai kekasih. Akan tetapi shahabat kalian (yaitu Nabi sendiri) adalah kekasih Ar-Rahmaan (Allah)», dalam hadits shahih juga : «Sesungguhnya aku berlepas diri dari setiap khalil dari kekhususan cinta-Nya». Dan tatkala Al-Khullah  merupakan kedudukan yang tidak menerima persekutuan, maka Allah -Maha Suci Dia- menguji Ibrahim Al-Khaliil dengan menyembelih anaknya tatkala dia mengambil cabang hatinya (untuk disembelihkan), dan Allah -Maha Suci Dia- menginginkan agar Ibrahim mengikhkaskan buah hatinya itu untuk Allah dan tidak untuk selain-Nya, dan Allah mengujinya dengan menyembelih anaknya, yang diinginkan (dengan menyembelih) adalah ia menyembelih anaknya dari hatinya bukan menyembelih dengan pisau, dan tatkala mereka berdua (Ibrahim dan Ismail) telah tunduk dengan perintah Allah dan mendahulukan cintanya kepada Allah Ta'ala daripada cintanya kepada anaknya, maka telah murnilah martabat Al-Khullah (cinta) dan diapun telah mendapatkan kembali anaknya (yang diganti) dengan sebuah sembelihan.” [Raudhatul Muhibbin, wa Nuzhatul Musytaaqiin, hal : 33-34. Cet. Daarul Kutub Al-Ilmiyah].

Ibnul Qayyim kemudian menyebutkan kesalahan sebagian orang yang mengatakan bahwa Al-Habiib (kekasih) lebih tinggi tingkatannya dari Al-khaliil (kekasih). Berkata Ibnul Qayyim rahimahullah :

وقد ظن بعض من لا علم عنده أن الحبيب أفضل من الخليل، وقال : محمد حبيب الله وإبرهيم خليل الله، وهذا باطل من وجوه كثيرة، منها : أن الخلة خاصة والمحبة عامة فإن الله يحب التوابين ويحب المتطهرين، وقال في عباده المؤمنين : ((يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّوْنَهُ)) [المائدة : ٥٤]، ومنها : أن النبي صلى الله عليه وسلم نفى أن يكون له من أهل الأرض خليل، وأخبر أن أحب النساء إليه عائشة ومن الرجال أبوها، ومنها : أنه قال : ((إن الله اتخذني خليلا كما اتخذ إبرهيم خليلا)). ومنها أنه قال : ((لو كنت متخذا كن أهل
((الأرض خليلا لاتخذت أبا بكر خليلا ولكن أخوة الإسلام ومودته

[روضة المحبين ونزهة المشتاقين، ص : ٣٤. دار الكتب العلميه]

"Sungguh telah menyangka sebagian orang yang tidak memiliki ilmu bahwasannya Al-Habib (kekasih) lebih utama dari Al-Khalil (kekasih), mereka mengatakan : 'Muhammad Habibullah (kekasih Allah) dan Ibrahim Khalillullah (kekasih Allah)', dan ucapan ini batil dari banyak sisi dan diantaranya : Bahwasannya (kata) Al-Khullah itu khusus sedangkan Al-Mahabbah itu umum dan Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mencintai orang-orang yang mensucikan diri, dan Allah berfirman kepada hamba-hamba-Nya yang mu'min «Allah mencintai mereka dan mereka mencintai Allah», dan diantaranya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam telah menafikan adanya Khaliil (kekasih) baginya dari kalangan penduduk bumi, padahal beliau mengabarkan bahwa wanita yang paling dicintainya adalah 'Aisyah dan dari kalangan laki-laki adalah bapaknya (yaitu Abu Bakar)". [Raudhatul Muhibbiin wa Nuzhatul Mustaaqiin, hal. 34. Cet. Daarul Kutub Al-'Ilmiyyah]


Faedah yang bisa diambil :

1. Allah memiliki rasa cinta

2. Rasa cinta Allah terhadap hambahamba-Nya bertingkat-tingkat

3. Rasa cinta Allah yang tertinggi adalah Al-Khullah yaitu rasa cinta Allah yang diberikan Allah secara khusus hanya kepada Nabi Ibrahim 'alaihissalam dan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam dan tidak diberikan kepada selainnya

4. Tingkatan cinta yang lebih rendah dari Al-Khullah adalah Al-Mahabbah, yaitu rasa cinta Allah kepada orang orang yang beriman. Allah Ta'ala berfirman : «يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُۥٓ»

"Artinya : Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya. (QS.Al-Maidah : 54)

Allah Ta'ala juga berfirman : «إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلْمُتَّقِينَ»

"Artinya : Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa". (QS.At-Taubah : 7)

5. Jika Allah mencintai orang yang beriman, hukum kebalikannya Allah membenci orang-orang kafir. Allah Ta'ala berfirman :

«قُلْ أَطِيعُوا۟ ٱللَّهَ وَٱلرَّسُولَ ۖ فَإِن تَوَلَّوْا۟ فَإِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلْكَـٰفِرِينَ»

"Artinya : Katakanlah: "Taatilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir". (QS.Ali Imran : 32)

6. Dan Allah bebas memilih siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya, sebagaimana Allah 'Azza wa Jalla memilih dan melebihkan sebagian Nabi-nabi yang lain dengan cara berbicara langsung dengannya sebagaimana firman Allah :

«تِلْكَ ٱلرُّسُلُ فَضَّلْنَا بَعْضَهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍۢ ۘ مِّنْهُم مَّن كَلَّمَ ٱللَّهُ ۖ وَرَفَعَ بَعْضَهُمْ دَرَجَـٰتٍۢ»

"Artinya : Rasul-rasul itu Kami lebihkan sebagian mereka atas sebagian lainnya. Dan di antara mereka ada yang Allah ajak bicara dan sebagian lagi ada yang ditinggikan-Nya beberapa derajat. (QS.Al-Baqaroh :253)

Berkata Ibnu Katsir rahimahullah mengenai ayat diatas :

"«تِلْكَ ٱلرُّسُلُ فَضَّلْنَا بَعْضَهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍۢ ۘ مِّنْهُم مَّن كَلَّمَ ٱللَّه»

"Artinya : Rasul-rasul itu Kami lebihkan sebagian mereka atas sebagian lainnya. Dan di antara mereka ada yang Allah ajak bicara".

"(Maksudnya) yaitu Musa dan Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, dan seperti itu juga Adam sebagaimana telah datang mengenai hal ini sebuah hadits yang diriwayatkan dalam shohih Ibnu Hibban dari Abu Dzar radhiyallahu 'anhu." [Tafsiir Ibni Katsiir, 1/277, pustaka Daarul Kutub al-Ilmiyyah]

7. Tingginya kedudukan Nabi Ibrahim 'alaihissalam dan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam disisi Allah Ta'ala

8. Adanya kesalahan sebagian kaum muslimin dalam memahami istilah Al-Khalil (kekasih) dan Al-Habiib (kekasih), seperti ucapan mereka Ibrahim Klaliilullah dan Muhammad Habibullah. Ucapan tersebut batil karena kata Al-Khullah khusus sedangkan Al-Mahabbah umum, maksudnya kata Al-Khullah khusus untuk Nabi Ibrahim 'alaihissalam dan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, sedangkan Al-Mahabbah umum mencakup semua orang yang beriman

9. Orang yang paling dicintai Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dari kalangan wanita adalah istri beliau 'Aisyah radhiyallahu 'anha 

10. Orang yang paling dicintai oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dari kalangan laki-laki adalah Abu Bakar radhiyallahu 'anhu 

11. Pada hadits diatas menunjukkan tingginya kedudukan 'Aisyah radhiyallahu 'anha disisi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam serta tingginya kedudukan Abu Bakar radhiyallahu 'anhu

12. Keutamaan orang-orang yang mendapatkan cinta dari Allah dan Rasul Nya

13. Keutamaan para shahabat dan para shahabiyyah

Semoga tulisan ini bermanfaat.



Related Posts: