AL-KALAM (BAGIAN 2)


Bismillah. Alhamdulillahi Rabbil 'alamiin. Wa shallallahu 'ala Nabiyyina Muhammadin shallallahu 'alaihi wa sallam. Wa ba'du.

Lanjutan pembahasan  Al-Kalaam. Berkata penulis kitab Al-Jurumiyyah :

الكلام هو اللفظ المركب المفيد بالوضع. وأقسامه ثلاثة : إسم، فعل، وحرف جاء لمعنى. فالاسم يعرف بالخفض، والتنوين، ودخول
: الألف واللام، وحرُوف الخفض، وهي : من، وإلى، وعن، وعلى، وفي، ورب، والباء، والكاف، واللام، وحروف القسم وهيا
.الواو، والباء، والتاء

"Al-Kalaam adalah lafadz yang tersusun, yang bermanfaat, menurut kesepakatan pemakaiannya. Macam-macamnya ada tiga : isim, fiil, huruf yang datang  untuk memberikan makna. Dan isim dapat diketahui dengan khofd (kasroh), tanwin, masuknya alif dan lam, dan huruf-huruf khofd (jar), yaitu : minilaa'an'alafiirubbaal-baa'al-kaafal-laam, dan huruf-huruf sumpah yaitu : wau, ba, ta.

Berkata Asy-Syaikh Al-'Utsaimin rahimahullah dalam syarahnya :

بدأ المؤلف -رحمه الله- بالكلام ؛لأن النحو لإقامة الكلام، فلا بد أن تفهم ما هو الكلام؟ قال

((ص : ((الكلام هو اللفظ المركب المفيد بالوضع
 ش : ويريد بالكلام هنا الكلام في اصطلاح النحويين

.و ((اللفظ)) معناه : هو النطق باللسان

المركب)) : يعني : تركيبا إنساديا تحصل به الفائدة بخلاف المركب تركيبا إضافيا هذا ليس بكلام، لا بد أن تكون تركيبا إنساديا))

.المفيد فائدة يحسن السكوت عليها، ولو اشترط أن تكون الفائدة جديدة، حتى لو كان بفائدة معلومة فلا بأس، يسمى كلاما

فخرج بقولنا ((اللفظ)) الكتابة ؛ الكتابة عند النحويين ليست كلاما، وخرج به الإشارة ؛ فالإشارة ليست كلاما ولو فهمت ؛ ولهذا لو أشرت لإنسان واقف بالجلوس ما سمي كلاما، ولو قلت ((اجلس)) صار كلاما ولو رأيت شخصا واقفا فكتبت في ورقة ((اجلس))، فإنه لا يسم كلاما عند النحويين، لماذ؟ لأنه ليس بلفظ. وهو يسمى كلاما عند الشرع، ويسمى كلاما وعند الفقهاء، لكن لا يسمى كلاما في اصطلاح النحويين، وإلا فإن الرسول صلى الله عليه وسلم جعل الوصية المكتوبة كالوصية المنطوقة قال : ((ما حق امرئ
.يبيت ليلتين (له سيئ يريد يوصي فيه) يبيت ليلتين الا ووصية مكتوبة عنده

المركب)) يعني الذي يتركب من كلمتين أو فأكثر ولو تقديرا، وإذا قلت (هل) هذا لفظ ليس لكنه ليس مركبا، فلا يسمى كلاما عند))
النحويين، لا بد أن يتركب من كلمتين فأكثر تحقيقا أو تقديرا

"Penulis -rahimahullah- memulai dengan pembahasan kalaam (perkataan), karena ilmu nahwu itu bertujuan untuk menata kalam. Maka harus dipahami terlebih dahulu apa itu kalaam. Beliau berkata :

Matan (ص) :Kalam adalah lafadz yang tersusun, yang bermanfaat, menurut kesepakatan pemakaiannya.”

Penjelasan (ش) : Yang dimaksud dengan kalam di sini adalah kalam menurut istilah para ahli nahwu.

Kata “lafadz” artinya : ucapan dengan lisan.

Kata ((المركب)) maksudnya : susunan isnad, yaitu susunan yang menghasilkan faidah. Berbeda dengan susunan idhafi (seperti kitabnya Zaid), itu bukan disebut kalaam. (Tapi kalaam) harus berupa susunan isnadi.

Kata ((المفيد)) maksudnya: faidah yang bisa difahami ketika (pembicara) berhenti berbicara. Tidak disyaratkan faidah itu harus baru. Sekalipun faidahnya itu sudah diketahui, tidak apa-apa, itu tetap disebut kalaam.

Dan keluar dari ucapan kita "lafadz", yaitu tulisan; sebab menurut ahli nahwu, tulisan tidak disebut kalaam (ucapan). Begitu juga isyarat; meskipun dapat dipahami, itu bukan kalaam. Karena itu, kalau engkau memberi isyarat kepada seseorang yang sedang berdiri agar duduk, itu tidak disebut kalaam. Tetapi kalau engkau mengatakanduduklah”, maka itu disebut kalaam. Demikian pula, kalau engkau melihat seseorang berdiri lalu menulis di kertas “duduklah”, maka itu tidak disebut kalaam menurut ahli nahwu. Mengapa? Karena itu bukan lafadz.

Namun dalam syariat, tulisan tetap disebut kalaam, demikian juga dalam istilah para fuqaha. Hanya saja dalam istilah ahli nahwu, itu tidak disebut kalaam. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah menjadikan wasiat tertulis sama kedudukannya dengan wasiat lisan, beliau bersabda :

“Tidak pantas bagi seorang muslim yang memiliki sesuatu yang hendak diwasiatkan, bermalam dua malam kecuali wasiatnya telah tertulis di sisinya.”

Adapun kata ((المركب)) maksudnya adalah sesuatu yang tersusun dari dua kata atau lebih, meskipun hanya dengan ditakdirkan. Misalnya kata هل (apakah), itu adalah lafadz, tetapi bukan susunan, maka ia tidak disebut kalaam menurut ahli nahwu. Jadi harus terdiri dari dua kata atau lebih, baik secara dzohir maupun secara takdir (taksiran)." (Syarh al-Jurumiyah, hlm. 9).

Faidah yang bisa diambil :

1. Al-Kalaam adalah lafadz yang tersusun, yang bermanfaat, menurut kesepakatan pemakaiannya

2. Macam-macam kalam ada 3, isim (kata benda), fiil (kata kerja), huruf

3. Sebagian tanda-tanda isim ada 4, (1) khofd (kasroh), (2) tanwin, (3) masukbya alif dan lam, (4) hruf-huruf jar

4. Sebagian huruf-huruf jar diantaranya adalah :  minilaa'an'alafiirubbaal-baa'al-kaafal-laam, dan huruf-huruf sumpah yaitu : wau, ba, ta.

5. Diantara salah satu cabang ilmu bahasa arab yang membahas secara khusus harokat akhir suatu kata adalah ilmu nahwu, yaitu ilmu yang bertujuan untuk menata kalam

6. Yang dimaksud dengan kalaam di sini adalah kalaam menurut istilah para ahli nahwu,, sehingga tulisan, isyarat, dll, tidak dianggap kalaam menurut ulama nahwu.

7. Susunan yang dianggap kalaam adalah susunan yang minimal tersusun dari dua kata, atau lebih seperti susunan isnad, sehingga idhofah tidak termasuk kalaam menurut ulama ahli nahwu.

8. Tulisan termasuk kalaam dalam syariat, karena Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam  menjadikan wasiat tertulis sama kedudukannya dengan wasiat lisan.

Serta masih banyak faidah lainnya.

***

Grand Sahara, Sidayu Gresik : 1 Rabiul Akhir / 24 September 2025

Penulis : Abu Dawud ad-Dombuwiyy 

Artikel : Meciangi-d.blogspot.com 



Related Posts: