SEPERCIK KISAH NGEFANS KEPADA USTADZ YAZID BIN ABDUL QODIR JAWAS RAHIMAHULLAH

Bismillah. Walhamdulillah. Wa shallallahu 'ala Nabiyyina Muhammadin wa 'ala aalihi wa shahbihi ajma'iin. Wa ba'du.

Hampir setiap orang memiliki idola, namun diantara kita ada yang idolanya tepat, tapi ada juga yang idolanya salah.

Dahulu sebelum saya hijrah di manhaj salaf, saya sangat mengagumi dan mengidolakan tokoh-tokoh musik, bahkan poster-poster mereka bertebaran didalam kamar, lagu-lagunya saya mainkan. Namun dipuncak-puncak kecintaan saya kepada tokoh-tokoh musik -khususnya pada genre jazz dan blues saat itu-, Allah menyinari hati saya dengan cahaya sunnah dan hidayah salaf melalui perantara seorang ikhwan saat itu dan da'i ilallah sekarang, namun teman saya ini juga sudah satu tahun kemarin telah mendahului kita ke alam barzakh, rahimahullah.

Setelah mengenal teman satu kos saya itu, saya sering diajak kajian, diajak ikut daurah para asatidzah diantaranya daurah Ustadz Yazid bin Abdul Qodir Jawas di masjid kampus UGM kala itu sekitar tahun 2000-an. Sejak saat itulah, saya mulai menapaki jalan-jalan berliku diatas manhaj salaf yang mulia ini, dan idola saya pun perlahan-lahan berganti menjadi yang lebih baik. 

FASE BARU

Setelah mengenal manhaj salaf, saya mulai menyukai membaca buku-buku keagamaan. Yang mulanya tidak suka membaca, menjadi suka membaca. Dan yang paling saya suka adalah membaca buku siroh. Dari siroh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, siroh para sahabatnya, siroh Bani Umayyah, siroh bani Abasiyyah hingga sejarah lepasnya Andalusia, serta sejarah peperangan kaum muslimin hingga zaman khilafah Usmaniyyah.

Dari rentetan bacaan-bacaan diatas, saya mulai mengidolakan orang-orang sholeh, bukan tokoh-tokoh musik lagi. Saya mulai mengidolakan Rasulullah Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, keluarganya, sahabat-sahabatnya, para tabi'iin, Imam empat madzhab dan orang-orang yang mengikuti jejak salaf setelahnya, termasuk asatidzah di Indonesia.

Kisah ini bermula di awal masa-masa kuliah. Dan dimasa-masa inilah, kisah-kisah menarik banyak mengisi perjakan hidup saya selama menuntut ilmu, diantaranya kisah dimana saya mulai mengenal da'i-da'i salafi, khususnya Ustadz Yazid bin Abdul Qodir Jawas rahimahullah, bahkan saya mengidolakan beliau rahimahullah hingga kini.

REKAMAN KAJIAN

Di Yogyakarta, kajian ilmiyyah dan daurah Ilmiyyah para asatidzah bertebaran dimana-mana.

Kisah saya bersama Ustadz Yazid bin Abdul Qodir Jawas bermula dari rekaman kajian yang diberikan oleh seorang ikhwan satu kos saya. Dari situlah saya mulai mengenal Ustadz Yazid bin Abdul Qodir Jawas, tapi belum pernah melihat wajah beliau.

Karena seringnya mendengarkan rekaman kajian beliau rahimahullah, baik dalam masalah manhaj maupun aqidah -khususnya tentang permasalahan aqidah-, membuat saya semakin kokoh, hingga tanpa sadar sayapun mulai mengidolakannya, namun tetap dalam koridor yang wajar, tidak ta'ashub, bahkan Ustadz Yazid bin Abdul Qodir Jawas melarang kita ta'ashub kepadanya (sesuai larangan dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, -Ed.), bahkan memerintahkan kita untuk ta'ashub kepada al-Qur'an dan sunnah. Namun dari sisi gaya dan nada beliau ketika sedang berceramah, tanpa saya sadari gaya dan nada beliau mewarnai gaya dan intonasi saya jika berbicara tentang masalah agama.

Rekaman kajian beliau yang sering sekali saya dengarkan adalah rekaman kajian kitabut tauhid, tujuan saya mendengarkannya untuk memutkinkan (menyempurnakan, -Ed.) pelajaran tauhid yang saya ikuti di masjid-masjid di sekitar kampus. Dari rekaman kajian beliau, saya semakin faham tentang makna syahadat laa ilaaha illallah, rukun-rukun laa ilaaha illallah, syarat-syaratnya dan seterusnya, sehingga tidak salah jika beliau rahimahullah menjadi inspirasi bagi saya pribadi dalam dakwah tauhid.

Suasana kos-kosan kami saat itu setiap hari penuh dengan suara rekaman kajian para asatidzah, murotal al-Qur'an, dll, saya pribadi seringnya memilih memutar kajian beliau rahimahullah, terkadang murotal al-Qur'an, dan terkadang kajian asatidzah-asatidzah lain. Namun yang paling dominan adalah rekaman kajian-kajian Ustadz Yazid bin Abdul Qodir Jawas.

DAURAH ILMIYYAH

Suatu hari saya dan teman-teman di kos-kosan membaca poster yang di tempel di mading masjid tentang daurah ilmiyyah yang akan diisi oleh Ustadz Yazid bin Abdul Qodir Jawas rahimahullah. Tema yang akan dibahas yaitu bedah buku, yakni kitab beliau tentang masalah manhaj salaf, dan pada daurah ini saya begitu antusias ingin mendengarkan langsung bagaimana beliau menyampaikan materi ceramahnya, dan satu hal lagi yaitu saya ingin sekali melihat beliau secara langsung bukan sekedar suara audio.

Ketika pertama saya melihat beliau, saya melihat  jenggot beliau sangat lebat, posturnya besar, tinggi -tentunya saya lebih kecil dari beliau-. Dalam pikiran saya saat itu adalah beliau sangat berwibawa, tegas, kokoh, jika saya ibaratkan dengan ungkapan mubaalaghoh, seakan-akan beliau singa sunnah diatas mimbar sedang berkhutbah. Saya berbicara realita, bukan pujian palsu. Beliau ketika sedang mengisi kajian atau daurah, dalam pandangan saya pribadi beliau seperti singa sunnah tapi berwibawa, tegas dan menjaga agar tidak banyak tertawa, tentunya ini adab-adab beliau yang menonjol dan sangat menghiasi setiap majelis beliau.

Keilmuan beliau dalam pandangan saya yang baru hijrah saat itu begitu dalam -dan pada hakikatnya memang begitu-, penekanan terhadap materi sangat membuat saya kagum, saya datang dari pelosok timur Indonesia, tidak pernah mengenal dakwah salaf, lalu saya dihadapkan dengan seorang da'i senior yang tegas dan lugas dalam menyampaikan materi kajian atau daurah, kokoh keilmuannya, singa dalam dakwah tauhid, tentu saja semua ini membuat saya sangat terpukau, sehingga saya menjadi semakin mengidolakan Ustadz Yazid bin Abdul Qodir Jawas rahimahullah ketika itu, bahkan hingga sekarang.

Setelah daurah saat itu berakhir, sebagian ikhwah datang bersalaman dengan beliau. Saya sebisa mungkin maju ke depan melewati kerumunan sampai saya berada dihadapan Ustadz dan berjabat tangan langsung dengan beliau rahimahullah. Ustadz Yazid bin Abdul Qodir Jawas rahimahullah menyambut tanganku, dan  beliau menatapku dengan lembut sambil tersenyum ramah, Subhanallah.

Kalau dalam konser musik, setiap orang selalu ingin meraih dan menggapai tangan sang idola mereka diatas panggung karena rasa cinta mereka dan fanatiknya kepada sang musisi, tapi dalam hal ini saya tidak ta'ashub seperti di dunia musik, saya hanya ingin menjabat tangan beliau _rahimahullah_ agar saya bisa memiliki kisah pribadi dengan beliau Ustadz Yazid bin Abdul Qodir Jawas suatu saat nanti. Walaupun hanya sebatas berjabat tangan, tapi itu pengalaman baru yang tak terlupakan bagi saya yang baru hijrah. Jika para musisi begitu saya kagumi bahkan saya rela hadir di konser-konsernya dan ingin menjabat tangannya, kenapa kepada seorang da'i ilallah tidak?

Sejak bertemu beliau dan menghadiri kajiannya secara langsung saat itu, saya semakin menyukai cara beliau berdakwah, gaya bicaranya. Semakin banyak pula rekaman kajian-kajian beliau rahimahullah yang saya download dan saya dengarkan. 

KHUTBAH JUM'AT DADAKAN

Saat sedang santai di halaman belakang kos bersama para ikhwah satu kos, tiba-tiba datang seorang pengurus masjid dan meminta para ikhwah untuk mengisi khutbah Jum'at karena khotibnya berhalangan.

Saat itu kita saling berpandangan, siapa kira-kira yang bisa menggantikan sang khotib yang berhalangan. Sebenarnya ini kesempatan pertama untuk para ikhwah dipercaya oleh pengurus masjid untuk mengisi khutbah jumat, dan tentunya ini kesempatan yang bagus.

Semua teman tidak ada yang siap, bahkan saya lebih tidak siap lagi. Karena pengurus masjid mendesak dan waktu telah mepet, akhirnya saya yang ditunjuk oleh teman-teman dan bapak pengurus itu juga meminta saya yang menggantikan sang khotib.

Persiapan yang mepet, ilmu yang pas-pasan, tapi kesempatan yang jarang ditawarkan kepada para ikhwah serta desakan pengurus masjid membuat saya terpaksa menerimanya dengan harapan semoga ini langkah baik untuk dakwah salaf di sekitar kampus.

Adzan pun dikumandangkan, saya pun dengan gugup naik diatas mimbar untuk berkhutbah, kakiku seolah-olah bergetar karena itu khutbah Jum'at pertama dalam hidupku, sedangkan para hadirin dibawahku adalah Masyarakat, tokoh masyarakat dan dosen serta para mahasiswa, sungguh menegangkan bagiku.

Khutbatul haajah pun dimulai, setelahnya saya memuji Allah, Rasul-Nya Shallallahu 'alaihi wa sallam, memuliakan para sesepuh yang memberikan kesempatan tersebut, dan saya mulai dengan materi tauhid.

Khutbah pun dimulai, namun kenapa gaya dan intonsiku dalam berkhutbah mengcopy paste gaya dan intonasi beliau Ustadz Yazid bin Abdul Qodir Jawas rahimahullah secara sempurna, sampai-sampai ada teman satu kos dari Sumatera Barat berkomentar, "Kok mirip Ustadz Yazid ?" 

Sangat mirip, entah bagaimana gaya dan intonasi Ustadz Yazid bin Abdul Qodir Jawas menjadi gayaku ketika berkhutbah saat itu, 100% Ustadz Yazid bin Abdul Qodir Jawas. Ini mungkin terpengaruh karena saya sering mendengarkan rekaman ceramah-ceramah beliau rahimahullah, mengidolakan beliau rahimahullah, sehingga gaya beliau dan intonasinya melekat kuat dibenakku dan kutuangkan dalam khutbah juma'at pertamaku ketika itu, Subhanallah.  

SEMESTER AKHIR DAN HIDAYAH BAGI ORANG LAIN

Di semester akhir kuliahku ketika itu, saya mulai sibuk menyusun skripsi. Di sela-sela menyusun skripsi, melalui komputer, saya hidupkan rekaman kajian beliau yakni rekaman kajian kitabut tauhidnya. Rekaman yang hanya ada sampai 24 bab. Setiap kali bab 24 tamat, saya putar lagi dari awal sampai selesai bahkan sampai setahun. Sampai-sampai keponakan yang saat itu baru sampai di kota Yogyakarta dan tinggal sekamar denganku menjadi mengenal dakwah salaf dan anti terhadap kesyirikan hingga sekarang.

Setelah pulang ke kampung halaman, saya pun berdakwah di tengah keluarga, saya putar rekaman kajian-kajian Ustadz Yazid bin Abdul Qodir Jawas rahimahullah setiap hari, sampai-sampai seluruh keluarga tahu dan mengenal dakwah tauhid, dan mengenal Ustadz Yazid bin Abul Qodir Jawas dan hafal dengan suara beliau rahimahullah meskipun mereka tidak pernah melihatnya. Ketika mereka menonton Ustadz Yazid bin Abdul Qodir Jawas di Rodja TV ketika itu, mereka pun merasa kenal dengan suaranya dan mengatakan, "Ini mirip Ustadz yang sering kamu putar itu?", jawabku, ya, itu beliau." Itu kali pertama mereka melihat Ustadz Yazid bin Abdul Qodir Jawas rahimahullah.

Setelah hari meninggalnya beliau rahimahullah kemarin, saya coba menshare berita tersebut kepada keluarga yang masih awam namun disisi lain mereka sangat anti dengan kesyirikan  _bifadhlillah_ kemudian melalui washilah rekaman-rekaman ceramah Ustadz Yazid bin Abdul Qodir Jawas yang sering mereka dengar. Mereka sangat terkejut dengan berita meninggalnya Ustadz Yazid bin Abdul Qodir Jawas dan ikut berbelasungkawa atas kepergian beliau rahimahullah dan mendoakan Ustadz Yazid bin Abdul Qodir Jawas dengan do'a-do'a kebaikan, dan mengajurkan kepada anggota keluarga yang lain untuk mendoakan beliau rahimahullah.

Saya sempat meneteskan air mata tatkala melihat wajah beliau rahimahullah di video kajian dan berita-berita nasional, saya teringat betapa berat beliau melalui dakwah ini dengan tantangan dari mana-mana, tapi beliau tetap kokoh di atas dakwah tauhidnya. 

DAKWAH TAUHID

Dakwah tauhid merupakan pokok dakwah yang diusung oleh Ustadz Yazid bin Abdul Qodir Jawas rahimahullah, karena beliau tahu bahwa inilah dakwah yang diusung oleh para Nabi 'alaihimussalam disetiap zaman sebagaimana firman Allah Ta'ala : 

«وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِى كُلِّ أُمَّةٍۢ رَّسُولًا أَنِ ٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ وَٱجْتَنِبُوا۟ ٱلطَّـٰغُوتَ»

Artinya : "Dan sesungguhnya Kami telah mengutus (seorang) Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan) : “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu.” (QS. An-Nahl : 36)

Allah Ta'ala juga berfirman :

«وَمَآ أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رَّسُولٍ إِلَّا نُوحِىٓ إِلَيْهِ أَنَّهُۥ لَآ إِلَـٰهَ إِلَّآ أَنَا۠ فَٱعْبُدُونِ»

Artinya : "Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul-pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya : “Bahwasannya tidak ada tuhan (yang haq) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian Aku.” (QS. Al-Anbiyaa’ : 25).

Allah Ta'ala juga berfirman mengisahkan tentang asas dakwah Nabi Nuh 'alaihis salam :

«لَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَىٰ قَوْمِهِۦ فَقَالَ يَـٰقَوْمِ ٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ مَا لَكُم مِّنْ إِلَـٰهٍ غَيْرُهُۥٓ إِنِّىٓ أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍۢ»

Artinya : “Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya lalu ia berkata : "Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya (kalau kamu tidak menyembah Allah), aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar (kiamat).” (QS. Al-A'raf : 59)

Demikian juga Allah Ta'ala berfirman tentang dakwah Nabi Hud ‘alaihis salam :

«وَإِلَىٰ عَادٍ أَخَاهُمْ هُودًۭا ۗ قَالَ يَـٰقَوْمِ ٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ مَا لَكُم مِّنْ إِلَـٰهٍ غَيْرُهُۥٓ ۚ أَفَلَا تَتَّقُونَ»

Artinya : "Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum 'Aad saudara mereka, Hud. Ia berkata : “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada tuhan bagimu selain-Nya. Maka mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya?” (QS. Al-A'raf : 65)

Allah Ta'ala juga berfirman tentang dakwah Nabi Shaleh ‘alaihis salam :

«وَإِلَىٰ ثَمُودَ أَخَاهُمْ صَـٰلِحًۭا ۗ قَالَ يَـٰقَوْمِ ٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ مَا لَكُم مِّنْ إِلَـٰهٍ غَيْرُهُ»

Artinya : "Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum Tsamud saudara mereka, Shaleh. Ia berkata : “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada tuhan bagimu selain-Nya…” (QS. Al-A'raf : 73)

Allah Ta'ala  juga berfirman tentang dakwah Nabi Syu’aib ‘alaihis salam :

«وَإِلَىٰ مَدْيَنَ أَخَاهُمْ شُعَيْبًۭا ۗ قَالَ يَـٰقَوْمِ ٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ مَا لَكُم مِّنْ إِلَـٰهٍ غَيْرُهُ»

Artinya : “Dan (Kami telah mengutus) kepada penduduk madyan saudara mereka Syu'aib. Ia berkata : “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada tuhan bagimu selain-Nya...” (QS. Al-A'raf : 85)

Dari ayat-ayat diatas, semua menjelaskan tentang asas dakwah seluruh Nabi dan Rasul 'alaihimussalam yakni mendakwahkan tauhid dan memurnikan kalimat laa ilaaha illallah, dan inilah dakwah yang senantiasa diusung oleh Ustadz Yazid bin Abdul Qodir Jawas, beliau kokoh diatasnya  hingga ajal menjemputnya.

Semoga Allah mengampuni dosa-dosa beliau _rahimahullah_, melapangkan kuburannya, menjadikan beliau ahlul jannah, dan mengumpulkan kita di barisan para Nabi 'alaihimussalam, sahabat-sahabatnya, tabi'in, dan orang-orang sholeh yang datang setelahnya dari kalangan salafiyyun dan da'i-da'i salafi -semoga Ustadz kita Ustadz Yazid bin Abdul Qodir Jawas rahimahullah termasuk di dalamnya-, karena tatkala kita semua mencintai mereka karena Allah, kita berharap kita akan dibangkitkan atau dikumpulkan bersama mereka nanti pada hari kiamat sebagaimana hadits Ibnu Mas'ud radhiyallahu 'anhu :

جاء رجل إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم فقال : يا رسول الله، كيف تقُل في رجل أحب قُوما ولم يلحق بهم؟ فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ((المرء مع من أحب)).

"Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam kemudian berkata, bagaimana pendapatmu tentang seorang yang mencintai suatu kaum tapi dia tidak bertemu dengan kaum tersebut? Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda  : "Seseorang itu bersama orang yang dicintainya (pada hari kiamat)”. [HR.Bukhari, no.6169. Cet. Baitul Afkar ad-Dauliyyah].

Semoga Allah mengumpulkan kita bersama mereka pada hari kiyamat, bukan dikumpulkan bersama para musisi, orang-orang kafir dan bukan pula dengan orang-orang munafiq. Waliyaadzubillah.

*** 

Gresik, 6 Muharrom 1446 H/12 Juli 2024

Penulis  : Abu Dawud ad-Dombuwiyy

Artikel  : Meciangi-d.blogspot.com

Related Posts: