WAJIB MENGAMALKAN ILMU


Bismillahirrahmaanirrahiim. Alhamdulillahirabbil 'aalamiin. Wa shallallahu 'ala Nabiyyina Muhammadin wa 'ala aalihi wa shahbihi ajma'in. Wa ba'du.

Terlepas apapun anda sekarang atau dahulu, mengamalkan ilmu merupakan prinsip pokok yang harus diterapkan oleh setiap orang-orang yang berilmu dan para penuntut ilmu, sebab itulah satu-satunya jalan bagi mereka agar dapat menghindari kemurkaan Allah 'Azza wa Jalla.

Ketika orang-orang yang berilmu atau para penuntut ilmu tidak bisa mengamalkan ilmu yang ada padanya, maka kedudukan mereka ini seperti sebuah lilin, menerangi umat namun ia membakar dirinya sendiri dalam kehancuran. Orang-orang yang seperti ini termasuk yang paling dibenci disisi Allah 'Azza wa Jalla sebagaimana firman-Nya :

«كَبُرَ مَقْتًا عِندَ ٱللَّهِ أَن تَقُولُوا۟ مَا لَا تَفْعَلُونَ»

Artinya : "Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan." (QS. As-Saff : 3)

Pada ayat diatas, Allah Ta'ala menjelaskan tentang besarnya kebencian-Nya terhadap orang-orang yang memiliki ilmu atau para penuntut ilmu namun mereka tidak mau mengamalkan ilmunya, bahkan pada hari kiyamat mereka ini termasuk orang-orang yang paling keras adzabnya. Berkata Ibnu Taimiyyah rahimahullah :

((أشد الناس عذابا يوم القيامة : عالم لم ينفعه الله بعلمه ؛ فذنبه من جنس ذنب اليهود))

"Manusia yang paling keras adzabnya pada hari kiyamat adalah : orang yang berilmu tapi Allah tidak berikan kepadanya manfaat dengan ilmunya (karena tidak mengamalkannya) ; maka dosa orang ini termasuk dari jenis dosanya orang-orang Yahudi". [An-Nubadz fii Aadaab Tholabil 'Ilmi, hal.53. Cet. Ad-Daarul Atsariyyah]

Berkata Abu Zakariya ad-Dimasqiy : 

فالعالم إذا خالف علمه عمله، وكذب فعله قوله، كان ممقوتا في الأرض والسماء، مضلة لمن رام به الاقتداء،وإذا))
 أمر بغير ما يعمل مجت الأسماع لكلامه، وقلت في الأعين مهابته، وزالت من القلوب مكانته، كما قال مالك بن
 .((دينار : إن العالم إذا لم يعمل بعلمه ؛ تزل موعظته عن القلوب، كما يزل القطر من الصفا

وقال أيضا : ((ولو اعتصم رجل بالعلم الشرعي من غير عمل بالواجب كان غاويا، وإذا اعتصم بالعبادة الشرعية من غير علم بالواجب كان ضالا))

"Orang yang berilmu, jika amalnya menyelisihi ilmunya, perbuatannya mendustakan ucapannya, ia akan menjadi orang yang dibenci di bumi dan di langit, kesesatan bagi orang yang berhasrat mengikutinya. Jika dia memerintahkan pada apa yang tidak ia amalkan, pendengaran ditutup karena ucapannya, kemuliaannya jatuh di mata (manusia), kedudukannya sirna dari hati (orang-orang), sebagaimana ucapan Malik bin Dinar : "Sesungguhnya orang yang berilmu, jika dia tidak mengamalkan ilmunya ; nasihatnya akan lepas dari hati, sebagaimana jatuhnya tetesan (air) dari ketinggian."

Ia juga mengatakan : "Seandainya seseorang berpegang dengan ilmu syar'i tanpa melakukan amalan yang wajib, dia adalah orang yang sesat, apabila dia berpegang dengan ibadah syar'i tanpa melakukan amalan yang wajib, dia (juga) adalah orang yang sesat." [An-Nubadz fii Adaab Tholabil 'Ilmi, hal.53. Cet. Ad-Daarul Atsariyyah]

Faktor utama munculnya kemurkaan Allah kepada ahlul ilmi dan para penuntut ilmu adalah ketika mereka tidak mau mengamalkan ilmunya, dan keadaan ini seperti keadaan orang-orang Yahudi, mendapatkan kemurkaan Allah karena sebab tidak mengamalkan ilmu. Allah mengisahkan kemurkaan-Nya kepada kaum Yahudi dalam firman-Nya :

«ٱهْدِنَا ٱلصِّرَٰطَ ٱلْمُسْتَقِيمَ. صِرَٰطَ ٱلَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ ٱلْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا ٱلضَّآلِّينَ»

Artinya : "Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) orang-orang yang dimurkai dan bukan (pula jalan) orang-orang yang sesat." (QS. Al-Fatihah : 6-7)

Berkata Asy-Syaikh Muhammad At-Tamimiy rahimahullah terkait tafsiran ayat diatas :

ٱهْدِنَا ٱلصِّرَٰطَ ٱلْمُسْتَقِيمَ» فيها الرد على المبتدعين. وأما الآيتان الأخيرتان ففيهما من الفوائد ذكر أحوال الناس
وقسمهم الله تعالى ثلاثة أصناف : منهم عليه، ومغضوب عليه، وضال
فالمغضوب عليهم : أهل علم ليس معهم عمل
والضالون : أهل عبادة ليس معها علم
وإذا كان النزول في اليهود والنصارى، فهي لكل من اتصف بذلك
الثالث : من اتصف بالعلم والعمل وهم المنعم عليهم

«Tunjukilah kami jalan yang lurus», pada ayat ini ada bantahan terhadap ahli bid'ah. 
Adapun dua ayat yang setelahnya, maka pada keduanya ada beberapa faedah yang menyebutkan tentang keadaan manusia.
Dan Allah Ta'ala telah membagi (keadaan manusia) menjadi tiga jenis : (1) Yang diberi nikmat, (2) yang di murkai, (3) yang sesat.
(1) Orang-orang yang dimurkai : adalah mereka yang tidak mengamalkan ilmunya. 
(2) Orang-orang yang sesat : adalah ahli ibadah yang beribadah tanpa ilmu.
Jika ayat ini turun kepada Yahudi dan Nashrani, maka ayat ini juga untuk setiap orang yang mempunyai sifat seperti Yahudi badan Nashrani.
(3) Orang-orang yang disifati dengan ilmu dan amal, mereka adalah orang-orang yang mendapatkan nikmat." [Syarah Ba'dhu Fawaaid Suuratil Faatihah, hal. 23-27. Cet. Imam Ahmad]

Dari penjelasan ayat diatas, maka manusia terbagi menjadi tiga golongan : (1) yang mendapatkan nikmat, (2) yang dimurkai, (3) yang disesatkan.

Berkata Asy-Syaikh Sholeh Fauzan dalam syarah Ba'dhu Fawaaid Suuratil Faatihah :

الناس إما منعم عليهم، وإما مغضوب عليه، وإما ضالون، فالمنعم عليهم هم الذين أخذوا العلم والعمل، والمغضوب
 .عليهم هم الذين أخذوا العلم وتركوا العمل، والضالون هم الذين أخذوا العمل وتركوا العلم

أنت تسأل الله أن يجعلك مع المنعم عليهم، وأنا أجنبك طريق طريق المغضوب عليهم وطريق الضالين. وهذه سورة
 .عظيمة ؛ وذلك فرضها الله عليك في كل ركعة لماذا؟ لأجل ما فيها من هذه الأسرار

"Manusia adakalanya diberi nikmat, di murkai, dan di sesatkan. Orang-orang yang diberi nikmat yaitu mereka yang mengambil ilmu dan mengamalkannya. Orang-orang yang di murkai yaitu mereka yang mengambil ilmu tapi tidak mau beramal. Orang-orang yang sesat adalah mereka yang mengambil amal dan meninggalkan ilmu. 

Engkau mintalah kepada Allah agar menjadikan-mu bersama orang-orang yang diberi nikmat, dan menjauhkan-mu dari jalan orang-orang yang di murkai dan jalan orang-orang yang sesat. 

Ini merupakan surat yang agung ; karena itu Allah telah wajibkan kepadamu (membaca)nya pada setiap rakaat, kenapa? Karena sebab apa yang ada pada surat Al-Fatihah merupakan kegembiraan." [Syarah Ba'dhu Fawaaid Suuratil Faatihah, hal.25. Cet. Imam Ahmad].

Kemudian Asy-Syaikh Sholeh Fauzan menjelaskan maksud kata  «ٱلْمَغْضُوبِ عَلَيْهِم», beliau mengatakan :

وهم اليهود ومن سار معهم في هذا المضمار من هذه الآية، الذين تعلموا ولم يعملوا بعلمهم

"Mereka adalah orang-orang Yahudi dan siapa saja yang mengikuti mereka pada cakupan ayat ini, yaitu orang-orang yang mengetahui tapi mereka tidak mau mengamalkan ilmu mereka." [Syarh Ba'dhi Fawaaid Suuratil Faatihah, hal.26. Cet. Imam Ahmad].

Kemudian Asy-Syaikh Sholeh Fauzan kembali menjelaskan tentang maksud siapa yang sejalan dengan «ٱلضَّآلِّينَ», beliau mengatakan :

منهم الصوفية المبتدعة المخرفون، كلهم يدخلون في الضالين ؛ لأنهم يشتغلون بالعبادة ويتركون العلم، يقولون: العلم يشغلك عن العمل
إن كان سبب نزول : «ٱلْمَغْضُوبِ عَلَيْهِم» في اليهود، و «ٱلضَّآلِّينَ» في النصارى، فالعبرة بعموم اللفظ لا
 .بخصوص السبب
ولهذا يقول بعض السلف : من فسد من علمائنا ففيه شبه من اليهود، ومن فسد من عبادنا ففيه شبه من النصارى

"Diantara mereka yaitu orang-orang sufi dan para ahli bid'ah, mereka semua masuk dalam kategori sesat, karena mereka berlebih-lebihan dalam beribadah serta meninggalkan ilmu, mereka mengatakan : 'Ilmu akan menyibukkanmu dari beramal'.

Meskipun sebab turunnya ayat «ٱلْمَغْضُوبِ عَلَيْهِم» kepada orang-orang Yahudi, dan ayat «ٱلضَّآلِّينَ» kepada orang-orang Nashrani, namun pelajaran itu diambil dari keumuman lafadznya bukan dari kekhususan sebabnya.

Karena itu berkata sebagian salaf : "Barangsiapa yang rusak diantara ulama kita maka dia menyerupai orang-orang Yahudi, barangsiapa yang rusak diantara para ahli ibadah kita maka dia menyerupai orang-orang Nashrani." [Syarah Ba'dhu Fawaaid Suuratil Faatihah, hal.26. Cet. Imam Ahmad].

Maka orang-orang yang rusak diantara kalangan orang-orang yang berilmu atau para penuntut ilmu, mereka menyerupai orang-orang Yahudi, mendapatkan kemurkaan dari Allah. Adapun orang-orang yang rusak dari kalangan para ahli ibadah, mereka ini menyerupai orang-orang Nashrani yang dimurkai oleh Allah. 

Ucapan Salaf Tentang Mengamalkan ILmu

1. Berkata Abu Nu'aim :

حدثنا أبو الجابية الفراء : قال الشعبي : ((أنا لسنا بالفقهاء، ولكنا سمعنا الحديث فرويناه، ولكن الفقهاء من إذا علم عمل))

"Menceritakan kepada kami Abu Jaabiyah, ia berkata : Asy-Sya'biy mengatakan : 'Sesungguhnya kami bukanlah para fuqoha (ulama), akan tetapi kami mendengar hadits dan kami-pun meriwayatkannya, akan tetapi para fuqoha yaitu orang yang jika mengetahui dia mengamalkan)).'"

2. Berkata Imam Malik : 

ما جلست إلى عالم فرجعت من مجلسه حتى أحفظ كل حديث سمعته منه، ولا رجعت إلى مجلسه حتى أعامل))
 .((الله بكل حديث سمعت منه

"Tidaklah aku duduk di majelisnya para ulama, lalu aku pulang dari majelisnya sampai aku menghafal semua hadits yang aku dengar darinya, dan tidaklah aku kembali ke majelisnya, sampai aku bergaul (berjual beli) dengan Allah dengan setiap hadits yang aku dengar darinya."

3. Berkata Abdurrahman bin Mahdi :

.((سمعت سفيان يقول : ما بلغني عن رسول الله صلى الله عليه وسلم حديث قط إلا علمت به ولو مرة))

"Aku mendengar Sufyan mengatakan : 'Tidaklah sampai kepadaku sebuah hadist dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam kecuali aku telah mengamalkan walaupun hanya satu kali.'"

4. Berkata Imam Ahmad :

ما كتبت حديثا إلا وقد علمت به، حتى مر بي أن النبي صلى الله عليه وسلم احتجم وأعطى أبا طيبة دينارا، فأعطيت
 .((الحجام دينارا حين احتجمت

"Tidaklah aku menulis sebuah hadits kecuali aku telah mengamalkannya, hingga lewat kepadaku bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berbekam dan memberikan kepada Abu Thoyyibah dinar (koin emas), maka akupun memberikan kepada tukang bekam uang dinar, yaitu ketika aku berbekam."

5. Berkata Abu Syaikh al-Ashbahaniy perihal kitab beliau Tsawaabul A'maal :

.((ما عملت فيه حديثا إلا بعد استعملته))

"Tidaklah aku menyelesaikan sebuah hadits dalam kitab ini kecuali setelah aku mengamalkannya."

6. Berkata Waki' :

.((كنا نستعين على حفظ الحديث بالعمل به))

"Dahulu kami meminta pertolongan dalam menghafal hadits dengan mengamalkannya."

7. Berkata Sufyan bin Uyainah : 

.((من عمل بما يعلم، كفي ما لم يعلم))

"Siapa yang mengerjakan apa yang dia ketahui, dicukupkan baginya apa yang tidak dia ketahui."

8. Berkata Umar bin Abdul 'Aziz :

.((إنما قصر بنا عن علم ما جهلنا تقصيرنا في العمل بما علمنا))

"Sesungguhnya kekurangan kami dalam masalah ilmu yaitu apa yang kami bodoh tentangnya, sedangkan kekurangan kami dalam masalah amal yaitu apa yang kami ketahui (tapi tidak kami amalkan)."

9. Berkata Ibnul Jauzi : 

لقيت مشايخ أحوالهم مختلفة، يتفاوتون في مقادير في العلم، وكان أنفعهم لي في صحبته العامل منهم بعلمه وإن كان غيره أعلم منه

"Aku telah bertemu dengan para masyaikh, keadaan mereka berbeda-beda, bermacam-macam pula tingkatan mereka di dalam ilmu, yang paling bermanfaat diantara mereka bagiku dalam pertemanannya, yaitu yang mengamalkan ilmu meskipun dia bukan yang paling berilmu diantara mereka."

10. Berkata Ibnu Taimiyyah rahimahullah :

.((أشد الناس عذابا يوم القيامة : عالم لم ينفعه الله بعلمه ؛ فذنبه من جنس ذنب اليهود)) 

"Manusia yang paling keras adzabnya pada hari kiyamat adalah : orang yang berilmu tapi Allah tidak berikan kepadanya manfaat dengan ilmunya (karena tidak mengamalkannya) ; maka dosa orang ini termasuk dari jenis dosanya orang-orang Yahudi". 

10. Berkata Abu Zakariya ad-Dimasqiy : 

فالعالم إذا خالف علمه عمله، وكذب فعله قوله، كان ممقوتا في الأرض والسماء، مضلة لمن رام به الاقتداء،وإذا))
 أمر بغير ما يعمل مجت الأسماع لكلامه، وقلت في الأعين مهابته، وزالت من القلوب مكانته، كما قال مالك بن
 .((دينار : إن العالم إذا لم يعمل بعلمه ؛ تزل موعظته عن القلوب، كما يزل القطر من الصفا

وقال أيضا : ((ولو اعتصم رجل بالعلم الشرعي من غير عمل بالواجب كان غاويا، وإذا اعتصم بالعبادة الشرعية من غير علم بالواجب كان ضالا))

"Orang yang berilmu, jika amalnya menyelisihi ilmunya, perbuatannya mendustakan ucapannya, ia akan menjadi orang yang dibenci di bumi dan di langit, kesesatan bagi orang yang berhasrat mengikutinya. Jika dia memerintahkan pada apa yang tidak ia amalkan, pendengaran ditutup karena ucapannya,  kemuliaannya jatuh di mata (manusia), kedudukannya sirna dari hati (orang-orang), sebagaimana ucapan Malik bin Dinar : "Sesungguhnya orang yang berilmu, jika dia tidak mengamalkan ilmunya ; nasihatnya akan lepas dari hati, sebagaimana jatuhnya tetesan (air) dari ketinggian."

Ia juga mengatakan : "Seandainya seseorang berpegang dengan ilmu syar'i tanpa melakukan amalan yang wajib, dia adalah orang yang sesat, apabila dia berpegang dengan ibadah syar'i tanpa melakukan amalan yang wajib, dia (juga) orang yang sesat." [Lihat An-Nubadz fii Aadaab Tholabil 'Ilmi, hal.51-53. Cet. Ad-Daarul Atsariyyah].

Karena itu wajib bagi kita mengamalkan ilmu, sebab jika tidak, maka ilmu ini akan menjadi bumerang bagi pemiliknya pada hari kiyamat.

Tidak Mengamalkan Ilmu, Akan ditanya Pada Hari Kiyamat

Diantara yang akan ditanyakan nanti pada hari kiyamat adalah tentag ilmu. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

لا تزال قدم ابن آدم يوم القيامة عند ربه حتى يسأل عن خمس : عن عمره فيما أفناه؟، وعن شبابه فيما أبلاه؟،  وماله من أين اكتسبه؟ وفيما أنفقه؟ وماذا عمل فيما علم؟

"Tidak akan bergeser kedua kaki anak adam pada hari kiyamat disisi Rabb-Nya, sampai dia ditanya tentang lima hal : (1) Tentang umurnya kemana dia habiskan?, (2) Tentang masa mudanya untuk apa dia habiskan?, (3) Tentang hartanya darimana dia peroleh? (4) dan kemana dia belanjakan?, (5) Dan tentang yang telah dia ketahui (ilmunya), apa yang sudah dia amalkan?." [Silsilah Al-Ahaadits As-Shohiihah, no.946 (hal. 629). Maktabah Al-Ma'arif lin-Nasyr wat-Tauzii'].

Dalam hadits Abu Barzah al-Aslamiy radhiyallahu 'anhu ia berkata : Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

لا تزال قدم عبد يوم القيامة، حتى يسأل عن عمره فيما أفناه؟، وعن علمه فيم فعل؟، وعن ماله من أين اكتسبه؟ وفيم أنفقه؟ وعن جسمه فيم أبلاه؟

"Tidak akan bergeser kedua kaki seorang hamba pada hari kiyamat, sampai dia ditanya tentang, (1) Umurnya kemana dia habiskan, (2) Tentang ilmunya apa yang telah dia amalkan, (3) Tentang hartanya dari mana ia peroleh? (4) dan kemana ia habiskan?, (5) dan tentang tubuhnya, capek dan lelahnya untuk apa?." [Shahiih Sunan Tirmidzi, no. 2417 (hal.572). Cet. Maktabah Al-Ma'arif lin-Nasyr wat-Tauzii'].

Karena itu wajib bagi kita mengamalkan ilmu, agar tidak menjadi musibah nanti pada hari kiyamat.

Faedah yang bisa diambil :

1. Allah sangat benci kepada orang-orang yang berilmu atau penuntut ilmu, ia berkata tentang sesuatu, namun dia tidak mengamalkannya

2. Manusia yang paling keras adzabnya pada hari kiyamat adalah orang-orang yang berilmu, tapi dia tidak bisa mengamalkan ilmunya

3. Orang-orang yang berilmu tapi tidak bisa mengamalkan ilmunya, dia menyerupai orang yahudi 

4. Orang yang beramal tapi tanpa disadari ilmu, dia seperti orang-orang nashrani

5. Keadaan manusia di dunia ini ada 3 jenis, (1) yang diberi nikmat, (2) yang dimurkai, (3) yang sesat

6. Orang-orang yang diberi nikmat yaitu orang-orang yang memiliki ilmu dan mengamalkannya, orang-orang yang dimurkai yaitu, mereka yang memiliki ilmu tapi tidak mau beramal, sedangkan orang-orang yang sesat adalah mereka yang beramal tanpa dilandasi ilmu

7. Barangsiapa yang rusak dari kalangan orang-orang yang berilmu, dia menyerupai yahudi, barangsiapa yang rusak dari ahli ibadah kita, dia menyerupai orang-orang nashrani

8. Dalam surat al-Fatihah, ada bantahan kepada orang-orang yahudi dan nashrani dan siapa yang mengikuti jalan-jalan mereka

9. Kaum sufi dan ahlul bid'ah, termasuk orang-orang yang berlebihan dalam beribadah serta meninggalkan ilmu, mereka mengatakan, "ilmu akan menyibukkanmu dari beramal."

10. Para ulama salaf dan para _fuqoha_, mereka adalah orang-orang yang mengilmui dan mengamalkan ilmunya

11. Para perawi hadits, mereka mengamalkan setiap hadits yang mereka riwayatkan meskipun hanya satu kali

12. Imam Ahmad bin Hambal, beliau melakukan bekam demi mengamalkan hadits Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menunjukkan semangatnya dalam mengamalkan hadits

13. Semangatnya para ulama dalam mengamalkan ilmu

14. Hendaknya kita mengamalkan setiap ilmu yang didapatkan

15. Tidak akan bergeser kedua kaki anak adam pada hari kiyamat sampai ia ditanya tentang ilmunya, apa yang sudah ia amalkan

16. Besarnya tanggung jawab orang-orang yang berilmu

17. Wajibnya mengamalkan ilmu

18. Bahaya tidak mengamalkan ilmu

Dan masih banyak faedah lainnya. Semoga bermanfat. Baarakallahu fiikum.

***

Dompu, Nusa Tenggara Barat : 29 Dzulqo'dah 1443 H/29 Juni 2022 

Penulis : Abu Dawud ad-Dombuwiyy
Artikel : Meciangi-d.blogspot.com

Related Posts:

AROMA KEMATIAN

Bismillah, alhamdulillahirabbil 'aalamiin. Wa shallallahu 'ala Nabiyyina Muhammadin wa 'ala aalihi wa shahbihi ajma'iin. Wa ba'du.

Berbicara tentang kematian, kematian itu dekat sobat, tapi jauh bagi orang-orang yang terlena dengan kehidupan dunia. Uban adalah utusan-utusan kematian yang akan menghilangkan canda dan tawa, pemutus keledzatan serta peringatan bagi orang-orang yang mau berpikir. Allah Ta'ala berfirman :

«أَوَلَمْ نُعَمِّرْكُم مَّا يَتَذَكَّرُ فِيهِ مَن تَذَكَّرَ وَجَآءَكُمُ ٱلنَّذِيرُ»

Artinya : "Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan?" (QS. Fathir : 37)

Para ulama mengatakan :

النذير يعني الشيب

"Pemberi peringatan maksudnya uban." [Yaa Shoohibas Sittiin, hal.8. Cet. Daarul Qaasim]

Jika sehelai uban telah menghiasi rambut anda saudaraku, berarti utusan kematian telah datang menghampiri anda, dan itulah aroma kematian. 

Seorang penyair mengatakan :

"Kematian sudah mulai tercium aromanya sejak engkau berumur 40 tahun.
Dan semakin pasti kedatangannya ketika engkau berumur 60 tahun".

Berkata penyair yang lain :

"Uban adalah utusan-utusan kematian.
Yang menghilangkan kebahagiaan dan memutuskan keledzatan.
Yang meninggalkan tangisan dan mendatangkan kesedihan.
Bagi yang masih muda usianya atau bagi yang telah berumur 60 dan 70 tahun".

Berkata pujangga dari negeri keterasingan :

"Bila daun-daun telah menguning diatas rantingnya.
Isyarat bahwa kematian sudah semakin dekat kedatangannya.
Bersiaplah, sebentar lagi musim gugur akan tiba.
Dan perbanyaklah bekal wahai orang-orang yang terlena".

Dan bekal menuju kampung akhirat adalah amal sholeh. 

Baarakallahu fiikum. 

***

Dompu, Nusa Tenggara Barat : 18 Dzulqo'dah 1443 H/18 Juli 2022 

Penulis : Abu Dawud ad-Dombuwiyy
Artikel : Meciangi-d.blogspot.com

Related Posts:

4 ORANG YANG DI LAKNAT OLEH ALLAH


Bismillah. Alhamdulillahi Rabbil 'aalamiin. Wa shallallahu 'ala Nabiyyina Muhammadin wa 'ala aalihi wa shahbihi ajma'iin. Wa ba'du.

Orang yang mendapatkan laknat termasuk orang-orang yang dijauhkan dari rahmat-Nya. Diantara sekian banyak yang mendapatkan laknat Allah adalah empat golongan. Dalam sebuah hadits :

عن علي بن أبي طالب، قال : حدثني رسول الله صلى الله عليه وسلم بأربعة كلمات : ((لعن الله من ذبح لغير الله، لعن الله من لعن والديه، لعن الله من آوى محدثا، لعن الله من غير منار الأرض)). رواه مسلم

"Dari Ali bin Abi Tholib, ia berkata : "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menceritakan kepadaku tentang empat kalimat : "(1) Allah melaknat orang yang menyembelih binatang untuk selain Allah, (2) Allah melaknat orang yang melaknat kedua orang tuanya, (3) Allah melaknat orang yang melindungi pelaku maksiat (penjahat), (4) Allah melaknat orang yang merubah tanda batas tanah)). HR. Muslim. [Lihat Fathul Majiid, Syarh Kitaabit Tauhiid, hal.130. Cet. Daar Ibni Hazm].

Faedah yang bisa diambil :

1. Laknat maknanya dijauhkan dari rahmat Allah

2. Diantara yang mendapatkan laknat Allah salah satunya adalah Iblis. Allah Ta'ala berfirman :

«وَإِنَّ عَلَيْكَ لَعْنَتِىٓ إِلَىٰ يَوْمِ ٱلدِّينِ»

Artinya : "Sesungguhnya kutukan-Ku tetap atasmu sampai hari pembalasan". (QS. Sad : 78)

3. Diantara yang mendapatkan laknat Allah juga adalah orang-orang kafir. Allah Ta'ala berfirman :

«إِنَّ ٱللَّهَ لَعَنَ ٱلْكَـٰفِرِينَ وَأَعَدَّ لَهُمْ سَعِيرًا»

Artinya : "Sesungguhnya Allah mengutuk orang-orang kafir dan menyediakan bagi mereka api yang menyala-nyala (neraka)." (QS. Al-Ahzab : 64)

4. Diantara yang mendapatkan laknat Allah juga adalah orang-orang yang menyembelih binatang untuk selain Allah sebagaimana hadits diatas. 

5. Menyembelih binatang termasuk ibadah, tidak boleh diberikan untuk selain Allah. Allah Ta'ala berfirman :

«فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَٱنْحَرْ»

Artinya : "Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah." (QS. Al-Kautsar : 2)

Pada ayat diatas, Allah perintahkan kita untuk menyembelih binatang untuk Allah Ta'ala, menunjukkan hal ini adalah ibadah, dan al-amru lilwujuub.  Allah Ta'ala juga berfirman : 

«قُلْ إِنَّ صَلَاتِى وَنُسُكِى وَمَحْيَاىَ وَمَمَاتِى لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَـٰلَمِينَ»

Artinya : "Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, sembelihanku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam." (QS. Al-An'am : 162)

Makna وَنُسُكِى yaitu ذبحي (sembelihanku). 

6. Menyembelih ayam, sapi, kambing, kelinci, bahkan membunuh seekor lalat untuk dipersembahkan kepada berhala termasuk menyembelih binatang untuk selain Allah. Dalam sebuah hadits dari Thoriq bin Syihab, bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengisahkan kisah dua orang muslim dalam sabdanya :

((دخل الجنة رجل في ذباب، ودخل النار رجل في ذباب))، قالوا : وكيف ذلك يا رسول الله؟ قال : ((مر رجلان على قوم لهم صنم لا يجاوزه أحد حتى يقرب له شيئا. ثالو لأحدهما : قرب، قال : ليس عند شيء أقرب، قالوا له : قرب ولو ذبابا، فقرب ذبابا، فخلوا سبيله، فدخل النار. وقالوا للآخر : قرب، ما كنت لأقرب لأحد شيئا دون الله عز وجل، فضربوا عنقه، فدخل الجنة)) رواه أحمد.

((Seorang laki-laki masuk surga karena lalat, dan seorang laki-laki masuk neraka karena lalat)). Para sahabat berkata : "Bagaimana itu wahai Rasulullah? Beliau bersabda : ((Dua orang laki-laki melewati suatu kaum yang memiliki berhala, kaum itu tidak membiarkan seorang-pun hingga dia mempersembahkan sesuatu untuk berhala tersebut. Lalu mereka berkata kepada salah seorang dari dua laki-laki tersebut : "Persembahkanlah", laki-laki itu berkata : "Aku tidak memiliki sesuatu untuk-ku persembahkan", mereka berkata kepadanya : "Persembahkanlah meskipun seekor lalat", maka diapun mempersembahkan seekor lalat, kemudian mereka-pun melepasnya, maka dia masuk neraka. Mereka-pun berkata kepada laki-laki yang lainnya : "Persembahkanlah", laki-laki itu berkata : "Aku tidak akan mempersembahkan sesuatu apapun kepada seseorang selain Allah 'Azza wa Jalla, mereka-pun memenggal lehernya, maka dia masuk surga)). HR. Ahmad. [Lihat Fathul Majiid, Syarh Kitaabit Tauhiid, hal.131. Cet. Daar Ibni Hazm]

7. Allah tidak melihat besar kecilnya binatang yang disembelih atau dikurbankan, tapi yang Allah lihat adalah kepada siapa binatang itu dipersembahkan. Jika kepada jin, setan, kuburan, orang yang sudah mati, maka itu masuk dalam menyembelih untuk selain Allah dan berhak mendapatkan laknat.

Dalam sebuah hadits, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : 

((لعن الله من ذبح لغير الله))

"Allah melaknat orang yang menyembelih untuk selain Allah." Dikeluarkan oleh Muslim. [Lihat Tuhfatul Muriid Syarh Al-Qoul al-Mufiid, hal.99. Cet. Maktabatul Irsyaad

8. Diantara yang mendapatkan laknat juga adalah seorang anak yang melaknat kedua orang tuanya, maksudnya ; Ibu dan Bapaknya.

Dalam sebuah hadits, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

((من الكبائر شتم الرجل والديه))، قالوا يا رسول الله، وهل يشتم الرجل والديه؟ قال : ((نعم، يسب أبا الرجل ويسب أباه، ويسب أمه فيسب أمه))

"Termasuk dosa besar adalah seseorang mencaci maki kedua orangtuanya", para sahabat berkata : "Wahai Rasulullah, apakah ada seseorang yang mencaci-maki kedua orang tuanya? Beliau bersabda : "Ya", dia mencaci-maki bapaknya orang lain, lalu orang itu mencaci-maki bapaknya, dia mencaci-maki ibunya orang lain, lalu orang itu mencaci-maki ibunya." [Lihat Fathul Majiid, Syarh Kitaabit Tauhiid, hal.129. Cet. Daar Ibni Hazm]

9. Diantara mereka yang mendapatkan laknat juga adalah mereka yang melindungi para pelaku maksiat, penjahat, bandit, bandar narkoba, bandar togel, koruptor, dll. Ibnul Qoyyim rahimahullah mengatakan :

هذه الكبيرة، تختلف مراتبها باختلاف مراتب الحدث في نفسه، فكلما كان الحدث في نفسه أكبر، كانت الكبيرة أعظم

"Ini merupakan dosa besar, tingkatkannya berbeda-beda tergantung tingkatkan kejadian itu dalam jiwanya. Manakala kejadian itu menurut dirinya besar, maka ia menjadi dosa besar yang sangat besar." [Lihat Fathul Majiid, Syarh Kitaabit Tauhiid, hal.130. Cet. Daar Ibni Hazm]

10. Termasuk yang mendapatkan laknat Allah adalah orang yang merubah tanda batas tanah. Nabi bersabda : 

((من ظلم شبرا من الأرض طوقه يوم القيامة من سبع أرضين))

"Siapa yang berbuat dzolim (mengambil) sejengkal tanah, akan dikalungkan kepadanya pada hari kiyamat tujuh bumi. [Lihat Fathul Majiid, Syarh Kitaabit Tauhiid, hal.130. Cet. Daar Ibni Hazm]

Orang yang merubah tanda batas tanah, dia akan dikalungkan dengan tujuh bumi. Ini hukum bagi orang yang serakah dan dzolim. Waliyaadzubillah.

11. Pada hadits diatas, ada faedah ilmu tentang bolehnya melaknat pelaku kedzoliman secara umum, tapi tidak boleh dengan cara ta'yin (menunjuk langsung siapa orangnya) sebagaimana yang dijelaskan oleh para ulama.

12. Bahayanya empat dosa besar diatas

13. Wajibnya menjauhkan diri dari dosa-dosa besar 

14. Wajibnya menjauhkan diri dari dosa-dosa yang akan mendapatkan laknat.

Dan masih banyak faedah lainnya. Semoga yang sedikit ini bermanfaat. Baarakallahu fiikum.

***

Dompu, Nusa Tenggara Barat : 2 Dzulqo'dah 1443 H/2 Juni 2022 

Penulis : Abu Dawud ad-Dompuwiyy
Artikel : Meciangi-d.blogspot.com

Related Posts: