KITA SEMUA AKAN MATI

Masa muda adalah usia keemasan, masa-masa yang paling potensial untuk melakukan amal-amal ketaatan, tapi mereka ada yang Allah panjangkan umurnya hingga sampai pada usia tua, namun tidak jarang juga yang Allah wafatkan lebih cepat dari itu. Seandainya para pemuda telah dipanjangkan umurnya sampai pada usia tua, maka  akan hilang dari dia dua hal, pertama masa mudanya, kedua keceriaannya. Seorang penyair pernah mengatakan :

إذا بلغ الفتى ستين عاما
فقد ذهب المسرة والفتاء

"Apabila seorang pemuda telah sampai pada usia enam puluh tahun. 
Sungguh telah hilang keceriaan dan dunia mudanya." [Lihat Yaa Shoohibas Sittiin, hal.10. Cet. Daarul Qaasim]

Seseorang yang telah sampai pada usia tua, hakikatnya dia telah diberi udzur pada umurnya dan hendaknya dia bertakwa kepada Allah 'Azza wa Jala. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda dalam hadits Abu Hurairoh :

من عمر ستين أو سبعين سنة فقد أعذر الله إليه في العمر

"Barangsiapa yang dipanjangkan umurnya sampai pada enam puluh hingga tujuh puluh tahun, maka sungguh Allah telah memberikan udzur kepadanya pada usianya." [Lihat Yaa Shoohibas Sittiin, hal.15. Cet. Daarul Qaasim]

Udzur pada usianya maksudnya Allah telah melonggarkan waktu bagi dia untuk berpikir dan merenungkan tentang perjalanan hidupnya dengan diberikan usia panjang, memberinya kesempatan untuk kembali kepada Allah dan bertaubat dari dosa-dosanya.

Jika seseorang telah dipanjangkan umurnya dan dia mengisi kehidupannya dengan amal ketaatan, maka dialah orang yang beruntung. Namun apabila dia menggunakan sisa-sisa hidupnya dengan membuang-buang waktu dan melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat, berbuat syirik, melakukan kebid'ahan, mendzolimi dirinya dengan kemaksiatan dan lain sebagainya, maka inilah orang yang paling merugi. Ingatlah bahwa batas udzurmu hanya sampai pada usia enam puluh atau tujuh puluh tahun, setelah itu engkau akan mati. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

معترك المنايا ما بين ستين و سبعين

"Pertarungan maut itu antara usia enam puluh dan tujuh puluh tahun." [Lihat Yaa Shoohibas Sittiin, hal.15. Cet. Daarul Qaasim]

Pada hadits diatas, Nabi shallallahu 'alaihi wa salam menjelaskan tentang sengitnya pertarungan maut itu berputar pada usia enam puluh tahun hingga tujuh puluh tahun, karena makna معترك adalah tempat berkecamuknya pertempuran. Berkata para ulama :

والمعترك أي : موضع القتال، أو موضع الحرب، أو موضع العراك والمعاركة، فكان هذا السن ميدان حرب يكثر فيها الموت

"Mu'tarok maknanya yaitu tempat peperangan, tempat pertempuran, seolah-olah usia tersebut adalah medan perang, tempat banyak terjadinya kematian." [Lihat Yaa Shoohibas Sittiin, hal.9. Cet. Daarul Qaasim]

Oleh karena itu, persiapkan bekal wahai orang-orang yang sebentar lagi akan memasuki usia lima puluh tahun atau yang sedang berjalan ke usia enam puluh bahkan sudah melewatinya, karena usia tersebut merupakan medan perang yang banyak menewaskan banyak korban.

Adapun bagi mereka yang telah berusia empat puluh tahun, atau yang akan masuk pada usia empat puluh tahun, berarti sebentar lagi anda akan masuk ke kancah peperangan, bahkan telah banyak pula yang gugur di awal perjalanan mereka sebelum sampai di medan pertempuran tersebut. Maka persiapkanlah bekal wahai orang-orang yang lupa akan kehidupan akhirat, karena kematian tidak mengenal umur. Seorang penyair pernah mengatakan :

"Seorang pemuda berangan-angan akan hidup panjang sampai pada usia enam puluh hingga tujuh puluh tahun, ternyata malaikat maut telah menjemputnya sesaat setelah dia memikirkan hal tersebut."

Karena itu perbanyaklah mengingat penghancur kelezatan yaitu kematian wahai saudara-saudaraku, meskipun usia anda belum mencapai enam puluh tahun, sebab inilah yang sering diwasiatkan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam kepada kita dalam sabdanya :

((أكثروا ذكر هادم اللَّذات: الموت))
[رواه الترمذي، والنَّسائي، وصحَّحه ابن حبَّان]

"Perbanyaklah mengingat penghancur keledzatan : yaitu kematian. [Diriwayatkan oleh Tirmidzi, Nasaa'i dan dishohihkan oleh Ibnu Hibban]

Semoga tulisan ini bermanfaat untuk kita semua, dan menjadi sepercik renungan untuk menghadapi hari yang menakutkan hati yaitu kematian, dimana pada saat itu semua orang akan memasuki medan pertempuran yang sengit untuk mencapai keridhoan Allah atau mendapat kemurkaan-Nya.  Baarakallahu fiikum.

Baca juga : Muhasabah di Usia 60 Tahun

                   Muhasabah di Usia 60 Tahun #2

                   Kematian

                   Kita Semua Adalah Musafir

                   Dunia

Related Posts:

NAMA-NAMA SURAT AL-FATIHAH





Surat al-Fatihah adalah surat yang sangat agung. Dalam surat al-Fatihah terkandung 3 jenis tauhid, Rububiyah, Uluhiyah dan Asma wa Sifat.

Surat al-Fatihah juga memiliki banyak nama. Nama-nama surat al-Fatihah  yang disebutkan dalam kitab tafsir dan dan perkataan para salaf antara lain :

1. Al-Fatihah

Nama surat Al-Fatihah yang pertama adalah Al-Fatihah itu sendiri.

Berkata Syaikh Shaleh Fauzan dalam penjelasan kitab Ba'dhu Fawaaid Suratil Faatihah, kitab yang ditulis oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab at-Tamimy. Beliau mengatakan : "Ini adalah risalah yang secara khusus menjelaskan tentang faedah-faedah dari surat al-Fatihah, ini adalah surat yang sangat agung, dinamakan dengan al-Fatihah, karena al-Fatihah dibuka dengannya Mushaf yang mulia, dan al-Fatihah adalah awal surat didalam al-Qur'an." [Ba'du Fawaaid Suuratil Faatihah, hal : 5]

Berkata Ibnu Katsir dalam tafsir surat al-Fatihah : "Dinamakan al-Fatihah karena yang membuka, yaitu yang membuka penulisan al Kitab dan dengannya engkau memulai bacaan didalam shalat..." [Tafsir Ibnu Kasir surat al-Fatihah, cetakan Dar al-Kutub al-Ilmiyyah tahun 1429 H, hal 13]

2. Ats-Tsaba'ul Matsaani (tujuh ayat yang diulang-ulang)

Nama lain dari surat al Fatihah yaitu Ats-Tsaba'ul Matsani. Berkata Syaikh Shalih Fauzan dalam syarahnya, "Al-fatihah dinamakan dengan Ats-Tsab'ul Matsaani (tujuh yang diulang-ulang), karena pada al-Fatihah ada tujuh ayat. Allah Ta'ala berfirman :

وَلَقَدْ ءَاتَيْنَـٰكَ سَبْعًۭا مِّنَ ٱلْمَثَانِى وَٱلْقُرْءَانَ ٱلْعَظِيمَ

Artinya : "Sesungguhnya kami telah berikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang dan al-qur'an yang agung." (QS.Al-Hijr : 87).

Dan al-Fatihah adalah tujuh ayat yang diulang-ulang. Dan dikatakan : Dinamakan al-Fatihah dengan al-Matsaani (yang diulang ulang), dikarenakan dia diulang-ulang bacaannya pada setiap rakaat." [Ba'du Fawaaid Suuratil Faatihah, hal : 6]

3. Ummul Qur'an (Induk Al-Qur'an)

Surat al-Fatihah disebut juga sebagai Ummul Qur'an. Berkata Asy-Syaikh Sholeh Fauzan : "Al-Fatihah dinamakan Ummul Qur'an, karena induk dari sesuatu : (yaitu) pokok yang kembali kepadanya sesuatu, (maksudnya) al-Qur'an maknanya kembali pada apa yang dikandung oleh surat ini (yaitu al-Fatihah)." [Ba'du Fawaaid Suuratil Faatihah, hal : 6]

Berkata Ibnu Katsir, "Berkata al Hasan : 'Ayat yang muhkamat dia adalah Ummul Kitaab. Dan ada yang menyebutkannya juga, bahwa al-Fatihah dinamakan sebagai ummul Qur'an. Dan sungguh telah tetap didalam shahih Tirmidzi dan dia menshahihkannya dari Abu Hurairah berkata : Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : (('Alhamdulillaahirabbil 'alaamiin adalah Ummul Qur'an dan Ummul Kitaab dan tujuh yang diulang-ulang dan al-Qur'an yang mulia'))." [Tafsir Ibnu Kasir surat al-Fatihah, cetakan Dar al-Kutub al-Ilmiyyah tahun 1429 H, hal 13]

4. Ummul Kitaab (Induk Kitab)

Al-Fatihah juga memiliki nama Ummul Kitaab berdasarkan hadits Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam diatas yang diriwayatkan oleh imam At-Tirmidzi dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : (('Alhamdulillaahirabbil 'alaamiin adalah Ummul Qur'an dan Ummul Kitaab dan tujuh yang diulang-ulang dan al-Qur'an yang mulia'))." [Tafsir Ibnu Kasir surat al-Fatihah, cetakan Dar al-Kutub al-Ilmiyyah tahun 1429 H, hal 13]

5. Ash Shalah (Shalat)

Surat al-Fatihah dinamakan juga sebagai As-Sholah (sholat). Berkata Ibnu Katsir, "Dinamakan pula al-Fatihah sebagai ash-Shalah berdasarkan ucapan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dari Rabb-nya : ((Aku membagi shalat antara aku dan antara hamba-Ku menjadi dua bagian. Apabila hamba berkata Alhamduillahirabbil 'aalamiin, Allah berfirman : 'Hamba-Ku memuji-Ku')) (Al Hadits)." [Tafsir Ibnu Kasir surat al-Fatihah, cetakan Dar al-Kutub al-Ilmiyyah tahun 1429 H, hal 13]

Syaikh Shalih Fauzan menjelaskan hadits ini dan berkata : "Al-Fatihah dinamakan ash-Shalah, berdasarkan ucapan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dalam sebuah hadits yang diriwayatkannya dari Rabb-nya, bahwasannya Allah Jalla wa 'Alaa berfirman :  (('Aku membagi shalat antara Aku dan antara hamba-Ku menjadi dua bagian')) Yaitu : Al-Fatihah ((Apabila hamba berkata : Alhamduillahirabbil 'aalamiin, Allah berfirman : 'Hamba-Ku memuji-Ku', apabila hamba berkata : Arrahmaanirrahiim, Allah berfirman : 'Hamba-Ku menyanjung-Ku', apabila hamba berkata : Maalikiyaumiddiin, Allah berfirman : 'Hamba-Ku mengagungkan-Ku', apabila hamba berkata : Iyyaa kana'budu wa iyyaaka nasta'iin, Allah berfirman : 'Ini merupakan dua pembagian, antara Aku dan antara hamba-Ku, dan bagi hamba-Ku apa saja yang dia minta))." [Ba'du Fawaaid Suuratil Faatihah, hal : 6]

Makna Qasamtush Shalaata (Aku membagi shalat), maksudnya aku membagi surat al-Fatihah menjadi dua bagian, karena itu Syaikh Shalih Fauzan mengatakan : "Surat al-Fatihah terdiri dari tujuh ayat, tiga setengah  ayat dari al-Fatihah untuk Allah dan sanjungan atas Allah 'Azza wa Jalla, dan tiga setengah lainnya untuk hamba, (yaitu) mulai dari firman Allah : 'Wa Iyyaa kanastaiin' hingga akhir surat." [Ba'du Fawaaid Suuratil Faatihah, hal : 6]

Kemudian beliau mengatakan : "Inilah makna firman Allah Jalla wa 'Allaa : ((Qasamtush Shalata)) yaitu surat al-Fatihah...". [Ba'du Fawaaid Suuratil Faatihah, hal : 7]

6. Al-Kaafiyah (jampi-jampi) atau dinamakan juga Ar-Ruqyah (rukiyah)

Al-Fatihah juga dinamakan dengan Ruqyah. Dalam sebuah hadits yang panjang disebutkan : "Al-Fatihah dinamakan dengan ruqyah karena ada sekelompok dari para sahabat yang singgah pada sebuah kabilah dari kabilah-kabilah arab. Para sahabat meminta dijamu justru mereka tidak dilayani, maka pembesar mereka disengat, maka mereka-pun datang dan meminta kepada para sahabat agar meruqyah. Berkata salah seorang dari sahabat : Sesungguhnya kami akan meruqyah akan tetapi kalian enggan menjamu kami. Maka kami tidak mau meruqyah kecuali dengan memberikan upah, maka para sahabat mempersyaratkan kepada mereka sekawanan kambing, lalu dibacakan kepadanya surat al-Fatihah. Maka dia (yaitu pembesar mereka) seakan-akan dilepaskan dari ikatan. Tatkala para sahabat sampai kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, mereka lantas mengabarkan apa yang terjadi, maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : 'Dan dari mana kamu tahu bahwasannya al-Fatihah itu ruqyah?", maka dinamakanlah surat al-Fatihah dengan ruqyah. [Ba'du Fawaaid Suuratil Faatihah, hal : 7]

7. Al-Qur'an Al-Adziim (Al-Qur'an yang mulia)

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda dalam sebuah hadits yang telah berlalu yang diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : ((Alhamdulillaahirabbil 'alaamiin adalah Ummul Qur'an dan Ummul Kitaab dan tujuh yang terulang-ulang dan al Qur'an yang mulia'))." [Tafsir Ibnu Kasir surat al-Fatihah, cetakan Dar al-Kutub al-Ilmiyyah tahun 1429 H, hal 13]

Dari hadits diatas maka dinamakanlah al-Fatihah dengan Al-Qur'an Al-'Adzim (Al-Qur'an yang mulia).

8. Al-Hamdu (pujian)

Nama al-Hamdu ini disebutkan oleh Ibnu katsir, beliau mengatakan : "Dan al-Fatihah itu dinamakan sebagai al-Hamdu dan dinamakan juga sebagai ash-Shalah. [Tafsir Ibnu Kasir surat al-Fatihah, cetakan Dar al-Kutub al-Ilmiyyah tahun 1429 H, hal 13]

Setelah itu beliau menyebutkan hadits kudsi yang telah disebutkan diatas.

9. Asy Syifaa' (penyembuh)

Ibnu Katsir mengatakan dalam kitab tafsirnya : "Al-Fatihah dinamakan sebagai Asy-Syifaa' sehingga Ad-Daarimi  meriwayatkan dari Abu Sa'id radhiyallaahu 'anhu secara marfu' ((Faatihatul Kitaab adalah Syifaa' (yang menyembuhkan) dari setiap racun))". [Tafsir Ibnu Kasir surat al-Fatihah, cetakan Dar al-Kutub al-Ilmiyyah tahun 1429 H, hal 13]

10. Asaasul Qur'aan

Surat al-Fatihah dinamakan jga dengan Asaasul Qur'an, Ibnu Katsir menyebutkan : "Asy-Sya'bi meriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallaahu 'anhuma bahwasannya dia (Ibnu Abbas) menamakan al-Fatihah dengan Asaasul Qur'an dia berkata : "Dan asasnya adalah bismillahirrahmaanirrahiim." [Tafsir Ibnu Kasir surat al-Fatihah, cetakan Dar al-Kutub al-Ilmiyyah tahun 1429 H, hal 13]

11. Al Waaqiah (yang menjaga)

Ibnu Katsir mengatakan, "Sufyan bin Uyainah menamakan al-Fatihah dengan Al-Waaqiah." [Tafsir Ibnu Kasir surat al-Fatihah, cetakan Dar al-Kutub al-Ilmiyyah tahun 1429 H, hal 13]

Wallahu a'lam.

***

Dompu, 10 Jumadil Akhir 1442 H/24 Januari 2021

Penyusun : Abu Dawud ad-Dombuwiyy 

Artikel : Meciangi-d.blogspot.com 

Related Posts:

UCAPAN SYAHADAT MENJAGA DARAH DAN HARTA SEORANG MUSLIM

Bismillah. Alhamdulillahi Rabbil 'aalamiin. Wa shallallahu 'alaa Nabiyyina Muhammadin wa 'ala 'alaihi wa shahbihi ajma'iin. Wa ba'du.

Ucapan syahadat dapat menjaga darah dan harta seseorang muslim dari segala macam bentuk kedzoliman dan pelanggaran hak dan kehormatan yang mungkin saja ditimpakan kepadanya.

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

.((من قال لا اله الا الله وكفر بما يعبد من دون الله، حرم ماله ودمه وحسابه على الله عز وجل))

[فتح المجيد شرح كتاب التوحيد، ص ١١١. دار الكتب العلمية]

((Barangsiapa yang mengucapkan laa ilaaha illallah dan dia ingkar terhadap apa yang diibadahi selain Allah, maka haram kehormatannya, darahnya dan hisabnya ada disisi Allah 'Azza wa Jalla)). [Fathul Majiid Syarh Kitaabit Tauhid, hal.111. Daarul Kutub Al-'Ilmiyyah]

Berkata Asy-Syaikh Abdurrahman bin Hasan Alu Asy-Syaikh :

قوله : ((من قال لا اله الا الله وكفر بما يعبد من دون الله)) اعلم أن النبي صلى الله عليه وسلم علق عصمة المال والدم في هذا الحديث بأمرين. الأول : قول ((لا إله إلا الله)) عن علم ويقين، كما هو قيد في قولها في غير ما حديث كما تقدم. الثاني : الكفر بما يعبد من من دون الله، فلم يكتف باللفظ المجرد عن المعنى، بل لا بد من قولها والعمل بها

قلت : وفيه معنى : «فَمَن يَكْفُرْ بِٱلطَّـٰغُوتِ وَيُؤْمِنۢ بِٱللَّهِ فَقَدِ ٱسْتَمْسَكَ بِٱلْعُرْوَةِ ٱلْوُثْقَىٰ لَا ٱنفِصَامَ لَهَا ۗ ». [البقرة : ٢٥٦]

[فتح المجيد شرح كتاب التوحيد، ص ١١١. دار الكتب العلمية]

Sabda Nabi : ((Barangsiapa yang mengucapkan laa ilaaha illallah lalu dia ingkar terhadap apa yang diibadahi selain Allah)). Ketahuilah bahwasannya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menggantungkan terjaganya harta dan darah dengan dua permasalahan. Pertama : Ucapan ((laa ilaaha illallah)) dengan ilmu dan keyakinan, sebagaimana telah terikat dalam ucapan laa ilaaha illallah pada hadits lain yang telah berlalu. Kedua : Mengingkari segala yang diibadahi selain Allah, tidak hanya mencukupkan pada pelafadzan kata-kata yang hampa dari makna, bahkan wajib mengucapkannya dan mengamalkannya.

Saya katakan : Dalam masalah diatas terkandung makna ayat (yang artinya) : "Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada tali yang amat kuat yang tidak akan putus." [QS. Al-Baqaroh : 256] [Fathul Majiid Syarh Kitaabit Tauhid, hal.111. Daarul Kutub Al-'Ilmiyyah]

Faedah yang bisa diambil :

1. Ucapan syahadat laa ilaaha illallah akan menjaga harta dan darah orang yang mengucapkannya, tentunya bagi mereka yang memenuhi rukun-rukunnya dan syarat-syratnya, karena disana ada juga orang yang mengucapkan laa ilaaha illallah namun bisa batal keislamannya karena sebab berbuat syirik

2. Orang yang mengucapkan laa ilaaha illallah wajib bagi dia mengilmui tentang laa ilaaha illallah, yaitu mengilmui tentang rukun-rukunnya dan syarat-syaratnya. Allah Ta'ala berfirman : 

«وَلَا يَمْلِكُ ٱلَّذِينَ يَدْعُونَ مِن دُونِهِ ٱلشَّفَـٰعَةَ إِلَّا مَن شَهِدَ بِٱلْحَقِّ وَهُمْ يَعْلَمُونَ»

Artinya : "Dan sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah tidak dapat memberi syafa'at; akan tetapi (orang yang dapat memberi syafa'at ialah) orang yang mengakui yang hak (tauhid) dan mereka mengilmui(nya)." (QS. Az-Zukhruf : 86)

Allah Ta'ala juga berfirman :

«فَٱعْلَمْ أَنَّهُۥ لَآ إِلَـٰهَ إِلَّا ٱللَّهُ وَٱسْتَغْفِرْ لِذَنۢبِكَ»

Artinya : "Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu." (QS. Muhammad : 19)

3. Orang yang mengucapkan laa illaha illallah wajib bagi dia meyakini tentang kebenaran laa ilaaha illallah dan selain Allah adalah batil. Allah Ta'ala berfirman :

«ذَٰلِكَ بِأَنَّ ٱللَّهَ هُوَ ٱلْحَقُّ وَأَنَّ مَا يَدْعُونَ مِن دُونِهِۦ هُوَ ٱلْبَـٰطِلُ وَأَنَّ ٱللَّهَ هُوَ ٱلْعَلِىُّ ٱلْكَبِيرُ»

Artinya : "Yang demikian itu, adalah karena sesungguhnya Allah, Dialah (Tuhan) Yang Benar* dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah, itulah yang batil, dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar." (QS. Al-Hajj : 62)

Allah Ta'ala berfirman :

«إِنَّمَا ٱلْمُؤْمِنُونَ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا۟».

Artinya : "Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu." (QS. Al-Hujurat : 15)

4. Orang yang mengucapkan laa ilaaha illallah, wajib bagi dia kufur kepada sesembahan selain Allah, sebagaimana firman Allah :

«فَمَن يَكْفُرْ بِٱلطَّـٰغُوتِ وَيُؤْمِنۢ بِٱللَّهِ فَقَدِ ٱسْتَمْسَكَ بِٱلْعُرْوَةِ ٱلْوُثْقَىٰ لَا ٱنفِصَامَ لَهَا ۗ »

Artinya : "Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada tali yang amat kuat yang tidak akan putus." (QS. Al-Baqaroh : 256)

Allah Ta'ala juga berfirman : 

«وَإِذْ قَالَ إِبْرَٰهِيمُ لِأَبِيهِ وَقَوْمِهِۦٓ إِنَّنِى بَرَآءٌۭ مِّمَّا تَعْبُدُونَ. إِلَّا ٱلَّذِى فَطَرَنِى فَإِنَّهُۥ سَيَهْدِينِ»

Artinya : "Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya: "Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu sembah, kecuali Tuhan Yang menjadikanku; karena sesungguhnya Dia akan memberi hidayah kepadaku". (QS. Az-Zukhruf : 26-27)

5. Orang yang mengucapkan laa ilaaha illallah tapi masih saja berbuat syirik dan menyembah sesembahan selain Allah, maka ucapan laa ilaaha illallah nya tidak bermanfaat. Allah Ta'ala berfirman : 

«مَن يُشْرِكْ بِٱللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ ٱللَّهُ عَلَيْهِ ٱلْجَنَّةَ وَمَأْوَىٰهُ ٱلنَّارُ ۖ وَمَا لِلظَّـٰلِمِينَ مِنْ أَنصَارٍۢ»

Artinya : "Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun." (QS. Al-Maidah : 72)

6. Yang diinginkan dari kalimat laa ilaaha illallah adalah maknanya bukan sekedar melafadzkannya tanpa mengetahui maknanya, karena kalimat laa ilaaha illallah memiliki konsekuensi-konsekuensi yang harus dipenuhi

7. Urgensinya kalimat tauhid

Dan masih banyak faedah lainnya. Semoga tulisan singkat ini bermanfaat. Baarakallahu fiikum.

Baca juga : Syarat Kalimat Tauhid Laa Ilaaha Illallah

Related Posts:

KEBODOHAN ADALAH PENYAKIT DAN BERTANYA ADALAH OBATNYA

Bismillah. Alhamdulillah. Wa shallallahu 'ala Nabiyyina Muhammadin wa aalihi wa shahbihi ajma'iin. Wa ba'du.

Kebodohan merupakan penyakit yang berbahaya sedangkan obatnya adalah bertanya kepada ahlinya. Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah pernah mengatakan :

وقد جعل النبي صلى الله عليه وسلم الجهل داء، وجعل دواءه سؤال العلماء : 

فروى أبو داود في سننه من حديث جابر بن عبد الله قال : خرجنا في سفر، فأصاب رجلا منا حجر، فشجه في رأسه، ثم احتلم، فسأل أصحابه، فقال : هل تجدون لي رخصة في التيمم؟ قالوا : ما نجد لك رخصة، وأنت تقدر على الماء. فاغتسل، فمات. فلما قدمنا على رسول الله صلى الله عليه وسلم أخبر بذلك فقال : ((قتلوه، قتلهم الله! إلا سألوا إذ لم يعلموا! فإنما شفاء العي السؤال إنما كان يكفيه أن يتيمم ويعصر -أو يعصب- جرحه خرقة، ثم يمسح عليها، ويغسل سائر جسده)).

فأخبر أن الجهل داء، وأن شفاءه السؤال.

[الداء والدواء، ص ٥-٦. دار عالم الفوائد للنشر والتوزيع]

"Sungguh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam telah menjadikan kebodohan sebagai penyakit dan menjadikan obatnya adalah bertanya kepada para ulama.

(Imam) Abu Dawud dalam kitab sunannya telah meriwayatkan hadits dari Jabir bin Abdillah, ia mengatakan : "Kami berangkat dalam satu perjalanan. Salah seorang dari kami tertimpa batu dan melukai kepalanya. Kemudian orang itu mimpi basah, lalu ia bertanya kepada sahabatnya, ia berkata : "Apakah kalian mendapatiku memiliki keringanan untuk bertayamum?" Mereka mengatakan : "Kami memandang engkau tidak mendapatkan keringanan karena engkau mampu menggunakan air." Maka ia-pun mandi lalu meninggal. Tatkala kami sampai kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam lalu dikabarkan tentang hal tersebut, maka beliau bersabda : ((Mereka telah membunuhnya, semoga Allah membalas mereka! Tidakkah mereka bertanya jika mereka tidak mengetahui?! Karena obat dari tidak tahu adalah bertanya. Sesungguhnya cukup bagi dia bertayamum dan memapatkan -membalut- lukanya dengan sobekan kain dan mengusap lalu mencuci seluruh tubuhnya)).

Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengabarkan bahwa kebodohan adalah penyakit dan obatnya adalah bertanya. [Ad-Daa' wad Dawaa', hal.5-6. Daar 'Aalimil Fawaaid lin-Nasyr wat Tauzii']

Faedah yang bisa diambil :

1. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mensifati bahwa kebodohan adalah penyakit dan obatnya adalah bertanya

2. Para ulama adalah dokter penyakit hati dan dokter bagi penyakit kebodohan

3. Sahabat Nabi yang terluka kepalanya meminta fatwa kepada sahabat-sahabatnya yang juga tidak tahu tentang bolehnya bertayamum karena ada udzur. Karena sebab kebodohan, mereka berfatwa tanpa ilmu, akhirnya sesat dan menyesatkan

4. Nabi mengatakan kepada orang-orang yang berfatwa tanpa ilmu itu bahwa mereka telah membunuh sahabatnya, padahal mereka sebenarnya hanya berfatwa, namun karena fatwa tersebut salah dan menyebabkan sahabatnya meninggal, maka hakikatnya mereka telah membunuhnya. Itulah sebabnya Nabi mengatakan bahwa mereka telah membunuhnya

5. Bahayanya berfatwa tanpa ilmu

6. Berfatwa tanpa ilmu mudharatnya bisa membahayakan orang yang berfatwa dan bisa membahayakan orang yang menerima fatwa

7. Jika ada yang bertanya tentang perkara agama dan seseorang tidak tahu tentang jawabannya maka hendaklah dia mengatakan tidak tahu atau wallahu a'lam

8. Para ulama adalah dokter bagi umat Islam, obat bagi kebodohan serta penawar bagi kerancuan dalam beragama

9. Pentingnya bertanya kepada para ulama dan tercelanya mencukupkan diri pada kemampuan diri sendiri seperti kisah hadits habbatus sauda' yang pernah kita bawakan. Asy-Syaikh Sholeh Fauzan mengatakan : 

يذكر أن رجلا طالع صحيح البخاري وهو أصح"
 كتاب بعد القرآن الكريم فجاء على حديث : " الحبة السوداء شفاء من كل داء " ، فقرأها : " الحية السوداء " بالياء ، فذهب وبحث عن حية سوداء، ثم قتلها وأكلها فمات من أثر السم ، فلو سأل عالما ! عن
..هذه اللفظة وتأكد منها لسلم
فمجرد المطالعة من دون الرجوع إلى أهل
..العلم، مضرة عظيمة على اﻹنسان وعلى غيره
"فانظر كم أهلك المتعالمون !! ، من الناس
[ طرق تعلم العلم : صفحة - ١٠ ]

"Disebutkan bahwasanya ada seorang laki-laki membaca Shohih al-Bukhari yaitu kitab yang paling shohih setelah al-Qur'an yang mulia, maka dia membaca hadits : "Habbatus Sauda' (jinten hitam) obat segala penyakit", tapi dia membacanya : "Hayyatus Sauda' (ular hitam)" dengan huruf ya', maka diapun pergi dan mencari ular hitam, kemudian dia membunuhnya dan memakannya maka diapun mati disebabkan karena pengaruh racun ular tersebut, seandainya dia bertanya kepada orang yang berilmu tentang makna kata tersebut dan memastikannya, niscaya dia akan terlepas dari bahaya. Adapun semata-mata menelaah tanpa kembali (merujuk) kepada ahli ilmu, maka mudhorot yang besar akan menimpa orang tersebut dan juga orang lain.

Maka lihatlah berapa banyak orang-orang yang menampakkan keilmuan!!, telah membinasakan sebagian manusia." [Thuruqu Ta'allumil 'Ilmi : hal. 10] (Sumber : Dikutip dan diterjemahkan secara bebas dari grup WA para Asatidzah Musafir Ilmu)

10. Pentingnya menuntut ilmu agama

11. Pentingnya bertanya kepada ahlinya

Semoga tulisan ini bermanfaat.

***

Dompu, 19 Jumadil Awwal 1442 H / 4 Januari 2021

Penulis : Abu Dawud ad-Dombuwiyy

Artikel : Meciangi-d.blogspot.com 


Related Posts: