UCAPAN IMAM ASY-SYAFI'I



Berkata Imam Asy-Syafi'i rahimahullah :

أصبر على مر الجفا من معلم
فإن رسوب العلم في نفراته
ومن لم يذق مر التعلم ساعة
تجرع ذل الجهل طول حياته
ومن فاته التعليم وقت الشبابه
فكبر عليه اربعا لوفاته
وذات الفتى -والله- بالعلم والتقى
إذا لم يكونا لا اعتبار لذاته

[ديوان الشافعي، ص ؛ ٥٩]

"Bersabarlah atas sifat kasar seorang guru, karena gagalnya mempelajari ilmu karena memusuhinya. Barangsiapa belum merasakan pahitnya belajar walau sesaat, dia akan merasakan hinanya kebodohan sepanjang hidupnya. Barangsiapa yang luput mempelajari ilmu dimasa mudanya. Maka bertakbirlah sebanyak empat kali atas kematiannya. Demi Allah hakekat seorang pemuda adalah dengan ilmu dan takwa. Bila keduanya tidak ada maka dirinya tidak dianggap". [Diwan Asy-Syaafi'i, hal.59]

Imam Asy-Syafi'i rahimahullah juga mengatakan :

.أخي لن تنال العلم إلا بستة سأنبيك عن تفاصيلها ببيان : ذكاء، وحرص، واجتهاد، وبلغة، وصحبة أستاذ، وطول زمان

[ديوان الشافعي، ص :١١٦]

"Saudaraku, engkau tidak akan mendapatkan ilmu kecuali dengan enam perkara yang akan saya ceritakan dengan jelas perinciannya : (1) kecerdasan, (2) semangat, (3) sungguh-sungguh, (4) kecukupan (harta), (5) dengan bimbingan guru, (6) lama waktunya."

[Diwan Asy-Syafi'i, hal.116]

Semoga bermanfaat.

Related Posts:

ADAB SEBELUM ILMU



Adab dan akhlak sangat penting peranannya bagi penuntut ilmu, bahkan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam diutus oleh Allah Ta'ala dalam rangka menyempurnakan adab dan akhlak. Dan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam sendiri adalah orang yang paling mulia adab dan akhlaknya, hingga Allah menceritakanpp6
 didalam kitab-Nya yang mulia :

«وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍۢ»

Artinya : "Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung". (QS. Al-Qolam : 4)

Karena Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memiliki akhlak yang terpuji, maka tidak heran para sahabat sebagai orang yang hidup bersama Nabi juga memiliki adab dan akhlak yang mulia. Demikian juga dengan para ulama yang datang setelahnya dan setelahnya. Karena itu sebagai penuntut ilmu syar'i, hendaknya kita mengikuti salaf bukan hanya dalam permaslahan aqidah, manhaj dan lain sebagainya tapi juga mengikuti mereka dalam masalah adab dan akhlak. Dan adab itu ada tiga, adab kepada Allah, adab kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, dan adab kepada makhluk,. Adab kepada makhluk mencakup adab kepada para sahabat, adab kepada orang-orang yang berilmu, adab kepada guru-guru yang mengajarkan ilmu, adab kepada orang tua, karib kerabat, sanak saudara, adab kepada teman sejawat dan lain sebagainya. Dan adab yang kita maksud pada pembahasan ini adalah adab terhadap makhluk, termasuk didalamnya adab dalam menuntut ilmu, karena akan terkait dengan orang-orang yang berilmu dan yang mempelajari ilmu. Karena itu para salaf jauh-jauh hari telah mengingatkan kita tentang adab ini sebagaimana dalam atsar-atsar berikut :

وقال حبيب بن الشهيد لابنه : ((يا بني! اصحب الفقهاء والعلماء، وتعلم منهم، وخذ من أدبهم ؛ فإن ذلك أحب إلي من كثير من
.((الحديث

.((وقال بعضهم لابنه : ((يا بني! لأن تعلم بابا من الأدب أحب إلي من أن تتعلم سبعين بابا من العلم

.((وقال مخلد بن الحسين لابن المبارك : ((نحن إلى كثير من الأدب أحوج منا إلى كثير من الحديث

[تذكرة السامع والمتكلم في أدب العلم والمتعلم، ص : ٣٢. دار البشائر الإسلامية]

Berkata Habib bin Syahid kepada anaknya : ((Wahai anakku! Bertemanlah dengan ahli fikih dan para ulama, belajarlah dari mereka dan ambillah adab dari mereka, karena hal itu lebih aku cintai daripada banyak menguasai hadits))

Berkata sebagian mereka -para ulama- kepada anaknya : ((Wahai anak-ku! Pelajajarilah satu bab dari adab itu lebih aku cintai daripada engkau mempelajari 70 bab dari ilmu))

Berkata Makhlad bin Al-Husain kepada Ibnul Mubarok : ((Kami pada memperbanyak adab lebih kami butuhkan daripada banyak menguasai hadits)). [Tadzkiratus Saami' wal Mutakallim fii Adabil 'Aalim wal Muta'allim, hal.32. Daarul Basyaa'ir al-Islamiyyah]

Dalam kitab yang lain, berkata Hammad bin Ibrahim penulis kitab An-Nubadz fii Adaab Tholabil 'Ilmi mengutip ucapan para ulama salaf :

.((قال ابن وهب : ((ما نقلنا من أدب مالك، أكثر مما تعلمنا من علمه

.وحاجة طالب العلم للأدب قبل الشروع في الطلب مهمة جدا، لذلك استفاضت وصايا الأئمة في الأمر بذلك

.((فهذا الإمام مالك - رحمه الله - قال لفتى من قريش : ((يا ابن أخي ؛ تعلم الأدب قبل أن تتعلم العلم

.((وقال يوسف بن الحسين : ((بالأدب تفهم العلم

.((وقال أبو عبد الله البلخي : ((أدب العلم أكثر من العلم

وهذا الليث بن سعد لما أشرف على أصحاب الحديث فرأى منهم شيئا، فقال : ((ما هذا؟! أنتم إلى يسير من الأدب أحوج منكم إلى
.((!كثير من العلم

[النبذ في آداب طلب العلم، ص : ٨. الدار الأثرية]

Berkata Ibnu Wahab : ((Apa yang kami nukil dari adabnya (Imam) Malik, lebih banyak daripada ilmunya)).

Dan kebutuhan penuntut ilmu terhadap adab sebelum mulai menuntut ilmu sangat penting sekali, untuk itulah para ulama mengulas/menulis wasiat-wasiat dalam memerintahkan hal itu.

Maka ini yaitu Imam Malik -rahimahullah- telah berkata kepada seorang pemuda dari Quraisy : ((Wahai anak saudaraku, pelajarilah adab sebelum engkau mempelajari ilmu))

Berkata Yusuf bin Husain : ((Dengan adab engkau akan memahami ilmu)).

Berkata Abu Abdillah Al-Balkhi : ((Adab suatu ilmu lebih banyak dari ilmu itu sendiri)).

Dan ini yaitu Laits bin Sa'ad tatkala ia memperhatikan para ahli hadits maka ia melihat dari mereka sesuatu (yaitu kurangnya adab mereka), maka ia berkata : ((Apa ini?! Kalian dalam hal sedikit menguasai adab lebih kalian butuhkan daripada banyak menguasai ilmu)) [An-Nubadz fii Adaab Tholabil 'Ilmi, hal.8. Cet. Ad-Daarul Atsariyyah]

Semoga bermanfaat.


Related Posts:

CINTA DAN BENCILAH TAPI JANGAN BERLEBIHAN


عن علي بن أبي طالب رضي الله عنه أنه قال : ((أحبب حبيبك هونا ما ؛ عسى أن يكون بغيضك يوما ما ؛ وأبغض بغيضك هونا ما ؛ عسى أن يكون
.((حبيبك يوما ما

رواه البخاري في (الأدب المفرد) ؛ وله طرق عدة
.يصيح بها عن علي رضي الله عنه

الغرر من موقوف الأثر للشيخ صالح بن عبد الله]
.[بن حمد العصيمي، ص : ٧

Dari Ali bin Abi Tholib radhiyallahu 'anhu bahwasanya beliau mengatakan : ((Cintailah orang yang kamu cintai sedang-sedang saja ; bisa jadi orang yang kamu cintai sekarang suatu saat nanti menjadi orang yang kamu benci ; bencilah orang yang kamu benci sendang-sedang saja ; bisa jadi orang yang kamu benci sekarang suatu saat nanti menjadi orang yang kamu cintai)).

Diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dalam kitab (Al-Adabul Mufrod) ; atsar ini memiliki beberapa jalan yang shohih ia dengannya dari Ali bin Abi Tholib radhiyallahu 'anhu. [Al-Ghuror min Mauquufil Atsar, karya Asy-Syaikh Sholih bin Abdillah bin Muhammad al-'Ushaimiy, hal : 7]

Faedah dari atsar diatas :

1. Cintailah orang yang anda cintai seperti teman-teman anda, karib kerabat anda, ustadz-ustadz yang mengajarkan ilmu, anak-anak, bahkan orang tua, istri maupun suami anda dengan cinta yang sedang-sedang saja, jangan berlebihan. Karena bisa jadi suatu saat anda akan membencinya, karena Allah adalah Dzat Yang Maha membolak-balikkan hati.

2. Bencilah orang yang anda benci sekedarnya saja jangan berlebihan, karena bisa jadi orang yang anda benci sekarang suatu saat nanti menjadi orang yang paling anda cintai. 

3. Segala sesuatu yang sifatnya ghuluw (berlebih-lebihan), maka itu tidak baik dilakukan, lebih-lebih dalam urusan agama sebagaimana firman Allah kepada yahudi dan nashara dan termasuk juga kepada kita secara umum :

يَـٰٓأَهْلَ ٱلْكِتَـٰبِ لَا تَغْلُوا۟ فِى دِينِكُمْ وَلَا تَقُولُوا۟ عَلَى ٱللَّهِ»
«إِلَّا ٱلْحَقَّ ۚ 

Artinya : "Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu ghuluw (melampaui batas) dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar." (QS. An-Nisa : 171)

4. Segala sesuatu yang sifatnya pertengahan, pasti didalamnya ada kebaikan, karena itulah Allah menyebut umat Islam sebagai umat yang pertengahan. Allah Ta'ala berfirman :

وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَـٰكُمْ أُمَّةًۭ وَسَطًۭا لِّتَكُونُوا۟ شُهَدَآءَ عَلَى ٱلنَّاسِ»
«وَيَكُونَ ٱلرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًۭا ۗ 

Artinya : "Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang pertengahan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu". (QS. Al-Baqaroh : 143)

5. Jika ingin cinta dan benci anda tidak keluar dari koridor syariat, maka cintailah sesuatu karena Allah dan bencilah sesuatu karena Allah, sebab itu merupakan bentuk keimanan. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : 

من أحب لله، وأبغض لله، وأعطى لله، ومنع لله))
.((فقد استكمل الإيمان

((Barangsiapa yang mencintai karena Allah, membenci karena Allah, memberi karena Allah, dan tidak memberi karena Allah : maka sungguh ia telah menyempurnakan imannya)). [At-Taudhiihu wal Bayaan lisy-Syajaratil Iimaan, hal : 18. Maktabah Abdul Mushawwir]

Semoga bermanfaat.

Related Posts:

PELAKU DOSA BESAR TIDAK KAFIR

Bismillah. Alhamdulillahi Rabbil 'aalamiin. Wa shallallahu 'ala Nabiyyina Muhammadin wa 'ala aalihi wa shahbihi ajma'iin. Wa ba'du.

Berbicara tentang pelaku dosa besar, menurut ahlus sunnah pelaku dosa besar tidak kafir, tapi menurut khawarij mereka kafir. Akibat keyakinan ini mereka-pun beranggapan bahwa mereka bisa dibunuh. Waliyaadzubillah

Berkata Asy-Syaikh Sholeh Fauzan bin Abdillah al-Fauzan dalam syarah Ba'dhu Fawaaid Suuratil Faatihah :

الخوارج هم الذين خرجوا على ولاة المسلمين وكفروهم، وهم يعتمدون على نصوص الوعيد، ويكفرون بالكبائر التي دون الشرك، ويقولون : من مات عليها فهو مخلد في النار.

[بعض فوائد سورة الفاتحة، ص : ٢٣.دار الإمام أحمد]

"Al-Khawarij yaitu orang-orang yang keluar dari ketaatan pada pemimpin kaum muslimin dan mengkafirkan mereka, dan mereka bersandar pada nash-nash ancaman, dan mereka mengkafirkan pelaku dosa besar yang dibawah tingkatan syirik, mereka mengatakan : barangsiapa yang mati diatas dosa besar maka dia kekal di neraka." [Ba'dhu Fawaaid Suuratil Faatihah, hal.23. Cet.Daar Al-Imaam Ahmad]

Pendapat diatas tidak benar. Allah Ta'ala berfirman :

((وَإِن طَآئِفَتَانِ مِنَ ٱلْمُؤْمِنِينَ ٱقْتَتَلُوا۟ فَأَصْلِحُوا۟ بَيْنَهُمَا))

Artinya : "Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya!" (QS. Al-Hujurat : 9)

Berkata Ibnu Katsir mengenai ayat diatas :

يقول تعالى آمرا بالإصلاح بين الفئتين الباغين بعضهم على بعض : «وَإِن طَآئِفَتَانِ مِنَ ٱلْمُؤْمِنِينَ ٱقْتَتَلُوا۟ فَأَصْلِحُوا۟ بَيْنَهُمَا» فسماهم  مؤمنين مع اقتتال بهذا استدل  البخاري وغيره على أنه لا يخرج من الإيمان بالمعصية وإن عظمت، لا كما يقول الخوارج ومن تابعهم من المعتزلة ونحوه...

[تفسير ابن كثير، ٤\١٨٠. دار الكتب العلمية]

"Allah Ta'ala berfirman memerintahkan untuk mendamaikan dua kelompok yang melampaui batas sebagian mereka atas sebagian lainnya (yang artinya): «Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya!», Allah namakan mereka orang-orang mu'min meskipun (mereka) saling berperang, ini merupakan pendalilan Al-Bukhari dan selainya bahwasanya hal itu tidak mengeluarkan dari keimanan dengan sebab suatu maksiat walaupun maksiat itu besar, tidak seperti ucapan Khawarij dan orang-orang yang mengikuti mereka seperti Mu'tazilah dan yang semisal dengan mereka..."' [Tafsiir Ibni Katsiir, 4/180. Cet.Daarul Kutub Al-'Ilmiyyah]

Allah Ta'ala juga berfirman :

«فَمَنْ عُفِىَ لَهُۥ مِنْ أَخِيهِ شَىْءٌۭ»

Artinya : "Maka barangsiapa yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya"(Al-Baqaroh : 178)

Berkata Ibnu Katsir dalam mentafsirkan ayat diatas :

وقوله : «فَمَنْ عُفِىَ لَهُۥ مِنْ أَخِيهِ شَىْءٌۭ فاتِّبَاعٌۢ بِٱلْمَعْرُوفِ وَأَدَآءٌ إِلَيْهِ بِإِحْسَـٰنٍۢ ۗ» فالعفو أن يقبل الدية في العمد، وكذا روي عن أبي العالية وأبي الشعثاء ومجاهد وسعيد بن جبير وعطاء والحسن وقتادة ومقاتل بن حيان وقال الضحاك عن ابن عباس : «فَمَنْ عُفِىَ لَهُۥ مِنْ أَخِيهِ شَىْءٌۭ» يعني : فمن ترك له من أخيه شيء يعني أخذ الدية بعد استحقاق الدم، و ذلك العفو.

[تفسير ابن كثير، ١\١٩٣ دار الكتب العلمية]

"Allah berfirman (yang artinya) : «Maka barangsiapa yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya, hendaklah (yang memaafkan) mengikuti dengan cara yang baik» dan bentuk pemaafannya yaitu bersedia menerima diyat untuk kasus pembunuhan yang disengaja, seperti itu juga yang diriwayatkan dari Abu Aliyah, Abu Sya'tsa', Mujahid, Sa'id bin Jubair, 'Atha', Al-Hasan dan Qotadah bin Hayyan dan berkata Adh-Dhohak dari Ibnu Abbas «Maka barangsiapa yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya» yaitu : Barangsiapa yang melepaskan suatu (yaitu qishoh) untuk saudaranya, maksudnya yaitu (hendaklah) dia mengambil diyat setelah denda tersebut pantas. Dan itulah bentuk pemaafan" [Tafsiir Ibni Katsir, 1/193. Cet.Daarul Kutub Al-'Ilmiyyah]

Dari penjelasan diatas maka pelaku dosa besar tidak kafir meskipun dia berbuat dosa besar seperti membunuh, akan tetapi dia tetap disifati sebagai muslim dan disifati sebagai saudara bagi keluarga orang yang terbunuh. Tidaklah dikatakan saudara melainkan sesama muslim, tidak mungkin ada persaudaraan dengan orang-orang kafir, karena hal itu bertentangan dengan aqidah al-wala wal bara dan ini mustahil. Dalam sebuah hadits riwayat Imam Tirmidzi, dan beliau menghasankannya :

عن أنس رضي الله عنه سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول : ((قال الله تعالى ؛ يا ابن آدم، لو أتيتني بقراب الأرض خطايا
.((ثم لقيتني لا تشرك بي شيئا لأتيتك بقرابها مغفرة
فتح المجيد شرح كتاب التوحيد، ص ٤٨-٤٩. دار]
[السلام

Dari Anas radhiyallahu 'anhu (berkata) aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : ((Allah Ta'ala berfirman ; "Wahai anak Adam, seandainya engkau datang kepada-Ku (meninggal dunia) dengan membawa sepenuh bumi dosa, kemudian engkau berjumpa dengan-Ku dalam keadaan tidak menyekutukan-Ku dengan sesuatu apapun, maka sungguh Aku akan mendatangimu dengan sepenuh bumi ampunan")). [Fathul Majiid Syarh Kitaabit Tauhiid, hal. 48-49. Cet. Daarus Salaam]

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda dalam hadits yang lain:

وللترمذي أيضا وحسنه وصححه الذهبي: "يصاح برجل من أمتي على رءوس الخلائق يوم القيامة فينشر له تسع وتسعون سجلاً كل سجل منها مد البصر، ثم يقال أتنكر من هذا شيئا؟ فيقول: لا يا رب فيقال: ألك عذر أو حسنة؟ فيهاب الرجل فيقول: لا يا رب، فيقال: بلى إن لك عندنا حسنة، وأنه لا ظلم عليك، فيخرج له بطاقة فيها: أشهد أن لا إله إلا الله وأن محمدًا عبده ورسوله فيقول: يا رب ما هذه البطاقة مع هذه السجلات؟ فيقال: إنك لا تظلم، فتوضع السجلات في كفة والبطاقة في كفة, فطاشت السجلات وثقلت
 [البطاقة. [الشرح الميسر لكتاب التوحيد للإمام الشيخ محمد بن عبد الوهاب -رحمه الله- إعداد عبد الله القاسم، ص : ٣٦

Dari Imam Tirmidzi dan dia menghasankannya dan Imam Adz-Dzahabi menshohihkannya : "Ada seseorang yang terpilih dari umatku pada hari kiamat dari kebanyakan orang ketika itu, lalu dibentangkan kartu catatan amalnya yang berjumlah 99 kartu. Setiap kartu jika dibentangkan sejauh mata memandang. Kemudian Allah menanyakan padanya, “Apakah engkau mengingkari sedikit pun dari catatanmu ini?” Ia menjawab, “Tidak sama sekali wahai Rabbku.” Allah bertanya lagi, “Apakah kamu memiliki udzur atau kebaikan di sisimu?” Dipanggillah laki-laki tersebut dan ia berkata, “Tidak sama sekali wahai Rabbku.” Allah pun berfirman, “Sesungguhnya ada kebaikanmu yang masih kami catat. Dan sungguh tidak akan ada kezaliman atasmu pada hari ini.” Lantas dikeluarkanlah satu bitoqoh (kartu) yang bertuliskan syahadat 'laa ilaha illallah wa anna muhammadan ‘abduhu wa rasuuluh'. Lalu ia bertanya, “Apa (manfaat) kartu ini yang bersama dengan catatan-catatanku yang penuh dosa tadi?” Allah berkata padanya, “Sesungguhnya engkau tidak didzalimi.” Lantas diletakkanlah kartu-kartu dosa di salah satu daun timbangan dan kartu laa ilaha illallah di daun timbangan lainnya. Ternyata daun timbangan penuh dosa tersebut terkalahkan dengan beratnya kartu bertulis laa ilaha illalah tadi." [Syarhul Muyassar Liktaabit Tauhiid lil Imaami Asy-Syaikh Muhammad bin 'Abdil Wahhaab penyusun 'Abdullah Al-Qaasim]

Pada hadits-hadits diatas, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menyebutkan tentang seorang laki-laki yang tidak memiliki satu kebaikan-pun kecuali tauhidnya. Berarti dia melakukan banyak dosa, hingga disebutkan didalam hadits dosanya sampai 99 gulungan, satu catatan sejauh mata memandang, berarti orang ini adalah pelaku dosa besar, tapi Allah ampuni seluruh dosanya karena kemurnian tauhidnya.

Itulah realita bahwa apapun dosa yang seorang hamba lakukan, selama bukan dosa syirik dan dia mati dalam keadaan tidak membawa dosa syirik, maka dosa-dosanya akan Allah ampuni jika Allah menghendaki, namun jika tidak, dia akan di adzab di dalam neraka karena dosa-dosanya tapi dia tidak kekal. Suatu saat nanti, dia akan dikeluarkan dari neraka dan dimasukkan kedalam surga.  Semoga yang sedikit ini bermanfaat. Baarakallahu fiikum.

Related Posts:

AL-KALIMAAT (KATA)


Bismillah. Alhamdulillahi Rabbil 'aalamiin. Wa shallallahu 'ala Nabiyyina Muhammadin shallallahu 'alaihi wa sallam. Wa ba'du.

Setelah kita membahas tentang apa itu Al-Kalaam maka pada kesempatan kali ini kita akan membahas tentang Al-Kalimaat (Kata).

Al-Kalimaat atau kalimat, dalam bahasa Indonesia disebut kata. Sedangkan Al-Kalaam dalam bahasa Indonesia disebut kalimat.

Berkata Ustadz Zakariya Eceng :

الكلمة هي لفظ له معنى. مثل : مدرسة، دفتر، مريم
[الميسر في علم النحو، ص : ١. دار ابن أزكى]

"Al-Kalimaat (kata) adalah lafadz yang memiliki makna. Contoh : Madrosatun (sekolah), daftarun (buku tulis), mirsamun (alat gambar)." [Al-Muyassar fii 'Ilmin Nahwi, hal.1. Cet. Ibnu Azka]

Dari pengertian diatas maka Al-Kalimaat (kata) merupakan lafadz yang memiliki makna tapi dia belum sempurna sebagaimana Al-Kalaam.

Berkata Al-'Allaamah Syamsuddin Muhammad bin Muhammad ar-Ra'aini al-Maakki :

والكلمة قول مفرد. وهي : اسم، فعل، وحرف جاء لمعنى
[متممة الجرومية في علم العربية، ص : ٢]

"Al-Kalimaat (kata) adalah lafadz yang mufrod (tunggal/bukan jumlah). Dan dia bisa berupa isim, fiil atau huruf yang memiliki makna." [Mutammimah al-Juruumiyyah fii 'Ilmil 'Arabiyyah, hal.2]

Dengan demikian Al-Kalimaat dalam bahasa Indonesia disebut sebagai kata. Sedangkan Al-Kalaam dalam bahasa Indonesia disebut kalimat sempurna atau disebut juga al-Jumlatul al-Mufiidah.

Faedah yang dapat diambil :

1. Al-Kalimaat  dalam bahasa Indonesia disebut dengan kata, yaitu  lafadz yang memiliki makna 

2. Al-Kalimaat (kata), meskipun dia merupakan lafadz yang memiliki makna namun maknanya belum sempurna

3. Al-Kalimaat (kata) merupakan lafadz yang mufrod (tunggal/bukan jumlah)

4. Contoh Al-Kalimaat (kata) adalah : madrosatun (sekolah), daftarun (buku tulis), mirsamun (alat gambar) dan masih banyak lagi contoh-contoh yang lain.

5. Termasuk Al-Kalimaat (kata) adalah Isim (kata benda), fiil (kata kata kerja) dan huruf.

6. Perbedan antara Al-Kalaam dengan Al-Kalimaat. Al-Kalaam adalah susunan yang memiliki makna yang sempurna atau dalam bahasa Indonesia disebut sebagai kalimat, sedangkan al-Kalimaat yaitu lafadz yang memiliki makna atau dalam bahasa Indonesia disebut kata.

Semoga bermanfaat.

Related Posts:

TINGGINYA DERAJAT ORANG-ORANG YANG BERILMU


Orang-orang yang ikhlas dalam menuntut ilmu adalah orang-orang yang beruntung, meskipun mereka bukan para ulama, tapi Allah akan mengangkat derajat mereka ketika mereka benar-bebar ikhlas dalam menuntut ilmu. Allah Ta'ala berfirman :

يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا۟ فِى ٱلْمَجَـٰلِسِ فَٱفْسَحُوا۟ يَفْسَحِ ٱللَّهُ لَكُمْ ۖ وَإِذَا قِيلَ ٱنشُزُوا۟ فَٱنشُزُوا۟ يَرْفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مِنكُمْ»
 «وَٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْعِلْمَ دَرَجَـٰتٍۢ ۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌۭ

Artinya : "Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (Al-Mujadilah : 11)

Allah Ta'ala juga berfirman :

«شَهِدَ ٱللَّهُ أَنَّهُۥ لَآ إِلَـٰهَ إِلَّا هُوَ وَٱلْمَلَـٰٓئِكَةُ وَأُو۟لُوا۟ ٱلْعِلْمِ قَآئِمًۢا بِٱلْقِسْطِ ۚ لَآ إِلَـٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلْعَزِيزُ ٱلْحَكِيمُ»

Artinya : "Allah bersaksi bahwasanya tidak ada sesembahan yang benar melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (Ali Imran : 18)

Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan dalam tafsirnya :

ثم قرن شهادة ملائكته وأولي العلم بشهادته، فقال «شَهِدَ ٱللَّهُ أَنَّهُۥ لَآ إِلَـٰهَ إِلَّا هُوَ وَٱلْمَلَـٰٓئِكَةُ وَأُو۟لُوا۟ ٱلْعِلْمِ» وهذه خصوصية عظيمة..."
"...للعلماء في هذا المقام
[تفسير ابن كثير، ١\٣٢١. دار الكتب العلمية]

"...Kemudian Allah menggandeng persaksian para malaikat-Nya dan persaksian orang-orang yang berilmu dengan persaksian-Nya sendiri, Dia berfirman : «Allah bersaksi bahwasanya tidak ada sesembahan yang benar  melainkan Dia, dan para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu)», dan ini adalah kekhususan yang agung (besar) bagi para ulama pada martabat ini..." [Tafsir Ibnu Katsir, 1/321. Cet.Daarul Kutub al-'Ilmiyyah]

Karena itu teruslah menuntut ilmu meskipun jauhnya jarak dan tempat ; karena orang-orang yang beruntung diakhir zaman ini adalah mereka yang bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu dan mengikhlaskan niatnya karena Allah Ta'ala, dan mereka inilah yang akan mendapatkan derajat tinggi disisi Allah Ta'ala di dunia dan di akhirat.

Related Posts:

ANALISIS PENGARUH HARMONIK PADA SISTEM TENAGA LISTRIK



Bismillah, ahlamdulillahi Rabbil 'aalamiin, wa shallallahu 'ala Nabiyyina Muhammadin wa 'ala aalihi wa shahbihi ajma'in, wa ba'du.

Segala puji bagi Allah 'Azza wa Jalla yang telah menyempurnakan tulisan ini menjadi sebuah buku, yang kami persembahkan secara khusus kepada seluruh mahasiswa jurusan Teknik Elektro.

Buku ini akan membahas tentang permasalahan harmonik pada sistem 3 phasa. Permasalahan harmonik  merupakan permasalahan yang terkait dengan keseimbangan beban atau terkait dengan kualitas daya pada sistem tenaga listrik. Tema harmonik ini sangat menarik dan begitu banyak diminati oleh para mahasiswa, khususnya mahasiswa S2 dan S3 jurusan Teknik Elektro.

Permasalahan yang dihadapi oleh para mahasiswa adalah minimnya buku-buku referensi berbahasa indonesia yang membahas secara tuntas tentang harmonik. Jikapun ada buku-buku yang berbahasa asing, kesulitannya adalah materi harmonik ini merupakan materi yang cukup rumit dan kompleks. Secara reguler pun hanya didapatkan pada mata kuliah pilihan seperti Elektronika Daya, dengan durasi pembelajaran antara satu atau dua kali pertemuan saja. Dengan adanya kendala-kendala tersebut, maka wajar hal ini akan menyulitkan para mahasiswa.

Karena itu, untuk memudahkan para mahasiswa, buku ini-pun kami hadirkan dengan metode pembahasan yang lengkap dan mudah difahami. Mulai dari evaluasi persamaan matematis harmonik yang lengkap, teori harmonik pada sistem tenaga, perhitungan distorsi arus dan tegangan harmonik, perhitungan faktor daya distorsi, perhitungan beban tidak seimbang dan yang terpenting adalah perhitungan pergeseran diagram fasor arus dan tegangan per phasa serta perhitungan arus hubung singkat pada PCC (Point of Common Coupling). Untuk perhitungan pergeseran diagram fasor 3 phasa secara mendetail per phasanya, ini jarang dibahas dalam buku-buku yang membahas tentang harmonik, padahal perhitungan ini sangat dibutuhkan ketika terjadi kerusakan pada salah satu elemen dari alat ukur ; seperti kerusakan pada tang ampere atau lainnya. Kedua yaitu perhitungan arus hubung singkat pada PCC (Point of Common Coupling). Perhitungan ini sangat penting karena terkait dengan batasan-batasan yang dipersyaratkan oleh Institute of Electrical and Elecronic Engineers (IEEE) untuk sistem kelistrikan yang terdistorsi harmonik. Bagi setiap penelitian yang mengangkat tema harmonik pada sistem tenaga listrik, wajib mengetahui berapa besarnya arus hubung singkat pada PCC (Point of Common Coupling). Untuk mengetahui besarnya arus hubung singkat pada PCC (Point of Common Coupling) dapat dilakukan dengan dua cara, pertama dengan menggunakan data arus hubung singkat milik PT.PLN Persero setempat, kedua dengan melakukan perhitungan secara matematis. Apabila pihak PT.PLN Persero setempat tidak bisa memberikan data arus hubung singkat pada PCC (Point of Common Coupling) karena alasan tertentu, maka wajib menempuh cara kedua yaitu melakukan perhitungan pendekatan dengan persamaan matematis.

Institute of Electrical and Elecronic Engineers (IEEE) menetapkan bahwa arus hubung singkat pada PCC (Point of Common Coupling) akan digunakan untuk menghitung rasio Isc/IL atau rasio arus hubung singkat maksimum pada PCC (Point of Common Coupling) dan arus maksimum pada beban, dan hasil perhitungan Isc/IL tersebut, akan digunakan untuk membandingkan berapa persen distorsi minimum arus dan tegangan yang diijinkan untuk sistem kelistrikan tersebut, jika melebihi standar IEEE, maka sistem kelistrikan tersebut mengalami distorsi harmonik yang membahayakan dan harus segera ditangani dengan serius.

Karena itu buku ini bisa dijadikan sebagai pegangan bagi para mahasiswa Teknik Elektro, khususnya yang sedang melakukan penelitian tentang harmonik. Bahkan buku ini sangat bagus untuk dijadikan sebagai acuan pendukung bagi dosen pengajar di Jurusan Teknik Elektro dalam menjelaskan tentang teori harmonik secara spesifik kepada para mahasiswa.

Kritik dan saran yang membangun sangat penulis butuhkan untuk perbaikan buku ini, sebab tidak ada gading yang tidak retak dan tidak ada tulisan yang tidak memiliki cacat.

Dengan Mengharap wajah Allah semoga tulisan ini bermanfaat untuk seluruh mahasiswa, khususnya mahasiswa jurusan Teknik Elektro, sehingga tulisan ini menjadi amal sholeh bagi penulis di hari kiyamat nanti yaitu hari yang tidak bermanfaat harta dan anak-anak.

Dompu, 12 Juli 2020



Penulis

Untuk link download bukunya = Download

Related Posts:

RIHLAH UNTUK MENUNTUT ILMU














Bismillah, alhamdulillahi Rabbil 'aalamiin, wa shallallahu 'ala nabiyyina Muhammadin wa 'ala aalihi wa shahbihi ajma'iin, wa ba'du.

Berbicara tentang menuntut ilmu, menuntut ilmu harus ada perjuangan dan pengorbanan, diantaranya berjalan untuk mencari sumber-sumber ilmu atau rihlah menuju tempat-tempat tertentu untuk menuntut ilmu. Allah Ta'ala berfirman :

وَمَا كَانَ ٱلْمُؤْمِنُونَ لِيَنفِرُوا۟ كَآفَّةًۭ ۚ فَلَوْلَا نَفَرَ مِن كُلِّ فِرْقَةٍۢ مِّنْهُمْ طَآئِفَةٌۭ لِّيَتَفَقَّهُوا۟ فِى ٱلدِّينِ وَلِيُنذِرُوا۟ قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوٓا۟ إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ»
 «يَحْذَرُونَ

Artinya : "Tidak sepatutnya bagi orang-orang  mukmin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya." (QS. At-Taubah : 122)

Allah mengatakan dalam ayat diatas bahwa tidak sepatutnya bagi orang-orang mu'min itu berangkat semuanya ke medan jihad atau medan pertempuran, tapi harus ada sekelompok dari orang-orang mu'min yang rihlah alias bepergian untuk menuntut ilmu atau memperdalam ilmunya, agar mereka bisa memberi peringatan kepada manusia sekembalinya dari menuntut ilmu, supaya manusia bisa menjaga dirinya dari bid'ah, kesesatan, penyimpangan dan dari adzab Allah. Dan hendaknya ada sekelompok orang-orang yang rihlah untuk menuntut ilmu pada ayat diatas maksudnya adalah para ahli hadits.

Berkata Abdur Rozzaq mengenai makna ayat diatas :

((هم أصحاب الحديث))

"Mereka adalah para ahli hadits." [An-Nubadz fii Aadaab Tholabil 'Ilmi, hal.38. Cet. Ad-Daarul Atsariyyah]

Berkata Ikrimah mengenai firman Allah Ta'ala :

ٱلسَّـٰٓئِحُون» : هم طلب الحديث»

Artinya : "Yang melawat (bepergian)." : Mereka adalah penuntut ilmu hadits. [An-Nubadz fii Aadaab Tholabil 'Ilmi, hal.38. Cet. Ad-Daarul Atsariyyah]

Berkata Ibrahim bin Adham :

((إن الله عز وجل يدفع البلاء عن هذه الأمة برحلة أصحاب الحديث))

"Sesungguhnya Allah 'Azza wa Jalla menolak musibah dari ummat ini karena sebab rihlah nya para ahli hadits." [An-Nubadz fii Aadaab Tholabil 'Ilmi, hal.38. Cet. Ad-Daarul Atsariyyah]

Termasuk juga diantara mereka dalam hal ini adalah para penuntut ilmu secara umum yang berjuang mempelajari dan memperdalam ilmu untuk mengangkat kebodohan yang ada pada dirinya dan orang lain, mengamalkannya serta berniat agar menjaga agama agar tidak sirna.

Karena urgensinya rihlah menuntut ilmu, sampai-sampai nabi Allah yang mulia Musa 'alaihissalam berjalan mencari nabi Khidir 'alaihissalam supaya beliau bisa belajar kepadanya ilmu yang tidak Allah 'Azza wa Jalla ajarkan kepadanya. Allah Ta'ala berfirman tentang perihal Nabi Musa 'alaihissalam :

«قَالَ لَهُۥ مُوسَىٰ هَلْ أَتَّبِعُكَ عَلَىٰٓ أَن تُعَلِّمَنِ مِمَّا عُلِّمْتَ رُشْدًۭا»

Artinya : "Musa berkata kepada Khidhr: "Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?" (QS. Al-Kahfi : 66)

Berkata Al-Haafidz Ibnu Rojab rahimahullah :

،فلو استغنى أحد عن الرحلة في طلب العلم لاستغنى عنه موسى حيث كان أعطاه الله التوراة التي كتب له فيها عن كل شيء))
ومع هذا فلما أخبره الله عن الخضر أن عنده علما يختص به سأل السبيل إلى لقائه ثم سار هو وفتاه اليه)). اھ

((Seandainya seseorang merasa cukup dari rihlah dalam menuntut ilmu, maka sungguh Nabi Musa pasti merasa cukup darinya ketika Allah telah memberinya kitab taurat yang ditulis didalamnya segala sesuatu, namun bersamaan dengan itu tatkala Allah mengabarkan tentang Nabi Khidir dan tentang ilmu yang ada padanya, maka beliau secara khusus bertanya tentang jalan agar bisa berjumpa dengan Khidir, kemudian Nabi Musa berjalan bersama seorang pemuda (Nabi Yusya bin Nun) menuju kepadanya)). [An-Nubadz fii Adaab Tholabil 'Ilmi, hal : 39. Cet. Ad-Daarul Atsariyyah]

Demikian juga sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam rela safar selama berbulan-bulan demi mendapatkan satu hadits. Imam Al-Bukhari menyebutkan dalam kitab shohihnya kisah Jabir bin Abdillah radhiyallahu 'anhu :

"ورحل جابر بن عبد الله مسيرة شهر، الى عبد الله ابن انيس، في حديث واحد"
[صحيح البخاري في باب الخروج في طلب العلم, ٤٠. بيت الافكار الدولية]

"Jabir bin Abdillah rihlah (bepergian untuk menuntut ilmu) dengan jarak perjalanan selama satu bulan menuju 'Abdullah bin Unais untuk mencari satu hadits." [Shahiih Al-Bukhari, hal.40. Bab keluar untuk menuntut ilmu. Cet. Baitul Afkar Ad-Dauliyyah]

Itu Jabir bin Abdillah radhiyallahu 'anhu seorang sahabat yang mulia, rela menempuh perjalanan selama satu bulan untuk mencari satu hadits. Demikian juga sahabaty yang lain. Asy-Syaikh Hammad bin Ibrahim mengatakan :

وقال عبد الله بن مسعود رضي الله عنه : ((والذي لا إله غيره، ما أنزلت سورة من كتاب الله إلا أنا أعلم أين أنزلت، ولا أنزلت آية من كتاب الله إلا وأنا أعلم فيمن أنزلت، ولو أعلم أحدا أعلم مني بكتاب الله تبلغه الإبل لركبت إليه))

.ورحل جابر بن عبد الله رضي الله عنه مسيرة شهر إلى عبد الله بن أنيس في حديث واحد

.وقال سعيد بن المسيب : ((إن كنت لأرحل الأيام والليالي في طلب الحديث الواحد.

"Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu mengatakan : ((Demi yang tidak ada ilah (yang benar) selain Dia, tidaklah diturunkan satu surat didalam kitabullah (Al-Qur'an) kecuali aku yang paling tahu kapan ia diturunkan, dan tidak pula diturunkan satu ayat dari kitabullah kecuali aku yang paling tahu kepada siapa ia diturunkan, seandainya aku tahu ada seseorang yang lebih mengetahui dariku tentang kitabullah, niscaya unta akan mencapainya karena aku akan berangkat kepadanya))

Dan Jabir bin Abdillah rihlah (bepergian untuk menuntut ilmu) dengan jarak perjalanan selama satu bulan menuju 'Abdullah bin Unais untuk mencari satu hadits.

Berkata Sa'id bin Musayyib : ((Dahulu aku berjalan siang dan malam untuk mencari satu hadits)). [An-Nubadz fii Adaab Tholabil 'Ilmi, hal : 39. Cet. Ad-Daarul Atsariyyah]

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

.من سلك طريقا يلتمس فيه علما، سهل الله له به طريقا إلى الجنة
[صحيح مسلم، ٢٦٩٩. ص : ١٠٨٢. بيت الافكار الدولية]

"Barangsiapa yang menempuh suatu jalan dalam rangka mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga." [Shahih Muslim, no.2699. Hal.1082. Pustaka Baitul Afkar Ad-Dauliyyah].

Jalan menuju surga itu memang berat, karena diliputi oleh perkara-perkara yang dibenci oleh jiwa manusia, sedangkan jalan menuju neraka itu mudah dilalui karena selalu diliputi oleh perkara-perkara syahhwat yang disukai. Dalam hadits Imam Muslim : 

عن أنس ابن مالك، قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ((حفت الجنة بالمكاره، وخفت النار بالشهوات)).

"Dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : ((Surga itu diliputi dengan perkara-perkara yang dibenci, dan Neraka itu diliputi dengan perkara-perkara syahwat))." [HR. Muslim, no.2822 (hal.1132). Cet. Baitul Afkar Ad-Dauliyyah]

Dalam hadits riwayat Imam Al-Bukhari :

عن أبي هريرة، أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : ((حجبت النار بالشهوات، وحجبت الجنة بالمكاره)). 

"Dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : ((Neraka itu diliputi dengan perkara-perkara syahwat, dan Surga itu diliputi dengan perkara-perkara yang dibenci))." [HR. Al-Bukhari, no.6487 (hal.1244). Cet. Baitul Afkar Ad-Dauliyyah]

Diantara perkara-perkara yang dibenci oleh jiwa manusia diantaranya menuntut ilmu dengan cara sistematis, belajar mulai dari ilmu-ilmu dasar, lalu meningkat ke kitab-kitab diatasnya dan seterusnya, sehingga untuk belajar seperti ini dibutuhkan rihlah bukan hanya sekedar mencukupkan diri kita dengan menuntut ilmu dikajian tematik yang rata rata jiwa kita menyukainya karena sifatnya hanya menyimak bahkan tanpa mencatat. 

Sebagai penutup, rihlah-lah dalam menuntut ilmu, karena itu termasuk kebiasaan orang-orang sholeh bahkan termasuk kebiasaan dari para Nabi termasuk diantaranya Nabi Musa 'alaihissalam seperti kisah diatas. Rihlah-lah dalam menuntut ilmu, karena hal itu termasuk kebiasaan para sahabat, tabi'in, tabiut tabi'in dan para ulama salaf serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik hingga hari kiyamat. Dan rihlah dalam menuntut ilmu, termasuk tabiatnya orang-orang yang tawadhu, karena orang yang tawadhu adalah mereka yang senantiasa merasa bahwa dirinya kurang ilmu, sehingga kekurangan itu menjadi cambuk baginya untuk terus belajar dan belajar.

Baca juga : Niatmu Untuk Allah Apa Untuk Dunia, Keutamaan Menuntut Ilmu dan Kewajiban Bagi Setiap Muslim dan Muslimah, Pentingnya mempelajari Ilmu Nahwu, Bahaya Belajar Agama Secara Otodidak

***

Dompu - Nusa Tenggara Barat, 20 Dzulqo'dah 1441 H/11 Juli 2020

Penulis : Abu Dawud ad-Dombuwiyy 

Artikel : Meciangi-d.blogspot.com 


Related Posts:

KEUTAMAAN MENUNTUT ILMU


Menuntut ilmu memiliki keutamaan dan dia adalah kewajiban. Diantara sebagian keutamaan menuntut ilmu antara lain :

1. Para shahabat lebih mencintai menuntut ilmu dari pada sholat sunnah seribu rakaat

Berkata ulama besar dari kalangan sahabat yaitu Abu Hurairoh dan Abu Dzar radhiyallahu 'anhuma :

((باب من العلم نتعلمه أحب إلينا من ألف ركعة تطوعا))

"Satu bab dari ilmu yang kami pelajari lebih kami cintai dari pada seribu rakaat sholat sunnah. [An-Nubadzu fii Aadaabi Tholabil 'Ilmi, hal.140]

Berkata ulama tafsir dari kalangan sahabat yaitu Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma :

((تذاكر العلم بعض ليلة أحب إلي من احيائها))

Mengulang-ulang ilmu di sebagian malamnya lebih aku cintai dari pada menghidupkan malam tersebut (dengan sholat sunnah). [An-Nubadzu fii Aadaabi Tholabil 'Ilmi, hal.140]

Berkata Imam As-Syafi'i rahimahullah :

((طلب العلم أفضل من صلاة النافلة))

"Menuntut ilmu lebih utama dari sholat sunnah." [An-Nubadzu fii Aadaabi Tholabil 'Ilmi, hal.141]

Berkata Muthorrif bin Abdillah :

((فضل العلم خير من فضل العبادة، وخير دينكم الورع))

"Keutamaan ilmu lebih baik dari keutamaan ibadah, dan sebaik-baik agama kalian adalah wara'." [An-Nubadzu fii Aadaabi Tholabil 'Ilmi, hal.141]

2. Para Ulama menganggap tidak ada amalan yang lebih utama melainkan menuntut ilmu, bagi orang-orang yang baik niatnya

Berkata Imam Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah :

((لا أعلم شيئا من الأعمال أفضل من طلب العلم - أو الحديث - أمن حسنت نيته))

"Aku tidak pernah mengetahui suatu amalan yang lebih utama dari menuntut ilmu bagi orang yang baik niatnya." [An-Nubadzu fii Aadaabi Tholabil 'Ilmi, hal.141]

3. Menuntut ilmu adalah kewajiban

Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap individu, muslim maupun muslimah. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa wallam bersabda :

((طلب العلم فريضة على كل مسلم))

"Menuntut ilmu wajib bagi setiap muslim." (Sunan Ibnu Majah no.224,hal.39. Pustaka Baitul Afkar Ad-Dauliyyah)

4. Menuntut ilmu  hingga akhir hayat

Berkata Al-Hasan bin Manshur rahimahullah :

.((قلت لأحمد بن حنبل : ((إلى متى يكتب الرجل الحديث؟ قال : حتى يموت

"Aku berkata  kepada Ahmad bin Hambal : ((Sampai kapan seorang laki-laki menulis (mempelajari) hadits?. Berkata Ahmad bin Hambal : "Sampai dia wafat)). [An-Nubadzu fii Aadaabi Tholabil 'Ilmi, hal.350]

5. Belajar ilmu itu nahwu kunci pembuka ilmu

Berkata Imam Asy-Syafi'i :

.((من تبحر في النحو اهتدى إلى جميع العلوم))

"Barangsiapa yang menguasai ilmu nahwu, dia dimudahkan untuk memahami seluruh ilmu". [Syadzaraat Adz-Dzahab, 2/407. Cet. Daar Ibni Katsir].




Related Posts:

ILMU DIDAPATKAN DENGAN KESUNGGUHAN

Bismillah. Alhamdulillahi Rabbil 'aalamiin. Wa shallallahu 'ala Nabiyyina Muhammadin wa 'ala aalihi wa shahbihi ajma'in, wa ba'du.
 
Menuntut ilmu membutuhkan kesungguhan dan kesabaran. Dalam sebagian atsar disebutkan :

.((١. قال عكرمة : ((كان ابن عباس رضي الله عنهما يضع الكبل في رجلي يعلمني القرآن والفرائض

.((٢. وقال يحي بن أبي كثير : ((لا يستطاع طلب العلم براحة الجسد

.((٣. قال الجنيد بن محمد : ((باب كل علم نفيس جليل مفتاحه بذل المجهود

٤. وقال الإمام الشافعي : ((والناس طبقات في العلم، موقعهم من العلم بقدر درجاتهم فيه، فحق على طلبة العلم بلوغ جهدهم في الاستكثار من علمه، والصبر على كل عارض دون طلبه، وإخلاص النية لله في إدراك علمه نصا واستنباطا، والرغبة إلى الله في
.((العون عليه فإنه لا يدرك خير إلا بعونه

٥. وقال الخطيب البغدادي : ((وقد جعل الله العلم وسائل اوليائه، وعصم به من اختاره من اصفيائه ؛ فحقيق على المتوسم به استفراغ المجهود في طلبه

[النبذ في آداب طلب العلم، ص : ١٤٧-١٤٨. الدار الاثرية]

1. Berkata Ikrimah :((Dahulu Ibnu Abbas radhiyallahuma meletakkan rantai di kakiku, ia mengajarkan kepadaku Al-Qur'an dan ilmu waris)).

2. Berkata Yahya bin Abi Katsir : ((Menuntut ilmu itu tidak didapatkan dengan badan yang santai)).

3. Berkata Al-Jubaidi bin Muhammad : ((Bab, setiap ilmu yang berharga lagi mulia kunci (pembuka)nya yaitu mengerahkan kemampuan)).

4. Berkata Imam Asy-Syafi'i : ((Manusia itu memiliki tingkatan-tingkatan di dalam ilmu, kedudukan mereka di dalam ilmu tergantung tingkatan (kesungguhan) mereka didalamnya. Maka kewajiban bagi para penuntut ilmu adalah berusaha semaksimal mungkin dalam memperbanyak ilmu, dan bersabar atas segala yang menghalangi ketika mempelajarinya, dan mengikhlaskan niat untuk Allah dalam mengetahui ilmu-Nya secara nash dan istinbath, dan berharap kepada Allah pertolongan atas ilmu itu, karena sesungguhnya manusia tidak akan mengetahui satu kebaikan-pun kecuali dengan pertolongan-Nya)).

5. Berkata Al-Khathiib Al-Baghdadiy : ((Dan sungguh Allah telah menjadikan ilmu sebagai washilah bagi wali-wali-Nya, dan dengan ilmu itu Dia menjaga orang yang Dia pilih diantara teman karibnya; maka yang patut bagi orang yang mengharapkannya adalah mencurahkan kemampuan dalam mencarinya)) [An-Nubadz fii Adaab Tholabil 'Ilmi, hal.147-148. Cet. Ad-Daarul Atsariyyah]
 
Semoga kita termasuk diantara orang yang bersungguh-sungguh dalam mencari ilmu, karena mereka yang bersungguh-sungguh, dialah yang akan mendapatkan keridhoan dari Allah Ta'ala.

Related Posts: