ORANG-ORANG YANG BERIMAN AKAN MELIHAT ALLAH PADA HARI KIYAMAT














Bismillah. Alhamdulillahi rabbil 'alaamiin. Wa shallallahu 'ala Nabiiyina Muhammadin shallallahu 'alaihi wa sallam. Amma ba'du.

Melihat Allah merupakan kenikmatan yang tertinggi bagi orang-orang yang beriman di surga. Adapun orang-orang kafir mereka akan terhijab dari melihat Allah, dan ini adalah kerugian terbesar bagi mereka nanti pada hari kiyamat.

Namun sebagian kelompok mengklaim seperti tarekat sufiyyah bahwa mereka bisa melihat Allah di dunia dengan dzikir-dzikir tertentu, bahkan mereka mengaku bahwa Allah menyatu dengan makhluk-makhluk-Nya. Betapa batil ucapan-ucapan mereka ini, dan sungguh ucapan-ucapan ini muncul karena sebab kebodohan mereka tentang Allah 'Azza wa Jalla. Dan yang lebih berbahaya lagi adalah mereka telah berbicara tentang Allah tanpa ilmu.

Melihat Allah di dunia jelas merupakan perkara yang sangat mustahil. Adapun melihat Allah pada hari kiamat, adalah perkara yang benar-benar pasti terjadi berdasarkan dalil-dalil yang ada. Dan inilah keyakinan dan aqidah ahlus sunnah wal jama'ah.

Berkata Ibnu Qudamah Al-Maqdisi rahimahullah :

والمؤمنون يرون ربهم في الآخرة بأبصارهم، ويظورونه ويكلمهم ويكلمونه. قال الله تعالى : «وُجُوهٌۭ يَوْمَئِذٍۢ نَّاضِرَةٌ. إِلَىٰ رَبِّهَا
 [نَاظِرَةٌۭ». [القيامة : ٢٢-٢٣

وقال تعالى : «كَلَّآ إِنَّهُمْ عَن رَّبِّهِمْ يَوْمَئِذٍۢ لَّمَحْجُوبُونَ» [المطففين : ١٥

.فلما حجب أولئك في حال السخط، دل على أن المؤمنين يرونه في حال الرضا، وإلا لم يكن بينهما فرق

وقال النبي صلى الله عليه وسلم : ((إنكم ترون ربكم كما ترون هذا القمر لا تضامون في رؤيته)). حديث صحيح متفق عليه

وهذا تشبيه للرؤية بالرؤية لا للمرئي بالمرئي، فإن الله تعالى لا شبيه ولا نظير

"Orang-orang mu'min akan melihat Rabb mereka nanti pada hari akhirat dengan mata-mata mereka, dan mereka akan menziarahi-Allah dan Allah akan berbicara kepada mereka dan merekapun akan berbicara dengan-Nya. Allah Ta'ala berfirman :

«Artinya : Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. Kepada Tuhannyalah mereka melihat». [Al-Qiyaamah : 22-23]

Dan Allah Ta'ala berfirman :

«Artinya : Sekali-kali tidak, sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar tertutup dari (melihat) Tuhan mereka». [Al-Muthoffifiin : 15]

Tatkala orang-orang kafir dihijab (dari melihat Allah) dalam keadaan dimurkai, menunjukkan bahwasanya orang-orang mu'min akan melihat Allah dalam keadaan di ridhoi, dan jika tidak maka tidak ada perbedaan antara keduanya.

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : ((Sesungguhnya kalian akan melihat Rabb kalian sebagaimana kalian melihat bulan purnama ini dan kalian tidak akan berdesak-desakan dalam melihatnya)). Hadits shohih disepakati oleh Bukhari Muslim.

Dan ini (yaitu melihat Allah sebagaimana melihat bulan purnama) adalah penyerupaan melihat dengan melihat bukan penyerupaan dzat dengan dzat, karena sesungguhnya Allah Ta'ala adalah tidak ada yang menyerupai dan sepadan dengan-Nya." [Lum'atul I'tiqood Al-Haadiy ila Sabiilir Rasyaad, hal : 47-48. Cetakan Daarul Aatsaar]

Berkata Asy-Syaikh Muhammad bin Sholih Al-'Utsaimin rahimahullah :

:رؤية الله في الآخرة

ورؤية الله في الدنيا مستحيلة ؛ لقوله تعالى لموسى وقد طلب رؤية الله : «لَن تَرَىٰنِى» [الأعراف : ١٤٢]

ورؤية الله في الآخرة ثابتة بالكتاب والسنة وإجماع السلف.

وقال تعالى : «وُجُوهٌۭ يَوْمَئِذٍۢ نَّاضِرَةٌ. إِلَىٰ رَبِّهَا نَاظِرَةٌۭ» [القيامة : ٢٢-٢٣

وقال : «كَلَّآ إِنَّهُمْ عَن رَّبِّهِمْ يَوْمَئِذٍۢ لَّمَحْجُوبُونَ» [المطففين : ١٥]. فلما حجب الفجار عن رؤيته دل على أن الأبرار يرونه ؛ وإلا لم
.يكن بينهما فرق

وقال النبي صلى الله عليه وسلم : ((إنكم سترون ربكم كما ترون القمر لا تضامون في رؤيته)). متفق عليه ؛ وهذا التشبيه للرؤية
.بالرؤية لا للمرئي بالمرئي ؛ لأن الله ليس كمثله شيء ولا تسبيه له ولا نظير

وأجمع السلف على رؤية المؤمنين لله تعالى دون الكافر بدليل الآية الثانية يرون الله تعالى في عرصات القيامة وبعد دخول الجنة كما يشاء الله تعالى ؛ وهي رؤية حقيقية تليق بالله

وفسرها أهل التعطيل بأن المراد بها رؤية ثواب الله، أو أن المراد بها رؤية العمل واليقين، ونرد عليهم باعتبار التأويل الأول بما سبق في القاعدة الرابعة، وباعتبار التأويل الثاني بذلك، وبوجه رابع : أن العلم واليقين حاصل الأبرار في الدنيا، وسيحصل للفجار في الآخرة

"Melihat Allah di Akhirat : 

Melihat Allah di dunia itu mustahil ; berdasarkan firman Allah kepada Nabi Musa dan sungguh Nabi Musa telah meminta untuk melihat Allah : ((Kamu tidak akan mampu melihat-Ku)) [QS. Al-A'raf : 143] Adapun melihat Allah di akhirat merupakan perkara yang pasti berdasarkan Al-Qur'an dan Sunnah serta kesepakatan salaf.

Allah Ta'ala berfirman (yang artinya) :  ((Wajah-wajah (orang-orang mu'min) pada hari itu berseri-seri. Kepada Tuhannya-lah mereka melihat)) [QS. Al-Qiyaamah : 22-23]

Dan Allah berfirman (yang artinya) : ((Sekali-kali tidak, sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar terhijab dari melihat Rabb mereka)) [QS. Al-Muthoffifiin : 15]. Maka  tatkala dihijab orang-orang fajir dari melihat Allah menunjukkan bahwasannya orang-orang yang berbakti (beriman) akan melihat Allah ; dan jika tidak maka antara keduanya tidak ada perbedaan.

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : ((Sesungguhnya kalian akan melihat Rabb kalian sebagaimana kalian melihat bulan purnama dan kalian tidak akan berdesak-desakan dalam melihat-Nya)). Muttafaqun 'alaihi ; Penyerupaan ini adalah (penyerupaan) melihat dengan melihat bukan penyerupaan dzat dengan dzat, karena sesungguhnya Allah, tidak ada yang serupa dengan-Nya sesuatu apapun, tidak ada yang semisal dengan-Nya dan tidak ada pula yang sepadan (dengan-Nya).

Dan salaf telah bersepakat tentang melihatnya orang-orang yang beriman kepada Allah Ta'ala terkecuali orang-orang kafir dengan dalil ayat yang kedua tentang mereka akan melihat Allah Ta'ala pada saat kekacauan hari kiyamat dan melihat Allah Ta'ala setelah masuk surga sebagaimana yang Allah Ta'ala kehendaki ; dan melihat  (disini) adalah  melihat yang hakiki yang pantas bagi (keagungan dan kebesaran) Allah.

Dan Ahli Ta'thil telah mentafsirkan bahwa yang dimaksud dengan melihat adalah melihat pahala dari Allah, atau melihat amal dan keyakinan, dengan memperhatikan ta'wil yang pertama, kami bantah mereka dengan apa yang telah berlalu dari qoidah yang keempat, dengan memperhatikan ta'wil yang kedua dengan hal itu juga (maksudnya beliau bantah dengan apa yang telah berlalu dari qoidah yang keempat juga) dan dengan sisi yang keempat : bahwasannya ilmu dan keyakinan berlaku untuk orang-orang yang berbakti (beriman) di dunia, dan akan berlaku bagi orang-orang yang fajir di akhirat (orang-orang fajir akan mengilmui, meyakini alias beriman nanti dihari akhirat tentang hal itu). [Lum'atul I'tiqood Al-Haadiy ila Sabiilir Rasyaad, hal : 48. Cetakan Daarul Aatsaar]

Faedah yang bisa diambil :

1. Orang-orang yang beriman, mereka akan melihat Allah nanti pada hari kiyamat berdasarkan firman Allah :

«وُجُوهٌۭ يَوْمَئِذٍۢ نَّاضِرَةٌ ¤ إِلَىٰ رَبِّهَا نَاظِرَةٌۭ»

Artinya : "Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. Kepada Tuhannyalah mereka melihat." (QS. Al-Qiyaamah : 22-23)

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

إنكم سترون ربكم كما ترون القمر لا تضامون في رؤيته)). متفق عليه))

((Sesungguhnya kalian akan melihat Rabb kalian sebagaimana kalian melihat bulan purnama dan kalian tidak akan berdesak-desakan dalam melihat-Nya)). Muttafaqun 'alaihi

2. Orang-orang yang kafir, mereka akan terhijab dari melihat Allah pada hari kiyamat sebagaimana firman Allah :

«كَلَّآ إِنَّهُمْ عَن رَّبِّهِمْ يَوْمَئِذٍۢ لَّمَحْجُوبُونَ»

Artinya : "Sekali-kali tidak, sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar tertutup dari (rahmat) Tuhan mereka." (QS. Al-Muthoffifin : 15)

3. Allah tidak bisa dilihat di dunia, bahkan oleh para Nabi sekalipun,  berdasarkan dalil-dalil yang ada diantaranya :

«وَلَمَّا جَآءَ مُوسَىٰ لِمِيقَـٰتِنَا وَكَلَّمَهُۥ رَبُّهُۥ قَالَ رَبِّ أَرِنِىٓ أَنظُرْ إِلَيْكَ ۚ قَالَ لَن تَرَىٰنِى وَلَـٰكِنِ ٱنظُرْ إِلَى ٱلْجَبَلِ فَإِنِ ٱسْتَقَرَّ مَكَانَهُۥ فَسَوْفَ تَرَىٰنِى ۚ فَلَمَّا تَجَلَّىٰ رَبُّهُۥ لِلْجَبَلِ جَعَلَهُۥ دَكًّۭا وَخَرَّ مُوسَىٰ صَعِقًۭا ۚ فَلَمَّآ أَفَاقَ قَالَ سُبْحَـٰنَكَ تُبْتُ إِلَيْكَ وَأَنَا۠ أَوَّلُ ٱلْمُؤْمِنِينَ»

Artinya : "Dan tatkala Musa datang untuk (bermunajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa: "Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau". Tuhan berfirman: "Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku". Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata: "Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman". (QS. Al-A'raf : 143)

4. Orang yang mengaku bisa melihat Allah di dunia, berarti dia telah berbicara tentang Allah tanpa ilmu

5. Diantara kelompok sesat yang mengaku bisa melihat Allah di dunia adalah tarekat sufiyyah, bahkan mereka mengaku bahwa Allah bisa menyatu dengan makhluk, ini tentu merupakan keyakinan yang sesat dan menyesatkan

6. Melihat Allah merupakan kenikmatan tertinggi nanti di akhirat

7. Kebalikannya tidak bisa melihat Allah merupakan kesengsaraan yang paling tinggi nanti di akhirat

8. Melihat Allah tidak perlu berdesak-desakkan. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

إنكم سترون ربكم كما ترون القمر لا تضامون في رؤيته)). متفق عليه))

((Sesungguhnya kalian akan melihat Rabb kalian sebagaimana kalian melihat bulan purnama dan kalian tidak akan berdesak-desakan dalam melihat-Nya)). Muttafaqun 'alaihi.

9. Pada hadits diatas, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tidak bermaksud memperumpamakan Allah dengan bulan purnama, tapi Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam hanya memperumpamakan cara melihatnya, bukan menyamakan antara Dzat Allah dengan dzat bulan karena hal ini merupakan kebathilan. Itulah makna ucapan Asy-Syaikh Muhammad bin Sholih al-'Utsaimin rahimahullah :

وهذا التشبيه للرؤية بالرؤية لا للمرئي بالمرئي ؛ لأن الله ليس كمثله شيء ولا تسبيه له ولا نظير

[لمعة الإعتقاد الهادي الى سبيل الرشاد، ص : ٤٨. دار الآثار]

"Penyerupaan ini adalah (penyerupaan) melihat dengan melihat bukan penyerupaan dzat dengan dzat, karena sesungguhnya Allah, tidak ada yang serupa dengan-Nya sesuatu apapun, tidak ada yang semisal dengan-Nya dan tidak ada pula yang sepadan (dengan-Nya)." [Lum'atul I'tiqood Al-Haadiy ila Sabiilir Rasyaad, hal : 48. Cetakan Daarul Aatsaar]

Allah Ta'ala berfirman :

«لَيْسَ كَمِثْلِهِۦ شَىْءٌۭ ۖ وَهُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْبَصِيرُ»

Artinya : "Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang Maha Mendengar dan Melihat." (QS. Asy-Syura : 11)

Semoga tulisan ini bermanfaat.

***

Dompu, Nusa Tenggara Barat : 24 Jumadil Akhir 1441 H/18 Februari 2020

Penulis : Abu Dawud ad-Dombuwiyy

Artikel : Meciangi-d.blogspot.com 

Related Posts:

3 SYARAT DITERIMANYA AMALAN

Bismillah. Alhamdulillahi Rabbil 'aalamiin. Wa shallallahu Nabiyyina Muhammadin shallallahu alaihi wa sallam wa 'ala alihi wa shahbihi ajma'iin. Wa ba'du.

Berbicara tentang amalan, sesungguhnya suatu amalan itu bisa saja diterima atau ditolak oleh Allah 'Azza wa Jalla tergantung apakah syarat-syaratnya terpenuhi atau tidak. Lalu apa syarat diterimanya amalan? Syarat diterimanya amalan ada 3 sebagaimana yang disebutkan oleh para ulama. Berkata Asy-Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu :

:شروط قبول العمل عند الله ثلاثة

:١. الإمان بالله وتوحيده. قال الله تعالى : «إِنَّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّـٰلِحَـٰتِ كَانَتْ لَهُمْ جَنَّـٰتُ ٱلْفِرْدَوْسِ نُزُلًا» (سورة الكهف 
(١٠٧

(وقال صلى الله عليه وسلم : ((قل آمنت بالله، ثم التقم)) (رواه مسلم

(٢. الإخلاص : وهو العمل لله من غير رياء ولا سمعة. قال الله تعالى : «فَاعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ» (سورة الزمر

٣. الموافقة لما جاء به الرسول صلى الله عليه وسلم قال الله تعالى : «وَمَآ ءَاتَىٰكُمُ ٱلرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَىٰكُمْ عَنْهُ فَٱنتَهُوا۟ ۚ وَٱتَّقُوا۟ 
(ٱللَّهَ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلْعِقَابِ» (سورة الحشر : ٧

(وقال صلى الله عليه وسلم : ((من عمل عملا ليس عليه أمرنا فهو رد)) أى مردود. (رواه مسلم
[خذ عقيدتك من الكتاب والسنة الصحيحة، ص : ١٠]

Syarat diterimanya amalan ada 3 :

1. Beriman kepada Allah dan mentauhidkan-Nya. Allah Ta'ala berfirman (yang artinya) : «Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal» (QS. Al-Kahfi : 107)

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : ((Katakanlah aku beriman kepada Allah kemudian istiqomahlah)). (HR. Muslim)

2. Mengikhlaskan niat untuk Allah tanpa riya dan tanpa sum'ah. Allah Ta'ala berfirman (yang artinya) : «Sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya» (QS. Az-Zumar)

3. Bersesuaian dengan apa yang datang dengannya Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam. Allah Ta'ala berfirman (yang artinya) : «Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya» (QS. Al-Hasyr : 7)

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : ((Barangsiapa yang mengerjakan suatu amalan yang tidak kami perintahkan, maka amalan tersebut tertolak)) (HR. Muslim) [Lihat kitab, Khudz 'Aqiidatak Minal Kitaabi was Sunnah as-Shahiihah, hal. 10]

Faedah yang bisa diambil :

1. Syarat-syarat diterimanya amalan yaitu beriman kepada Allah dan mentauhidkan-Nya, ikhlas, serta mengikuti contoh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, sebagaimana ucapan para salaf :

((لا يصلح العمل إلا بثلاث : التقوى لله، والنية الحسنة، والأصابة))

((Tidak akan baik suatu amalan kecuali dengan tiga hal : Takwa kepada Allah, niat yang baik, dan tepat/benar (sesuai sunnah))). [Ad-Durar as-Saniyyah bi Fawaaid al-Arbaiin an-Nawawiyyah, hal. 14-15. Cet. Daar Ibnil Jauziy]

2. Makna takwa kepada Allah artinya beramal sholeh, dan tidak mungkin seseorang bisa melakukan amal sholeh kecuali setelah mereka beriman dengan baik kepada Allah dan mentauhidkan-Nya. Kedua, niat yang baik, maksudnya amal tersebut baik dan ikhlas karena Allah bukan untuk selainnya. Ketiga, tepat sesuai sunnah, artinya amalan tersebut benar-benar tepat dan cocok sesuai dengan apa yang dicontohkan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.  Dan itulah diantara makna firman Allah Ta'ala :

«فَمَن كَانَ يَرْجُوا۟ لِقَآءَ رَبِّهِۦ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًۭا صَـٰلِحًۭا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِۦٓ أَحَدًۢا»

Artinya : "Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya". (QS. Al-Kahfi : 110)

3. Orang yang tidak beriman dan mentauhidkan Allah, seperti orang-orang kafir dan orang-orang munafiq, dan orang-orang yang menyekutukan Allah amal kebaikan mereka tidak akan diterima disisi Allah Subhaanahu wa Ta'ala, bahkan amalan tersebut akan terhapus, sebagaiman firman Allah Ta'ala :

«كَٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ كَانُوٓا۟ أَشَدَّ مِنكُمْ قُوَّةًۭ وَأَكْثَرَ أَمْوَٰلًۭا وَأَوْلَـٰدًۭا فَٱسْتَمْتَعُوا۟ بِخَلَـٰقِهِمْ فَٱسْتَمْتَعْتُم بِخَلَـٰقِكُمْ كَمَا ٱسْتَمْتَعَ ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُم بِخَلَـٰقِهِمْ وَخُضْتُمْ كَٱلَّذِى خَاضُوٓا۟ ۚ أُو۟لَـٰٓئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَـٰلُهُمْ فِى ٱلدُّنْيَا وَٱلْـَٔاخِرَةِ ۖ وَأُو۟لَـٰٓئِكَ هُمُ ٱلْخَـٰسِرُونَ»

Artinya : "(keadaan kamu hai orang-orang munafik dan musyrikin) adalah seperti keadaan orang-orang sebelum kamu, mereka lebih kuat daripada kamu, dan lebih banyak harta dan anak-anaknya dari kamu. Maka mereka telah menikmati bagian mereka, dan kamu telah menikmati bagian kamu sebagaimana orang-orang yang sebelummu menikmati bagiannya, dan kamu membicarakan (hal yang batil) sebagaimana mereka membicarakannya. Mereka itu amalannya menjadi sia-sia di dunia dan di akhirat; dan mereka itulah orang-orang yang merugi." (QS. At-Taubah : 69)

Allah Ta'ala juga berfirman :

«وَقَدِمْنَآ إِلَىٰ مَا عَمِلُوا۟ مِنْ عَمَلٍۢ فَجَعَلْنَـٰهُ هَبَآءًۭ مَّنثُورًا»

Artinya : "Dan kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan." (QS. Al-Furqon : 13)

Allah juga berfirman :

«وَلَقَدْ أُوحِىَ إِلَيْكَ وَإِلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ ٱلْخَـٰسِرِينَ»

Artinya : "Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi." (QS. Az-Zumar : 65)

4. Orang yang tidak ikhlas dalam beramal dan melakukan sum'ah atau riya, dia telah melakukan dosa syirik sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam :

أخوف ما أخاف عليكم الشرك الأصغر، فسئل عنه؟ فقال : الرياء.

"(Sesungguhnya) yang paling aku takutkan menimpa kalian adalah syirik asghor (syirik kecil). Nabi ditanya tentang apa itu syirik asghor. Nabi mengatakan : yaitu riya." [Fathul Majiid, syarh Kitaabit Tauhiid, hal. 75. Cet. Daarul Kutub al-'Ilmiyyah]

5. Wajibnya beriman kepada Allah dan mentauhidkan-Nya

6. Pentingnya beramal sholeh yang disertai dengan tauhid

7. Pentingnya mengikuti contoh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dalam setiap amalan

8. Pentingnya mengetahui syarat-syarat diterimanya amalan agar kita terhindar dari hal-hal yang membatalkan amalan

9. Wajibnya menuntut ilmu sebagaimana sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam :

((طلب العلم فريضة على كل مسلم))

"Menuntut ilmu wajib bagi setiap muslim." [Sunan Ibnu Majah no.224,hal.39. Pustaka Baitul Afkar Ad-Dauliyyah]

10. Dan diantara bentuk dan cara menuntut ilmu di akhir zaman ini bisa dengan belajar jarak jauh melalui aplikasi-aplikasi dan sosial media. Namun apabila memungkinkan bagi kita untuk mendatangi majelis ilmu secara langsung, maka datangilah, karena inilah yang lebih berbarokah. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : 

((من سلك طريقا يلتمس فيه علما، سهل الله له به طريقا إلى الجنة)).

"Barangsiapa yang menempuh suatu jalan dalam rangka mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga." [Shahih Muslim, no.2699. Hal.1082. Pustaka Baitul Afkar Ad-Dauliyyah]

Semoga yang sedikit ini bermanfaat untuk kita semua, dan menjadikannya sebagai pemberat timbangan amal kebaikan kita pada hari kiyamat, yaitu hari yang tidak bermanfaat harta dan anak-anak kecuali amal sholeh yang kita bawa. Baarakallahu fiikum.

Related Posts:

DOSA BESAR PALING BESAR

Bismillah. Alhamdulillahi Rabbil 'aalamiin. Wa shallallahu 'ala Nabiyyina Muhammadin wa ala aalihi wa shahbihi ajma'iin. 

Dosa besar dalam agama Islam itu sangat banyak, diantaranya yaitu syirik, membunuh jiwa yang diharamkan Allah, durhaka kepada kedua orang tua, berzina, homoseksual, mencuri, minum khomr dan lain sebagainya. Tapi diantara dosa-dosa besar itu, dosa besar apa yang paling besar? Berkata Asy-Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu :

ما هو أعظم الذنوب عند الله؟ أعظم الذنوب الشرك بالله، والدليل قول تعالى ((يَـٰبُنَىَّ لَا تُشْرِكْ بِٱللَّهِ ۖ إِنَّ ٱلشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌۭ)). (سورة
(لقمان : ١٣

(ولما سئل رسول الله عليه وسلم : ((أي ذنب أعظم؟ قال : أن تجعل لله ندا وهو خلقك)) (متفق إليه
(الند : الشريك)
[خذ عقيدتك، من الكتاب والسنة الصحيحة، ص : ١١]

"Dosa apa yang paling besar disisi Allah? Dosa besar yang paling besar adalah menyekutukan Allah, dalilnya firman Allah Ta'ala (yang artinya) : "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar merupakan kezaliman yang paling besar". (QS. Lukman : 13)

Dan tatkala Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ditanya : ((Dosa apa yang paling besar? Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : Kamu menjadikan untuk Allah tandingan (sekutu) padahal Dia yang menciptakanmu)). (Muttafaqun 'alaihi). [Khudz 'Aqiidatak, minal Kitaabi was Sunnati as-shohiihah, hal. 11]

Karena itu jauhilah dosa syirik, karena dosa syirik adalah dosa besar yang paling besar.

Related Posts:

HUKUMAN BAGI TUKANG SIHIR















Bismillah. Alhamdulillahi Rabbil 'aalamiin. Wa shallallahu 'ala Nabiyyina Muhammadin shallallahu 'alaihi wa sallam. Wa ba'du.

Sihir merupakan dosa besar diantara dosa-dosa besar. Bahkan sihir masuk dalam pembatal-pembatal keislaman. Lalu bagaimana hukuman bagi para tukang sihir di zaman salaf?

Beberapa riwayat menyebutkan bahwa :

١. و عن جندب مرفوعا ((حد الساحر ضربه بالسيف)). رواه الترمذي وقال : الصحيح أنه موقف

٢. وفي صحيح البخاري عن بجالة بن عبدة قال : ((كتب عمر بن الخطاب : أن اقتلوا كل ساحر وساحرة)) قال : فقتلنا ثلاث سواحر

٣. وصح عن حفصة رضي الله عنها : ((أنها أمرت بقتل جارية سحرتها، فقتلت)) وكذلك صح عن جندب ؛ قال أحمد : عن ثلاثة من أصحاب النبي صلى الله عليه وسلم

1. Dari Jundub secara marfu :

((Hukuman bagi tukang sihir adalah dipenggal dengan pedang)). Diriwayatkan oleh Tirmidzi. Tirmidzi mengatakan shohih mauquf.

2. Dalam shohih Al-Bukhari dari Bajaalah bin 'Abadah berkata :

((Umar bin Khoththob telah memerintahkan agar membunuh setiap tukang sihir laki-laki dan tukang sihir wanita)). Dia (yakni Bajaalah) mengatakan : Maka kami membunuh tiga tukang sihir.

3. Telah shohih dari Hafshoh radhiyallahu 'anha (yakni Istri Rasulullah) : ((Bahwasanya Hafsoh telah memerintahkan agar membunuh budak wanita yang telah menyihirnya, maka budak itupun dibunuh)). Demikianlah yang telah shohih dari Jundub ; berkata Ahmad dari tiga sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.

Berkata Asy-Syaikh 'Abdurrahman bin Hasan Alu Asy-Syaikh rahimahullah :

قوله : (عن ثلاثة) أي صح قتل الساحر عن ثلاثة، أو جاء قتل الساحر عن ثلاثة من أصحاب النبي صلى الله عليه وسلم، يعني
.عمر، وحفصة، وجندبا. والله أعلم

"Ucapan Imam Ahmad : (Dari tiga) maksudnya telah shohih membunuh tukang sihir dari tiga, atau telah datang (bolehnya) membunuh tukang sihir dari tiga orang sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, yaitu Umar, Hafsoh, dan Jundub. Wallahu a'lam. [Fathul Majiid, Syarh Kitaabit Tauhiid, hal. 241-242].

Dari penjelasan singkat ini dapat disimpulkan bahwa hukuman bagi tukang sihir adalah dipenggal dengan pedang, namun apakah ada pintu taubat untuk mereka? Ya ada, selama mereka mau kembali kepada Allah 'Azza wa Jalla dan bertaubat dengan taubatan nashuha, maka taubat mereka akan diterima oleh Allah Ta'ala sebagaimana kisah para tukang sihir Fir'aun. Wallahu a'lam.

Faedah yang bisa diambil :

1. Sihir merupakan kekafiran 

2. Hukuman bagi tukang sihir adalah dipenggal dengan pedang alias hukuman mati

3. Para shahabat dan shahabiyyah-pun tidak lepas dari kejahatan tukang sihir bahkan bisa terkena sihir dengan izin Allah sebagaimana Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam-pun terkena sihir

4. Sihir memiliki hakikat dan pengaruh terhadap orang yang disihir

5. Tukang sihir apabila ingin bertaubat, hendaknya ia bertaubat dengan tobat yang sebenarnya, dengan demikian insyaAllah tobatnya akan diterima sebagaimana kisah tukang sihir fir'aun selama dia belum meninggal dinia

6. Bahayanya belajar ilmu sihir

***

Dompu, 12 Jumadil Akhir 1441 H/6 Februari 2020

Penulis : Abu Dawud ad-Dombuwiyy

Artikel : Meciangi-d.blogspot.com 


Related Posts:

BAHAYA TEMAN YANG BURUK

Bismillah. Alhamdulillahi Rabbil 'aalamiin. Wa shallallahu 'ala Nabiyyina Muhammadin shallallahu 'alaihi wa sallam. Wa ba'du.

Mencari teman, lihat-lihatlah dulu, karena betapa banyak orang-orang yang baik menjadi rusak akibat teman yang buruk. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengingatkan kita dalam sabdanya :

الرجل على دين خليله فلينظر احدكم من يخالل

"Seseorang itu tergantung agama temannya, oleh karena itu salah seorang diantara kalian hendaknya memperhatikan siapa yang dia jadikan teman." (HR. Abu Dawud)

Dalam hadits yang lain Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda sebagaimana diriwayatkan oleh Imam al-Bukhaari :

مثل الجليس الصالح والجليس السوء كحامل صاحب المسك وكير الحداد، لا يعدمك من صاحب المسك : إما تشتريه أو تجد ريحه
 .وكير الحداد : يحرق بدنك أو ثوبك، أو تجد منه ريحا خبيثة
[صحيح البخاري، ٢١٠١. بيت الفكار الدولية]

"Perumpamaan teman duduk yang sholeh dan teman duduk yang jelek seperti pemilik minyak misk dan pandai besi, jika engkau tidak dihadiahkan minyak misk olehnya, engkau bisa membeli darinya atau minimal akan mendapatkan bau harumnya. Sedangkan pandai besi, dia akan membakar badanmu atau pakaianmu atau minimal engkau akan mendapatkan darinya bau yang tidak sedap."[Shohih al-Bukhaari, 2101. Cet. Baitul Afkaar ad-Dauliyyah]

Sedangkan dalam riwayat Imam Muslim :

عن أبي موسى عن النبي صلى الله عليه وسلم قال : إنما مثل الجليس الصالح والسوء كحامل المسك ونافخ الكير. فحامل المسك
 .إما أن يحذيك وإما أن تبتاع منه، وإما أن تجد منه ريحا طيبة، ونافخ الكير إما أن يحرق ثيابك وإما أن تجد ريحا خبيثة
[صحيح مسلم، ٢٦٢٨. بيت الفكار الدولية]

Dari Abu Musa dari Nabi _shallallahu 'aalaihi wa sallam_ bersabda : "Sesungguhnya perumpamaan teman duduk yang sholeh dan teman duduk yang jelek seperti perumpamaan penjual minyak misk dan pandai besi. Penjual minyak misk bisa jadi dia akan menghadiahkan kepadamu (minyak misk tersebut) atau engkau akan membeli darinya atau minimal engkau akan mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi bisa jadi dia akan membakar badanmu atau pakaianmu atau minimal engkau akan mendapatkan bau yang tidak sedap." [Shohih al-Bukhaari, 2628. Cet. Baitul Afkaar ad-Dauliyyah]

Karena itu, carilah teman yang baik, sebab teman yang baik akan membantu kita dalam meniti jalan kebaikan dan takwa. Adapun teman yang buruk, dia akan  menggelincirkan kita dalam dosa dan kesesatan, sehingga kita akan menjadi orang yang merugi pada hari kiyamat.

Semoga tulisan ini bermanfaat.

Related Posts: