BERSYUKURLAH KEPADA ALLAH


Bismillah. Alhamdulillahi Rabbil 'aalaamiin. Wa shallallahu 'ala Nabiyyina Muhammadin wa 'ala aalihi wa shahbihi ajma'iin. Wa ba'du.

Sesungguhnya kenikmatan yang Allah Ta'ala berikan kepada kita sangat banyak, bahkan tidak dapat kita hitung jumlahnya, dari nikmat kedua mata untuk melihat, telinga untuk mendengarkan, hati untuk memahami, lisan dan kedua dua bibir untuk berbicara, dua telapak kaki untuk berjalan dan berlari, serta nikmat aqal untuk berpikir, untuk merenungkan tentang ciptaan Allah, dan untuk membedakan antara kebaikan dan keburukan.

Aduhai alangkah banyaknya nikmat Allah Ta'ala yang Dia berikan kepada kita, namun tidak jarang pula nikmat-nikmat itu sering kita ingkari. Allah Ta'ala berfirman :

«وَءَاتَىٰكُم مِّن كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ ۚ وَإِن تَعُدُّوا۟ نِعْمَتَ ٱللَّهِ لَا تُحْصُوهَآ ۗ إِنَّ ٱلْإِنسَـٰنَ لَظَلُومٌۭ كَفَّارٌۭ»

Artinya : "Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak dapat kamu menentukan jumlahnya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)." (QS. Ibrahim : 34)

Dalam ayat yang lain, Allah Ta'ala juga berfirman :

«وَإِن تَعُدُّوا۟ نِعْمَةَ ٱللَّهِ لَا تُحْصُوهَآ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَغَفُورٌۭ رَّحِيمٌۭ»

Artinya : "Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. An-Nahl : 18)

Dua ayat diatas menunjukkan kepada kita bahwa sejatinya, sangat banyak nikmat Allah Ta'ala yang Dia berikan kepada kita, namun terkadang sangat banyak pula diantara kita yang tidak menyadari bahkan mendustakan hal itu, diantaranya yaitu nikmat penciptaan diri kita. Allah 'Azza wa Jalla berfirman mengingatkan kita tentang hal ini :

يَـٰٓأَيُّهَا ٱلْإِنسَـٰنُ مَا غَرَّكَ بِرَبِّكَ ٱلْكَرِيمِ. ٱلَّذِى خَلَقَكَ فَسَوَّىٰكَ فَعَدَلَكَ. فِىٓ أَىِّ صُورَةٍۢ مَّا شَآءَ رَكَّبَكَ. كَلَّا بَلْ تُكَذِّبُونَ بِٱلدِّينِ. وَإِنَّ عَلَيْكُمْ»
«لَحَـٰفِظِينَ. كِرَامًۭا كَـٰتِبِينَ

Artinya : "Hai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah. Yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh)mu seimbang, dalam bentuk apa saja yang Dia kehendaki, Dia menyusun tubuhmu. Bukan hanya durhaka saja, bahkan kamu mendustakan hari pembalasan. Padahal sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu), yang mulia (di sisi Allah) dan mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu itu). (QS. Al-Infithor : 6-11)

Karena banyaknya orang-orang yang tidak pandai mensyukuri nikmat Allah, maka Allah  Ta'ala-pun menyebutkan sifat orang-orang yang bersyukur itu sangat sedikit diantara manusia. Allah Ta'ala berfirman :

«وَقَلِيلٌۭ مِّنْ عِبَادِىَ ٱلشَّكُورُ»

Artinya : "Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang pandai bersyukur (berterima kasih)." (QS. Saba : 13)

Dan diantara nikmat yang sering kita lupakan adalah nikmat sehat dan waktu luang, sebagaimana dalam sebuah hadits :

عن ابن عباس رضي الله عنهما، قال:  قال النبي صلى الله عليه وسلم ((نعمتان مغبون فيهما كثير من الناس : الصحة والفراغ)) رواه البخاري

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, berkata : Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : ((Dua nikmat yang banyak manusia tertipu : yaitu nikmat sehat dan waktu luang)). Diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari.

Allah Ta'ala berfirman dalam kitab-Nya :

«فَٱذْكُرُونِىٓ أَذْكُرْكُمْ وَٱشْكُرُوا۟ لِى وَلَا تَكْفُرُونِ»

Artinya : "Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku." (QS. Al-Baqaroh : 152)

Sebagai penutup, mari kita berusaha menjadi orang-orang yang senantiasa bersyukur atas nikmat-nikmat Allah, baik nikmat penciptaan diri kita maupun nikmat disesempurnakannya bentuk tubuh dan jasad kita, sehingga hal itu menjadi washilah munculnya kemudahan-kemudahan lain seperti kemudahan dalam beraktifitas dan beribadah kepada Allah. Bayangkan jika Allah menciptakan kita dalam keadaan cacat, lumpuh, buta, tuli, idiot dan lain sebagainya, tentu hal itu akan menyulitkan kita dalam berbagai aktifitas kita.

Dan yang perlu kita syukuri pula adalah dua nikmat yang besar yang sering manusia tertipu dengannya, yaitu nikmat sehat dan nikmat waktu luang. Dan selayaknya dua nikmat ini kita manfaatkan sebaik-baiknya, agar kita menjadi orang-orang yang bertakwa kepada Allah dan menjadi orang-orang yang beruntung dan tidak kufur nikmat.

Semoga tulisan ini bermanfaat.



Related Posts:

GHIBAH DAN BANGKRUT

Ghibah adalah membicarakan aib dan kekurangan orang lain, dan ia termasuk diantara dosa besar diantara dosa-dosa besar. Walaupun demikian,  justru dosa inilah yang paling digemari oleh semua kalangan, baik wanita maupun laki-laki. Contoh yang banyak terjadi, ketika seseorang sedang duduk-duduk ngumpul dengan teman-temannya, tema yang paling diminati biasanya ghibah dan ghibah. Dalam shohih Muslim (2589) dari Abu Hurairoh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda : 

((أتدرون ما الغيبة؟ قالوا : الله و رسوله أعلم، قال : ذكرك أخاك بما يكره، قيل : أفرأيت إن كان في أخي ما اقول؟ قال : إن كان فيه ما تقول فقد اغتنته، و 
.((إن لم يكن فيه فقد بهته

 [رفقا أهل السنة بأهل السنة، ص : ٢٠-٢١]

((Apakah kalian tau apa itu ghibah? Mereka berkata : Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui, Nabi bersabda : Engkau mengatakan tentang saudaramu apa-apa yang dia benci, dikatakan (kepada Rasulullah) : Bagaimana pendapatmu jika apa yang saya bicarakan itu memang ada pada saudaraku? Nabi bersabda : Jika benar yang kamu katakan maka sungguh engkau telah menghibahinya, dan apabila tidak benar  maka engkau telah berdusta)). [Rifqon Ahlas Sunnah bi Ahlis Sunnah, hal. 20.21]

Selain hal-hal diatas, orang yang senang ghibah juga termasuk orang yang bangkrut nanti pada hari kiyamat. Nabi shallalahu 'alaihi wa sallam bersabda dalam hadits Muslim dari Abu Hurairoh :

((أتدرون من المفلس؟ قالوا : المفلس فينا من لا درهم له ولا متاع، فقال : إن المفلس من أمتي يأتي يوم القيامة بصلاة وصيام وزكاة، ويأتي قد شتم هذا، وقذف هذا، وأكل مال هذا، وسفك دم هذا، وضرب هذا، فيعطى هذٰا من حسناته، وهذٰا من حسناته، فإن فنيت حسناته قبل أن يقضى ما ععليه أخذ من خطياهم فطرحت عليه، ثم طرح في النار)).

[رفقا أهل السنة بأهل السنة، ٢٠-٢١]

((Apakah kalian tahu orang yang bangkrut? Para sahabat berkata : Orang yang bangkrut menurut kami adalah orang yang tidak memiliki dirham (uang) dan tidak pula memiliki harta benda. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : Sesungguhnya orang yang bangkrut dari umatku pada hari kitamat yaitu orang yang datang dengan (amal) sholat, puasa, zakat, namun ia telah mencela ini (seseorang), memfitnah orang, memakan harta orang, menumpahkan darah orang dan memukul orang. Dan diberi orang ini dari kebaikannya, dan orang ini dari kebaikannya (pula), apabila amal kebaikannya habis sebelum terbayar tanggungannya, maka diambil dari dosa-dosa mereka (yang terdzolimi) lalu ditimpakan kepadanya, kemudian dia dilemparkan kedalam neraka)). [Rifqan Ahlas Sunnah bi Ahlis Sunnah, hal. 22]

Jika bangkrut semasa berada di atas dunia mungkin kita masih bisa mencari modal baru, namun bila itu terjadi di akhirat, maka akibatnya akan fatal. Seluruh pahala orang yang menggibahi orang lain akan diberikan kepada orang yang dia ghibahi, jika pahalanya sudah habis, maka dosa orang yang dighibahi akan ditimpakan kepada orang yang mengghibahi dan itulah kerugian yang terbesar. Waliyaadzubillah.

Semoga Allah menyelamatkan kita dari dosa ghibah dan menjauhkan kita dari teman-teman yang buruk. 




Related Posts:

ANTARA KAJIAN KITAB DAN KAJIAN TEMATIK

Bismillah. Alhamdulillahi Rabbil aalamiin. Wa shallallahu ala Nabiyyina Muhammadin wa 'ala aalihi wa shahbihi ajmaiin. Wa ba'du. 

Berbicara tentang dua kajian ini, maka keduanya memiliki manfaat. Namun mana yang lebih bermanfaat?

Seluruh penuntut ilmu yang pernah belajar di pondok-pondok pesantren atau pernah belajar di majelis-majelis ilmu yang mengadakan kajian-kajian kitab, mereka akan mengatakan bahwa kajian kitab lebih besar manfaatnya dari pada kajian tematik. Bukan berarti menafikan manfaat dalam kajian tematik, dalam kajian tematik ada manfaat yang besar diantaranya sebagai sarana untuk tasfiyyah dan tarbiyyah ikhwah dan akhawat baru, adapun untuk mempelajari ilmu syar'i secara terperinci bukan di kajian tematik tempatnya, tapi di kajian kitab. Karena itu, perbandingan satu bab dari kajian kitab, puluhan bahkan ratusan faedah yang bisa didapatkan, seperti mendapatkan kosa-kata baru, kita berinteraksi langsung dengan kitab para ulama, kita juga bisa mengambil faedah baca kitab dari ustadz yang mengisi kajian, kita juga bisa memiliki banyak koleksi kitab berbahaberbahasa arab dan yang terpenting juga kita memiliki sanad ilmu yang bersambung langsung dengan ustadznya dan syaikh-syaikhnya, kita juga bisa merasakan betapa luasnya ilmu syar'i, betapa banyaknya kitab-kitab para ulama dan lain sebagainya. Sedangkan dalam kajian tematik hanya sepercik dari faedah kajian kitab. Seperti ini pula pendapat para para ustadz yang pernah kita dengar langsung dari beliau-beliau dalam kajian-kajian mereka ketika membahas tentang perbedaan kajian kitab dengan kajian tematik. Namun walaupun demikian, realitanya justru kajian kitab inilah yang sering di tinggalkan sedangkan euforia terhadap kajian tematik begitu sangat diminati, apalagi jika ada ustadz terkenal yang datang ke daerah kita. Jika kita bertanya, kenapa bisa demikian? Jawabannya adalah karena para penuntut ilmu belum faham betul mana yang kajian yang tafshiil (terperinci) dan mana yang tidak. Kedua, sebagian besar penuntut ilmu tidak faham tentang ilmu alat atau ilmu nahwu, sehingga prioritas mereka adalah mengikuti yang termudah yaitu kajian tematik. 

Kajian kitab memang mengharuskan para penuntut ilmu memahami ilmu-ilmu alat seperti ilmu nahwu misalnya, namun sebagian penuntut ilmu yang sudah faham tentang hal ini justru sering acuh tak acuh dan kurang semangat dalam mempelajarinya,  padahal memahami ilmu nahwu wajib bagi setiap penuntut ilmu syar'i, sebagaimana sebuah qoidah mengatakan :

ما لا يتم الواجب الا به فهو واجب

"Apa-apa yang tidak akan sempurna perkara yang wajib kecuali dengannya maka dia itu wajib."

Memahami al-Qur'an dan as-Sunnah adalah kewajiban, dan tidak akan sempurna memahami keduanya kecuali dengan mempelajari ilmu nahwu. Karena itulah mempelajari ilmu nahwu hukumnya menjadi wajib, karena merupakan washilah, perantara, jembatan untuk sampai pada perkara yang wajib yaitu memahami al-Qur'an dan as-Sunnah.

Jika penuntut ilmu sering malas mengikuti kajian kitab namun lebih menyukai kajian-kajian tematik, itu pertanda dia tidak memahami mana yang paling bermanfaat untuk dirinya. Bahkan oleh sebagian penuntut ilmu yang murni masih jahil, kadang menjadikan kajian tematik sebagai standar salafi tidaknya seseorang. Sedangkan yang jarang hadir mengikuti kajian tematik dianggap bukan salafi, ini standar dari siapa saudaraku?

Inilah akibat tidak pernah mempelajari ilmu syar'i secara bertahap, akibatnya kita akan mudah menghukumi orang lain sesuka hati kita. Kajian kitab terkadang tidak selalu dihadiri banyak orang, seperti contoh kajian kitab yang bersifat mulazamah, terkadang hanya terdiri dari beberapa orang yang memang memiliki semangat tinggi untuk belajar, dan kajian seperti inilah yang sangat menarik dan banyak faedahnya, namun tidak difahami oleh orang-orang yang tidak pernah belajar secara tafshiil. Oleh karena itu awali langkah kita dengan mempelajari bahasa arab dan ilmu nahwu, agar level keilmuan kita sedikit meningkat dari sebelumnya. Berkata para ulama tentang urutan menuntut ilmu bagi para penuntut ilmu : 

قال أبو عبيد القاسم بن سلام : ((عجبت لمن ترك الأصول وطلب الفضول)).

وقال الحافظ النووي رحمه الله : ((وبعد حفظ القرآن يحفظ من كل فن مختصرا، ويبدأ بالأهم، ومن أهمها الفقه والنحو، ثم الحديث والأصول، ثم الباقي على ما تيسر.

قال ابن أبي العز الحنفي : ((فالواجب على من طلب العلم النافع أن يحفظ كتاب الله ويتدبره، وكذلك من السنة ما تيسر له، ويطلع منها وتروى، ويأخذ معه من اللغة والنحو ما يصلح به كلامه، ويستعين به على فهم الكتاب والسنة، وكلام السلف الصالح في معانيها، ثم ينظر في كلام عامة العلماء الصحابة، ثم من بعدهم ما تيسر له من ذلك من غير تخصيص.

[النبذ في آداب طلب العلم، ص ٩٨-٩٩. دار الاثرية]

Abu Ubaid Al-Qaasim bin Salaam mengatakan : ((Aku heran dengan orang yang meninggalkan (tidak mau mempelajari) perkara ushul dan lebih mempelajari al-fudhuul (perkara-perkara yang tidak bermanfaat))).

Al-Haafidz An-Nawawiy rahimahullah mengatakan : ((Setelah menghafal Al Qur'an hendaknya seseorang menghafal setiap cabang ilmu yang ringkas, dan hendaknya seseorang memulai dengan yang paling penting, dan diantara yang paling penting adalah ilmu fiqih, ilmu nahwu, kemudian ilmu hadits dan ilmu ushul, kemudian sisanya (pelajarilah) apa-apa yang mudah (baginya))).

Berkata Ibnu Abi Al-'Izz al-Hanafiy :((Yang wajib bagi orang-orang yang menuntut ilmu yang bermanfaat (ilmu syar'i), agar dia menghafal kitab Allah dan mentadaburinya, menghafal sebagian As-Sunnah apa yang mudah baginya, mempelajari dan memikirkannya, bersamaan dengan itu dia mempelajari ilmu bahasa arab dan ilmu nahwu apa yang dapat memperbaiki ucapannya, meminta pertolongan dengannya agar bisa memahami Al-Kitab dan As-Sunnah serta ucapan salafush sholih yang terkait dengan makna-makna As-Sunnah, lalu melihat ucapan para ulama dari kalangan sahabat tersebut secara umum, dan ucapan (orang orang yang datang) setelah mereka apa yang mudah baginya tanpa mengkhususkannya)). [An-Nubadz fii Adaab Tholabil 'Ilmi, hal. 98-99. Cet. Daarul Atsariyyah]

Jika mempelajari bahasa arab dan ilmu nahwu yang sangat penting itu sudah ditinggalkan dan tidak diminati lagi, maka akibatnya akan malas mengikuti kajian kitab, terutama kajian kitab tauhid dan lain sebagainya.

Dahulu saya pribadi pernah mendengar seorang penuntut ilmu mengatakan kepada saya suatu kalimat, dia mengatakan : "Ana sangat malas jika mengikuti kajian kitab tauhid ustadz fulan, karena pembahasannya adalah baca kitab. Membosankan cara penyampaiannya, dan juga sering bikin ngantuk". Waliyaadzubillah. Bagaimana tidak mengantuk, datang kajian saja tidak mau membawa alat tulis, mencatat juga tidak, merekam juga enggan, maka orang yang seperti ini seperti apa yang diucapkan oleh Ustadz Abu Sa'ad rahimahullah : datang kajian hanya bawa nyawa saja, maka pantas saja sering mengantuk ketika mengikuti kajian kitab, sering tidak konsen, cepat bosanan, dan ini semua akibat sudah terbiasa dimanjakan oleh kajian tematik.

Jika ingin tidak mengantuk di kajian kitab, maka bawalah kitab yang sedang dibahas oleh ustadz, bawa serta pula alat tulis untuk menulis, kemudian simak kajian itu sambil mengharokati apa  yang ustadz baca, catat setiap kata yang ustadz terjemahkan, dan lain sebagainya, jika seperti ini cara kajiannya, maka wallahi siapapun orangnya pasti dia tidak akan pernah mengantuk, tidak pernah merasa bosan, tidak pernah merasa jenuh, dan lain sebagainya. Jika memang masih saja mengantuk padahal yang sedang dikaji adalah kitab tauhid, maka mungkin didalam tubuh orang tersebut ada jin yang bersarang sehingga menghalangi dia untuk menuntut ilmu syar'i.

Saudaraku, kitab tauhid itu kitab yang teramat penting untuk dikaji, karena didalamnya membahas tentang tauhid dan macam-macamnya dan membedah pula tentang kesyirikan dan segala jenisnya, sehingga dengan hal itu akan menjadi penentu masuk surga atau tidaknya seorang hamba. Karena itu, jika ingin merasakan nikmatnya menuntut ilmu, nikmatnya mengikuti kajian-kajian kitab, maka pelajarilah ilmu nahwu, niscaya Allah akan berikan taufik dan kemudahan kepada kita untuk  semangat menghadiri kajian-kajian kitab, semangat untuk mulazamah kepada para ahli ilmu, sehingga dengan itu akan membuat keilmuan kitap semakin bertambah.

Disana banyak kitab yang harus dipelajari dalam kajian kitab, dari kitab tauhid, kitab aqidah, kitab fiqih, ushul fiqih, qowaidul fiqhiyyah, kitab hadits, tafsir, dan lain sebagainya. Maka fahamilah, tanpa perjuangan meluangkan waktu untuk mempelajari ilmu nahwu, kita tidak akan sampai ke jenjang perubahan. Jika kita tidak mau berjuang dari sekarang untuk meluangkan waktu dan mengorbankan tenaga untuk mempelajarinya,  tentu kita akan tetap berjalan ditempat dan akan terus bersandar pada kajian-kajian tematik. Menuntut ilmu itu sebenarnya tidak harus di pondok pesantren, dengan modal dasar memahami bahasa arab dan ilmu nahwu, kita bisa datang mulazamah kepada para ustadz atau menghadiri kajian-kajian kitab yang ada disekitar kita. Tentu kita tidak ingin dilampaui oleh anak didik kita yang hari ini kita ajarkan iqro'. Bukan berarti kita tidak bangga kepada peserta didik kita yang lebih maju dari kita, bukan! Tapi maksudnya, mari kita berlomba dalam kebaikan, jangan hanya peserta didik kita saja yang maju sedangkan kita hanya menjadi penonton dan jalan ditempat, akhirnya kita-pun yang sudah beruban kembali duduk bersimpuh dihadapan murid-murid yang kita ajarkan iqro' dahulu dan bertanya kepada mereka serta meminta fatwa kepada mereka dan demikian seterusnya, dan ini jelas sangat merugi. Karena itu, sudah saatnya bagi para penuntut ilmu, para ikhwah dan akhawat yang sudah puluhan tahun mengaji salaf agar meningkatkan keilmuannya dengan kajian-kajian kitab dan mempelajari ilmu-ilmu dasar, dan diantara ilmu-ilmu dasar yang paling penting adalah ilmu nahwu, karena ia adalah dasar yang paling penting dan paling direkomendasikan oleh para ulama untuk dipelajari sebagai langkah awal untuk bisa naik ke kitab berikutnya. Karena itu, benarlah ucapan Imam Asy-Syafi'i :

[من تبحر في النحو اهتدى إلى جميع العلوم. [شذرات الذهب، ٢/٤٠٧. دار ٰابن كثير

"Barangsiapa yang menguasai ilmu nahwu, dia dimudahkan untuk memahami seluruh ilmu".[Syadzaraat Adz-Dzahab, 2/407. Cet. Daar Ibni Katsir]

Ucapan Imam Asy-Syafi'i diatas benar. Dengan menguasai ilmu nahwu, mudah bagi kita untuk memahami semua ilmu, dengan cara  mulazamah dan mengikuti kajian-kajian kitab yang ada disekitar kita.

Sebenarnya mempelajari ilmu nahwu itu mudah, kuncinya bersabar dan jangan mudah menyerah. Dan ingatlah bahwa menuntut ilmu harus dimulai dari yang paling dasar, lalu naik ke kitab diatasnya dan demikian seterusnya. Dan satu kata yang harus diingat, mempelajari ilmu nahwu itu sulitnya diawal-awal saja, karena setelahnya pasti mudah. Asy-Syaikh Muhammad bin Sholeh Al-'Utsaimin rahimahullah pernah mengatakan :

:فإن علم النحو علم شريف، علم وسيلة ؛ يتوسل بها إلى شيئين مهمين

.الشيء الأول : فهم كتاب الله وسنة رسوله صلى الله عليه وسلم، فإن فهمهما ويتوقف على معرفة علم النحو

والثاني : إقامة اللسان على اللسان العربي، الذي نزل به  كلام الله عز وجل ؛ لذلك كان فهم النحو أمرا مهما جدا ؛ ولكن النحو في أوله صعب وفي آخره سهل، وقد مثل : ببيت من قصب وبابه من حديد، أنه صعب الدخول لكن إذا دخلت ؛ سهل عليك كل شيء ؛ ولذلك ينبغي للإنسان أن يحرص على تعلم مبادئه حتى يسهل عليه الباقي. ولا عبرة بقول من قال : إن النحو صعب، حتى يتخيل
.الطالب أنه لن يمكن منه، فإن هذا ليس بصحيح، لكن ركز على أوله يسهل عليك آخره

[شرح الجريمة لفضلة الشيخ العلامة محمد بن صالح العثيمين، ص : ٩-١٠. مكتبة الرشد]

"Sesungguhnya ilmu nahwu merupakan ilmu yang mulia, ilmu wasilah ; yang dengannya menjadi perantara kepada dua perkara yang penting : Pertama : Memahami kitab Allah dan sunnah Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam, karena memahami keduanya berhenti pada mengetahui ilmu Nahwu.

Kedua: Membiasakan lisan dengan lisan orang-orang arab, yang telah turun dengannya firman Allah 'Azza wa Jalla ; karena demikian, memahami ilmu nahwu merupakan perkara yang teramat penting sekali ; akan tetapi ilmu nahwu itu sulit diawal dan mudah di akhirnya, dan sungguh telah di umpamakan  seperti rumah dari bambu dan pintunya dari besi, yaitu : memasukinya sulit akan tetapi apabila kamu telah masuk ; mudah bagimu segala sesuatu. Untuk itulah selayaknya bagi orang-orang agar dia bersungguh-sungguh untuk mempelajari ilmu nahwu sebagai titik permulaan sampai tetapnya kemudahan atasnya. Dan tidaklah (dia) bersedih hati dengan ucapan orang-orang yang berkata :

"Sesungguhnya nahwu itu sulit, sampai terbayangkan oleh penuntut ilmu bahwasanya tidak mungkin untuk mempelajari ilmu nahwu. Maka ini sungguh (ucapan yang) tidak benar, akan tetapi tanamkanlah olehmu yg pertama (bahwa nahwu itu sulit di awal), dan mudah bagimu di akhirnya." [Syarhul Jurumiyyah, li Fadhilati asy-Syaikhi al-'Allaamah Muhammadi bni Shoolih Al-'Utsaimiin, (hal.9-10), Maktabatu-Ar-Rusyd]

Lihatlah para ulama, seperti Imam al-Kisaa'i, berjuang mempelajari ilmu nahwu yang sebelumnya tidak dia fahami, sampai-sampai dengan kesungguhan dan kesabarannya beliau akhirnya menjadi ulama ahli nahwu terkemuka di kota kuffah, dan menjadi rujukan dalam bidang nahwu dan qiro'at hingga saat ini. Karena besarnya jasa Al-Kisaa'i dalam ilmu nahwu, sampai-sampai Imam Asy-Syafi'i rahimahullah pernah mengatakan :

.[من أراد أن يتبحر في النحو فهو عيال على الكسائي. [شذرات الذهب، ٢/٤٠٧. دار ٰابن كثير

"Barangsiapa yang ingin menguasai ilmu nahwu, maka dia (butuh) berhutang budi kepada Al-Kisa'i".[Syadzaraat Adz-Dzahab, 2/407. Cet. Daar Ibni Katsir]

Karena itu, kitapun bisa mengikuti semangatnya Imam Al-Kisaa'i, walaupun kita tidak bisa melampaui Imam Al-Kisaa'i. Seorang pujangga pernah mengatakan :

"Bila Imam Al-Kisaa'i telah berjasa dalam ilmu nahwu, maka kita-pun bisa mengambil bagian dari jejak Al-Kisaa'i. Yaitu tirulah semangatnya, rajinlah menglang-ulang ilmu, dan luruskanlah niat karena Allah."

Berkata penyair yang lain :

.من تعلم اللغة العربية فهو من العاقلين

"Barangsiapa yang mempelajari bahasa arab maka dia termasuk orang orang yang berakal."

Karena itu pelajarilah bahasa arab, niscaya semangat kita untuk mempelajari kitab-kitab para ulama dalam kajian-kajian kitab akan semakin membara.

Semoga tulisan ini bermanfaat.

Related Posts:

KESUKSESAN YANG SEJATI

Bismillah. Alhamdulilahi Rabbil 'aalamiin. Wa shallallahu 'ala Nabiyyina Muhammadin wa 'ala aalihi wa shahbihi ajma'iin. Wa ba'du.

Apa itu kesuksesan yang sejati? Sebuah pertanyaan yang membutuhkan jawaban pasti. Sebagian orang menganggap bahwa kesuksesan sejati itu apabila bisa kuliah di Universitas terkenal, mendapat predikat cum laude, bekerja di berbagai instansi terkemuka nasional maupun internasional, bekerja di Bank terkemuka Indonesia, bekerja di industri persenjataan dalam negeri, menjadi pegawai negeri sipil, kaya, jabatan tinggi, keturunan bangsawan dan lain sebagainya. Kita katakan, tidak saudaraku, itu memang sebuah kesuksesan bagi kita, tapi bukan kesuksesan yang sejati. Kesuksesan yang sejati adalah ketika anda sudah bisa menginjakkan kaki anda di surga dan dijauhkan dari neraka. Allah Ta'ala berfirman:

«فَمَن زُحْزِحَ عَنِ ٱلنَّارِ وَأُدْخِلَ ٱلْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَآ إِلَّا مَتَـٰعُ ٱلْغُرُورِ»

Artinya : "Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah sukses. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan." (QS.Ali Imran : 185)

Ayat diatas menjelaskan kepada kita tentang kesuksesan yang sejati. Mungkin selama ini anda beranggapan bahwa sukses yang sejati itu kaya di dunia, jabatan yang tinggi, nasab yang mulia, dihormati oleh semua orang, cerdas hingga mendapat gelar doktor bahkan profesor. Bukan itu saudaraku! Jika kekayaan tolak ukur kesuksesan, maka ahli neraka seperti Qarun lebih sukses dari anda, sampai-sampai kunci gudangnya tidak sanggup dipikul oleh beberapa laki-laki yang perkasa. Jika jabatan tinggi tolak ukur kesuksesan, maka ahli neraka seperti Fir'aun dan Namrud lebih tinggi jabatannya dari anda. Jika nasab yang tinggi tolak ukur kesuksesan, maka ahli neraka seperti Abu Lahab -paman Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam- lebih tinggi nasabnya dari anda. Dan jika kecerdasan dunia, gelar doktor, atau gelar profesor adalah standar sukses menurut anda, maka Albert Einstein-lah orang yang paling sukses di dunia, padahal Allah Ta'ala telah berfirman tentang orang-orang kafir :

«إِنَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ وَمَاتُوا۟ وَهُمْ كُفَّارٌ أُو۟لَـٰٓئِكَ عَلَيْهِمْ لَعْنَةُ ٱللَّهِ وَٱلْمَلَـٰٓئِكَةِ وَٱلنَّاسِ أَجْمَعِينَ»

Artinya : "Sesungguhnya orang-orang kafir dan mereka mati dalam keadaan kafir, mereka itu mendapat laknat Allah, para Malaikat dan manusia seluruhnya". (QS. Al-Baqaroh : 161)

Allah Ta'ala juga berfirman :

إِنَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ وَمَاتُوا۟ وَهُمْ كُفَّارٌۭ فَلَن يُقْبَلَ مِنْ أَحَدِهِم مِّلْءُ ٱلْأَرْضِ ذَهَبًۭا وَلَوِ ٱفْتَدَىٰ بِهِۦٓ ۗ أُو۟لَـٰٓئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌۭ وَمَا لَهُم مِّن»
«نَّـٰصِرِينَ

Artinya : "Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan mati sedang mereka tetap dalam kekafirannya, maka tidaklah akan diterima dari seseorang diantara mereka emas sepenuh bumi, walaupun dia menebus diri dengan emas (yang sebanyak) itu. Bagi mereka itulah siksa yang pedih dan sekali-kali mereka tidak memperoleh penolong". (QS. Ali Imran : 91)

Allah Ta'ala juga berfirman : 

«إِنَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ لَن تُغْنِىَ عَنْهُمْ أَمْوَٰلُهُمْ وَلَآ أَوْلَـٰدُهُم مِّنَ ٱللَّهِ شَيْـًۭٔا ۖ وَأُو۟لَـٰٓئِكَ أَصْحَـٰبُ ٱلنَّارِ ۚ هُمْ فِيهَا خَـٰلِدُونَ»

Artinya : "Sesungguhnya orang-orang yang kafir baik harta mereka maupun anak-anak mereka, sekali-kali tidak dapat menolak azab Allah dari mereka sedikitpun. Dan mereka adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya". (QS. Ali Imran : 116)

Allah Ta'ala juga berfirman : 

«إِنَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ بِـَٔايَـٰتِنَا سَوْفَ نُصْلِيهِمْ نَارًۭا كُلَّمَا نَضِجَتْ جُلُودُهُم بَدَّلْنَـٰهُمْ جُلُودًا غَيْرَهَا لِيَذُوقُوا۟ ٱلْعَذَابَ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَزِيزًا حَكِيمًۭا»

Artinya : "Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan azab. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana". (QS. An-Nisaa' : 56)

Itulah keadaan orang-orang kafir di akhirat kelak, "sesukses" apapun mereka di dunia menurut pandangan manusia, semua itu tidak ada artinya, karena mereka akan menjadi penghuni neraka dan kekal didalamnya. Apa fungsi kesuksesan dunia jika harus masuk kedalam neraka? Tidak ada fungsinya..! Itulah sebabnya Allah tidak pernah mengukur dan menganggap sebuah kesuksesan itu dari sisi banyaknya harta, jabatan yang tinggi, nasab yang mulia, status doktor atau profesor, akan tetapi kesuksesan yang sejati itu adalah ketika anda bisa masuk surga dan dijauhkan dari neraka.

Bahkan apa yang dimiliki oleh orang-orang kafir, berupa harta kekayaan yang melimpah, mobil yang mewah, pulau pribadi yang banyak, pesawat pribadi yang berjejer, perusahaan minyak dimana-mana, itu tidak bisa disebut sebagai sebuah kesuksesan yang sejati menurut pandangan Islam, kesuksesan yang sejati itu adalah ketika anda bisa masuk surga dan dijauhkan dari neraka. Bahkan sebutlah Bill Gates sebagai orang terkaya di dunia saat ini dengan perusahaan Microsoft-nya, dengan aset perusahaan yang triliunan, harta kekayaannya yang melimpah, itu semua masih lebih baik dari amal sholeh seorang muslim yang fakir pada hari ini. Bukankah Allah pernah berfirman tentang Qarun? :

فَخَرَجَ عَلَىٰ قَوْمِهِۦ فِى زِينَتِهِۦ ۖ قَالَ ٱلَّذِينَ يُرِيدُونَ ٱلْحَيَوٰةَ ٱلدُّنْيَا يَـٰلَيْتَ لَنَا مِثْلَ مَآ أُوتِىَ قَـٰرُونُ إِنَّهُۥ لَذُو حَظٍّ عَظِيمٍۢ. وَقَالَ ٱلَّذِينَ أُوتُوا۟»
«ٱلْعِلْمَ وَيْلَكُمْ ثَوَابُ ٱللَّهِ خَيْرٌۭ لِّمَنْ ءَامَنَ وَعَمِلَ صَـٰلِحًۭا وَلَا يُلَقَّىٰهَآ إِلَّا ٱلصَّـٰبِرُونَ

Artinya : "Maka keluarlah Qarun kepada kaumnya dalam kemegahannya. Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia: "Semoga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Karun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai kesuksesan yang besar. Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: "Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu, kecuali oleh orang-orang yang sabar". (QS. Al-Qashash : 78-80)

Allah telah menganugerahkan kepada Qarun harta yang sangat banyak lagi melimpah yang tidak pernah diberikan kepada siapapun, sampai-sampai kunci gudangnya tidak sanggup dipikul oleh beberapa laki-laki yang kuat. Allah mengabadikan itu didalam al-Qur'an surat al-Qashosh ayat 76, bahkan tidak ada apa-apanya Bill Gates hari ini, namun pahala yang Allah berikan kepada orang-orang yang beriman dan beramal sholeh masih lebih baik dari harta yang diberikan-Nya kepada Qarun dan orang-orang kafir lainnya. Bukankah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah mengabarkan kepada kita tentang keutamaan sholat sunnah dua raka'at sebelum subuh lebih baik dari dunia dan segala isinya? Imam Muslim mengatakan :

حدثنا يحيى بن حبيب حدثنا معتمر، قال : قال أبي : حدثنا قتادة، عن زرارة، عن سعد ابن هشام، عن عائشة، عن النبي صلى الله
 عليه وسلم أنه قال: في شأن الركعتين عند طلوع الفجر : ((لهما  أحب إلي من الدنيا جميعا)). [رواه مسلم، ٧٢٥، بيت الفكار
 [الدوليه

Menceritakan kepada kami Yahya bin Habib, menceritakan kepada kami Ma'mar dia berkata : Berkata bapak-ku : menceritakan kepada kami Qotadah, dari Zuraarah, dari Sa'ad bin Hisyam, dari 'Aisyah, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bahwasannya beliau bersabda : Berkenaan dengan (sholat sunnah) dua raka'at sebelum terbit fajar : ((Dua rakaat sholat sunnah fajar lebih aku cintai daripada dunia seluruhnya))[Diriwayatkan oleh Muslim, no. 725. Cet. Baitul Afkaar ad-Dauliyyah]

Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda dalam hadits yang lain, dan juga diriwayatkan oleh Imam Muslim :

حدثنا محمد ابن عبيد الغبري، حدثنا أبو عوانة، عن قتادة، عن زرارة ابن أوفى، عن سعد ابن هشام ، عن عائشة، عن النبي صلى
[الله عليه وسلم قال : ((ركعتا الفجر خير من الدنيا وما فيها)). [رواه مسلم، ٧٢٥، بيت الفكار الدوليه

Menceritakan kepada kami Muhammad bin 'Ubaid al-Ghubariy, menceritakan kepada kami Abu 'Awaanah, dari Qotadah, dari Zaraarah bin Aufa, dari Sa'ad bin Hisyam, dari 'Aisyah, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : ((Dua rakaat sholat sunnah fajar lebih baik dari dunia dan segala isinya)). [Diriwayatkan oleh Muslim, no. 725. Cet. Baitul Afkaar ad-Dauliyyah]

Kedua hadits diatas menunjukkan kepada kita bahwa amal sholeh khususnya sholat sunnah fajar lebih baik dari dunia dan segala isinya, maka tidak ada apa-apanya harta kekayaan Qarun atau Bill Gates. Lalu bagaimana lagi dengan sholat wajibnya? Lalu bagaimana pula dengan orang-orang yang mentauhidkan Allah? Subhanallah, ini menunjukkan kepada kita bahwa seorang muslim itu kaya dengan amalan-amalannya, bahkan yang lebih mencengangkan lagi, sebuah amalan yaitu mentauhidkan Allah, bahkan lebih baik dari tujuh lapis langit dan bumi beserta segala isinya selain Allah, Allahu Akbar. Dalam sebuah hadits Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah bersabda :

عن أبي سعيد الخدري عن رسول الله صلى الله عليه وسلم فال : ((قال موسى : يارب، علمني شيئا أذكرك وأدعوك به. فال : قل ياموسى : لا إله إلا الله. قال : يارب كل عبادك يقولون هذا. قال : ياموسى، لو أن السموات السبع وعامرهن غيرى، والأرضين
 .((السبع في كفة، ولا إله إلا الله في كفة، مالت بهن لا إله إلا الله
[فتح المجيد شرح كتاب التوحيد، ص : ٤٩-٥١. دارالكتب العلمية]

Dan dari Abu Said Al-Khudriy dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata : ((Berkata Musa : Wahai Rabb-ku, ajarkan aku sesuatu yang aku akan mengingatmu dan berdoa kepada-Mu dengannya. Allah berfirman : Wahai  Musa katakan : Tidak ada sesembahan yang benar selain Allah. Musa berkata : Wahai Rabb-ku, seluruh hamba-hamba-Mu mengucapkan ini -yaitu kalimat laa ilaaha illallah-. Allah berfirman : Wahai Musa, seandainya langit yang tujuh lapis beserta seluruh penghuninya selain Aku serta bumi yang tujuh lapis (beserta isinya) berada dalam satu daun timbangan,  dan kalimat la ilaaha ilallah berada dalam satu daun timbangan yang lain, maka kalimat la ilaaha ilallah lebih berat dari semua itu)) [Fathul Majiid Syarhu Kitaabit Tauhiid, hal.49-51. Cet.Daarul Kutub Al-Ilmiyyah] 

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda dalam hadits yang lain:

وللترمذي أيضا وحسنه وصححه الذهبي: "يصاح برجل من أمتي على رءوس الخلائق يوم القيامة فينشر له تسع وتسعون سجلاً كل سجل منها مد البصر، ثم يقال أتنكر من هذا شيئا؟ فيقول: لا يا رب فيقال: ألك عذر أو حسنة؟ فيهاب الرجل فيقول: لا يا رب، فيقال: بلى إن لك عندنا حسنة، وأنه لا ظلم عليك، فيخرج له بطاقة فيها: أشهد أن لا إله إلا الله وأن محمدًا عبده ورسوله فيقول: يا رب ما هذه البطاقة مع هذه السجلات؟ فيقال: إنك لا تظلم، فتوضع السجلات في كفة والبطاقة في كفة, فطاشت السجلات وثقلت
 [البطاقة. [الشرح الميسر لكتاب التوحيد للإمام الشيخ محمد بن عبد الوهاب -رحمه الله- إعداد عبد الله القاسم، ص : ٣٦

Dari Imam Tirmidzi dan dia menghasankannya dan Imam Adz-Dzahabi menshohihkannya : "Ada seseorang yang terpilih dari umatku pada hari kiamat dari kebanyakan orang ketika itu, lalu dibentangkan kartu catatan amalnya yang berjumlah 99 kartu. Setiap kartu jika dibentangkan sejauh mata memandang. Kemudian Allah menanyakan padanya, “Apakah engkau mengingkari sedikit pun dari catatanmu ini?” Ia menjawab, “Tidak sama sekali wahai Rabbku.” Allah bertanya lagi, “Apakah kamu memiliki udzur atau kebaikan di sisimu?” Dipanggillah laki-laki tersebut dan ia berkata, “Tidak sama sekali wahai Rabbku.” Allah pun berfirman, “Sesungguhnya ada kebaikanmu yang masih kami catat. Dan sungguh tidak akan ada kezaliman atasmu pada hari ini.” Lantas dikeluarkanlah satu bitoqoh (kartu) yang bertuliskan syahadat 'laa ilaha illallah wa anna muhammadan ‘abduhu wa rasuuluh'. Lalu ia bertanya, “Apa (manfaat) kartu ini yang bersama dengan catatan-catatanku yang penuh dosa tadi?” Allah berkata padanya, “Sesungguhnya engkau tidak didzalimi.” Lantas diletakkanlah kartu-kartu dosa di salah satu daun timbangan dan kartu laa ilaha illallah di daun timbangan lainnya. Ternyata daun timbangan penuh dosa tersebut terkalahkan dengan beratnya kartu bertulis laa ilaha illalah tadi." [Syarhul Muyassar Liktaabit Tauhiid lil Imaami Asy-Syaikh Muhammad bin 'Abdil Wahhaab penyusun 'Abdullah Al-Qaasim]

Kedua hadits diatas menunjukkan kepada kita tentang keutamaan amal sholeh khususnya tauhid, bahkan ia lebih berharga dari tujuh lapis bumi dan langit dan segala isinya kecuali Allah. Berarti amal sholeh khususnya tauhid lebih berharga dari harta kekayaan yang melimpah mengalahkan harta Qarun atau Bill Gates.

SUKSES SEJATI DIATAS DUNIA YAITU BERTAKWA KEPADA ALLAH

Jika ditinjau secara mendalam, kesuksesan itu hakikatnya ada dua, kesuksesan di dunia dan kesuksesan di akhirat. Adapun kesuksesan di akhirat, yaitu tatkala seorang dimasukkan kedalam surga dan dijauhkan dari neraka, dan inilah kesuksesan yang sejati. Adapun kesuksesan dunia menurut Allah adalah taat kepada Allah dan Rasul-Nya, takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya. Allah Ta'ala berfirman :

«وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ وَيَخْشَ ٱللَّهَ وَيَتَّقْهِ فَأُو۟لَـٰٓئِكَ هُمُ ٱلْفَآئِزُونَ»

Artinya : "Dan barang siapa yang taat kepada Allah dan rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang-orang yang mendapat kesuksesan". (QS. An-Nur : 52)

Pada ayat diatas kesuksesan di dunia bukan banyaknya harta, jabatan yang tinggi, gelar doktor dan profesor yang diraih, bukan! Tapi sukses sejati di dunia adalah bertakwa kepada Allah, takut kepada-Nya dari dosa-dosa, serta melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, bahkan inilah kesuksesan dunia dan akhirat. 

Berkata Ibnu Katsir dalam menafsirkan ayat diatas :

وقوله «وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُ» أي فيما أمراه به، وترك ما نهياه عنه، ويخش الله فيما مضى من ذنوبه ويتقه فيما يستقبل. وقوله «فَأُو۟لَـٰٓئِكَ هُمُ ٱلْفَآئِزُونَ» يعني الذين فازوا بكل خير وأمنوا من كل شر في الدنيا والآخرة
[تفسير ابن كثير، ٣\٢٧٠. دار الكتب العلمية]

Firman Allah «Dan barang siapa yang taat kepada Allah dan rasul-Nya» maksusdnya (taat) pada apa-apa yang Allah dan Rasul-Nya perintahkan dan meninggalkan apa-apa yang Allah dan Rasul-Nya larang, serta takut kepada Allah dari apa-apa yang telah berlalu dari dosa-dosanya dan berhati-hati terhadap dosa-dosa tersebut dimasa yang akan datang. Dan firman Allah «Maka mereka adalah orang-orang yang mendapat kesuksesan» maksudnya yaitu mereka adalah orang-orang yang sukses dengan setiap kebaikan dan aman dari setiap kejelekan di dunia dan di akhirat." [Tafsiir Ibni Katsiir, 3/270. Cet. Daarul Kutub al'Ilmiyyah]

Ayat diatas beserta tafsirannya menjelaskan kepada kita bahwa, hakikat sukses yang sejati di atas dunia adalah taat kepada Allah dan Rasul-Nya serta takut kepada-Nya dari dosa-dosa yang telah berlalu dan dimasa yang akan datang, serta bertakwa kepada-Nya semata bukan kepada selain-Nya, maka inilah yang disebut sebagai kesuksesan yang sejati di dunia, sehingga hal itu akan mengantarkan kita pada kesuksesan yang sejati di akhirat yaitu dimasukkan kedalam surga dan dijauhkan dari neraka, itulah makna firman Allah Ta'ala : 

«لَا يَسْتَوِىٓ أَصْحَـٰبُ ٱلنَّارِ وَأَصْحَـٰبُ ٱلْجَنَّةِ ۚ أَصْحَـٰبُ ٱلْجَنَّةِ هُمُ ٱلْفَآئِزُونَ»

Artinya : "Tidaklah sama penghuni-penghuni neraka dengan penghuni-penghuni surga; penghuni-penghuni surga itulah orang-orang yang sukses". (QS. Al-Hasyr : 20)

Ibnu Katsir mengatakan dalam tafsirnya :

وقوله تعالى : «لَا يَسْتَوِىٓ أَصْحَـٰبُ ٱلنَّارِ وَأَصْحَـٰبُ ٱلْجَنَّةِ ۚ » أي لا يساوي هؤلاء وهؤلاء في حكم الله تعالى يوم القيامة، كما قال تعالى : «أَمْ حَسِبَ ٱلَّذِينَ ٱجْتَرَحُوا۟ ٱلسَّيِّـَٔاتِ أَن نَّجْعَلَهُمْ كَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّـٰلِحَـٰتِ سَوَآءًۭ مَّحْيَاهُمْ وَمَمَاتُهُمْ ۚ سَآءَ مَا يَحْكُمُونَ» [الجاثية : ٢١] وقال تعالى : «وَمَا يَسْتَوِى ٱلْأَعْمَىٰ وَٱلْبَصِيرُ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّـٰلِحَـٰتِ وَلَا ٱلْمُسِىٓءُ ۚ قَلِيلًۭا مَّا تَتَذَكَّرُونَ» [غافر : ٥٨] وقال تعالى : «أَمْ نَجْعَلُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّـٰلِحَـٰتِ كَٱلْمُفْسِدِينَ فِى ٱلْأَرْضِ أَمْ نَجْعَلُ ٱلْمُتَّقِينَ كَٱلْفُجَّارِ» [ص : ٢٨]. في آيات أخر دالات على أن الله تعالى يكرم الأبرار ويهين الفجار، ولهذا قال تعالى ههنا : «أَصْحَـٰبُ ٱلْجَنَّةِ هُمُ ٱلْفَآئِزُونَ» أي 
.الناجون المسلمون من عذاب الله عز وجل

[تفسير ابن كثير، ص : ٤\٢٩٥. دار الكتب العلمية]

Firman Allah Ta'ala : «Artinya : "Tidaklah sama penghuni-penghuni neraka dengan penghuni-penghuni surga; penghuni-penghuni surga itulah orang-orang yang sukses» Yaitu tidak sama antara para penghuni surga dan penghuni neraka dihadapan hukum Allah Ta'ala pada hari kiyamat, sebagaimana firman Allah Ta'ala : «Artinya : Apakah orang-orang yang membuat kejahatan itu menyangka bahwa Kami akan menjadikan mereka seperti orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, yaitu sama antara kehidupan dan kematian mereka? Amat buruklah apa yang mereka sangka itu» [Al-Jatsiyah : 21]. Dan Allah Ta'ala berfirman : «Artinya :  Dan tidaklah sama orang yang buta dengan orang yang melihat, dan tidaklah (pula sama) orang-orang yang beriman serta mengerjakan amal saleh dengan orang-orang yang durhaka. Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran» [Ghofir : 58]. Dan Allah Ta'ala berfirman : «Artinya : Patutkah Kami menganggap orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh sama dengan orang-orang yang berbuat kerusakan di muka bumi? Patutkah (pula) Kami menganggap orang-orang yang bertakwa sama dengan orang-orang yang berbuat maksiat?» [Shod : 28]. Dan dalam ayat-ayat lain terdapat dalil yang menunjukkan bahwa Allah Ta'ala memuliakan orang yang berbuat kebajikan dan menghinakan orang-orang-orang yang berbuat maksiat. Oleh karena itu, disini Allah Ta'ala berfirman : «Artinya : Penghuni-penghuni surga itulah orang-orang yang sukses» Yaitu, orang-orang yang sukses dan terbebas dari adzab Allah 'Azza wa Jalla." [Tafsiir Ibni Katsiir, 4/285. Cet. Daarul Kutub al-'Ilmiyyah]

Jika kita berpandangan sukses sejati itu adalah kesuksesan dunia semata, baik kaya di dunia, memiliki jabatan yang tinggi dan lain sebagainya, maka orang-orang seperti ini telah tertipu. Bagaimana bisa dikatakan sukses orang yang hidup diatas dunia yang cuma dalam hitungan jam? Kehidupan di dunia ini sangat singkat sobat, hanya dalam hitungan jam menurut Allah Ta'ala. Perhatikan firman Allah Ta'ala berikut ini :

 يَوْمَ يُنفَخُ فِى ٱلصُّورِ ۚ وَنَحْشُرُ ٱلْمُجْرِمِينَ يَوْمَئِذٍۢ زُرْقًۭا. بَيْنَهُمْ إِن لَّبِثْتُمْ إِلَّا عَشْرًۭا. نَّحْنُ أَعْلَمُ بِمَا يَقُولُونَ إِذْ يَقُولُ أَمْثَلُهُمْ طَرِيقَةً»
 «إِن لَّبِثْتُمْ إِلَّا يَوْمًۭا

Artinya : "(Yaitu) di hari (yang di waktu itu) ditiup sangkakala dan Kami akan mengumpulkan pada hari itu orang-orang yang berdosa dengan muka yang biru muram; mereka berbisik-bisik di antara mereka: "Kamu tidak berdiam (di dunia) melainkan hanyalah sepuluh (hari). Kami lebih mengetahui apa yang mereka katakan, ketika berkata orang yang paling lurus jalannya di antara mereka: "Kamu tidak berdiam (di dunia), melainkan hanyalah sehari saja". (QS. Taha : 102-104)

Allah Ta'ala juga berfirman :

يَتَخَـٰفَتُونَ قَـٰلَ كَمْ لَبِثْتُمْ فِى ٱلْأَرْضِ عَدَدَ سِنِينَ. قَالُوا۟ لَبِثْنَا يَوْمًا أَوْ بَعْضَ يَوْمٍۢ فَسْـَٔلِ ٱلْعَآدِّينَ. قَـٰلَ إِن لَّبِثْتُمْ إِلَّا قَلِيلًۭا ۖ لَّوْ أَنَّكُمْ كُنتُمْ»
 «تَعْلَمُونَ. أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَـٰكُمْ عَبَثًۭا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ

Artinya : "Allah bertanya: "Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi? Mereka menjawab: "Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung. Allah berfirman: "Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui. Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? (QS. Al-Mu'minun : 12-15)

Allah Ta'ala juga berfirman :

«وَيَوْمَ يَحْشُرُهُمْ كَأَن لَّمْ يَلْبَثُوٓا۟ إِلَّا سَاعَةًۭ مِّنَ ٱلنَّهَارِ يَتَعَارَفُونَ بَيْنَهُمْ ۚ قَدْ خَسِرَ ٱلَّذِينَ كَذَّبُوا۟ بِلِقَآءِ ٱللَّهِ وَمَا كَانُوا۟ مُهْتَدِينَ»

Artinya : "Dan (ingatlah) akan hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka, (mereka merasa di hari itu) seakan-akan mereka tidak pernah berdiam (di dunia) hanya sesaat di siang hari, (di waktu itu) mereka saling berkenalan. Sesungguhnya rugilah orang-orang yang mendustakan pertemuan mereka dengan Allah dan mereka tidak mendapat petunjuk." (QS. Yunus : 45)

Allah Ta'ala juga berfirman :

«كَأَنَّهُمْ يَوْمَ يَرَوْنَهَا لَمْ يَلْبَثُوٓا۟ إِلَّا عَشِيَّةً أَوْ ضُحَىٰهَا»

Artinya : "Pada hari mereka melihat hari berbangkit itu, mereka merasa seakan-akan tidak tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saja) di waktu sore atau pagi hari." (QS. An-Naziat : 46)

Allah Ta'ala juga berfirman :

 ۚ فَٱصْبِرْ كَمَا صَبَرَ أُو۟لُوا۟ ٱلْعَزْمِ مِنَ ٱلرُّسُلِ وَلَا تَسْتَعْجِل لَّهُمْ ۚ كَأَنَّهُمْ يَوْمَ يَرَوْنَ مَا يُوعَدُونَ لَمْ يَلْبَثُوٓا۟ إِلَّا سَاعَةًۭ مِّن نَّهَارٍۭ ۚ بَلَـٰغٌۭ»
«فَهَلْ يُهْلَكُ إِلَّا ٱلْقَوْمُ ٱلْفَـٰسِقُونَ

Artinya : "Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul telah bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka. Pada hari mereka melihat azab yang diancamkan kepada mereka, seolah-olah mereka tidak tinggal (di dunia) melainkan sesaat pada siang hari. (Inilah) suatu pelajaran yang cukup, maka tidak dibinasakan melainkan kaum yang fasik." (QS. Al-Ahqaf : 35)

Ayat-ayat diatas menjelaskan kepada kita tentang kehidupan kita diatas dunia ini sangat singkat, karena begitu singkatnya, sampai-sampai Allah Ta'ala menganggap kita hidup diatas dunia hanya satu hari, setengah hari, bahkan hanya seukuran waktu sore, pagi atau waktu siang saja. Bahkan Allah Ta'ala mensifati berdiamnya manusia di alam kubur yang nyatanya lebih lama dari usia mereka ketika diatas dunia hanya sebentar saja. Ini menunjukkan kepada kita kesuksesan akhiratlah yang hakiki. Allah Ta'ala berfirman tentang kehidupan di alam kubur :

«يَوْمَ يَدْعُوكُمْ فَتَسْتَجِيبُونَ بِحَمْدِهِۦ وَتَظُنُّونَ إِن لَّبِثْتُمْ إِلَّا قَلِيلًۭا»

Artinya : "Yaitu pada hari Dia memanggil kamu, lalu kamu mematuhi-Nya sambil memuji-Nya dan kamu mengira, bahwa kamu tidak berdiam (di dalam kubur) kecuali sebentar saja." (QS. Al-Isro : 52)

Nabi Adam 'alaihissalam pernah tinggal diatas dunia kurang lebih 1000 tahun sesuai dengan kadar umur yang Allah Ta'ala berikan kepadanya, sedangkan keberadaan beliau 'alaihissalam di alam kubur sejak beliau meninggal dunia hingga hari ini mungkin sudah jutaan tahun lebih lama dari usia beliau ketika masih berada diatas dunia wallahu a'lam. Demikian itu juga dengan keberadaan para Nabi di alam kuburnya, atau keberadaan seluruh manusia yang telah meninggal dunia ribuan tahun lalu, mereka semua berada di alam kuburnya lebih lama dari usia mereka ketika mereka masih hidup diatas dunia. Jika hari kiyamat akan terjadi berjuta-juta tahun lagi berarti selama itu pula mereka akan berada di alam kuburnya menunggu hari kiyamat. Tapi meskipun demikian, Allah Ta'ala tetap mengatakan "Bahwa kamu tidak berdiam (di dalam kubur) kecuali sebentar saja." (Al-Isro : 52). Dengan demikian, keberadaan manusia di alam kuburnya baik yang sudah jutaan tahun meninggal atau yang sudah ribuan tahun meninggal, dalam perhitungan Allah itu sangat singkat, dan bagaimana bisa sesuatu yang singkat dikatakan sukses? Dan kesuksesan yang sejati itu bukan kesuksesan yang singkat sobat, tapi kesuksesan sejati itu kesuksesan yang terus menerus tanpa henti. Dan hal ini tidak akan didapatkan kecuali bagi mereka yang telah menapaki kakinya di surga setelah berletih-letih beramal sholeh diatas dunia. 

Jika kita melihat kebelakang, mungkin kita sudah banyak membuang-buang waktu sobat, bahkan bisa dikatakan mungkin setengah hidup kita telah banyak kita berikan kepada dunia dengan dosa dan maksiat. Dunia ini sangat singkat, biarlah orang-orang kafir saja yang tertipu dengan dunia ini jangan kita sebagai seorang muslim dan muslimah. Allah Ta'ala berfirman dalam kitab-Nya yang mulia :

«وَيَسْتَعْجِلُونَكَ بِٱلْعَذَابِ وَلَن يُخْلِفَ ٱللَّهُ وَعْدَهُۥ ۚ وَإِنَّ يَوْمًا عِندَ رَبِّكَ كَأَلْفِ سَنَةٍۢ مِّمَّا تَعُدُّونَ»

Artinya : "Dan mereka meminta kepadamu agar azab itu disegerakan, padahal Allah sekali-kali tidak akan menyalahi janji-Nya. Sesungguhnya sehari disisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu." (QS. Al-Hajj : 40)

Pada ayat diatas Allah menjelaskan tentang perhitungan satu saja hari disisi Allah Ta'ala sama dengan seribu tahun menurut perhitungan kita. Subhanallah, berarti kehidupan kita sangat singkat.

Allah Ta'ala juga berfirman :

«يُدَبِّرُ ٱلْأَمْرَ مِنَ ٱلسَّمَآءِ إِلَى ٱلْأَرْضِ ثُمَّ يَعْرُجُ إِلَيْهِ فِى يَوْمٍۢ كَانَ مِقْدَارُهُۥٓ أَلْفَ سَنَةٍۢ مِّمَّا تَعُدُّونَ»

Artinya : "Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu." (QS. As-Sajadah : 5)

Allah Ta'ala juga berfirman :

«تَعْرُجُ ٱلْمَلَـٰٓئِكَةُ وَٱلرُّوحُ إِلَيْهِ فِى يَوْمٍۢ كَانَ مِقْدَارُهُۥ خَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍۢ»

Artinya : "Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun." (QS. Al-Ma'aarij : 4)

Ayat-ayat diatas merupakan sebuah renungan bagi kita, agar kita  tidak lupa, agar kita mau berpikir cerdas, bahwa kita hidup diatas dunia ini hanya sebentar saja, bahkan hanya dalam hitungan jam, sedangkan kehidupan akhirat adalah kehidupan yang lebih lama dan panjang, dengan kadar satu hari di akhirat sama dengan seribu tahun menurut perhitungan kita di dunia. Berarti apa yang kita cari? Kesuksesan apa yang hendak anda kejar? Kehidupan dunia yang singkat ini ataukah kehidupan akhirat yang kekal abadi selama-lamanya?! Mari kita renungkan.

Oleh karena itulah jangan terlena dengan kemegahan dan kehebatan harta benda dan jabatan yang anda miliki hari ini, karena semua itu akan anda tinggalkan. Jangan terlalu bangga dengan kesuksesan semu yang anda raih sekarang, sebab hal itu tidak akan bermanfaat bagi anda di hari kiyamat nanti, kecuali mereka yang beramal sholeh dengan hartanya, taat kepada Allah dan Rasul-Nya dengan jiwa dan raganya, takut kepada-Allah dari dosa dan maksiat dikala di keramaian atau dikala dia sendirian, itulah orang-orang yang sukses di dunia sebagaimana firman Allah :

«وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ وَيَخْشَ ٱللَّهَ وَيَتَّقْهِ فَأُو۟لَـٰٓئِكَ هُمُ ٱلْفَآئِزُونَ»

Artinya : "Dan barang siapa yang taat kepada Allah dan rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang-orang yang mendapat kesuksesan". (QS. An-Nur : 52)

JIKA INGIN SUKSES, GUNAKAN ILMU ANDA UNTUK BERTAKWA KEPADA ALLAH

Seorang muslim yang ahli dalam bidang sains, ilmu-ilmu terapan, ilmu kedokteran, ilmu keteknikan dan ilmu dunia-ilmu dunia lain yang bermanfaat, tidak tercela sama sekali selama dia bertakwa kepada Allah dan menggunakan ilmunya untuk kemaslahatan umat. 

Jika seumpama ada seorang profesor muslim, ahli dalam bidang teknologi persenjataan, maka hendaklah dia menggunakan ilmunya untuk kemaslahatan umat Islam bukan untuk kemaslahatan orang-orang kafir dan musuh-musuh Islam. Jika ini yang dia lakukan, maka inilah realisasi ketaatan dia kepada Allah dan Rasul-Nya serta wujud nyata dari takwa dan takunya kepada Allah. 

Demikian juga, jika ada seorang ilmuwan muslim ahli dalam bidang sains, maka hendaknya dia menggunakan penemuan-penemuannya untuk kebaikan Islam dan kaum muslimin, bukan untuk mengembangkan teknologi negara-negara barat dan musuh-musuh Islam yang akan menghancurkan Islam, sebab dengan itulah bentuk taatnya dia kepada Allah dan Rasul-Nya, serta takut dan takwanya dia kepada Allah 'Azza wa Jalla yang telah memberikan dia ilmu yang bermanfaat. 

Demikian juga, jika ada seorang insinyur Islam, ahli dalam bidang tertentu, maka hendaknya dia menggunakan kecerdasannya untuk membantu agama Islam dan mengabdi kepada Islam, bukan mengabdi kepada orang-orang kafir dan orang-orang yang membenci Islam yang menyebabkan mereka akan memberikan mudhorot kepada umat Islam, dan demikianlah perwujudan taatnya dia kepada Allah dan Rasul-Nya serta takut dan takwanya dia kepada Allah 'Azza wa Jalla yang telah menciptakannya. 

Dan demikian pula jika ada seorang pejabat Islam dimanapun dia berada, hendaknya dia menggunakan jabatannya untuk menegakkan keadilan dan mengingkari kemungkaran, bukan justru melegalkan kemungkaran, membiarkan ketidak adilan, karena itulah realisasi ketaatan dia kepada Allah dan Rasul-Nya, dan sebagai bentuk rasa takut dan takwanya dia kepada Allah 'Azza wa Jalla, Rabb yang telah memberikan kepadanya nikmat yang banyak.

Dan demikian juga jika seorang muslim yang kaya raya, memiliki banyak harta yang melimpah, hendaknya dia menggunakan hartanya untuk berinfaq dijalan Allah Ta'ala, membantu kaum muslimin, menghilangkan kesusahan orang-orang fakir. Jika dia melakukan hal tersebut, maka itulah bentuk ketaatan dia kepada Allah dan rasul-Nya serta sebagai wujud takut dan takwanya dia kepada Allah Subhaanahu wa Ta'ala yang telah menganugerahkan kepadanya harta yang banyak. 

Jika demikian keadaan kita, maka mereka inilah orang-orang yang sukses di dunia, dan mudah-mudahan mereka juga akan menuai kesuksesan yang sejati di akhirat kelak, tentunya dengan syarat mereka beramal sholeh semurni-murninya untuk Allah Ta'ala dan tidak mencampur adukkan amalannya dengan riya dan kesyirikanlainnya sedikit maupun banyakAllah Ta'ala berfirman :

«وَلَقَدْ أُوحِىَ إِلَيْكَ وَإِلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ ٱلْخَـٰسِرِينَ»

Artinya : "Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi." (QS.  Az-Zumar : 65)

Allah Ta'ala juga berfirman :

«وَقَدِمْنَآ إِلَىٰ مَا عَمِلُوا۟ مِنْ عَمَلٍۢ فَجَعَلْنَـٰهُ هَبَآءًۭ مَّنثُورًا»

Artinya : "Dan kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan." (QS. Al-Furqon : 23)

Karena itu, untuk menapakkan kaki di surga, hendaknya kita beramal sholeh, dan yang paling penting adalah hendaknya kita bertauhid. Allah Ta'ala berfirman :

«فَمَن كَانَ يَرْجُوا۟ لِقَآءَ رَبِّهِۦ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًۭا صَـٰلِحًۭا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِۦٓ أَحَدًۢا»

Artinya : "Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya". (QS. Al-Kahfi : 110)

DIANTARA KESUKSESAN SEJATI DIAKHIR ZAMAN ADALAH MENUNTUT ILMU AGAMA 

Tidak mudah menapakkan kaki di surga, kecuali bagi mereka yang Allah beri taufik untuk berjalan diatasnnya. Banyak orang-orang yang menempuh studi hingga bergelar doktor bahkan sampai profesor, mereka menyangka mereka telah mendapatkan kesuksesan, padahal kesuksesan sejati di dunia diantaranya menuntut ilmu karena menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap individu. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa wallam bersabda :

((طلب العلم فريضة على كل مسلم))

"Menuntut ilmu wajib bagi setiap muslim." [Sunan Ibnu Majah no.224,hal.39. Pustaka Baitul Afkar Ad-Dauliyyah]

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

عن أبي الدرداء رضي الله تعالى عنه قال : سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول : ((من سلك طريقا يبتغي فيه علما سلك الله له طريقا إلى الجنة وإن الملائكة لتضع أجنحتها رضاء لطالب العلم وإن العالم ليستغفر له من في السماوات ومن في الأرض حتى الحيتان في الماء وفضل العالم على العابد كفضل القمر على سائر الكواكب إن العلماء ورثة الأنبياء إن الأنبياء لم يورثوا دينارا ولا درهما إنما ورثوا العلم فمن أخذ به أخذ بحظ وافر)). رواه أبو داود والترمذي وصححه ابن حبان ونقل ابن حجر عن
.الحاكم تصحيحه، وصححه الألباني، وقال ابن حجر ؛ حسنه حمزة الكناني، ثم قال : له شواهد يتقوى بها
[كتاب الأربعين في مذهب السلف، تأليف الشيخ علي بن يحيى الحدادي، ص : ١١]

Dari Abu Darda' radhiyallahu 'anhu berkata : Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : ((Barangsiapa yang menempuh suatu jalan dalam rangka mencari ilmu maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga dan sesungguhnya para malaikat benar-benar akan meletakkan sayap-sayapnya ridho kepada penuntut ilmu dan sesungguhnya orang yang berilmu benar-benar akan dimintakan ampun oleh penduduk langit maupun penduduk bumi, sampai ikan-ikan didalam air. Dan keutamaan orang yang berilmu dibanding ahli ibadah seperti keutamaan bulan atas seluruh bintang-bintang, sesungguhnya para ulama adalah pewaris para Nabi dan sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar maupun dirham hanya saja yang mereka mewariskan adalah ilmu, barangsiapa yang mengambilnya dia telah mengambil bagian yang berlimpah)). Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Tirmidzi dan Ibnu Hibban telah menshahihkannya dan Ibnu Hajar telah menukilnya dari Al-Hakim koreksi haditsnya, dan Al-Albani telah menshohihkannya, dan Ibnu Hajar berkata ; Hamzah al Kinaani telah menghasankannya kemudian dia berkata : hadits tersebut memiliki saksi-saksi (periwayat/jalan) yang menjadikan hadits tersebut kuat." [Kitaabul 'Arba'iin fii Madzhabis Salaf, Ta'lif Asy-Syaikh Ali bin Yahya al-Hadaadiy, hal. 11]

Dimudahkannya jalan menuju surga adalah wasilah untuk sampai pada kesuksesan yang sejati diakhirat yaitu dimasukkan ke dalam surga dan di jauhkan dari neraka, dan itulah hakikat kebahagiaan dan kesuksesan yang sebenar-benarnya. Dan menuntut ilmu adalah jalan kesuksesan di dunia dan di akhirat, sebab barangsiapa yang tidak Allah tunjuki jalan untuk menuntut ilmu, berarti Allah tidak menghendaki baginya jalan untuk masuk surga, ini berarti bukan kesuksesan. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : 

((من سلك طريقا يلتمس فيه علما، سهل الله له به طريقا إلى الجنة))

"Barangsiapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga." [Shahih Muslim, no.2699. Hal.1082. Pustaka Baitul Afkar Ad-Dauliyyah]

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah mengatakan :

وقد ثبت في الصحيح عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال : ((من يرد الله به خيرا، يفقهه في))
 .((الدين )) و لازم ذلك أن من لم يفقهه الله في الدين لم يرد به خيرا، فيكون التفقه في الدين فرضا
[النبذ في آداب طلب العلم، ص : ٢٢٨. الدار الاثرية]

"Sungguh telah tetap dalam shohih Bukhari dan Muslim bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : ((Barangsiapa yang Allah inginkan baginya kebaikan, maka Allah akan fahamkan dia agama)) dan hal itu melazimkan bahwa orang yang tidak Allah fahamkan dia tentang agama, berarti Allah tidak menginginkan baginya kebaikan, maka memahami agama menjadi suatu kewajiban." [An-Nubadz Fii Adaab Tholabil 'Ilmi, hal : 228. Ad-Daarul Atsariyyah]

Seseorang yang melalaikan menuntut ilmu agama atau terlalu sibuk dengan menuntut ilmu dunia, apalagi sampai meninggalkan kewajiban-kewajiban yang telah Allah wajibkan atasnya, berarti orang yang seperti ini tidak diinginkan oleh Allah 'Azza wa Jalla kebaikan baginya, padahal kebaikan yang paling tinggi adalah masuk surga dan dijauhkan dari nereka dan salah satu washilahnya adalah menuntut ilmu. Lihatlah ucapan para salaf. Berkata Abu Hurairoh dan Abu Dzar radhiyallahu 'anhuma :

((باب من العلم نتعلمه أحب إلينا من ألف ركعة تطوعا))

"Satu bab dari ilmu yang kami pelajari lebih kami cintai dari pada seribu rakaat sholat sunnah. [An-Nubadzu fii Aadaabi Tholabil 'Ilmi, hal.140]

Berkata Imam As-Syafi'i rahimahullah :

((طلب العلم أفضل من صلاة النافلة))

"Menuntut ilmu lebih utama dari sholat sunnah." [An-Nubadzu fii Aadaabi Tholabil 'Ilmi, hal.141]

Berkata Muthorrif bin Abdillah :

((فضل العلم خير من فضل العبادة، وخير دينكم الورع))

"Keutamaan ilmu lebih baik dari keutamaan ibadah, dan sebaik-baik agama kalian adalah wara'." [An-Nubadzu fii Aadaabi Tholabil 'Ilmi, hal.141]

Berkata Imam Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah :

((لا أعلم شيئا من الأعمال أفضل من طلب العلم - أو الحديث - أمن حسنت نيته))

"Aku tidak pernah mengetahui suatu amalan yang lebih utama dari menuntut ilmu - atau menuntut ilmu hadits - bagi orang yang baik niatnya." [An-Nubadzu fii Aadaabi Tholabil 'Ilmi, hal.141]

Karena itu, menuntut ilmu adalah ciri-ciri orang yang sukses nanti diakhirat, lebih-lebih ilmu tauhid. Dengan ilmu manusia bisa mengetahui bagaimana cara beribadah kepada Allah, dengan ilmu manusia bisa mengetahui bagaimana cara mentaati Allah dan Rasul-Nya, dan dengan ilmu pula seseorang bisa mewujudkan rasa takut-Nya kepada Allah dengan cara yang benar. Betapa banyak orang yang takut kepada selain Allah dan mengambil pelindung-pelindung selain Allah dalam ibadahnya, dan betapa banyak pula orang-orang yang yang melenceng dari tuntunan syariat Allah dan Rasul-Nya dan melakukan kebid'ahan dan amal-amal yang tidak dicontohkan, akibat mereka tidak mau menuntut ilmu agama. Jika para penuntut ilmu dapat mewujudkan menuntut ilmu kepada guru-guru yang berpemahaman sunnah, maka mereka itulah orang-orang yang sukses di dunia dan di akhirat. Semoga itu menjadi jalan terdekat untuk kita masuk surga. Allah Ta'ala berfirman:

«فَمَن زُحْزِحَ عَنِ ٱلنَّارِ وَأُدْخِلَ ٱلْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَآ إِلَّا مَتَـٰعُ ٱلْغُرُورِ»

Artinya : "Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah sukses. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan." (QS.Ali Imran : 185)

Semoga tulisan ini bermanfaat untuk kita semua. Baarakallahu fiikum.

Related Posts: