NIATMU UNTUK ALLAH APA UNTUK DUNIA


Bismillah. Alhamdulillahi Rabbil 'aalamiin. Wa shallallahu 'ala Nabiyyina Muhammadin shallallahu 'alaihi wa sallam wa 'ala alihi wa shahbihi ajma'iin. Wa ba'du.

Niat merupakan asas yang membangun suatu amalan. Baik dan benarnya niat menjadi barometer diterimanya suatu amalan, bahkan dengan niatlah seseorang bisa menapaki surga dengan penuh kemuliaan atau bahkan mendiami neraka dengan penuh kehinaan. Karena itu perhatikan baik-baik niat kita, baik niat dalam berdakwah, dalam berbicara, dalam bermuamalah, bahkan dalam setiap amalan. Jangan sampai kita berdakwah mengajak manusia bukan karena Allah, mengajak kepada diri sendiri, mengajak kepada kelompok, aliran dan lain sebagainya. Demikian juga dalam berbicara, jangan sampai kita berbicara hanya sekedar ingin dipuji, ingin tampil, ingin didengar, ingin diakui keilmuannya, ingin popularitas dan lain sebagainya, padahal sejatinya kita semua masih jahil. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda dalam sebuah hadits :

((إنما الاعمال بالنية و إنما لكل امرئ ما نوى، ومن كانت هجرته لدنيا يصيبها أو امرأة ينكحها فهجرته إلى ما هاجر إليه))

"Sesungguhnya amalan itu tergantung niatnya dan sesungguhnya setiap orang tergantung apa yang ia niatkan, dan barangsiapa yang hijrahnya karena dunia yang ingin dia dapatkan atau karena wanita yang ingin dia nikahi maka hijrahnya kepada apa yang dia hijrah kepadanya (niatkan)". (HR. Bukhari dan Muslim)

Berkata Doktor Bandar bin Nafi' dalam syarah hadits al-Arba'iin an-Nawawiyyah :

هذا الحديث حديث عظيم، اتفق العلماء على صحته وتلقيه بالقبول، وبه صدر البخاري كتابه ((الصحيح))، كذلك المقدسي ((العمدة))، وهو احد الأحاديث التي يدور الدين عليها، حتى قال عبد الرحمان بن مهدي : ((من أراد أن يصنف كتابا، فليبدأ بهذا
 .((الحديث

.وقد صنف العلماء في شرحه كتابا مستقلة، كشيخ الإسلام ابن تيمية، والنووي وغيرهما

[الدرر السنية بفوائد الأربعين النووية، ص : ١٤. دار بن الجوزي]

"Hadits ini merupakan hadits yang agung, para ulama telah bersepakat atas shohih dan diterimanya hadits tersebut berdasarkan kesepakatan, dan dengan hadits ini pula al-Bukhaari memulai kitabnya ((Ash-Shahiih), dan demikian juga al-Maqdisiy dalam kitabnya ((al-'Umdah)), dan hadits ini merupakan salah satu diantara hadits-hadits yang berputar padanya permasalahan agama, sampai 'Abdurrahman bin Mahdiy berkata : ((Barangsiapa yang ingin menulis suatu kitab, maka sungguh dia harus memulainya dengan hadits ini)).

Dan sungguh para ulama telah menulis penjelasan tentang hadits tersebut  suatu kitab secara tersendiri (secara khusus), seperti Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, an-Nawawiy, dan selain keduanya. "[Ad-Durar as-Saniyyah bi Fawaaid al-Arbaiin an-Nawawiyyah, hal. 14. Cet. Daar Ibnil Jauziy]


PROKLAMASI IBLIS LAKNATULLAH

Karena niat merupakan pondasi baik dan buruknya suatu amal, maka rusaknya niat dapat dijadikan barometer bahwa amal orang tersebut tidak ikhlas. Iblis laknatullah ahli tipu muslihat, dia sudah berpengalaman menipu anak adam jutaan tahun. Ibarat panglima perang, Iblis adalah ahli strateginya. Semua jenis tipu muslihat dari A sampai Z telah dia kuasai. Karena itu jangan coba-coba merasa selamat dari tipu daya Iblis, apalagi mencoba untuk bermain-main dengannya, karena sejatinya Iblis itu begitu lihai mencari celah kelemahan manusia.

Dahulu Iblis memiliki kisah yang begitu panjang dengan bapak kita Nabi Adam 'alaihissalam, sehingga  tertanamlah rasa hasad yang begitu dalam di hati Iblis, sampai-sampai dia bersumpah akan menyesatkan anak cucu Adam 'alaihissalam. Aksi tipu-menipu, goda-menggoda, membuat orang ingin tampil, cinta popularitas dan segala jenis teknik tipu daya lainnya adalah pekerjaan Iblis sehari-hari. Dimulai sejak zaman Nabi Adam 'alaihissalam , hingga sampai pada zaman kita sekarang ini. Karena itulah sangat pantas Iblis begitu ahli dalam menggelincirkan manusia, dan kita berlindung kepada Allah dari hal itu.

Dari sepenggal kisah diatas, fahamlah kita bahwa Iblis inilah musuh sejati kita. Jangankan kita, bapak kita Nabi Adam 'alaihissalam saja pernah ia tipu, ini menunjukkan kepada kita betapa Iblis ini begitu ahli, belum lagi dia dibantu oleh balatentaranya. Bahkan diapun sudah memproklamirkan tekad dan misi sejatinya untuk menyesatkan manusia sebagaimana firman Allah Ta'ala :  

«قَالَ رَبِّ بِمَآ أَغْوَيْتَنِى لَأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِى ٱلْأَرْضِ وَلَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ. إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ ٱلْمُخْلَصِينَ»

Artinya : "Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, maka sungguh aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau yang ikhlas di antara mereka". (QS. Al-Hijr : 39-40)

Allah Ta'ala juga berfirman :

«قَالَ فَبِعِزَّتِكَ لَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ. إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ ٱلْمُخْلَصِينَ»

Artinya : "Iblis menjawab: "Demi kemuliaan Engkau maka sungguh aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau yang ikhlas di antara mereka". (QS.Sad : 82-83)

Hamba yang selamat dari tipu daya Iblis laknatullah diantaranya adalah hamba-hamba yang ikhlas, anak-anak adam yang memurnikan ibadah hanya untuk-Nya, baik dalam dakwahnya, dalam bicaranya, dalam amal sholeh-amal sholehnya dan bahkan dalam setiap ibadahnya, semua itu semata-mata karena mengharapkan ridho Allah Ta'ala. Jika hal itu terjadi maka kita telah berhasil mengalahkan tipu daya Iblis laknatullah yang hakikat tipu dayanya itu sebenarnya sangat lemah. Allah Ta'ala berfirman :

  إِنَّ كَيْدَ الشَّيْطَـٰنِ كَانَ ضَعِيْفًا

Artinya : "Sesungguhnya tipu daya syaitan itu lemah". (QS. An-NIsaa' : 76)


UCAPAN PARA ULAMA TENTANG PENTING DAN BERATNYA MENGIKHLASKAN NIAT

Karena Iblis laknatullah sudah ahli menggoda dan menipu manusia sesuai dengan misinya sejak dahulu, maka tidak ragu lagi dia bisa  menempuh berbagai cara untuk menipu manusia, orang yang ikhlas dibuat tidak ikhlas dengan iming-iming popularitas,  ingin tampil, ketenaran, pujian, sanjungan, ingin mendapat perhatian ustadz yang semua itu hakikatnya ingin menghilangkan keikhlasan dihati manusia. Dan ikhlas itu kata para ulama sangat berat, bahkan baik buruknya hati-pun sangat tergantung pada baiknya niat, ini semua menunjukkan betapa pentingnya meluruskan niat.

1. Berkata Imam Sufyan ats-Tsauriy rahimahullah

((ما عالجت شيئا أشد علي من نيتي لأنها تتقلب علي))

((Tidak ada sesuatu yang paling berat untuk aku obati melainkan niatku, karena ia selalu berbolak-balik)).

2. Berkata Mutharrif bin Abdillah rahimahullah :

((صلاح القلب بصلاح العمل، وصلاح العمل بصلاح النية))

((Baiknya hati tergantung baiknya amalan, dan baiknya amalan tergantung baiknya niat)).

3. Berkata Abdullah bin Mubarok rahimahullah :

((رب عمل صغير تعظمه النية، ورب عمل كبير تصغره النية))

((Betapa banyak amalan yang kecil menjadi besar (pahalanya) karena niat, dan betapa banyak amalan yang besar menjadi kecil (pahalanya) karena niat)). 

4. Berkata Ibnu Ajlaan rahimahullah :

((لا يصلح العمل إلا بثلاث : التقوى لله، والنية الحسنة، والأصابة))

((Tidak akan baik suatu amalan kecuali dengan tiga hal : Takwa kepada Allah, niat yang baik, dan tepat/benar (sesuai sunnah))). [Ad-Durar as-Saniyyah bi Fawaaid al-Arbaiin an-Nawawiyyah, hal. 14-15. Cet. Daar Ibnil Jauziy]


DALAM PERKARA-PERKARA MUBAH, DENGAN NIAT YANG BAIK MAKA AKAN MENDAPAT PAHALA

Perkara yang mubah, bisa menjadi pahala jika diikatkan dengan niat yang baik. Berkata Doktor Bandar bin Nafi' :

ويتفرع على ذلك : أنه ينبغي للمرء أن ينوي النية الصالحة حتى في المباحات، كأكله وشربه ونومه ونفقته على أهله حتى يكون مأجورا عليها

"Dan pencabangan dari hal itu (niat): Bahwasanya (sudah) semestinya bagi seseorang agar dia meniatkan niat yang baik sampai-pun dalam perkara yang mubah, seperti (ketika) dia makan, minum, tidur dan nafkah (yang ia berikan) untuk keluarganya, sehingga hal itu menjadi pahala atasnya."

Kemudian beliau membawakan hadits Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam

قال النبي سلى الله عليه وسلم لسعد بن أبي وقاص رضي الله عنه : ((وإنك لن تنفق نفقة تبتغي بها وجه الله أجرت بها حتى ما
.تجعله في فم امرأتك)). متفق عليه

"Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepada Sa'd bin Abi Waqqash radhiyallahu 'anhu : ((Sesungguhnya tidaklah engkau menafkahkan suatu nafkah yang dengan nafkah itu engkau mengharap wajah Allah, maka  pasti engkau mendapatkan pahala dengannya, sampai-pun apa yang kamu letakkan dimulut istrimu))

Berkata sebagian salaf : 

من سره أن يكمل له عمله، فليحسن نيته، فإن الله عز وجل يأجر العبد إذا أحسنت نيته حتى باللقمة))، فإذا نوى المرء بأكله))
.التقوي على طاعة الله وبنومه كذلك كان مأجورا

((Barangsiapa yang gembira agar disumpurnakan baginya amalnya, maka hendaklah dia memperbaiki niatnya, karena Allah 'Azza wa Jalla memberikan pahala kepada seorang hamba jika baik niatnya, sampai-pun satu suapan -ke mulut istrinya-)), apabila seseorang telah meniatkan dengan makannya agar menjadikannya kuat diatas ketaatan kepada Allah atau dengan tidurnya seperti itu juga (untuk menjadikannya kuat diatas ketaatan kepada Allah), maka baginya pahala.  [Ad-Durar as-Saniyyah bi Fawaaid al-Arbaiin an-Nawawiyyah, hal. 15. Cet. Daar Ibnil Jauziy]

Itulah pentingnya niat, karena itu niatkanlah segala sesuatu untuk mengharap wajah Allah, baik dalam berdakwah, dalam berbicara, bahkan dalam perkara-perkara yang mubah, bukan untuk ria, sum'ah, ingin terkenal dan mencari popularitas, ingin diakui legalitasnya, ingin di puji oleh ustadznya, apalagi ingin dikatakan ustadz dan lain sebagainya, maka tinggalkan semua penyakit tersebut.

Mari pupuk keikhlasan kepada Allah dalam berdakwah, dalam berbicara, dalam menuntut ilmu, dalam berinfak, dalam kegiatan-kegiatan dakwah, dan dalam segala amalan-amalan kita, karena amalan yang tidak ikhlas tidak ada nilainya disisi Allah Ta'ala sedikitpun. Semoga tulisan ini bermanfaat untuk kami dan kita semua dan menjadi pemberat timbangan amal kebaikan kita pada hari kiyamat.



Related Posts:

KHILAFAH AKAN TEGAK DENGAN TEGAKNYA TAUHID

Tauhid beres Negara sukses, ini bukan ucapan dusta. Tauhid dulu baru yang lain, karena seperti itu dakwah para Nabi. Kita mau mencontoh Nabi apa orang lain? Perhatikan doa Nabi Ibrahim 'alaihissalam dalam Al-Qur'an, Allah Jalla wa 'Alaa berfirman :

«وَإِذْ قَالَ إِبْرَٰهِيمُ رَبِّ ٱجْعَلْ هَـٰذَا ٱلْبَلَدَ ءَامِنًۭا وَٱجْنُبْنِى وَبَنِىَّ أَن نَّعْبُدَ ٱلْأَصْنَامَ»

Artinya : "Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala." (QS. Ibrahim : 35)

Berkata Asy-Syaikh Abdurrahman bin Hasan Alu Asy-Syaikh :

قوله (وَٱجْنُبْنِى وَبَنِىَّ أَن نَّعْبُدَ ٱلْأَصْنَامَ) أى : اجعلنى و بنىَّ في جانب عن عبادة الأصنام و باعد بيننا و بينهما. وقد استجاب الله تعالى دعاءه، وجعل بينه أنبياء وجنَّبهم عبادة الأصنام وقد بين ما يوجب الخوف من ذلك بقوله (رَبِّ إِنَّهُنَّ أَضْلَلْنَ كَثِيرًۭا مِّنَ ٱلنَّاس) فإنه هو الواقع في كل زمان فإذ عرف الإنسان أن كثيرا وقعوا في الشرك الأكبر وضلوا بعبادة الأصنام : أوجب ذلك خوفه من أن يقع فيما وقع فيه الكثير من الشرك الذى لا يغفر الله

قال إبراهيم التيمى : ومن يأمن البلاء بعد إبراهيم؟ رواه ابن جرير وابن أبى حاتم

فلا يأمن الوقوع في الشرك إلا من هو جاهل به وبما يخلصه منه : من العلم بالله وبما بعث به رسوله من توحيده، والنهى عن الشرك به

[فتح المجيد شرح كتاب التوحيد. ص : ٧٤. دار الكتب العلمية]

"Firman Allah (Artinya : Dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku dari menyembah berhala-berhala) yaitu : Jadikanlah aku dan anak cucuku di palingkan dari menyembah berhala, dan jauhkan antara kami dan antara berhala tersebut (sejauh-jauhnya). Dan sungguh Allah telah mengabulkan doanya, dan menjadikan anak cucunya sebagai para Nabi dan Dia menjauhkan mereka dari beribadah kepada berhala dan sungguh Ibrahim 'alaihissalam telah menunjukkan apa (alasan) yang membuat dia harus takut kepada syirik dengan ucapannya : (Artinya : "Ya Tuhanku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan daripada manusia). Maka sungguh kesyirikan itu merupakan realita yang terjadi di setiap zaman, apabila manusia telah mengetahui bahwa kebanyakan mereka terjatuh dalam syirik besar dan terjatuh pula dalam kesesatan itu disebabkan karena mereka beribadah kepada berhala : maka hal tersebut mengharuskan munculnya rasa takut dia dari terjatuh pada perkara yang kebanyakan orang telah terjatuh didalamnya berupa perkara kesyirikan yang Allah tidak akan mengampuninya."

Berkata Ibrahim At-Taimiy : "Dan siapakah yang merasa aman dari bala' (yaitu terjatuh dalam kesyirikan) setelah Ibrahim? (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim)

Dan tidaklah ada yang merasa aman dari terjerumus dalam kesyirikan kecuali orang yang bodoh tentang kesyirikan dan tentang apa saja yang dapat membersihkan dia dari kesyirikan : seperti berilmu tentang Allah dan berilmu tentang apa-apa yang diutus dengannya Rasul :  seperti mentauhidkan Allah, dan larangan dari menyekutukan-Nya". [Fathul Majiid Syarh Kitaabit Tauhid,hal.74. Pustaka Baitul Afkar Ad-Dauliyyah]

Betapa indah ucapan dalam muqadimah kitab Ushuul Dakwatis Salafiyyah :

يجب على الداعية أن يبدأ دعوته بالأهم فالأهم. وتوحيد الله هو قطب رحى الدعوة ؛ منه تبدأ، واليه تنتهي، وكل عمل يجب ربطه به
[أصول الدعوة السلفية السلفية. ص : ٧. دار المنهاج]

“Wajib bagi dai sejati agar dia memulai dakwahnya dengan perkara yang terpenting kemudian yang penting. Dan mentauhidkan Allah merupakan poros dakwah, dari tauhid engkau memulai (dakwah tersebut), dan dari tauhid pula engkau mengakhirinya, dan seluruh amalan wajib diikat dengan tauhid”. (Ushuulud Da'watis Salafiyyah, hal.7 Pustaka Daarul Minhaaj)

Karena itu tauhid dulu baru khilafah, jangan dibalik. Berkata seorang aktivis dakwah dan kata-kata ini sering dikutip oleh Asy-Syaikh al-Albani rahimahullah :

Tegakkanlah Negara Islam didalam hatimu, niscaya akan tegak Islam di Negaramu." (Syarah Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah. Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawwas, hal : 575. Penerbit : Pustaka Imam Asy-Syafi'i)

Semoga bermanfaat.

Related Posts:

SEBUAH RENUNGAN

Bismillah. Alhamdulillahi Rabbil 'Aalamiin. Wa shallallahu 'ala Nabiyyina Mhammadin wa 'ala aalihi wa shahbihi ajma'iin. Wa ba'du.

Jangan pernah bosan menerima nasehat atau memberi menasehat kepada saudara kita seiman, karena hal itu termasuk bentuk kecintaan terhadap sesama muslim. Bukan ria apalagi sum'ah, namun semata-mata karena Allah. Kita tidak tau isi hati manusia, karena itu kita harus tetap husnudzon :

الأصل في الناس حسن الظن

"Asal (dalam menyikapi) manusia itu husnudzon."

Selain itu orang-orang yang saling menasehati, mereka ini termasuk orang-orang yang dikecualikan dari merugi. Seluruh manusia dimuka bumi ini merugi kecuali empat orang, diantara mereka adalah orang-orang yang saling nasehat-menasehati dalam kebaikan. Allah Ta'ala berfirman :

«وَٱلْعَصْرِ. إِنَّ ٱلْإِنسَـٰنَ لَفِى خُسْرٍ. إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّـٰلِحَـٰتِ وَتَوَاصَوْا۟ بِٱلْحَقِّ وَتَوَاصَوْا۟ بِٱلصَّبْرِ»


Artinya : "Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan saling nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan saling nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran." (QS. Al-'Asr : 1-3)

Selain hal-hal diatas, nasehat-menasehati termasuk bentuk dan cara lain kita menasehati diri sendiri, bukan mencoba merasa paling baik apalagi paling berilmu, baik di dunia maya ataupun di dunia nyata, kita berlindung kepada Allah dari hal itu. Namun tepatnya semua itu merupakan bentuk fastabiqul khairat, sesuai dengan kadar diri masing-masing.

Semua manusia di dunia ini berdakwah. Orang-orang kafir berdakwah, syi'ah berdakwah, ahlul bid'ah berdakwah,  dan semua manusia berdakwah mengajak kepada diri dan kelompok mereka masing-masing, jika kita tidak berdakwah, saling mengingatkan dan saling menasehati, maka kitalah yang akan terkena dakwah mereka. Menempel publikasi kajian termasuk dakwah dan bentuk saling mengingatkan serta nasehat-menasehati. Mungkin remeh tapi bisa jadi pahalanya lebih besar disisi Allah dari pada pahala yang didapatkan oleh Ustadz yang berceramah, karena itu kenapa tidak mau berdakwah? Demikianlah ucapan-ucapan yang selalu dinasihatkan oleh Ustadz-ustadz kita dahulu sebagai bentuk motivasi kepada kita untuk terus beramal dan berdakwah meskipun remeh. Minimal saling mengingatkan dalam kebaikan, saling nasehat-menasehati dalam ketakwaan, mengingatkan tentang kematian dan lain sebagainya, selama kita sendiri mengamalkan apa yang kita ucapkan. Allah sangat membenci orang yang berbicara sesuatu namun dia sendiri tidak mengamalkan apa yang dia ucapkan. Allah Ta'ala berfirman :

«كَبُرَ مَقْتًا عِندَ ٱللَّهِ أَن تَقُولُوا۟ مَا لَا تَفْعَلُونَ»

Artinya : "Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan." (QS. As-Saff : 3)

Pada ayat diatas Allah menyebutkan kebenciannya-Nya kepada orang yang menasehati orang lain sedangkan dia sendiri tidak mau melaksanakan apa yang ia katakan, karena itulah adanya dakwah bertujuan agar kita saling mengingatkan, saling menasehati, saling memotivasi, untuk ikhlas, untuk beramal sholeh, karena nasehat, peringatan dan yang semisalnya, akan sangat bermanfaat untuk orang-orang yang beriman. Allah Ta'ala berfirman kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam :

«وَذَكِّرْ فَإِنَّ ٱلذِّكْرَىٰ تَنفَعُ ٱلْمُؤْمِنِينَ»

Artinya : "Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman." (QS. Asz-Dzariyat : 55)

Para sahabat radhiyallahu Ta'ala 'anhum merupakan orang yang paling bertakwa setelah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, walaupun demikian tidak lupa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam terus menasehati mereka untuk selalu bertakwa kepada Allah Ta'ala, itulah sebabnya dalam setiap khutbahnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam selalu dan senantiasa membacakan firman Allah Ta'ala ini kepada para sahabat :

«يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ»

Artinya : "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam." (QS.Ali Imran : 102)

Para sahabat adalah orang yang paling bertakwa, tapi tetap mereka diingatkan untuk bertakwa oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, lebih-lebih kita. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda dalam sebuah hadits :

.(الدين النصيحة. قلنا : لمن يا رسول الله؟ قال : لله، ولكتابه ولرسوله، ولأئمة المسلمين، وعامتهم. (رواه مسلم

"Agama adalah nasihat", kami (para sahabat) berkata : 'Untuk siapa wahai Rasulullah?' Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : “Untuk Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, para pemimpin kaum muslimin dan orang-orang mu'min pada umumnya.” (HR. Muslim)

Setelah nasihat takwa, maka sebaik-baik nasihat adalah tentang fananya dunia dan kekalnya akhirat. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda kepada Ibnu Umar :

وعن ابن عمر رضي الله عنهما قال : أخذ رسول الله صلى الله عليه وسلم بمنْكبي فقال: كنْ في الدنيا كأنك غريب، أو عابر سبيل. وكان ابن عمر رضي الله عنهما يقول: "إِذا أمسيت فلا تنتظر الصباح، وإذا أصبحت فلا تنتظر المساء، وخذ من صحتك لمرضك
 .(ومن حياتك لموتك" (رواه البخاري

Dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma berkata : Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memegang kedua pundakku lalu bersabda : "Jadilah engkau di dunia ini seakan-akan orang asing atau seorang musafir." Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma melanjutkan : "Jika engkau berada di sore hari, maka janganlah engkau menunggu hingga pagi hari dan jika engkau berada di pagi hari, maka janganlah engkau menunggu hingga sore hari. Pergunakanlah waktu sehatmu sebelum datang sakitmu dan hidupmu sebelum matimu." (HR.Bukhari)

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda :

اغتنم خمسا قبل خمس: شبابك قبل هرمك، وصحتك قبل سقمك، وغناك قبل فقرك، وفراغك قبل شغلك، وحياتك قبل موتك» (رواه 
(الحاكم وصححه

"Manfaatkan lima perkara sebelum datang lima perkara : Masa mudamu sebelum datang tuamu, masa sehatmu sebelum datang sakitmu, masa kayamu sebelum datang kefakiranmu, waktu luangmu sebelum datang sibukmu, masa hidupmu sebelum datang matimu.” (Diriwayatkan oleh Al-Haakim dan dia menshohihkannya).

Pada hadits pertama kita diperintahkan agar menjadi seperti orang asing atau seperti seorang musafir, dan seorang musafir dia tidak mungkin membangun istananya di dunia, karena dunia akan dia tinggalkan.

Pada hadits kedua diantara nasehat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam manfaatkan masa hidupmu sebelum datang matimu. Ini menunjukkan bahwa kita semua akan mati, dan sebelum kematian menjemput, kita diperintahkan untuk memanfaatkan masa hidup untuk beramal sholeh sebelum datang kematian, sebab kematian itu adalah kepastian. Allah Ta'ala berfirman :

«كُلُّ نَفْسٍۢ ذَآئِقَةُ ٱلْمَوْتِ ۗ»

Artinya : "Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati." (QS.Ali Imran : 185)

Jika kematian adalah kepastian, maka sangat bodoh dan ceroboh jika kita melalaikan kehidupan akhirat demi kehidupan dunia yang sesaat ini. Ingat saudaraku, setelah kematian itu ada kehidupan lagi yang lebih dahsyat, dimana pada kehidupan itu kita akan mempertanggung jawabkan semua yang pernah kita lakukan di dunia ini. Dan kehidupan setelah kematian inilah kehidupan yang sebenarnya, kehidupan yang kekal abadi, kehidupan yang tidak berujung, imma di Surga atau di Neraka. Allah Ta'ala berfirman :

«لَـٰكِنِ ٱلَّذِينَ ٱتَّقَوْا۟ رَبَّهُمْ لَهُمْ جَنَّـٰتٌۭ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلْأَنْهَـٰرُ خَـٰلِدِينَ فِيهَا نُزُلًۭا مِّنْ عِندِ ٱللَّهِ ۗ وَمَا عِندَ ٱللَّهِ خَيْرٌۭ لِّلْأَبْرَارِ»

Artinya : "Akan tetapi orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya, bagi mereka surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, sedang mereka kekal di dalamnya sebagai tempat tinggal (anugerah) dari sisi Allah. Dan apa yang di sisi Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang berbakti." (QS. Ali Imran : 198)

Allah Ta'ala juga berfirman tentang penduduk Neraka :

«خَـٰلِدِينَ فِيهَا لَا يُخَفَّفُ عَنْهُمُ ٱلْعَذَابُ وَلَا هُمْ يُنظَرُونَ»

Artinya : "Mereka kekal di dalamnya, tidak diringankan siksa dari mereka, dan tidak (pula) mereka diberi tangguh." (QS. Ali Imran : 88)

Allah Ta'ala juga berfirman dalam ayat yang lain :

«إِنَّهُۥ مَن يَأْتِ رَبَّهُۥ مُجْرِمًۭا فَإِنَّ لَهُۥ جَهَنَّمَ لَا يَمُوتُ فِيهَا وَلَا يَحْيَىٰ»

Artinya : "Sesungguhnya barangsiapa datang kepada Tuhannya dalam keadaan berdosa, maka sesungguhnya baginya neraka Jahannam. Ia tidak mati di dalamnya dan tidak (pula) hidup." (QS. Thoha : 74)

Saudaraku, jangan kita sia-siakan lagi waktu yang sejenak ini lalu kita mencampakkan kehidupan akhirat kita yang kekal abadi demi kehidupan dunia yang singkat ini, betapa bodohnya kita. Ingat saudaraku, di akhirat nanti perhitungan waktunya lebih lama dari perhitungan waktu kita di dunia. Sehari kita menanti hisab di akhirat kelak waktunya sama dengan seribu tahun menurut perhitungan waktu di dunia ini, lalu bagaimanakah nasib kita nanti? Sungguh berat apa yang akan kita rasakan nanti, yaitu sesuatu yang sangat mengerikan dan sesuatu yang sangat menakutkan jika kita mau berpikir. Allah Ta'ala berfirman :

«وَيَسْتَعْجِلُونَكَ بِٱلْعَذَابِ وَلَن يُخْلِفَ ٱللَّهُ وَعْدَهُۥ ۚ وَإِنَّ يَوْمًا عِندَ رَبِّكَ كَأَلْفِ سَنَةٍۢ مِّمَّا تَعُدُّونَ»

Artinya : "Dan mereka meminta kepadamu agar azab itu disegerakan, padahal Allah sekali-kali tidak akan menyalahi janji-Nya. Sesungguhnya sehari disisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu." (Al-Hajj : 47)

Karena akhirat perhitungan waktunya lebih panjang, maka terlalu lalai dan terlalu bermain-main jika kita terus membuang-buang waktu yang sangat berharga ini untuk urusan yang tidak bermanfaat. Merugi saudaraku, merugi, jika kita terus lalai dari kehidupan akhirat yang kekal nanti demi kehidupan dunia yang sesaat ini. Dan sungguh ini tidak masuk akal. Perhatikan firman Allah Ta'ala berikut ini :

«وَمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَآ إِلَّا لَعِبٌۭ وَلَهْوٌۭ ۖ وَلَلدَّارُ ٱلْـَٔاخِرَةُ خَيْرٌۭ لِّلَّذِينَ يَتَّقُونَ ۗ أَفَلَا تَعْقِلُونَ»

Artinya : "Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?" (QS. Al-An'am : 32)

Dalam ayat yang lain Allah Ta'ala berfirman :

«وَلَدَارُ ٱلْـَٔاخِرَةِ خَيْرٌۭ ۚ وَلَنِعْمَ دَارُ ٱلْمُتَّقِينَ»

Artinya : "Dan sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa." (QS. An-Nahl : 30)

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam orang yang paling mulia di atas bumi ini, tapi umur beliau hanya 63 tahun, sedangkan beliau shallallahu 'alaihi wa sallam hidup di alam kubur kurang lebih sudah 1441 tahun. Berarti keberadaan beliau shallallahu 'alaihi wa sallam di alam kubur sudah ribuan tahun lebih lama dari usia beliau shallallahu 'alaihi wa sallam ketika di dunia. Sungguh ini sebuah renungan, renungan yang menunjukkan bahwa dunia ini begitu singkat, sedangkan alam akhirat begitu panjang, kekal, dan berliku.

Saudaraku, kita ini hanyalah para musafir, dan seorang musafir dia pasti akan pergi meninggalkan perkampungan dunia menuju perkampungan sejatinya yaitu akhirat. Perjalanan ini begitu panjang dan melelahkan saudaraku, mari kumpulkan bekal sebelum hari keberangkatan, karena hari keberangkatan sudah semakin dekat. Allah Ta'ala berfirman :

«وَتَزَوَّدُوا۟ فَإِنَّ خَيْرَ ٱلزَّادِ ٱلتَّقْوَىٰ ۚ وَٱتَّقُونِ يَـٰٓأُو۟لِى ٱلْأَلْبَـٰبِ»

Artinya : "Berbekallah kalian, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal." (QS. Al-Baqaroh : 197)

Allah perintahkan kita untuk mengumpulkan bekal sebelum hari keberangkatan, dan diantara bekal yang terbaik yaitu amal sholeh.

Berkata seorang penyair :

"Dunia ini akan sirna
Manusia akan binasa
Teman dan kerabat akan meninggalkan
Yang kekal hanya amal sholeh."

Berkata ahli hikmah :

"Sungguh merugi orang-orang yang lalai.
Orang yang enggan mengumpulkan bekal.
Padahal takwa jalan kebahagiaan.
Bagi mereka yang yang mau berpikir."


Semoga tulisan ini bermanfaat, sebagai pelembut jiwa kami, kita dan saudara-saudara kita yang lain yang masih terus bergelimang dalam dosa dan maksiat, lalai dari kehidupan akhirat serta begitu cinta dengan kehidupan dunia. Dan semoga Allah Ta'ala memberikan balasan berupa surga firdaus kepada Ustadz-ustadz kita dan guru-guru kita yang telah berjuang mendidik kita dan meluruskan manhaj dan kesalahan kita, mengajarkan kita ilmu tauhid, ilmu aqidah dan ilmu-ilmu yang bermanfaat lainnya, sehingga kita tetap tegar meniti diatas jalan salafush sholeh, yang selalu mereka wasiatkan untuk selalu tegak diatasnya. Semoga bermanfaat, baarakallahu fiikum.

Related Posts:

BENTUK-BENTUK UMUM #2















Bismillah. Alhamdulillahi Rabbil 'alamin. Wa shallallahu 'ala Nabiyyina Muhammadin shallallahu 'alaihi wa sallam. Wa ba'du
.

Setelah kita membahas tentang lafadz umum yang pertama, dengan memohon pertolongan Allah kita akan melanjutkan pada lafadz umum yang ke dua. Dan semoga Allah senantiasa mencurahkan rahmat-Nya kepada guru-guru kita yang telah mengajarkan kepada kita ilmu-ilmu yang bermanfaat, menjaga mereka dan menjadikan ilmu mereka barokah dan bermanfaat untuk manusia, hingga mereka membawa pulang pahala jariahnya hingga ke surga firdaus sebagai tempat tinggal terbaik. Allah Ta'ala berfirman :

«إِنَّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّـٰلِحَـٰتِ كَانَتْ لَهُمْ جَنَّـٰتُ ٱلْفِرْدَوْسِ نُزُلًا»

Artinya : "Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal." (QS. Al-Kahfi : 107)

Kembali pada materi ushul fiqih pada bab lafadz-lafadz umum, berkata Asy-Syaikh Muhammad bin Sholeh Al-'Utsaimin rahimahullah :

 :صيغ العموم سبغ
٢. اسماء الشرط؛ كقول تعالى : «مَنْ عَمِلَ صَـٰلِحًۭا فَلِنَفْسِهِۦ ۖ » [الجاثية : ١٥]. «فَأَيْنَمَا تُوَلُّوا۟ فَثَمَّ وَجْهُ 
[ٱللَّهِ» [البقرة : ١١٥
[الأصول من علم الأصول، ص : ٣٤. دار ابن الجوزي]

Bentuk-bentuk umum ada 7 :

2. Isim-isim syarth ; seperti firman Allah Ta'ala : «Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, maka itu adalah untuk dirinya sendiri» [Al-Jaatsiyah : 15]. «maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah» [Al-Baqaroh : 115] [Al-Ushul min 'Ilmil Ushul, hal. 34. Daar Ibnil Jauzi].

Kata «مَنْ» pada surat Al-Jatsiyah diatas maknanya umum, mencakup laki-laki dan wanita dan disebut sebagai «مَنْ» syarthiyyah, dia menjajmkan dua fiil sekaligus. Pertama fiil syarth dari «مَنْ» yaitu «عَمِلَ» fii mahalli jazm, ke dua «فَلِنَفْسِهِ»  jawaabusy syarth dari jumlah ismiyyah yang mubtadanya dihapus takdirnya «فَعَمَلُهُ», dan jumlah ismiyyah «فَعَمَلُه فَلِنَفْسِهِ» fii mahalli jazm jawabusy syarth.

Kata «مَنْ» pada ayat diatas tidak bermakna khusus karena tidak ada dalil yang mengkhususkannya. Berkata Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashr As-Sa'di rahimahullah :

وألفاظ العموم – ككل، وجميع، والمفرد المضاف، والنكرة في سياق النهي أو النفي أو الاستفهام أو الشرط، والمعرف بأل الدالة
.على الجنس أوالاستغراق – كلها تقتضي العموم

والعبرة بعموم اللفظ لا بخصوص السبب. ويراد بالخاص العام وعكسه، مع وجود القرائن الدالة على ذلك. وخطاب الشارع لواحد من الأمة، أو كلامه في قضيه جزئية : يشمل لجميع الأمة وجميع الجزئيات
.إلا إذا دل الدليل على الخصوص

[جمع المحصول في رسالة ابن سعدي في الأصول، ص : ١٠٩]

"Lafadz-lafadz umum adalah seperti كل (semua) dan جميع (semua), mufrod yang dimudhofkan, nakiroh dalam konteks larangan atau penafian atau istifham, syarth, dan yang di ma'rifahkan dengan alif lam yang menunjukkan isim jenis, atau alif lam istighroqiyyah, semuanya mengandung keumuman.

Pelajaran itu diambil dari keumunan lafadz tidak dari kekhususan sebabnya. Yang diinginkan dari khususnya lafadz umum dan kebalikannya, yaitu adanya tanda-tanda yang menunjukkan kekhususannya. Dan ucapan pembuat syariat (Allah dan Rasul-Nya) terhadap salah seorang dari umat (Islam) ini atau ucapan (Allah dan Rasul-Nya) pada sebagian (umat ini) : mencakup seluruh umat (Islam) dan mencakup pula seluruh bagian-bagiannya, kecuali jika dalil telah menunjukkan kekhususannya." [Jam'ul Mahsuul, fii Risaalati Ibni Sa'di fil ushul, hal. 109]

Begitu juga pada surat al-Baqaroh 155 diatas, lafadz «فَأَيْنَمَا» maknanya umum, ke arah manapun menghadapkan wajah baik ke barat atau kearah timur, disitu ada wajah Allah sebagaimana ucapan Ibnu Katsir tentang ayat diatas :

وهذا، والله أعلم، فيه تسلية للرسول صلى الله عليه وسلم وأصحابه، الذين أخرجوا من مكة، وفارقوا مسجدهم ومصلاهم، وقد كان رسول الله صلى الله عليه وسلم، يصلي بمكة إلى بيت المقدس والكعبة بين يديه، فلما قدم المدينة، وجه إلى بيت المقدس سنة عشر شهرا أو سبعة عشر شهرا، ثم صرفه الله إلى الكعبة بعد، ولهذا يقول تعالى : «وَلِلَّهِ ٱلْمَشْرِقُ وَٱلْمَغْرِبُ ۚ فَأَيْنَمَا تُوَلُّوا۟ فَثَمَّ وَجْهُ ٱللَّهِ
«إِنَّ ٱللَّهَ وَٰسِعٌ عَلِيمٌۭ

[تفسير ابن كثير، ١\١٤٥. دار الكتب العلمية]

"Dan ini, wallahu a'lam hiburan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabatnya, yaitu orang-orang yang keluar dari kota Makkah dan mereka meninggalkan masjid mereka serta musolla mereka. Dan adapun Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dahulu (ketika) di kota Makkah, sungguh (pernah) sholat menghadap ke Baitul Maqdis sedangkan Ka'bah ada dihadapan mereka. Dan tatkala Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam datang ke kota Madinah, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengarahkan (wajahnya) ke Baitul Maqdis selama enam belas bulan atau tujuh belas bulan, kemudian Allah mengubahnya ke arah Ka'bah setelah itu, karena itu Allah berfirman :

Artinya : "Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui." [Al-Baqaroh : 115]. [Tafsir Ibni Katsir, 1/145. Cet. Daarul Kutub Al-'Ilmiyyah]

Berkata pula Asy-Syaikh Abdullah bin Sholeh Al-Fauzan mengenai lafadz umum dari isim syarth :

«الأسماء المبهمة : وذلك كأسماء الشرط كقوله تعالى «مَنْ يَعْمَلْ سُوٓءًۭا يُجْزَ بِهِۦ
.ومعنى الإبهام في أسماء الشرط الاستفهام أنها لا تدل على معين
[شرح الورقات في أصول الفقه، ص : ١١١-١١٢. دار المسلم]

"Isim-isim mubham  (yang belum jelas) : yaitu seperti isim-isim syarth sebagaimana firman Allah Ta'ala «Artinya : "Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu»." (An-Nisaa' : 123)

Makna Ibham pada isim syarth dan isim istifham maka Ibham itu tidak menunjukkan sesuatu yang spesifik (belum jelas)." [Syarhul Waraqoot fii Ushuulil Fiqhi, hal.111-112. Cet. Darul Muslim]

Jadi, isim syarth adalah isim yang mubham atau ibham atau isim yang belum jelas atau isim yang maknanya masih umum.

Berkata Asy-Syaikh As-Sa'di rahimahullah dalam Al-Qowaidul Fiqhiyyah : 

.كذلك ((من)) و ((ما)) تفيدان معا كل العموم يا أخي فسمعا


Seperti itu juga ((من)) siapa, dan ((ما)) apa, keduanya memberikan makna umum wahai saudaraku maka dengarkanlah.

Berkata Asy-Syaikh Khalid bin Abdullah Al-Mushlih dalam menjelaskan mandzumah diatas :

.من)) و ((ما)) تفيدان العموم المستغرق لكل ما دخلا عليه))

مثال ((من)) قوله تعالى : «وَلِلَّهِ مَا فِى ٱلسَّمَـٰوَٰتِ وَمَا فِى ٱلْأَرْضِ ۚ», «مَنْ عَمِلَ صَـٰلِحًۭا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌۭ فَلَنُحْيِيَنَّهُۥ حَيَوٰةًۭ طَيِّبَةًۭ ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ», «وَلِمَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِۦ جَنَّتَانِ», «وَمَن يَتَّقِ ٱللَّهَ يَجْعَل لَّهُۥ مَخْرَجًۭا. وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ ۚ», «وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُۥٓ ۚ», «وَمَنْ أَصْدَقُ مِنَ ٱللَّهِ حَدِيثًۭا», «وَمَنْ أَصْدَقُ مِنَ ٱللَّهِ قِيلًۭا», «وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ ٱللَّهِ حُكْمًۭا», «وَمَن يَدْعُ مَعَ ٱللَّهِ إِلَـٰهًا ءَاخَرَ لَا بُرْهَـٰنَ لَهُۥ بِهِۦ فَإِنَّمَا حِسَابُهُۥ عِندَ رَبِّهِۦٓ ۚ», «وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَٱلرَّسُولَ فَأُو۟لَـٰٓئِكَ مَعَ ٱلَّذِينَ أَنْعَمَ ٱللَّهُ عَلَيْهِم مِّنَ ٱلنَّبِيِّـۧنَ وَٱلصِّدِّيقِينَ», «وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ يُدْخِلْهُ جَنَّـٰتٍۢ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلْأَنْهَـٰر», «وَمَن يَتَوَلَّ يُعَذِّبْهُ عَذَابًا 
أَلِيمًۭا», «وَمَنْ أَحْسَنُ دِينًۭا مِّمَّنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُۥ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌۭ», «وَمَن يَرْغَبُ عَن مِّلَّةِ إِبْرَٰهِـۧمَ إِلَّا مَن سَفِهَ نَفْسَهُ» إلى غير ذلك من
.الآيات

وكذلك الأحاديث، كقوله صلى الله عليه وسلم : ((ينزل ربنا كل ليلة إلى سماء الدنيا فيقول : من ذا الذي يدعوني فاستجيب له، من ذا الذي يسألني فأعطيه، من ذا الذي يستغفرني فأغفر له)). والأحاديث التي فيها من قال كذا، أو من فعل كذا فله كذا يعم كل من
.قال، او فعل ذلك

[القواعد الفقحية، تأليف الشيخ العلامة عبد الرحمان بن ناصر بن عبد الله السعدي، ص : ٣٨-٣٩. دار ابن لجوزي]

((من)) siapa dan ((ما)) apa, keduanya memberikan makna umum.

Contoh ((من)) siapa dalam firman Allah -Ta'ala- : «Artinya : Kepunyaan Allah-lah segala yang ada di langit dan di bumi», «Artinya : Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan», «Artinya : Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga», «Artinya : Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya», «Artinya : Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya», «Artinya : Dan siapakah orang yang lebih benar perkataan(nya) dari pada Allah?», «Artinya : Dan siapakah yang lebih benar perkataannya dari pada Allah?», «Artinya : Siapakah yang lebih baik hukumnya daripada Allah?», «Artinya : Dan barangsiapa menyembah tuhan yang lain di samping Allah, padahal tidak ada suatu dalilpun baginya tentang itu, maka sesungguhnya perhitungannya di sisi Tuhannya», «Artinya : Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin», Al-Aayah, «Artinya : Barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya kedalam surga yang mengalir didalamnya sungai-sungai», «Artinya : Barang siapa yang berpaling niscaya akan diazab-Nya dengan azab yang pedih», «Artinya : Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas», «Artinya : Dan tidak ada yang benci kepada agama Ibrahim, melainkan orang yang memperbodoh dirinya sendiri» hingga selain itu dari ayat-ayat Al-Qur'an.

Dan seperti itu juga hadits-hadits, seperti sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam : ((Rabb kita turun pada setiap malam ke langit dunia lalu berfirman : Siapa yang berdoa kepada-Ku maka Aku akan kabulkan baginya, siapa yang meminta kepada-Ku maka Aku akan memberinya, siapa yang meminta ampun kepada-Ku maka Aku akan mengampuninya)). Hadits-hadits yang didalamnya (berupa ucapan) siapa yang telah mengatakan demikian, atau siapa yang telah melakukan demikian maka itu (maknanya) umum semuanya siapapun yang telah berkata atau yang telah melakukan hal tersebut. [Al-Qowaaidul Fiqhiyyah, penulis Asy-Syaikh Al-'Allaamah 'Abdurrahman bin Nashir Abdullah as-Sa'diy, hal : 38-39. Cet. Daar Ibnil Jauziy]


LAFADZ UMUM PADA SURAT AL-MAIDAH AYAT 44

Selain contoh-contoh diatas masih banyak contoh-contoh lain dari isim syarth, diantaranya firman Allah Ta'ala :

[وَمَن لَّمْ يَحْكُم بِمَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ فَأُو۟لَـٰٓئِكَ هُمُ ٱلْكَـٰفِرُونَ» [المائدة : ٤٤»

Artinya : "Barangsiapa yang tidak berhukum menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir." [Al-Maidah : 44]

Isism syarth (مَن) pada ayat diatas maknanya umum, tidak ada yang mengkhususkannya. Jangan kita bawa surat al-Maidah ini ke makna khusus, sehingga sebagian orang dengan menggunakan ayat ini mereka mengkafirkan orang-perorang secara ta'yin. Kedua kekafiran pada ayat diatas adalah kafir kecil. Berkata Ibnu Katsir dalam tafsirnya :

قال ابن جرير : حدشنا ابن المشنى، حدشنى عبد الصمد، حدشنا الشعبة عن ابن أبي السفر، عن الشعبي «وَمَن لَّمْ يَحْكُم بِمَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ فَأُو۟لَـٰٓئِكَ هُمُ ٱلْكَـٰفِرُونَ» قال هذا في المسلمين «وَمَن لَّمْ يَحْكُم بِمَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ فَأُو۟لَـٰٓئِكَ هُمُ الظَّالِمُوْنَ» قال : هذا في اليهود «وَمَن لَّمْ يَحْكُم بِمَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ فَأُو۟لَـٰٓئِكَ هُمُ الفَاسِقُوْنَ»  قال هذا في النصارى، وكذالك رواه هشيم والشوري، عن زكريا بن أبي زائدة، عن الشعبي وقال عبد الرزاق أيضا : أكبرنا معمر عن ابن طاوس، عن أبيه قال : شئل ابن عباس عن قوله «وَمَن لَّمْ يَحْكُم» الآية، قال : هي بح كفر، قال ابن طاوس : وليس كمن يكفر بالله وملائكته وكتبه ورسله، وقال الثوري، عن ابن جريج، عن عطاء أنه قال : كفر دون كفر، وظلم دُون ظلم، وفسق دون فسق، رواه ابن جرير، وقال وقيع، عن سعيد المكي، عن طاوس  «وَمَن لَّمْ يَحْكُم بِمَآ
.أَنزَلَ ٱللَّهُ فَأُو۟لَـٰٓئِكَ هُمُ ٱلْكَـٰفِرُونَ» قال : ليس بكفر ينقل عن الملة

قال ابن أبي حاتم : حدثنا محمد بن عبد الله بن يزيد المقري، حدثنا سفيان بن عيينة، عن هشام بن حجير، عن طاوس، عن ابن عباس في قوله «وَمَن لَّمْ يَحْكُم بِمَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ فَأُو۟لَـٰٓئِكَ هُمُ ٱلْكَـٰفِرُونَ» قال : ليس
.بالكفر الذي تذهبون إليه، ورواه الحاكم في مستدركه من حديث سفيان بن عيينه، وقال : صحيح على شرط الشيخين، ولم يخرجاه

[تفسير ابن كثير : ٥٧/٢. دار الكتب العلمية]


"Berkata Ibnu Jarir : Telah menceritakan kepada kami Ibnu Mutsanna, telah menceritakan kepada kami 'Abdush Shomad, telah menceritakan kepada kami Asy-Syu'bah dari Ibnu Abi Sufra dari Asy-Sya'bi «Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir» dia (Asy-Sya'bi) berkata : Ayat ini diturunkan untuk orang-orang mu'min. «Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang dzolim» dia (Asy-Sya'bi) berkata : Ayat ini diturunkan untuk orang-orang yahudi. «Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik» dia (Asy-Sya'bi) berkata : Ayat ini diturunkan untuk orang-orang nashara, dan demikian riwayat Hasyim dan Tsauriy, dari Zakariya bin Abi Zaidah, dari Asy-Sya'bi dan berkata 'Abdurrazzaq juga : Telah mengabarkan kepada kami Ma'mar dari Ibnu Thawus, dari bapaknya berkata : Ditanya Ibnu Abbas tentang firman Allah : «Barangsiapa yang tidak memutuskan» Al-Aayah, beliau (Ibnu Abbas) berkata : Itu merupakan kekafiran, berkata Ibnu Thowus : Bukan (kekafiran) sebagaimana orang yang kafir terhadap Allah, malaikat-malaikatnya, kitab-kitab-Nya dan Rasul-rasul-Nya, berkata Ats-Tsauriy, dari Ibnu Juraij, dari Atho' bahwasannya dia berkata : Kekafiran dibawah tingkat kekafiran, kedzaliman dibawah tingkat kedzoliman, kefasikan dibawah tingkat kefasikan, diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, dan berkata Waqi', dari Sa'id al-Makkiy dari Thawus «Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir» bukan kekafiran yang mengeluarkan dari agama. 

Berkata Ibnu Abi Hatim : Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abdullah bin Yazid al-Maqiriy, telah menceritakan kepada kami Sufyan bin 'Uyainah, dari Hisyam bin Hujair bin  dari Thawus, dari Ibnu Abbas mengenai firman Allah «Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir» Beliau berkata : Bukanlah kekafiran yang kalian pahami, diriwayatkan oleh Al-Hakim didalam kitab Mustadraknya dari hadits Sufyan bin 'Uyainah, Al-Hakim berkata : Shahih dengan syarat dari dua syaikh (Bukhari Muslim) dan mereka berdua tidak mengeluarkannya. [Tafsir Ibnu Katsir, 2/57. Daarul Kutub al-'Ilmiyyah]

LAFADZ UMUM PADA AYAT-AYAT DAN HADITS-HADITS YANG BERBICARA TENTANG KESYIRIKAN 

Diantara contoh lain lafadz-lafadz umum ((من)) siapa, yaitu firman Allah Ta'ala tentang pelaku kesyirikan :


«إِنَّهُۥ مَن يُشْرِكْ بِٱللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ ٱللَّهُ عَلَيْهِ ٱلْجَنَّةَ وَمَأْوَىٰهُ ٱلنَّارُ ۖ وَمَا لِلظَّـٰلِمِينَ مِنْ أَنصَارٍۢ»

Artinya : "Sesungguhnya barangsiapa mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun." (QS. Al-Maidah :72)

Allah Ta'ala juga berfirman : 

«إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِۦ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَن يَشَآءُ ۚ وَمَن يُشْرِكْ بِٱللَّهِ فَقَدِ ٱفْتَرَىٰٓ إِثْمًا عَظِيمًا»

Artinya : "Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar." (QS. An-Nisaa' : 48)

Allah Ta'ala juga berfirman : 

«إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِۦ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَن يَشَآءُ ۚ وَمَن يُشْرِكْ بِٱللَّهِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَـٰلًۢا بَعِيدًا»

Allah Ta'ala juga berfirman : 

Artinya : "Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya. (QS. An-Nisaa' : 116)

Allah Ta'ala juga berfirman : 

«وَمَن يُشْرِكْ بِٱللَّهِ فَكَأَنَّمَا خَرَّ مِنَ ٱلسَّمَآءِ فَتَخْطَفُهُ ٱلطَّيْرُ أَوْ تَهْوِى بِهِ ٱلرِّيحُ فِى مَكَانٍۢ سَحِيقٍۢ»


Artinya : "Barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka adalah ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh." (QS. Al-Hajj : 31)

Dalam beberapa hadits juga disebutkan contoh isim syarth dalam Fathul Majiid

وعن أبي مسعود رضي الله عنه أن رسول الله سلى الله عليه و سلم قال : ((من مات وهو يدعو من دون الله ندا دخل النار)). رواه
 .البخاري

Dari Abi Mas'ud radhiyallahu 'anhu bahwasannya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : ((Siapa yang mati sedangkan dia berdo'a kepada selain Allah sebagai tandingan maka dia pasti masuk neraka)). Diriwayatkan oleh Al-Bukhaari.

Dalam hadits yang lain disebutkan : 

ولمسلم عن جابر رضي الله عنه أن رسول الله سلى الله عليه و سلم قال : ((من لقي الله لا يشرك به شيئا دخل الجنة، ومن لقيه
.يشرك به شيئا دخل النار)). رواه مسلم

[فتح المجيد شرح كتاب التوحيد، ص : ٦٨-٦٩. تأليف الشيخ عبد الرحمان بن حسن آل الشيخ. دار السلام]

Dari Imam Muslim dari Jabir radhiyallahu 'anhu bahwasannya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : ((Barangsiapa yang berjumpa dengan Allah dalam keadaan tidak menyekutukan dengan Allah sesuatu apapun maka dia pasti masuk surga, dan barangsiapa yang berjumpa dengan-Nya dalam keadaan menyekutukan Allah dengan sesuatu maka dia pasti masuk neraka)). Diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhaari. [Fathul Majiid Syarh Kitaabit Tauhiid, hal : 68-69. Penulis Asy-Syaikh 'Abdur Rahman bin Hasan Alu Asy-Syaikh. Cet. Daarus Salaam]

Isim syarth ((من)) pada ayat-ayat serta pada hadits-hadits diatas semuanya bermakna umum, dan masih banyak lagi contoh-contoh isim syarth lain dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah yang semuanya memiliki makna umum. 

Faedah yang bisa diambil : 

1. Lafadz umum yang kedua adalah isim-isim syarth dan diantara contoh isim syarth yaitu ((من)) siapa, dan ((ما)) apa dan lain sebagainya

2. Kata «فَأَيْنَمَا» termasuk isim syarth yang bermakna umum

3. Isim syarth disebut juga sebagai isim yang Mubham atau Ibham yaitu isim yang tidak menunjukkan sesuatu yang spesifik (belum jelas)

4. Tidak boleh lafadz umum dibawa ke makna khusus kecuali dengan dalil yang menunjukkan kekhususannya, karena memang ada lafadz-lafadz umum tapi yang diinginkan adalah khusus sebagaimana contoh firman Allah Ta'ala :

«وَلِلَّهِ عَلَى ٱلنَّاسِ حِجُّ ٱلْبَيْتِ مَنِ ٱسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًۭا» 

Artinya : "Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah." (QS. Ali imran : 97)

Berkata Asy-Syaikh Abdullah bin Sholeh Al-Fauzan mengenai ayat diatas :

فالناس في هذه الآية عام يراد به خصوص المكلفين، لأن الشرع والعقل يقضيان بخروج الصبيان  والمجانين
[جمع المحصول، في رسالة ابن سعدي في الأصول ص : ١١٢]

"Manusia pada ayat ini maknanya umum tapi yang diinginkan dengannya yaitu khusus kepada orang-orang yang mukallaf (yang terkena beban syariat), karena syariat dan berakal merupakan dua ketetapan yang keluar (dari hal tersebut) anak-anak dan orang gila. [Jam'ul Mahsul fii Risaalati Ibni Sa'di fiil Ushul, hal.112]

5. Jika ada firman Allah yang diturunkan terkait seseorang atau sebagian umat Islam, maka hal itu berlaku umum untuk seluruh umat Islam karena "Pelajaran itu diambil dari keumunan lafadz tidak dari kekhususan sebabnya"

6. Firman Allah yang artinya «maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah» [Al-Baqaroh : 115], ayat ini menetapkan bahwa Allah Ta'ala memiliki wajah dan wajah Allah Ta'ala itu tidak sama dengan makhluk-Nya

7. Makna firman Allah yang artinya «Barangsiapa yang tidak berhukum menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir». [Al-Maidah : 44], kafir yang dimaksud kafir kecil bukan kafir yang mengeluarkan dari agama Islam

8. Makna firman Allah yang artinya «Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang ditirunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang dzolim». [Al-Maidah : 45]dzolim yang dimaksud yaitu dzolim dibawah tingkat kedzoliman atau dzolim kecil. Karena disana ada dzolim yang besar yaitu syirik sebagaimana firman Allah : 

وَإِذْ قَالَ لُقْمَـٰنُ لِٱبْنِهِۦ وَهُوَ يَعِظُهُۥ يَـٰبُنَىَّ لَا تُشْرِكْ بِٱللَّهِ ۖ إِنَّ ٱلشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌۭ

Artinya : "Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". (QS. Lukman : 13)

9. Makna firman Allah yang artinya «Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang ditirunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik» [Al-Maidah : 47]fasik yang dimaksud yaitu fasik dibawah tingkat kefasikan atau kefasikan kecil.

10. Sebagian para ulama mengatakan tentang surat Al-Maidah ayat 44 diturunkan kepada kaum musliminAl-Maidah ayat 45 diturunkan kepada orang-orang yahudi,Al-Maidah ayat 47diturunkan untuk kaum nasrani sebagaimana penjelasan tafsir Ibnu Katsir. Walaupun demikian telah diketahui bahwa "Pelajaran itu diambil dari keumunan lafadz tidak dari kekhususan sebabnya."

11. Pada hadits  ((Rabb kita turun pada setiap malam ke langit dunia lalu berfirman : "Siapa yang berdoa kepada-Ku maka Aku akan kabulkan baginya, siapa yang meminta kepada-Ku maka Aku akan memberinya, siapa yang meminta ampun kepada-Ku maka Aku akan mengampuninya)), pada hadits ini ada penetapan sifat turunnya Allah Ta'ala kelangit dunia setiap sepertiga malam yang terakhir.

12. Firman Allah Artinya : "Sesungguhnya barangsiapa mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun." (QS. Al-Maidah :72), kata yang digaris bawahi maknanya umum, mencakup siapa saja yang mempersekutukan Allah dan mati diatasnya maka orang  yang seperti ini Allah haramkan bagi dia surga, meskipun keturunan Nabi, wali, dan lain sebagainya. Demikian juga pada ayat-ayat lain pada penjelasan diatas.

13. Hadits Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam((Siapa yang mati sedangkan dia berdo'a kepada selain Allah sebagai tandingan maka dia pasti masuk neraka)), kata yang digaris bawahi maknanya umum, mencakup siapapun, tidak perduli keturunan Nabi, atau kiyai atau wali dan lain sebagainya. Ketika seseorang mati membawa dosa syirik dan belum bertaubat darinya maka dia pasti masuk neraka. Hukum pasti masuk neraka ini Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tidak menta'yin orang perorang tapi secara umum. Demikian juga pada hadits-hadits yang lain pada pembahasan ini.

Masih banyak faedah-faedah lain dan semoga yang sedikit ini bermanfaat untuk kita semua. Wallahu a'lam.


Related Posts:

KITA SEMUA ADALAH MUSAFIR


Bismillah. Alhamdulillahi Rabbil 'Aalamiin. Wa shallallahu 'ala Nabiyyina Mhammadin wa 'ala aalihi wa shahbihi ajma'iin. Wa ba'du.

Jangan pernah bosan menerima nasehat atau memberi menasehat kepada saudara kita seiman, karena hal itu termasuk bentuk kecintaan terhadap sesama muslim. Selain itu orang-orang yang saling menasehati, termasuk orang-orang yang dikecualikan dari merugi. Seluruh manusia dimuka bumi ini merugi kecuali empat orang, diantaranya mereka yang saling nasehat-menasehati dalam kebaikan. Allah Ta'ala berfirman :

«وَٱلْعَصْرِ. إِنَّ ٱلْإِنسَـٰنَ لَفِى خُسْرٍ. إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّـٰلِحَـٰتِ وَتَوَاصَوْا۟ بِٱلْحَقِّ وَتَوَاصَوْا۟ بِٱلصَّبْرِ»

Artinya : "Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan saling nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan saling nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran." (QS. Al-'Asr : 1-3)

Selain hal-hal diatas, nasehat-menasehati itu sebenarnya termasuk bentuk lain cara kita menasehati diri kita sendiri. Allah sangat membenci orang yang berbicara sesuatu namun dia sendiri tidak mengamalkan apa yang dia ucapkan. Allah Ta'ala berfirman :

«كَبُرَ مَقْتًا عِندَ ٱللَّهِ أَن تَقُولُوا۟ مَا لَا تَفْعَلُونَ»

Artinya : "Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan." (QS. As-Saff : 3)

Pada ayat diatas Allah menyebutkan kebenciannya-Nya kepada orang yang menasehati orang lain sedangkan dia sendiri tidak mau melaksanakan apa yang ia katakan, karena itulah adanya dakwah bertujuan agar kita saling mengingatkan, saling menasehati, saling memotivasi, untuk ikhlas, untuk beramal sholeh, karena nasehat, peringatan dan yang semisalnya, akan sangat bermanfaat untuk orang-orang yang beriman. Allah Ta'ala berfirman kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam :

«وَذَكِّرْ فَإِنَّ ٱلذِّكْرَىٰ تَنفَعُ ٱلْمُؤْمِنِينَ»

Artinya : "Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman." (QS. Asz-Dzariyat : 55)

Para sahabat radhiyallahu Ta'ala 'anhum merupakan orang yang paling bertakwa setelah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, walaupun demikian tidak lupa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam terus menasehati mereka untuk selalu bertakwa kepada Allah Ta'ala, itulah sebabnya dalam setiap khutbahnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam selalu dan senantiasa mebacakan firman Allah Ta'ala ini kepada para sahabat :

«يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ»

Artinya : "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam." (QS.Ali Imran : 102)

Para sahabat adalah orang yang paling bertakwa, tapi tetap diingatkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam untuk bertakwa, lebih-lebih kita. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda dalam sebuah hadits :

.(الدين النصيحة. قلنا : لمن يا رسول الله؟ قال : لله، ولكتابه ولرسوله، ولأئمة المسلمين، وعامتهم. (رواه مسلم

"Agama adalah nasihat", kami (para sahabat) berkata : 'Untuk siapa wahai Rasulullah?' Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : “Untuk Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, para pemimpin kaum muslimin dan masyarakat pada umumnya.” (HR. Muslim)

Setelah nasihat takwa, maka sebaik-baik nasihat adalah tentang fananya dunia dan kekalnya akhirat. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda kepada Ibnu Umar :

وعن ابن عمر رضي الله عنهما قال : أخذ رسول الله صلى الله عليه وسلم بمنْكبي فقال: كنْ في الدنيا كأنك غريب، أو عابر سبيل. وكان ابن عمر رضي الله عنهما يقول: "إِذا أمسيت فلا تنتظر الصباح، وإذا أصبحت فلا تنتظر المساء، وخذ من صحتك لمرضك
(ومن حياتك لموتك" (رواه البخاري

Dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma berkata : Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memegang kedua pundakku lalu bersabda : "Jadilah engkau di dunia ini seakan-akan orang asing atau seorang musafir." Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma melanjutkan : "Jika engkau berada di sore hari, maka janganlah engkau menunggu hingga pagi hari dan jika engkau berada di pagi hari, maka janganlah engkau menunggu hingga sore hari. Pergunakanlah waktu sehatmu sebelum datang sakitmu dan hidupmu sebelum matimu." (HR.Bukhari)

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda :

اغتنم خمسا قبل خمس: شبابك قبل هرمك، وصحتك قبل سقمك، وغناك قبل فقرك، وفراغك قبل شغلك، وحياتك قبل موتك» (رواه
.(الحاكم وصححه

"Manfaatkan lima perkara sebelum datang lima perkara : Masa mudamu sebelum datang tuamu, masa sehatmu sebelum datang sakitmu, masa kayamu sebelum datang kefakiranmu, waktu luangmu sebelum datang sibukmu, masa hidupmu sebelum datang matimu.” (Diriwayatkan oleh Al-Haakim dan dia menshohihkannya).

Pada hadits pertama kita diperintahkan agar menjadi seperti orang asing atau seperti seorang musafir, dan seorang musafir dia tidak mungkin membangun istananya di dunia, karena dunia akan dia tinggalkan.

Pada hadits kedua diantara nasehat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam manfaatkan masa hidupmu sebelum datang matimu. Ini menunjukkan bahwa kita semua akan mati, karena mati adalah suatu kepastian yang akan mendatangi setiap yang bernyawa. Allah Ta'ala berfirman :

«كُلُّ نَفْسٍۢ ذَآئِقَةُ ٱلْمَوْتِ ۗ»

Artinya : "Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati." (QS.Ali Imran : 185)

Sangat bodoh dan ceroboh jika kita melalaikan kehidupan akhirat demi kehidupan dunia yang sesaat. Ingat saudaraku, setelah kematian itu ada kehidupan lagi, dimana kita akan mempertanggung jawabkan semua yang pernah kita lakukan di dunia ini.  Dan kehidupan setelah kematian inilah kehidupan yang sebenarnya, kehidupan yang kekal abadi, imma di Surga atau di Neraka. Allah Ta'ala berfirman :

«لَـٰكِنِ ٱلَّذِينَ ٱتَّقَوْا۟ رَبَّهُمْ لَهُمْ جَنَّـٰتٌۭ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلْأَنْهَـٰرُ خَـٰلِدِينَ فِيهَا نُزُلًۭا مِّنْ عِندِ ٱللَّهِ ۗ وَمَا عِندَ ٱللَّهِ خَيْرٌۭ لِّلْأَبْرَارِ»

Artinya : "Akan tetapi orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya, bagi mereka surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, sedang mereka kekal di dalamnya sebagai tempat tinggal (anugerah) dari sisi Allah. Dan apa yang di sisi Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang berbakti." (QS. Ali Imran : 198)

Allah Ta'ala juga berfirman tentang penduduk Neraka :

«خَـٰلِدِينَ فِيهَا لَا يُخَفَّفُ عَنْهُمُ ٱلْعَذَابُ وَلَا هُمْ يُنظَرُونَ»

Artinya : "Mereka kekal di dalamnya, tidak diringankan siksa dari mereka, dan tidak (pula) mereka diberi tangguh." (QS. Ali Imran : 88)

Allah Ta'ala juga berfirman dalam ayat yang lain :

«إِنَّهُۥ مَن يَأْتِ رَبَّهُۥ مُجْرِمًۭا فَإِنَّ لَهُۥ جَهَنَّمَ لَا يَمُوتُ فِيهَا وَلَا يَحْيَىٰ»

Artinya : "Sesungguhnya barangsiapa datang kepada Tuhannya dalam keadaan berdosa, maka sesungguhnya baginya neraka Jahannam. Ia tidak mati di dalamnya dan tidak (pula) hidup." (QS. Thoha : 74)

Saudaraku, jangan kita sia-siakan lagi waktu yang sejenak ini lalu kita mencampakkan kehidupan akhirat kita yang kekal abadi, betapa bodohnya kita. Ingat saudaraku, di akhirat nanti perhitungan waktunya lebih lama dari perhitungan waktu di dunia. Sehari kita menanti hisab di akhirat nanti sama dengan seribu tahun menurut perhitungan waktu di dunia ini, lalu bagaimanakah nasip kita nanti? Sungguh sangat menakutkan jika kita mau berpikir. Allah Ta'ala berfirman :

«وَيَسْتَعْجِلُونَكَ بِٱلْعَذَابِ وَلَن يُخْلِفَ ٱللَّهُ وَعْدَهُۥ ۚ وَإِنَّ يَوْمًا عِندَ رَبِّكَ كَأَلْفِ سَنَةٍۢ مِّمَّا تَعُدُّونَ»

Artinya : "Dan mereka meminta kepadamu agar azab itu disegerakan, padahal Allah sekali-kali tidak akan menyalahi janji-Nya. Sesungguhnya sehari disisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu." (Al-Hajj : 47)

Karena akhirat perhitungan waktunya lebih panjang, maka terlalu lalai dan terlalu bermain-main jika kita terus membuang-buang waktu yang sangat berharga ini untuk urusan yang tidak bermanfaat. Merugi saudaraku, merugi jika kita terus lalai dari kehidupan akhirat yang kekal demi kehidupan dunia yang sesaat. Ini sungguh tidak masuk akal, karena itu kembalilah saudaraku. Allah Ta'ala berfirman :

«وَمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَآ إِلَّا لَعِبٌۭ وَلَهْوٌۭ ۖ وَلَلدَّارُ ٱلْـَٔاخِرَةُ خَيْرٌۭ لِّلَّذِينَ يَتَّقُونَ ۗ أَفَلَا تَعْقِلُونَ»

Artinya : "Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?" (QS. Al-An'am : 32)

Allah Ta'ala juga berfirman :

«وَلَدَارُ ٱلْـَٔاخِرَةِ خَيْرٌۭ ۚ وَلَنِعْمَ دَارُ ٱلْمُتَّقِينَ»

Artinya : "Dan sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa." (QS. An-Nahl : 30)

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam orang yang paling mulia di atas bumi ini, tapi umur beliau hanya 63 tahun, sedangkan beliau shallallahu 'alaihi wa sallam hidup di alam kubur kurang lebih sudah 1441 tahun. Berarti keberadaan beliau _shallallahu 'alaihi wa sallam_ di alam kubur sudah ribuan tahun lebih lama dari usia beliau shallallahu 'alaihi wa sallam, sungguh ini renungan, renungan yang menunjukkan bahwa dunia ini begitu singkat, sementara dan fana sedangkan alam akhirat begitu panjang lagi kekal dan berliku.

Kita ini hanyalah para musafir wahai saudaraku, dan seorang musafir dia akan pergi meninggalkan perkampungan dunia menuju perkampungan sejatinya yaitu akhirat. Perjalanan ini begitu panjang  dan melelahkan, mari kumpulkan bekal sebelum hari keberangkatan, karena hari keberangkatan semakin dekat. Allah Ta'ala berfirman :

«وَتَزَوَّدُوا۟ فَإِنَّ خَيْرَ ٱلزَّادِ ٱلتَّقْوَىٰ ۚ وَٱتَّقُونِ يَـٰٓأُو۟لِى ٱلْأَلْبَـٰبِ»

Artinya : "Berbekallah kalian, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal." (QS. Al-Baqaroh : 197)

Berkata seorang penyair :

"Dunia ini akan sirna
Manusia akan binasa
Teman dan kerabat akan meninggalkan
Yang kekal hanya amal sholeh."

Semoga tulisan ini bermanfaat, sebagai pelembut jiwa kami, kita dan saudara-saudara kita yang lain yang masih bergelimang dengan dosa dan maksiat, lalai dari kehidupan akhirat dan begitu cinta dengan kehidupan dunia. Baarakallahu fiikum.

Related Posts:

JANGAN CELA PEMIMPINMU



Mencaci-maki penguasa atau pemimpin atau pemerintah, menghujat, mengkritik kebijakannya bukan aqidah ahlus sunnah wal jama'ah, tapi ini jalannya para khowarij dan para pemberontak.

عن زياد بن كسيب العدوي قال : كنت مع أبي بكرة رضي الله تعالى عنه تحت منبر ابن عامر وهو يخطب وعليه ثياب رقاق فقال أبو بلال انظروا إلى أميرنا يابس ثياب الفساق فقال أبو بكرة اسكت سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول : (من أهان سلطان الله في الارض أهان الله). رواه أحمد والترمذي وقال : هذا حديث حسن غريب، وحسنه
.الألباني

كتاب الأربعين في مذهب السلف، تأليف الشيخ]
[علي بن يحيى الحدادي، ص : ٢١-٢٢

Dari Ziyad bin Kusaib al-'Adawiy berkata : Dahulu aku bersama Abu Bakrah radhiyallahu Ta'ala 'anhu dibawah mimbarnya Ibnu 'Amir, dia berkhutbah sedangkan dia menggunakan pakaian yang tipis, maka berkata Abu Bilal : "Lihatlah pemimpin kita ini, dia memakai pakaian orang-orang fasik." Maka berkata Abu Bakrah : "Diamlah kamu!, aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : (Barangsiapa yang menghina penguasa Allah diatas bumi, maka Allah akan menghinakannya). Diriwayatkan oleh Ahmad dan Tirmidzi dan Tirmidzi berkata : Ini merupakan hadits yang hasan ghorib, dan Al-Albaaniy telah menghasankannya. [Kitaab Al-Arba'iin fii Madzhabis Salaf, penulis Asy-Syaikh Ali bin Yahya Al-Hadaadiy, hal : 21-22]

Dalam hadits diatas ada ancaman untuk orang yang mencela penguasa atau pemimpin atau dizaman kita sekarang ini adalah pemerintah. Maka barangsiapa yang mencela pemimpin,  penguasa atau pemerintah  mendemonya, membuka aibnya di khalayak ramai, merendahkan serta menghinanya, maka kita khawatir Allah akan menghinakannya. Dan betapa banyak sebuah ucapan yang tidak disadari atau bahkan dianggap remeh namun ternyata ucapan itu bisa mengantarkan kedalam neraka sejauh barat dan timur. Karena itu hati-hati mencela penguasa, pemimpin atau pemerintah, bisa jadi dengan hal itu Allah akan menghinakan kita dan  menggelincirkan kita kedalam neraka. Waliyaadzubillah.

Faedah yang bisa diambil :

1. Tidak boleh menghina, melecehkan, menghuhat, mencaci-maki penguasa, pemimpin atau pemerintah kaum muslimin

2. Orang yang menghina penguasa  pemimpin atau pemerintah kaum muslimin Allah akan menghinakannya

3. Allah Ta'ala memerintahkan kita untuk taat pada penguasa, pemimpin atau pemerintah kaum muslimin, bukan malah menghina apalagi mencaci-makinya. Allah Ta'ala berfirman :

«يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ أَطِيعُوا۟ ٱللَّهَ وَأَطِيعُوا۟ ٱلرَّسُولَ وَأُو۟لِى ٱلْأَمْرِ مِنكُمْ»

Artinya : "Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu." (QS. An-Nisaa' : 59)

4. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam-pun memerintahkan kita untuk taat kepada penguasa, pemimpin atau pemerintah kaum muslimin meskipun mereka merampas harta kita dan mencambuk punggung-punggung kita. Dalam hadits riwayat Ubadah bin Shomit radhiyallahu 'anhu :

أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: (اسمع وأطع في عسرك ويسرك ومنشطك ومكرهك وأثرة عليك
.(وإن أكلوا مالك وضربوا ظهرك إلا أن يكون معصية
.رواه ابن حبان

كتاب الأربعين في مذهب السلف، تأليف الشيخ]
[علي بن يحيى الحدادي، ص : ٢٠

"Bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : (Mendengar dan taatlah dalam keadaan engkau sulit maupun mudah, semangat maupun terpaksa, meskipun dia berlaku sewenang-wenang terhadapmu, dan meskipun mereka memakan hartamu dan memukul punggungmu. (Tetap harus mendengar dan taat), kecuali jika nampak kemaksiatan kepada Allah yang nyata”. (Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban) [Kitaab Al-Arba'iin fii Madzhabis Salaf, penulis Asy-Syaikh Ali bin Yahya Al-Hadaadiy, hal : 20]

5. Haramnya mencela penguasa, pemimpin atau pemerintah kaum muslimin baik secara langsung atau dengan cara demonstrasi, karena itu merupakan bentuk kedurhakaan terhadap Allah dan Rasul-Nya

6. Mencela penguasa, pemimpin atau pemerintah kaum muslimin termasuk perbuatan lisan yang akan dicatat oleh malaikat. Allah Ta'ala berfirman : 

«مَّا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌۭ»

Artinya : "Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir." (QS. Qof : 18)

7. Mencela penguasa, pemimpin atau pemerintah kaum muslimin yang individu-individunya muslim merupakan kefasikan dan kekafiran. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

عن عبد الله بن مسعود رضي الله تعالى عنه أن النبي صلى الله عليه وسلم قال : ((سباب المسلم فسوق
.وقتاله كفر)) رواه البخاري ومسلم

 كتاب الأربعين في مذهب السلف، تأليف الشيخ]
[الي بن يحيى الحدادي، ص :٣٠

"Dari Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu Ta'ala 'anhu bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : ((Mencaci maki seorang muslim adalah kefasikan dan membunuhnya adalah kekafiran))." [Riwayat al-Bukhari dan Muslim] [Kitaab Al-Arba'iin fii Madzhabis Salaf, penulis Asy-Syaikh Ali bin Yahya al-Hadaadiy, hal : 30]

8. Satu ucapan baik celaan terhadap penguasa, pemimpin atau pemerintah kaum muslimin bisa jadi hal itu akan menggelincirkan pelakunya dalam neraka sejauh barat dan timur. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam :

وروى البخاري في صحيحه (٦٤٧٧) ومسلم في صحيحه (٢٩٨٨)، واللفظ لمسلم عن أبي هريرة أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : ((إن العبد ليتكلم بالكلمة ما يتبين ما فيها، يهوي بها في النار
.((أبعد ما بين المشرق والمغرب

وفي آخر حديث وصية النبي صلى الله عليه وسلم لمعاذ أخرجه الترمذي (٢٦١٦) وقال : ((حديث حسن صحيح))، قال صلى الله عليه وسلم : ((وهل بكل الناس في النار على وجوههم أو على مناهجهم الا حصائد ألسنتهم))، قاله جوابا لقول معاذ رضي الله
.((عنه ((يا نبي الله! وإنا لمؤاخذون بما نتكلم به؟

قال الحافظ ابن رجب في شرحه من كتابه جامع العلوم والحكم (١٤٧/٢) : ((والمراد بحصائد الألسنة : جزاء الكلام المحرم وعقوباته ؛ فإن الإنسان يزرع بقوله وعمله الحسنات والسيئات، ثم يحصد يوم القيامة ما زرع، فمن زرع خيرا من قول أو عمل حصد الكرامة، فمن زرع شرا من قول أو عمل حصد غدا
.((الندامة

وقال (١٤٦/٢) : ((هذا يدل على أن كف اللسان وضبطه وحبسه هو أصل الخبر كله، وإن من ملك
.((لسانه فقد ملك أمره وأحكمه وضبطه

رفقا أهل السنة بأهل السنة، إعداد الشيخ عبد]
.[المحسن بن حمد الجبر، ص : ١٩-٢٠

Al-Bukhaari meriwayatkan dalam shohihnya (6477) demikian juga Muslim dalam shahihnya (2988), dan lafadz ini milik Muslim dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : ((Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan satu kata, yang ia tidak memerhatikannya (tidak memikirkan kejelekan dan dampaknya), ternyata menggelincirkan ia ke dalam neraka lebih jauh dari apa-apa yang ada di antara timur dan barat)).

Dan diakhir hadits wasiat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam kepada Mu'adz dikeluarkan oleh At-Tirmidzi (2616) dan dia berkata ((Hadits yang hasan shohih)), Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : ((Bukankah menusia itu disungkurkan di Neraka diatas  wajah mereka atau diatas hidung mereka kecuali karena ucapan lisan-lisan mereka?)). Sabda Nabi tersebut sebagai jawaban ucapan Mu'adz radhiyallahu 'anhu ((Wahai Nabi Allah! Sungguh apakah kami benar-benar akan dihukum dengan sebab apa yang kami ucapkan?)) 

Berkata Al-Hafidz Ibnu Rojab dalam syarah kitabnya Jaami'ul 'Uluum wal Hikam (2/147) : ((yang dimaksud dengan حصائد الألسنة : yaitu balasan ucapan yang haram dan hukuman-hukumannya ; karena sesungguhnya manusia itu dia akan menanam kebaikan atau menanam keburukan dengan ucapannya, kemudian dia akan menuai pada hari kiyamat apa yang telah dia tanam, barangsiapa yang menanam kebaikan berupa ucapan atau amalan dia pasti menuai kemuliaan, dan barangsiapa yang menanam keburukan berupa ucapan atau amalan besok dia akan menuai penyesalan)).

Dan dia -Al-Hafidz Ibnu Rojab dalam kitabnya Jaami'ul  'Uluum wal Hikam- (2/146) berkata juga : ((Ini menunjukkan bahwa menjaga lisan, menahannya serta memenjarakannya merupakan pokok kebaikan seluruhnya, dan bahwasanya orang yang (mampu) menguasai lisannya sungguh dia telah menguasai urusannya, mengokohkannya serta menguatkannya)). [Rifqan Ahlas Sunnah bi Ahlis Sunnah, penyusun Asy-Syaikh Abdul Muhsin bin Hammad al-'Abbaad al-Badr, hal.19-20)]

9. Hendaknya orang-orang yang mencela penguasa, pemimpin atau pemerintah kaum muslimin dia menghisab dirinya sendiri terlebih dahulu sebelum mencela orang lain, karena betapa banyak orang-orang yang pandai mencela orang lain tapi tidak pandai mencela dirinya dan menghisab dirinya dari aib dan kekurangan. Umar radhiyallahu 'anhu berkata :

حاسبوا أنفسكم قبل أن تحاسبوا وزنوا أنفسكم قبل أن توزنوا، فإنه أهون عليكم في الحساب غدا أن تحاسبوا أنفسكم اليوم، وتزينوا للعرض الأكبر يومئذ
.تعرضون لا تخفي منكم خافية

“Hendaklah kalian menghisab diri kalian sebelum kalian dihisab, dan hendaklah kalian menimbang diri kalian sebelum kalian ditimbang, karena hal itu lebih memudahkan kalian di hari hisab besok agar kalian menghisab diri kalian hari ini, dan bersiap-siaplah untuk hari besar ditampakkannya amal pada hari itu kamu dihadapkan (kepada Tuhanmu), tiada sesuatupun dari keadaanmu yang tersembunyi (bagi Allah). [https://www.alukah.net/sharia/0/123927/]

10. Orang-orang yang pandai mencela penguasa, pemimpin atau pemerintah kaum muslimin termasuk orang-orang yang tidak memiliki adab, karena Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan kita untuk menasehati penguasa, pemimpin atau pemerintah kaum muslimin, bukan justru mencelanya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

الدين النصيحة. قلنا : لمن يا رسول الله؟ قال : لله، ولكتابه ولرسوله، ولأئمة المسلمين، وعامتهم. (رواه
.(مسلم

"Agama adalah nasihat", kami (para sahabat) berkata : 'Untuk siapa wahai Rasulullah?' Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : “Untuk Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, para pemimpin kaum muslimin dan masyarakat pada umumnya.” (HR. Muslim)

11. Orang-orang yang suka mencela penguasa, pemimpin atau pemerintah kaum muslimin, ada padanya ciri-ciri Khowarij

12. Orang-orang yang suka mencela penguasa, pemimpin atau pemerintah kaum muslimin, mereka menyerupai sifat orang-orang yahudi dan sifat orang-orang munaafiq

13. Hendaknya setiap kita menjaga lisan dari berkata-kata kecuali yang baik, termasuk terhadap penguasa, pemimpin atau pemerintah kaum muslimin sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam

.(من كان يؤمن بالله واليوم الآخر، فليقل خيرًا أوليصمت. (رواه البخاري، ومسلم

"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hendaklah dia berkata baik atau diam." (HR. Bukhaari, Muslim)

14. Hendaknya orang-orang yang mencela penguasa, pemimpin atau pemerintah kaum muslimin takut kepada hari hisab dimana semua amal-amal akan ditampakkan dan bertaubat kepada Allah dengan taubat nasuha. Allah Ta'ala berfirman : 

«وَتُوبُوٓا۟ إِلَى ٱللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ ٱلْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ»

Artinya : "Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung." (QS. An-Nur : 31)

Allah Ta'ala juga berfirman :

«وَمَن تَابَ وَعَمِلَ صَـٰلِحًۭا فَإِنَّهُۥ يَتُوبُ إِلَى ٱللَّهِ مَتَابًۭا»

Artinya : "Dan orang-orang yang bertaubat dan mengerjakan amal saleh, maka sesungguhnya dia bertaubat kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya." (QS. Al-Furqon : 71)

Allah Ta'ala juga berfirman :

«إِلَّا ٱلَّذِينَ تَابُوا۟ وَأَصْلَحُوا۟ وَبَيَّنُوا۟ فَأُو۟لَـٰٓئِكَ أَتُوبُ عَلَيْهِمْ وَأَنَا ٱلتَّوَّابُ ٱلرَّحِيمُ»

Artinya : "Kecuali mereka yang telah taubat dan mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebenaran), maka terhadap mereka itulah Aku menerima taubatnya dan Akulah Yang Maha Menerima taubat lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Baqaroh : 160)

Semoga tulisan ini bermanfaat. Wallahu a'lam. 

Related Posts: