DUNIA

Dunia adalah tempat yang rendah dan hina, sedangkan surga tempat yang kekal nan abadi. Dunia tempat pembuangan nabi Adam 'alaihissalam sedangkan surga adalah tempat awal Nabi Adam 'alaihissalam berdiam. Keletihan dunia adalah fana, selain keletihan dalam beribadah. Jika bukan karena fitrah manusia mencintai dunia niscaya kita seluruhnya akan mencintai akhirat. Ketahuilah bahwa jiwa manusia selalu mengajak kepada dunia sebagaimana ucapan wanita yang menggoda Nabi Yusuf 'alaihissalam :

«وَمَآ أُبَرِّئُ نَفْسِىٓ ۚ إِنَّ ٱلنَّفْسَ لَأَمَّارَةٌۢ بِٱلسُّوٓءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّىٓ ۚ إِنَّ رَبِّى غَفُورٌۭ رَّحِيمٌۭ»

Artinya : "Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang." (Yusuf : 53)

Pada dasarnya manusia itu selalu lalai, karena itulah adanya dakwah untuk menguatkan jiwa-jiwa manusia yang lemah dan lalai terhadap akhirat dan lebih mencintai dunia agar lebih mencintai akhirat. Berbeda dengan malaikat, manusia memiliki sifat pembangkangan yang diakibatkan oleh adanya hawa nafsu, nafsu terhadap makanan yang lezat, minuman, kelezatan dunia dan segala yang ada diatasnya bahkan dengan hafwa nafsu manusia menolak kebenaran dan mendustakan para Rasul. Ada dua jenis nafsu manusia, yaitu nafsu yang jelek dan nafsu yang baik. Nafsu yang jelek yang mengajak kepada dunia sedangkan nafsu yang baik yang mengajak kepada akhirat. Oleh karena itu Allah 'Azza wa Jalla berfirman dalam kitab-Nya yang mulia :

ْ «وَخُلِقَ ٱلْإِنسَـٰنُ ضَعِيفًۭا»

Artinya : "Manusia diciptakan dalam keadaan lemah.” (QS. An-Nisa' : 28)

Karena lemahnya manusia dan condongnya mereka kepada dunia, maka Allah-pun memerintahkan manusia untuk bergantung kepada Allah dalam segala hal. Dalam hal petunjuk Allah memerintahkan kita untuk membaca surat Al-Fathihah pada setiap sholat lima waktu yang didalamnya ada doa meminta agar ditinjuki jalan yang lurus. Dalam sebuah haditsnya Nabi juga telah memerintahkan kita untuk meminta keistiqomahan diatas agama ini dan meminta agar hati kita dipalingkan ke arah ketaatan, ini semua menunjukkan betapa butuhnya kita pada bimbingan Allah, agar terus tegar diatas jalan yang lurus di akhir zaman ini dan di atas dunia yang fana dan menipu ini.

Dahulu kita semua mungkin pernah tersesat dari jalan yang lurus, lalu Allah berikan petunjuk-Nya hingga kita bisa berjalan  tegak diatas kebenaran. Maka masa lalu adalah masa yang telah berlalu, masa yang akan datang adalah masa yang belum pasti, sedangkan hari ini itulah hari yang menjadi milik kita, sebagaimana ucapan orang-orang yang bijak :

"Sesungguhnya masa lalu merupakan masa yang tak bisa dicela.
Masa yang akan datang adalah masa yang belum pasti.
Dan masa sekarang adalah masa yang menjadi penentu sebuah ketaatan atau kelalaian.
Wahai orang-orang yang ingin menjemput kelalaian, ingat bahwa akhirat adalah kampungmu yang sebenarnya.
Sedangkan dunia hanya tempat untuk bermain-main dan bersenda gurau semata."

Allah 'Azza wa Jalla berfirman : 

ٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَا لَعِبٌۭ وَلَهْوٌۭ وَزِينَةٌۭ وَتَفَاخُرٌۢ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌۭ فِى ٱلْأَمْوَٰلِ وَٱلْأَوْلَـٰدِ ۖ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ ٱلْكُفَّارَ نَبَاتُهُۥ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَىٰهُ»
 «مُصْفَرًّۭا ثُمَّ يَكُونُ حُطَـٰمًۭا ۖ وَفِى ٱلْـَٔاخِرَةِ عَذَابٌۭ شَدِيدٌۭ وَمَغْفِرَةٌۭ مِّنَ ٱللَّهِ وَرِضْوَٰنٌۭ ۚ وَمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَآ إِلَّا مَتَـٰعُ ٱلْغُرُورِ

Artinya : "Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu." (QS.Al-Hadid : 20)

Jika kehidupan dunia adalah kesenangan yang menipu, maka kehidupan akhirat adalah kesenangan yang sejati. Karena itu jangan pernah tertipu oleh dunia yang semu ini sobat, karena dunia adalah negeri keterasingan sedangkan akhirat adalah negeri keabadian. Lihatlah disana ada pintu yang bernama kematian, yang suka ataupun terpaksa kita semua pasti akan mendatanginya sebagai ujian terhadap amal-amal kita. Allah 'Azza wa Jalla berfirman :

«ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلْمَوْتَ وَٱلْحَيَوٰةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًۭا ۚ وَهُوَ ٱلْعَزِيزُ ٱلْغَفُورُ»

Artinya : "Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun." (QS.Al-Mulk : 2)

Pada ayat diatas Allah Ta'ala mengatakan bahwa kematian adalah ujian, supaya Dia Subhaabahu wa Ta'ala menguji kita siapa diantara kita yang paling baik amalnya. Betapa banyak orang-orang yang hidup diatas bumi ini, dia hidup tapi dia tidak tahu apa hakikat kehidupannya, dia melakukan dosa, tapi dia tidak tahu apa hakikat perbuatannya.

Aduhai alangkah merananya mereka yang mendatangi Allah dengan membawa sepenuh bumi dosa, sedangkan jiwa-jiwanya kering dari mengingat Allah bahkan membangkang dan tidak ada keinginan untuk kembali kepada Allah dan mengharap keridhoan-Nya. Sesungguhnya dunia ini hanya kesenangan yang memperdayakan dan menipu sobat, dan mari beramal sebelum datang hari keberangkatan, karena sejatinya kita semua pasti akan merasakan mati. Allah 'Azza wa Jalla berfirman :

كُلُّ نَفْسٍۢ ذَآئِقَةُ ٱلْمَوْتِ ۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ ٱلْقِيَـٰمَةِ ۖ فَمَن زُحْزِحَ عَنِ ٱلنَّارِ وَأُدْخِلَ ٱلْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَآ إِلَّا مَتَـٰعُ»
 «ٱلْغُرُورِ

Artinya : "Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan." (QS. Ali Imron : 185)

Allah 'Azza wa Jalla juga berfirman :

«كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍۢ»

Artinya : "Semua yang ada di bumi itu akan binasa." (QS. Arrahman : 26)

Wahai orang-orang yang lalai, kapan kalian akan kembali kepada Allah. Sekuat apapun engkau lari dari kematian, maka sekuat itu pula kematian akan datang menjemputmu, bahkan meskipun engkau berada di benteng yang paling kokoh sekalipun. Allah 'Azza wa Jalla berfirman :

«أَيْنَمَا تَكُونُوا۟ يُدْرِككُّمُ ٱلْمَوْتُ وَلَوْ كُنتُمْ فِى بُرُوجٍۢ مُّشَيَّدَةٍۢ»

Artinya : "Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh." (QS. An-Nisaa' : 78)

Wahai orang-orang yang merindukan dunia dan keindahannya, larilah sekuat tenagamu, karena sesungguhnya kematian akan mengejarmu meskipun engkau berlari  ke ujung dunia menyelamatkan diri darinya. Allah 'Azza wa Jalla berfirman : 

«قُلْ إِنَّ ٱلْمَوْتَ ٱلَّذِى تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُۥ مُلَـٰقِيكُمْ ۖ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَىٰ عَـٰلِمِ ٱلْغَيْبِ وَٱلشَّهَـٰدَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ»

Artinya : "Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang  nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan". (QS. Al-Jumu'ah : 8)

Dan wahai orang-orang yang lupa akan hari akhirat, ingatlah bahwa kematian adalah musibah dunia yang cukup besar, tapi yang lebih dahsyat dari itu adalah kelalaianmu dari mengingat kematian. Seorang penyair pernah mengatakan :

"Musibah terbesar yang menimpa anak adam bukanlah kematian, akan tetapi lalai dari kematian."

Para pujangga pernah menuturkan :

"Aduhai mengapa jiwa manusia menangisi harta kekayaannya yang hilang, sedangkan dia tidak menangisi jasadnya yang telah mati. 
Aduhai mengapa manusia meratapi keadaan dunianya yang sirna, sedangkan dia membiarkan akhiratnya terlunta-lunta. 
Betapa banyak orang yang menangisi manusia yang telah mati jasadnya tapi dia tidak pernah menangisi mereka yang telah mati hatinya.
Betapa banyak diatas bumi ini mayat-mayat yang berjalan, dia hidup namun hakikatnya dia mati. 
Mereka itulah orang orang yang lalai.

Kafilah orang-orang yang bertakwa pernah menuturkan :

"Sesungguhnya jiwa-jiwa yang lalai, dia membayangkan hidupnya akan panjang dan penuh angan-angan. 
Padahal kematian itu seperti pencuri dimalam hari yang merayap bagaikan bayangan yang tak terlihat.
Pagi hari dia berjalan dalam keadaan sehat, sore hari dia tergeletak dalam keadaan tak berdaya.
Sungguh banyak manusia yang tertidur di malam hari, tidaklah ia terbangun melainkan dalam keadaan liang kuburannya telah digali.
Betapa banyak jiwa-jiwa yang lalai dari kematian dan terus berharap akan dunia, padahal dia tidak tahu bahwa kain kafannya telah di rajut."

Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah :

"Dikatakan kepada Ibnu Mas'ud radhiyallahu 'anhu : Siapakah orang yang mati kehidupannya? Dia menjawab : Yaitu orang yang tidak mengetahui kebaikan dan tidak mau mengingkari kemungkaran."
[Al-Amru bil Ma'ruf wa an-Nahyu 'Anil Mungkar, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, hal.18. Pustaka Daarul Kitaabil Jadiid]

Tidak mengetahui jalan-jalan kebaikan atau lalai darinya, atau mengetahui jalan kebaikan tapi ia meninggalkan serta tidak perduli padanya, merupakan tanda bahwa ia termasuk orang-orang yang hidup tapi hakikatnya dia mati.

Maka, sebelum kita sampai di pintu kematian yang sebenarnya, semestinya mulai sekarang segera kita hidupkan kembali jasad-jasad kita yang kering dari dzikrullah, kering dari membaca Al-Qur'an, kering dari ketaatan, kering dari mengingat Allah. Sesungguhnya jiwa yang hampir mati  itu adalah jiwa yang terus berharap akan dunia dan lalai dari kehidupan akhirat dan lupa akan hari kematian. Kita meminta kepada kebaikan dan pertolongan-Nya agar dijauhkan dari hal-hal yang demikian dan dijauhkan dari kelalaian dan terlalu cinta dengan dunia.

Semoga tulisan ini bermanfaat.

Related Posts:

BELAJAR BAHASA ARAB UNTUK MEMAHAMI AL-QUR'AN DAN SUNNAH


Pada zaman jahiliyyah kefasihan dalam berbahasa merupakan suatu kebanggaan, karena itu seluruh kaum Quraisy ketika itu adalah kaum yang sangat fasih sebagaimana ucapan penyair :

 أَلْفَصَاحَةُ لِقُرَيْشٍ

"Kefasihan itu hak kaum Quraisy."


Bahkan akibat terlalu fasih, mereka-pun menolak dakwah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yang mengajak kepada  La ilaaha illallah, baik gembong kafir Quraisy seperti Abu Jahal, Umayyah bin Khalaf, Walid bin Utbah, Abu Lahab dan lain-lain bahkan Abdullah bin Ubay bin Shalul gembong munafik dari Madinah pun tak kalah fasih dalam berbahasa arab. 


Yang perlu di fahami adalah, kita mempelajari bahasa arab ini bukan untuk menolak ayat-ayat Allah dan hadits-hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, tapi justru dengan mempelajari bahasa arab ini akan membuat kita semakin memahami Al-Qur-an dan Hadits-hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan itulah tujuan utamanya. Banyak orang-orang yang mempelajari bahasa arab dengan tujuan agar Islam semakin melenceng, seperti ahlul kalam atau ahli filsafat dan lain sebagainya. Terkait dengan hal ini maka para ulama dan orang-orang yang alim dalam bahasa arab sering menasihatkan kepada kita untuk mempelajari bahasa arab dengan niat agar kita lebih memahami Al-Qur'an dan Hadits.
Berkata Asy-Syaikh Al-Utsaimin rahimahullah dalam syarah kitab Al-Jurumiyah:



:فإن علم النحو علم شريف، علم وسيلة ؛ يتوسل بها إلى شيئين مهمين

.الشيء الأول : فهم كتاب الله وسنة رسوله صلى الله عليه وسلم، فإن فهمهما ويتوقف على معرفة علم النحو

والثاني : إقامة اللسان على اللسان العربي، الذي نزل به  كلام الله عز وجل ؛ لذلك كان فهم النحو أمرا مهما جدا ؛ ولكن النحو في أوله صعب وفي آخره سهل، وقد مثل : ببيت من قصب وبابه من حديد، أنه صعب الدخول لكن إذا دخلت ؛ سهل عليك كل شيء ؛ ولذلك ينبغي للإنسان أن يحرص على تعلم مبادئه حتى يسهل عليه الباقي. ولا عبرة بقول من قال : إن النحو صعب، حتى يتخيل الطالب أنه لن يمكن منه، فإن هذا ليس بصحيح، لكن ركز على أوله يسهل عليك آخره.

[شرح الجريمة لفضلة الشيخ العلامة محمد بن صالح العثيمين، ص : ٩-١٠. مكتبة الرشد]

"Sesungguhnya ilmu nahwu merupakan ilmu yang mulia, ilmu wasilah ; yang dengannya menjadi perantara kepada dua perkara yang penting :

Pertama : Memahami kitab Allah dan sunnah Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam, karena memahami keduanya berhenti pada mengetahui ilmu Nahwu.

Kedua: Membiasakan lisan dengan lisan orang-orang arab, yang telah turun dengannya firman Allah 'Azza wa Jalla ; karena demikian, memahami ilmu nahwu merupakan perkara yang teramat penting sekali ; akan tetapi ilmu nahwu itu sulit diawal dan mudah diakhirnya, dan sungguh telah di umpamakan  seperti rumah dari bambu dan pintunya dari besi, yaitu : memasukinya sulit akan tetapi apabila kamu telah masuk ; mudah bagimu segala sesuatu. Untuk itulah selayaknya bagi orang-orang agar dia bersungguh-sungguh untuk mempelajari ilmu nahwu sebagai titik permulaan sampai tetapnya kemudahan atasnya. Dan tidaklah (dia) bersedih hati dengan ucapan orang-orang yang berkata :

"Sesungguhnya nahwu itu sulit, sampai terbayangkan oleh penuntut ilmu bahwasanya tidak mungkin untuk mempelajari ilmu nahwu. Maka ini sungguh (ucapan yang) tidak benar, akan tetapi tanamkanlah olehmu yang pertama (bahwa nahwu itu sulit di awal), dan mudah bagimu di akhirnya." [Syarhul Jurumiyyah, li Fadhilati asy-Syaikhi al-'Allaamah Muhammadi bni Shoolih Al-'Utsaimiin, (hal.9-10), Maktabatu-Ar-Rusyd].

Berkata Ustadz Zakaria Aceng penulis kitab al-Muyassar fii 'Ilmin Nahwi :

فإن حاجة المسلم إلى معرفة قواعد اللغة العربية ضرورية جدا إذ بها سبب إلى فهم القرآن والسنة. وقد أمرنا رسول الله صلى الله
.عليه وسلم أن نتمسك بهما ونعمل بما فيهما ولا يمكن أن نفهمهما فهما تاما إلا بعد معرفة قواعد اللغة العربية

وما زال أكثر المسلمين يعتقدون أن قواعد اللغة العربية على جانب كبير من الصعوبة والتعقيد بحيث يتعذر على أى شخص أن
.يفهمها مالم يتخصص في دراستها

.فهذا كتاب "الميسر" في علم النحو وقد وضعته بعبارة سهلة وأمثلة كثيرة ليسهل فهمه ولا سيما للمبتدعين في دراسة النحو

والله أسأل أن يجعله خالصة لوجهه الكريم وأن ينفعنا به يوم الدين وهو أرحم الراحمين

"Sesungguhnya kebutuhan seorang muslim dalam mengetahui qoidah-qoidah bahasa arab adalah perkara yang sangat darurat, jika dengan mengetahui qoidah-qoidah bahasa arab tersebut menjadi sebab menuju pada memahami al-Qur'an dan as-Sunnah. Dan sungguh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah memerintahkan kita agar berpegang teguh dengan al Qur'an dan as-Sunnah dan mengamalkan apa-apa yang ada pada keduanya dan tidak mungkin kita akan memahami al-Qur'an dan as-Sunnah dengan pemahaman yang sempurna kecuali setelah mengetahui tentang qoidah-qoidah bahasa arab tersebut.

Dan senantiasa kebanyakan kaum muslimin berkeyakinan bahwasanya qoidah-qoidah bahasa arab itu sulit sekali, kompeks bahkan mustahil bagi siapapun untuk memahami apa yang tidak secara khusus dia pelajari.

Ini adalah kitab "al-Muyassar" dalam ilmu nahwu, dan sungguh saya telah menyusunnya dengan istilah-istilah yang mudah dan contoh-contoh yang banyak agar memudahkan dalam memahaminya, terutama sekali bagi para pemula dalam mempelajari ilmu nahwu.

Demi Allah saya meminta agar Dia menjadikan tulisan ini (yaitu kitab al-Muyassar) ikhlas mengharap wajah-Nya yang Mulia, dan agar menjadikannya bermanfaat untuk kami pada hari pembalasan dan Dia adalah Maha Penyayang diantara para penyayang." [Muqaddimah kitab al-Muyassar fii 'ilmin Nahwi, oleh Ustadz Zakaria Aceng, cet. Ibn Azka]

Jika belajar bahasa arab hanya sekedar ingin bisa berbicara arab, orang-orang kafir Quraisy dan orang-orang munafiq tentu lebih fasih dari kita, karena itu belajarlah bahasa arab dengan niat karena Allah agar kita bisa memahami Al-Qur'an dan As-Sunnah sesuai dengan pemahaman salaf.

Baca juga materi yang terkait :
Pentingnya Mempelajari Ilmu Nahwu
***

Dompu, 18 Rabbiul Awwal 1440H/26 November 2018

Penulis : Abu Dawud ad-Dombuwiyy 

Artikel : Meciangi-d.blogspot.com

Related Posts:

UCAPAN PARA ULAMA TERKAIT MENISBATKAN DIRI KEPADA SALAF #1


Menisbatkan diri kepada kota dan negara bukan perkara yang wajib, tapi menisbatkan diri kepada salaf wajib. Dan yang dimaksud dengan salaf adalah salafush sholeh (pendahulu yang sholeh) yaitu Rasulullah, Shahabat, Tabiin, Tabiut Tabiin. Berkata para Ulama terkait hail ini.

١. شيخ الإسلام ابن تيمية رحمه الله

(لا عيبَ على من أظهر مذهب السلف،وانتسب إليه، واعتزى إليه؛ بل يجب قَبول ذلك منه اتفاقا؛ فإن مذهب السلف لا يكون إلا حقا)
 [كتاب التحفة المهدية لمن سأل عن معنى السلفية ، طبعة الدار الأثرية ص 20]

1. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah (mengatakan) :

((Tidak ada aib bagi orang yang menampakkan madzhab salaf dan berpegang teguh dengannya dan menyandarkan diri kepadanya, bahkan wajib menerima hal itu berdasarkan kesepakatan ; karena madzhab salaf tidak ada padanya melainkan kebenaran...)) [Kitab Tuhfatul Mahdiyyah Liman Sa-ala 'An Ma'na As-Salafiyyah, Thob'atud Daaril 'Atsariyyah, halaman 20]


٢. سماحة الشيخ الإمام عبد العزيز بن باز - رحمه الله
سئل– رحمه الله - : ما تقول فيمن تسمى بالسلفي والأثري ، هل هي تزكية؟
فأجاب سماحته : ((إذا كان صادقاً أنه أثري أو أنه سلفي لا بأس، مثل ما كان السلف يقول: فلان سلفي، فلان أثري، تزكية لا بد 
منها، تزكية واجبة)) . التحفة المهدية لمن سأل عن معنى السلفية ص 35) وهي من محاضرة مسجلة بعنوان: "حق المسلم"، 
(في 16/1/1413 بالطائف

((وسئل أيضا عن الفرقة الناجية فقال : (( هم السلفيون وكل من مشى على طريقة السلف الصالح
 (التحفة المهدية لمن سأل عن معنى السلفية ص 25)

2. Yang mulia Asy-Syaikh Imam Abdul 'Aziz bin Baz rahimahullah

Asy-Syaik bin Baz rahimahullah di tanya : "Apa yang akan engkau katakan (bagaimana pendapatmu) tentang orang yang menamakan dirinya Salafi atau Atsari, apakah penisbatan ini tazkiyah? Maka yang mulia Asy-Syaikh menjawab : ((Apabila benar bahwasanya dia Atsari (mengikuti atsar) atau dia Salafi (mengikuti salaf) maka hal itu tidak mengapa, sebagaimana apa yang dahulu para salaf katakan : Fulan salafi (mengikuti salaf), fulan atsari (mengikuti atsar), ini tazkiyah yang wajib)). [Tuhfatul Mahdiyyah Liman Sa-ala 'An Ma'na As-Salafiyyah, halaman 35] Dan ini (dikutip) dari rekaman ceramah dengan judul : "Hak Muslim", pada 16/1/1413 dengan perantara yang memutarnya].

Dan ditanya juga (Asy-Syaikh) tentang golongan yang selamat maka Asy-Syaikh berkata : ((Mereka (yang selamat) adalah para pengikut salaf dan siapa saja yang berjalan diatas jalan  salafush sholeh)). [Tuhfatul Mahdiyyah Liman Sa-ala 'An Ma'na As-Salafiyyah, halaman 25]

_____
http://majles.alukah.net/t58340/

***

Dompu, 18 Rabbiul Awwal 1440H/26 November 2018

Penulis : Abu Dawud ad-Dombuwiyy 

Artikel : Meciangi-d.blogspot.com

Related Posts:

PRIORITAS DAKWAH ITU KHILAFAH ATAU TAUHID?

Terkait banyaknya aksi-aksi anarkis terkait atribut-atribut Islam, simbol-simbol Islam tidak lain itu dilakukan oleh orang Islam sendiri. Bahkan tidak jarang para muslimah yang seharusnya menetap di rumah-rumah mereka pun mulai turun ke jalan. Allah Ta'ala berfirman : 

«وَقَرْنَ فِى بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ ٱلْجَـٰهِلِيَّةِ ٱلْأُولَىٰ ۖ وَأَقِمْنَ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتِينَ ٱلزَّكَوٰةَ وَأَطِعْنَ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥٓ ۚ»

Artinya : "Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan Kalo bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya." (QS. Al-Ahzab : 33)

Jika kaum muslimah turun ke jalan, cadarpun menjadi tercoreng karena ulah sebagian orang yang mengatas namakan Islam. Jika laki-laki saja dilarang untuk turun ke jalan, berdemo dan lain sebagainya, lalu mengapa harus mengutus kaum akhwat untuk ikut turun ke jalan, berdemo, mengkritik kebijakan pemerintah padahal bukan seperti itu Islam yang hakiki, sungguh sangat memprihatinkan keadaan umat Islam pada hari ini.

Agama Islam adalah agama yang indah, agama yang sempurna, syariatnya telah lengkap dari segala sisinya, tidak tersisa suatu kebaikan pun kecuali telah datang penjelasannya, dan tidak ada suatu kejelekan pun kecuali telah datang peringatan atasnya. Agama Islam adalah agama yang syariat dan hukum-hukumnya semuanya inti, tidak ada kulit dalam Islam. Baik itu shalat, puasa, zakat, jihad, khilafah, tauhid dan lain sebagainya. 

Syariat-syariat itu memang harus dilaksanakan secara seksama jika memungkinkan, namun jika tidak, maka tidak semestinya ditinggalkan seluruhnya. Karena itu maka kita harus cerdas memilih yang terpenting dari semua itu, adapun yang belum bisa terlaksana dan dilaksanakan dari syariat-syariat Islam tersebut, maka kewajiban kita adalah bersabar dan bertaqwa semampu kita berdasarkan firman Allah Ta'ala :

«فَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ مَا ٱسْتَطَعْتُمْ وَٱسْمَعُوا۟ وَأَطِيعُوا۟»

“Artinya, Bertaqwalah kalian kepada Allah semampu kalian dan dengarlah serta taatlah.” 
(QS. At-Taghaabun : 16)

Untuk itu, maka wajib bagi kita menjemput sebab-sebab yang syar’i agar tegaknya Islam secara kaffah. Dan diantara sebab-sebab tersebut adalah dengan menuntut ilmu syar'i.


ILMU DULU SEBELUM BERKATA DAN MENGAMALKAN

Imam al-Bukhari mengatakan dalam kitab shohihnya :

باب : العلم قبل القول و العمل
 [صحيح البخارى في كتاب العلم : ٣٨. بيت الفكار الدولية]

"Ilmu itu sebelum berkata dan mengamalkan." (Shohih al-Bukhori dalam Kitabul 'Ilmi hal.38, pustaka Baitul Afkar ad-Dauliyyah)

Imam al-Bukhari kemudian membawakan ayat :

((فاعلم انه لا اله الا الله و استغفر لذنبك (محمد : ١٩) فبدأ بالعلم))
 [صحيح البخارى في كتاب العلم :٣٨. بيت الفكار الدولية]

“Artinya, Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (Yang Haq) melainkan Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu.” (QS. Muhammad : 19) Maka mulailah dengan ilmu." (Shohih al-Bukhori dalam Kitabul 'Ilmi hal.38, pustaka Baitul Afkar ad-Dauliyyah)

Pada ayat diatas Allah memerintahkan untuk mengetahui tentang لا اله الا الله, itu berarti mempelajari tauhid. Baru kemudian disusul dengan perintah agar memohon ampun atas dosa-dosa, itu berarti amalan. Bila Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam saja diperintahkan untuk belajar tauhid sebelum yang lain, bagaimana dengan kita sebagai umatnya?

Tapi sungguh sangat mengherankan bila ada orang-orang yang ingin menegakkan syariat Islam dengan mengkampanyekan sistem khilafahnya, tapi disisi lain mereka sangat anti bahkan sangat membenci dakwah tauhid. Mana mungkin metode dakwah yang seperti ini sesuai dengan keinginan Allah dan Rasul-Nya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri orang yang paling pertama diperintahkan oleh Allah untuk mempelajari ilmu tauhid, tapi mengapa kita mengesampingkan dakwah tauhid yang teramat penting ini. Perjuangan untuk menegakkan khilafah akan benar bila kita telah mempelajari tauhid dan mengamalkannya, bukan dengan mencaci maki pemerintah, mengkritik kebijakan pemerintah, mengatakan pemerintah ini dan itu, bahkan segala kesalahan, kekacauan, bahkan musibah di Negeri ini diklaim sebagai akibat dari tidak kembalinya kaum muslimin pada khilafah, padahal itu semua akibat praktek kesyirikan dan kebidahan yang kian marak.


DAKWAH PARA NABI SELURUHNYA MENGAJAK KEPADA TAUHID

Seluruh Nabi ‘alaihimus salaam dakwahnya mengajak kepada Tauhid. Allah Jalla wa ‘Alaa berfirman :
«وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِى كُلِّ أُمَّةٍۢ رَّسُولًا أَنِ ٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ وَٱجْتَنِبُوا۟ ٱلطَّـٰغُوتَ»

“Artinya, Dan sesungguhnya Kami telah mengutus (seorang) Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan) : “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu.” (QS. AN-Nahl :36)

Dari ayat diatas diketahui bahwa pada setiap umat Allah utus seorang Rasul, yang dakwah mereka adalah, “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut.” Ini adalah makna kalimat syahadat laa ilaaha illallah.

Allah juga berfirman :
«وَمَآ أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رَّسُولٍ إِلَّا نُوحِىٓ إِلَيْهِ أَنَّهُۥ لَآ إِلَـٰهَ إِلَّآ أَنَا۠ فَٱعْبُدُونِ»

“Artinya, Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul-pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya : “Bahwasannya tidak ada tuhan (yang haq) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian Aku.” (QS. Al-Anbiyaa’ : 25)

Dan dapat pula diambil faedah dari ayat diatas bahwa semua Rasul sebelum Nabi Muhammad, dakwah mereka diatas Tauhid, bahkan tauhidlah yang pertama kali mereka serukan diawal-awal dakwah mereka, bukan menegakkan khilafah.

Saudaraku.. Kita tidak menafikan khilafah karena khilafah itu penting bahkan itu merupakan impian setiap muslim. Namun yang paling penting dari yang penting diatas yaitu, mari memulai dakwah dengan tauhid terlebih dahulu, baru yang lainnya. Kita harus benar-benar fahami bahwa tauhidlah tujuan utama dakwah, tauhidlah yang dapat mempersatukan umat, tauhidlah yang dapat memperbaiki masyarakat. Karena itu kita harus merubah masyarakat dari hal yang mendasar, artinya dakwahkanlah dakwah tauhid bukan yang lain. Kita justru sering merasa aman dari berbuat syirik padahal ahli tauhid sangat takut kepada syirik.

Jangan pernah kita merasa aman dari kesyirikan, sebab para Nabi pun tidak pernah merasa aman dari syirik, karena itu seorang dai sejati dia harus mendakwahkan dakwah tauhid dari awal hingga akhir. Ingatlah, dakwah tauhid ini tidak boleh lepas walau satu detik. Karena itulah ahli tauhid dakwahnya pasti mereka memulainya dengan tauhid dan diakhiri pula dengan tauhid. Betapa indah ucapan orang-orang yang berilmu :

يجب على الداعية أن يبدأ دعوته بالأهم فالأهم. وتوحيد الله هو قطب رحى الدعوة ؛ منه تبدأ، واليه تنتهي، وكل عمل يجب ربطه به
[أصول الدعوة السلفية السلفية. ص : ٧. دار المنهاج]

“Wajib bagi dai sejati agar dia memulai dakwahnya dengan perkara yang terpenting kemudian yang penting. Dan mentauhidkan Allah merupakan poros dakwah, dari tauhid engkau memulai (dakwah tersebut), dan dari tauhid pula engkau mengakhirinya, dan seluruh amalan wajib diikat dengan tauhid”. (Ushuulud Da'watis Salafiyyah, hal.7 Pustaka Daarul Minhaaj)

Untuk itu perhatikan firman Allah Jalla wa ‘Alaa tentang dakwah para Nabi. Allah Jalla wa 'Alaa berfirman mengisahkan tentang Nabi Nuh ‘alaihis salam :

«لَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَىٰ قَوْمِهِۦ فَقَالَ يَـٰقَوْمِ ٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ مَا لَكُم مِّنْ إِلَـٰهٍ غَيْرُهُۥٓ إِنِّىٓ أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍۢ»

Artinya, “Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya lalu ia berkata : "Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya (kalau kamu tidak menyembah Allah), aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar (kiamat).” (QS. Al-A'raf : 59)

Allah Jalla wa ‘Alaa juga berfirman tentang Nabi Hud ‘alaihis salam :

«وَإِلَىٰ عَادٍ أَخَاهُمْ هُودًۭا ۗ قَالَ يَـٰقَوْمِ ٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ مَا لَكُم مِّنْ إِلَـٰهٍ غَيْرُهُۥٓ ۚ أَفَلَا تَتَّقُونَ»

Artinya, “Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum 'Aad saudara mereka, Hud. Ia berkata : “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada tuhan bagimu selain-Nya. Maka mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya?” (QS. Al-A'raf : 65)

Allah Jalla wa ‘Alaa juga berfirman tentang kisah Nabi Shaleh ‘alaihis salam :

«وَإِلَىٰ ثَمُودَ أَخَاهُمْ صَـٰلِحًۭا ۗ قَالَ يَـٰقَوْمِ ٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ مَا لَكُم مِّنْ إِلَـٰهٍ غَيْرُهُ»

Artinya, “Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum Tsamud saudara mereka, Shaleh. Ia berkata : “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada tuhan bagimu selain-Nya…” (QS. Al-A'raf : 73)

Allah Jalla wa ‘Alaa juga berfirman tentang kisah Nabi Syu’aib ‘alaihis salam :

«وَإِلَىٰ مَدْيَنَ أَخَاهُمْ شُعَيْبًۭا ۗ قَالَ يَـٰقَوْمِ ٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ مَا لَكُم مِّنْ إِلَـٰهٍ غَيْرُهُ»

Artinya, “Dan (Kami telah mengutus) kepada penduduk madyan saudara mereka Syu'aib. Ia berkata : “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada tuhan bagimu selain-Nya...” (QS. Al-A'raf : 85)

Perhatikan ayat-ayat diatas, seluruh Nabi dakwah mereka sama, tidak ada perbedaan sama sekali. Seolah-olah para Nabi saling berpesan agar menyeru kaumnya dengan kalimat tauhid, padahal mereka hidup di zaman dan waktu berbeda. Lalu mengapa dakwah mereka sama? Karena Allah yang telah memerintahkan dan mewahyukan agar mereka memulai dakwahnya dengan tauhid. Allah Jalla wa 'Alaa berfirman :

«وَلَقَدْ أُوحِىَ إِلَيْكَ وَإِلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ ٱلْخَـٰسِرِينَ»

Artinya : "Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi." (QS. Az-Zumar : 56)

Tidak ada dosa yang bisa menghapus total seluruh amalan kecuali dosa syirik, karena itulah Allah peringatkan kepada seluruh Nabi agar tidak berbuat syirik, dan Allah ancam akan menghapus amalan mereka, sehingga wajar para Nabi-pun takut dengan kesyirikan kemudian merekapun gigih mendakwahkannya, bahkan karena besarnya rasa takut tersebut, sampai-sampai mereka tidak pernah merasa aman dari kesyirikan, sedangkan kita merasa aman dan bahkan cuek dari dakwah tauhid. Perhatikan doa Nabi Ibrahim dalam Al-Qur'an, Allah Jalla wa 'Alaa berfirman :

«وَإِذْ قَالَ إِبْرَٰهِيمُ رَبِّ ٱجْعَلْ هَـٰذَا ٱلْبَلَدَ ءَامِنًۭا وَٱجْنُبْنِى وَبَنِىَّ أَن نَّعْبُدَ ٱلْأَصْنَامَ»

Artinya : "Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala." (QS. Ibrahim : 35)

Berkata Asy-Syaikh Abdurrahman bin Hasan Alu Asy-Syaikh :

قوله (وَٱجْنُبْنِى وَبَنِىَّ أَن نَّعْبُدَ ٱلْأَصْنَامَ) أى : اجعلنى و بنىَّ في جانب عن عبادة الأصنام و باعد بيننا و بينهما. وقد استجاب الله تعالى دعاءه، وجعل بينه أنبياء وجنَّبهم عبادة الأصنام وقد بين ما يوجب الخوف من ذلك بقوله (رَبِّ إِنَّهُنَّ أَضْلَلْنَ كَثِيرًۭا مِّنَ ٱلنَّاس) فإنه هو الواقع في كل زمان فإذ عرف الإنسان أن كثيرا وقعوا في الشرك الأكبر وضلوا بعبادة الأصنام : أوجب ذلك خوفه من أن يقع فيما وقع فيه الكثير من الشرك الذى لا يغفر الله

قال إبراهيم التيمى : ومن يأمن البلاء بعد إبراهيم؟ رواه ابن جرير وابن أبى حاتم

فلا يأمن الوقوع في الشرك إلا من هو جاهل به وبما يخلصه منه : من العلم بالله وبما بعث به رسوله من توحيده، والنهى عن الشرك به
[فتح المجيد شرح كتاب التوحيد. ص : ٧٤. دار الكتب العلمية]

"Firman Allah (Artinya : Dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku dari menyembah berhala-berhala) yaitu : Jadikanlah aku dan anak cucuku di palingkan dari menyembah berhala, dan jauhkan antara kami dan antara berhala tersebut (sejauh-jauhnya). Dan sungguh Allah telah mengabulkan doanya, dan menjadikan anak cucunya sebagai para Nabi dan Dia menjauhkan mereka dari beribadah kepada berhala dan sungguh Ibrahim 'alaihissalam telah menunjukkan apa (alasan) yang membuat dia harus takut kepada syirik dengan ucapannya : (Artinya : "Ya Tuhanku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan daripada manusia). Maka sungguh kesyirikan itu merupakan realita yang terjadi di setiap zaman, apabila manusia telah mengetahui bahwa kebanyakan mereka terjatuh dalam syirik besar dan terjatuh pula dalam kesesatan itu disebabkan karena mereka beribadah kepada berhala : maka hal tersebut mengharuskan munculnya rasa takut dia dari terjatuh pada perkara yang kebanyakan orang telah terjatuh didalamnya berupa perkara kesyirikan yang Allah tidak akan mengampuninya."

Berkata Ibrahim At-Taimiy :

"Dan siapakah yang merasa aman dari bala' (yaitu terjatuh dalam kesyirikan) setelah Ibrahim? (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim)

Dan tidaklah ada yang merasa aman dari terjerumus dalam kesyirikan kecuali orang yang bodoh tentang kesyirikan dan tentang apa saja yang dapat membersihkan dia dari kesyirikan : seperti berilmu tentang Allah dan berilmu tentang apa-apa yang diutus dengannya Rasul :  seperti mentauhidkan Allah, dan larangan dari menyekutukan-Nya". [Fathul Majid Syarhu Kitaabit Tauhid,hal.74. Pustaka Baitul Afkar Ad-Dauliyyah]

Karena itu, maka mari kita dakwahkan dakwah tauhid ini terlebih dahulu baru khilafah. Apakah kita sudah merasa aman dari kesyirikan padahal Nabi Ibrahim tidak merasa aman darinya. Jangan katakan bahwa dakwah tauhid inilah yang memecah belah umat, bahkan katakanlah bahwa dakwah tauhid inilah yang akan mempersatukan umat dan dengan tauhid pula khilafah akan tegak.

Mungkin perlu kita pertanyakan juga mengapa begitu gigihnya Nabi kita Rasulullah Muhammad shallallahu 'alaihi wa salam memulai dakwahnya dengan tauhid. Sampai-sampai di mekkah Nabi berdakwah tauhid selama 13 tahun dan tidak putus asa Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam terus mendakwahkannya hingga berlanjut lagi ketika di madinah selama 10 tahun. Ada apa gerangan sehingga Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam terus menerus menyerukan dakwah tauhid ini, bahkan sampai beliau mendapatkan cercaan dan makian, tuduhan gila, tuduhan sebagai penyihir, bahkan sampai terjadi kontak fisik dan pemukulan terhadap Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam oleh kaumnya. Jawabanya ada pada surat al-Muddatstsir  Allah 'Azza wa Jalla berfirman :

يَـٰٓأَيُّهَا ٱلْمُدَّثِّرُ. قُمْ فَأَنذِرْ. وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ. وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ. وَٱلرُّجْزَ فَٱهْجُرْ. وَلَا تَمْنُن تَسْتَكْثِرُ. وَلِرَبِّكَ فَٱصْبِرْ

“Artinya, Hai orang yang berkemul (berselimut). Bangunlah, lalu berilah peringatan! Dan Tuhanmu agungkanlah. Dan pakaianmu bersihkanlah. Dan perbuatan dosa (menyembah berhala) tinggalkanlah. Dan janganlah kamu memberi (dengan maksud memperoleh (balasan) yang lebih banyak. Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu bersabarlah.” (Al-Mudatstsir : 1-5)

Berkata Asy-Syaikh Muhammad at-Tamimi rahimahullah dalam Kitab Ats-Tsalaatsatu al-'Ushuul menjelaskan ayat diatas : 

“Beliau diutus oleh Allah untuk memperingatkan (manusia) dari syirik dan menyeru kepada tauhid. Dalilnya adalah firman Allah : Artinya, “Hai orang yang berkemul (berselimut). Bangunlah, lalu berilah peringatan Dan Tuhanmu agungkanlah. Dan pakaianmu bersihkanlah. Dan perbuatan dosa (menyembah berhala) tinggalkanlah. Dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah.” (Al-Mudatstsir : 1-7).

Makna «قُمْ فَأَنذِر» yaitu memperingatkan dari kesyirikan dan menyeru kepada tauhid. «وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ» yaitu agungkanlah dengan tauhid. «وَثِيَابَكَ فَطَهِّر» yaitu : bersihkan amal perbuatanmu dari kesyirikan. «وَٱلرُّجْزَ فَٱهْجُرْ» yaitu : «الرجز» berhala-berhala dan «هجرها» yaitu meninggalkan berhala-berhala dan berlepas diri dari berhala-berhala tersebut dan para penyembah berhala.” [Syarh Tsalaatsati al-’Ushuul, (hal.84), pustaka Daar al-Kutub al-Ilmiyyah]

Dalil-dalil diatas menjelaskan kepada kita akan daruratnya dakwah tauhid, karena itu kita harus prioritaskan tauhid dari pada yang lainnya, dan mari kita fahamkan masyarakat dari bahaya syirik, karena syirik adalah dosa paling besar,  dan dosa yang tidak diampuni. Jika syirik dosa yang paling besar dan tidak diampuni, maka ini juga merupakan dalil yang kuat menunjukkan sudah selayaknya kita mendahulukan dakwah tauhid ini dari pada yang lainnya. Allah 'Azza wa Jalla berfirman :

«إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِۦ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَن يَشَآءُ ۚ وَمَن يُشْرِكْ بِٱللَّهِ فَقَدِ ٱفْتَرَىٰٓ إِثْمًا عَظِيمًا»

Artinya : "Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar." (QS.An-Nisa' : 48)

Allah 'Azza wa Jalla juga berfirman :

«وَلَا تَجْعَلْ مَعَ ٱللَّهِ إِلَـٰهًا ءَاخَرَ فَتُلْقَىٰ فِى جَهَنَّمَ مَلُومًۭا مَّدْحُورًا»

"Artinya : Dan janganlah kamu menjadikan bersama Allah sesembahan lain, yang menyebabkan kamu dilemparkan ke neraka jahannam dalam keadaan tercela lagi dijauhkan (dari rahmat Allah)." (QS. Al-Israa' : 39)

Dan masih banyak ayat-ayat yang menunjukkan besarnya dosa syirik. Karena itu, mari kita mulai berdakwah dengan dakwah tauhid, agar kita bisa meraih khilafah dengan cara yang benar. Ingat, tauhid itu akan memperbaiki individu masing-masing dan masyarakat serta negara. Jika tauhid beres, dengan sendirinya khilafah akan beres dan terbentuk.

Berkata seorang aktivis dakwah dan kata-kata ini sering dikutip oleh Asy-Syaikh al-Albani rahimahullah :

"Tegakkanlah negara Islam di hatimu, niscaya akan tegak Islam di negaramu." [Syarah Aqidah Ahli Sunnah wal Jama'ah, Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawwas, hal.575. Pustaka Imam Syafi'i]

Semoga bermanfaat. 

***

Dompu, 14 Rabiul Awwal 1440 H/22 November 2018

Penulis : Erwin Gunawan, ST (Abu Dawud ad-Dombuwiyy)

Artikel : Meciangi-d.blogspot.com

Related Posts:

KAFIRNYA ORANG YANG MEMBENCI, MENOLAK, MENGEJEK ALLAH, RASUL & AYAT AYAT-NYA














Dalam aqidah ahlussunnah wal jama'ah as-salafiyah, ada yang namanya pembatal-pembatal ke Islaman, diantaranya adalah membenci agama Allah.

Berkata Asy-Syaikh Muhammad rahimahullah pada poin ke enam kitab Nawaqidul Islam (pembatal-pembatal keislaman) :

من أبغض شيئا مما جاء به الرسول صلى الله عليه و سلم ولو عمل به كفر.

"Barangsiapa yang membenci apa saja yang datang dengannya Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam meskipun dia mengamalkannya maka dia telah kafir."

Asy-Sholeh bin Fauzan al-Fauzan menjelaskan :

"Berkata Asy-Syaikh rahimahullah : ((Barangsiapa yang membenci apa saja yang datang dengannya Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam meskipun dia mengamalkannya maka dia telah kafir)) dan dalilnya firman Allah Ta'ala : 

 «ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ كَرِهُوا۟ مَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ فَأَحْبَطَ أَعْمَـٰلَهُمْ» 

Artinya : "Yang demikian itu adalah karena Sesungguhnya mereka benci kepada apa yang diturunkan Allah (Al Quran) lalu Allah menghapuskan (pahala-pahala) amal-amal mereka." (QS. Muhammad : 9) yaitu membatalkan amalan-amalan tersebut, hal ini menunjukkan bahwa membenci sesuatu dari apa saja yang datang dengannya Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam dapat mengeluarkan dari agama Islam dan hal itu dapat menghapuskan amalan, karena itu merupakan pokok keimanan yang rukun-rukunnya (terbagi menjadi) : Iman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab Nya, Rasul-rasul-Nya, dan hari akhir, dan beriman kepada takdir baik dan buruk, barangsiapa yang kurang (cacat)  salah satu dari rukun-rukun iman tersebut maka dia bukan mu'min. Dan yang dimaksudkan dengan firman Allah «كَرِهُوا۟ مَآ أَنزَلَ ٱللَّه» (mereka benci kepada apa yang diturunkan Allah) mencakup membenci Al-Qur'an dan mencakup pula membenci As-Sunnah yang datang dengannya Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam." [Nawaqidul Islam, Syarah Asy-Syaikh Sholeh bin Fauzan al-Fauzan, (hal.111) Maktabah Ar-Rusd]

Begitu pula pada poin ke 7 dari pembatal-pembatal keislaman yaitu mengolok-olok agama Allah. Berkata Asy-Syaikh Muhammad rahimahullah dalam kitab Nawaqidul Islam :

من استهزأ بشيء من دين الرسول صلى الله عليه و سلم أو ثوابه او عقابه كفر، و الدليل قوله تعالى 
«قُلْ أَبِٱللَّهِ وَءَايَـٰتِهِۦ وَرَسُولِهِۦ كُنتُمْ تَسْتَهْزِءُونَ. لَا تَعْتَذِرُوا۟ قَدْ كَفَرْتُم بَعْدَ إِيمَـٰنِكُم»

"Barangsiapa yang mengolok-olok sesuatu dari agama Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam atau mengolok-olok pahala dan hukuman maka dia telah kafir. Dalilnya firman Allah Ta'aala :

«قُلْ أَبِٱللَّهِ وَءَايَـٰتِهِۦ وَرَسُولِهِۦ كُنتُمْ تَسْتَهْزِءُونَ. لَا تَعْتَذِرُوا۟ قَدْ كَفَرْتُم بَعْدَ إِيمَـٰنِكُمْ»

Artinya : "Katakanlah, apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok? Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu telah kafir sesudah kamu beriman." (QS. At-Taubah : 65-66)" [Nawaqidul Islam, Syarah Asy-Syaikh Sholeh bin Fauzan al-Fauzan, (hal.128-129). Maktabah Ar-Rusd]

Berkata Asy-Syaikh Sholeh bin Fauzan al-Fauzan dalam syarahnya :

"Ini adalah bab yang sangat agung, dan (juga) bab yang sebelumnya ((Barangsiapa yang membenci sesuatu dari apa-apa yang datang dengannya Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam)), membenci dan tidak senang merupakan amalan hati, dan adapun mengolok-olok maka dia merupakan ucapan-ucapan lisan.

Sebab turunya ayat yang mulia ini bahwasannya jamaah kaum muslimin dahulu mereka berperang bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dalam peperangan tabuk kemudian mereka berkumpul dalam majelis maka berbicara salah seorang dari mereka dan berkata : "Kami tidak melihat orang yang semisal pembaca qur'an kami, mereka adalah yang paling rakus ketika makan dan yang paling dusta lisannya dan yang paling pengecut ketika bertemu musuh. Yang mereka maksudkan adalah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabatnya radhiyallahu 'anhum, dan di dalam majelis tersebut ada seorang pemuda dari kalangan Anshor dikatakan dia bernama 'Auf bin Malik dan berkata dia kepada laki-laki tersebut : kamu telah berdusta, akan tetapi kamu adalah orang yang munafik, sungguh aku akan mengabarkan ini kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Maka dia berdiri sembari pergi menuju Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam untuk mengabarkannya dan dia mendapati bahwasannya wahyu telah mendahuluinya dan telah turun kepada Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam, maka Allah Jalla wa 'Alaa telah mengabarkan tentang apa-apa yang mereka katakan di majelis mereka tersebut, atau apa-apa yang salah seorang diantara mereka katakan, dan sisa dari mereka (di majelis tersebut) tidak mengingkari hal itu. Dan tatkala turun wahyu kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam maka Beliau shallallahu 'alaihi wa salam berpindah dari tempatnya dan mengendarai tunggangannya, (yaitu) ketika sampai kepadanya ucapan yang keji tersebut. Kemudian datanglah laki-laki yang mengucapkan hal tersebut mengemukakan alasannya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan dia berkata : Wahai Rasulullah sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja, kami sedang membicarakan pembicaraan para kafilah agar kami mengilangkan dengan pembicaraan tersebut (keletihan kami) selama perjalanan, dan Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam tidak memperdulikannya, dan dia tergantung (terseret) di tali pelana unta betina Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, dan Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam tidak memperdulikannya, dan tidaklah Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam  menambah (berbicara) selain membacakan ayat :

«أَبِٱللَّهِ وَءَايَـٰتِهِۦ وَرَسُولِهِۦ كُنتُمْ تَسْتَهْزِءُونَ. لَا تَعْتَذِرُوا۟ قَدْ كَفَرْتُم بَعْدَ إِيمَـٰنِكُمْ»

Artinya : "Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok? Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman." (QS. At-Taubah : 65-66). Ini merupakan dalil bahwasanya mereka dahulu orang-orang mu'min bukan orang-orang munafik, dan yang menunjukan bahwa barangsiapa yang mengolok-olok Allah, Rasul-Nya atau mengolok-olok apa-apa yang datang dari Allah dan Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam, sungguh dia kafir setelah dia beriman dan keluar dari Islam dan inilah inti sari dari ayat ini, apabila seandainya dahulu sebelum mereka mengucapkan (ucapan) tersebut mereka itu munafik, maka tentu tidak dikatakan «قَدْ كَفَرْتُم بَعْدَ إِيمَـٰنِكُم» (Karena kamu kafir sesudah beriman), karena orang-orang munafik bukan orang-orang  mu'min secara asal dan tidak dinamakan juga sebagai orang-orang mu'min, tapi (mereka) dinamakan dengan orang-orang munafik, dan sungguh Allah Jalla wa 'Alaa telah berfirman dalam ayat yang lain tentang orang-orang munafik

«وَلَقَدْ قَالُوا۟ كَلِمَةَ ٱلْكُفْرِ وَكَفَرُوا۟ بَعْدَ إِسْلَـٰمِهِم»

ْArtinya : "Sesungguhnya mereka telah mengucapkan perkataan kekafiran, dan telah menjadi kafir sesudah Islam." (QS. At-Taubah : 74), dan Allah tidak mengatakan setelah mereka beriman (tp mengatakan setelah mereka berislam)." 

[Nawaqidul Islam, Syarah Asy-Syaikh Sholeh bin Fauzan al-Fauzan, (hal.128-129). Maktabah Ar-Rusd]

Jadi hati-hati mengolok-olok Allah, agama Allah atau mengolok-olok Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam, karena kita bisa kafir tanpa sadar.

***
Dompu, 12 Rabbiul Awwal 1440H/20 November 2018

Penulis : Abu Dawud ad-Dombuwiyy 

Artikel : Meciangi-d.blogspot.com


Related Posts:

DAFTAR NAMA SANTRI YANG PERNAH BELAJAR DI MAHAD MECI ANGI


Dibawah ini sebagian nama-nama santri yang pernah belajar di Ma'had Meci Angi. 

SANTRI AKHWAT

A. Daftar Nama Santri pertama yang belajar sebelum dibukanya Ma'had Meci Angi Akhwat angkatan tahun 2017:

1. Ummu Hisyam (Jado)
2. Fizah Faizah (Karijawa/Sekarang menetap di Bima)
3. Listiatul Wahada (O'o)
4. Riri (O'o)
5. Fulanah (dari O'o juga, tapi lupa namanya)
6. Aisyah (Polo)

Walaupun semua santri diatas tidak sempat menamatkan kitab karena sebagian mereka harus melanjutkan sturi ke luar kota, mereka adalah santri legend yang pertama-tama belajar di Ma'had Meci Angi sebelum Ma'had Meci Angi dikenal secara luas. 

B. Daftar Nama Santri Ma'had Meci Angi Akhwat angkatan ke 1 tahun 2017-2018:

1. Ummu Abdirrahman (Sorisakolo)
2. Ummu Fahri (Mangge Na'e)
3. Ummu Auliya (Bara)
4. Ummu Nafisah (Jado)
5. Susan -Ummu Hisyam- (Jado)
6. Istiqomah (O'o)
7. Eva Lalita -Ummu Hafshoh- (Madaprama)
8. Afifah (O'o)
9. Maya (Bara)
10. Dina -Ummu Afaroh- (Bali Satu)
11. Aisditiar Jumairoh (Karijawa)
12. Uswatun Nisa Hasanah -Ummu Rumman- (Mumbu)
13. Arafatun Nurfitriani (Madaprama)
14. Ummu Kholid (Monta Baru)

Yang berhasil tamat hanya empat orang :

1. Susan -Ummu Hisyam- (Jado) 
==> (Menamatkan kitab al-Muyassar jilid 1, Duruusul Lughoh Jilid 1, Mukhtarot materi nahwu dan shorof, dan sempat mempelajari sepertiga kitab Mulakhos)

2. Eva Lalita -Ummu Hafshoh- (Madaprama) 
==> (Menamatkan kitab al-Muyassar jilid 1, Duruusul Lughoh Jilid 1, Mukhtarot materi nahwu dan shorof, sempat mempelajari sepertiga kitab Mulakhos)

3. Aisditiar Jumairoh (Karijawa) 
==> (Menamatkan kitab al-Muyassar jilid 1, Duruusul Lughoh Jilid 1, Mukhtarot materi nahwu dan shorof, sempat mempelajari sepertiga kitab Mulakhos)

4. Uswatunnisa Hasanah -Ummu Rumman- (Mumbu)
==> (Menamatkan kitab al-Muyassar jilid 1, Mukhtarot materi nahwu dan shorof, sempat mempelajari sepertiga kitab Mulakhos)

Ket : Salah satu dari keempat santri diatas sempat melanjutkan studi ke salah satu ponpes di kota Bogor

Cat : Beberapa santri yang tamat diatas, sekarang telah mengajar di beberapa sekolah Islam Terpadu di Kota Dompu


C. Daftar Nama Santri Ma'had Meci Angi Akhwat angkatan ke 2 akhwat tahun 2018 :

1. Novi -Ummu Abdis Syakur- (Manggelewa/Penjahit)
2. Ayu Azhari -Ummu Tsabitah-(Ginte/Penuntut Ilmu)
3. Dina -Ummu Afaroh- (Bali 1/Penuntut Ilmu)
4. Fira Triana (Karijawa/Penuntut Ilmu)
5. Ningsih (Doro Tangga)

Yang berhasil tamat hanya dua orang :

1. Ayu Azhari -Ummu Tsabitah-(Ginte/Penuntut Ilmu)
==> (Menamatkan kitab al-Muyassar jilid 1, setengah kitab Mukhtarot materi nahwu dan shorof)

2. Fira Triana (Karijawa/Penuntut Ilmu)
==> (Menamatkan kitab al-Muyassar jilid 1, setengah kitab Mukhtarot materi nahwu dan shorof)

Cat : Dua orang santri yang tamat diatas, sedang mengajar di beberapa sekolah Islam Terpadu di Kota Dompu

D. Daftar nama santri Ma'had Meci Angi Akhwat Angkatan ke 3 tahun 2018-2019:

1. Febriani (Doro Tangga/Guru)
2. Dian Handayani -Ummu Shofiyyah- (Kandai 1/Pelajar)
3. Nurfitrianingsih -Ummu Raihanah- (Karamabura/Pelajar)
4. Kartika Anggraeni -Ummu Sarah- (Kandai 2/Pelajar)
5. Fitriana -Ummu Haura- (Karijawa/Pelajar)
6. Isti Qomahrya (Kampo Rato/Pelajar)
7. Dhea Amelia (Polo/Pelajar)
8. Ummu Unaisah (Simpasai/Pelajar)
9. Entin Aditama (Dorebara/Pelajar)
10. Zakiyatun Nufus -Ummu Hani- (Monta Baru/Pelajar)
11. Nurlaila Alfani (O'o/Pelajar)
12. Oktisifa Fauzia (O'o/Pelajar)
13. Liana (Karijawa/Pelajar)
14. Weni Mayangsari (Manggelewa/Pelajar)
15. Ayu rahimahallah (Karamabura/pelajar)

Yang berhasil tamat hanya lima orang :

1. Dian Handayani (Kandai 1/Pelajar) ==> (Menamatkan kitab al-Muyassar jilid 1) 

2. Nurfitrianingsih (Karamabura/Pelajar) ==> (Menamatkan kitab al-Muyassar jilid 1)

3. Kartika Anggraeni (Kandai 2/Pelajar) ==> (Menamatkan kitab al-Muyassar jilid 1)

4. Fitriana (Karijawa/Pelajar) ==> (Menamatkan kitab al-Muyassar jilid 1)

5. Zakiyatun Nufus (Monta Baru/Pelajar) ==> (Menamatkan setengah kitab al-Muyassar jilid 1)

Ket : Kelima santri yang telah tamat diatas sedang melanjutkan studi di Pondok Pesantren Al-Furqon al-Islami Sidayu Gresik Jawa Timur. Sekarang mereka berhasil naik ke kelas dua jenjang Takhossus 'Ilmi setelah mengeliminasi santri-santri lain yang tidak naik kelas
Sebenarnya masih banyak nama-nama santri yang pernah belajar di Ma'had Meci Angi, kami cukupkan dengan nama-nama yang kami ingat saja, karena sebagian file data santri yang pernah belajar hilang atau rusak akibat virus. Bagi yang merasa pernah belajar di Ma'had Meci Angi, silahkan infokan kepada kami melalui akun sosial Meci Angi.

SANTRI IKHWAN

A. Daftar Nama Santri Ma'had Meci Angi Ikhwan angkatan ke 1 tahun 2017-2018 :

1. Arabia (Ta'a)
2. Rifaid (Ta'a)
3. H.Usman (Bali Bunga)
4. Bapak Haris (Bali Bunga)
5. Adis (Pelita)
6. Syarif (Matro)
7. Denila (Kandai Satu)
8. Muhammad Fajrin (O'o)
9. Muhammad Fauzan
10. Edi Kurniawan (Bada)
11. Muhammad Dimas Prasetyo (Ginte)
12. Pak Imamul Arif (Pelita)
13. Amril (Jado)
14. Wiranto (Kandai Dua)
15. Muhammad Alif Julidio (Ginte)
16. Kiran (Kandai Dua)
17. Arifin (Ginte)
18. Syarif (Mantro)

Yang berhasil tamat hanya satu orang :

1. Muhammad Dimas Prasetyo ==> (menamatkan kitab Al-Muyassar jilid 1, Tahsin, dan sempat belajar sepertiga kitab Duruusul Lughoh dan Mukhtarot, lalu menamatkan kitab Duruusul Lughoh jilid 1 dan jilid 2 di Ponpes Ibnu Hajar Manggelewa)

Ket : Santri atas nama Muhammad Dimas Prasetyo telah menyelesaikan studinya di Ponpes Riyadhus Sholihin Pandeglang Banten yang di asuh oleh DR. Abdullah Roy selama 3 tahun, dan sekarang sedang menempuh jenjang pendidikan S1 di STAI Ali bin Abi Tholib Surabaya semester 1, menjadi pengajar Nahwu di Ma'had Meci Angi, dan mengisi pengajian dibeberapa tempat di kota Dompu

B. Daftar Nama Santri Ma'had Meci Angi Ikhwan angkatan ke 2 tahun 2019-2020 :

1. Pramanda -Abu Amiroh- (O'o) 
2. Usman (Polo)
3. Bapak Ahmad (Renda)
4. Syafruddin -Abu Nu'man- (Bara)
5. Edi Kurniawan (Bada)
6. Maskur -Abu Kholid- (Monta Baru)

Yang berhasil tamat hanya empat orang :

1. Pramanda -Abu Amiroh- (O'o) ==> (menamatkan kitab Al-Muyassar jilid 1, sorof kitab Mukhtarot)
2. Bapak Ahmad (Renda) ==> (menamatkan kitab Al-Muyassar jilid 1, sorof kitab Mukhtarot)
3. Syarifuddin -Abu Nu'man- (Bara) ==> Tamat di angkatan ke 3
4. Maskur -Abu Kholid- (Monta Baru) ==> Tamat di angkatan ke 3

Cat : Santri angkatan ke 2 diatas berhasil menamatkan beberapa matan kitab aqidah dan manhaj dalam pembelajaran baca kitab, serta beberapa kitab lainnya yang pernah dipelajari

C. Daftar Nama Santri Ma'had Meci Angi Ikhwan angkatan ke 3 tahun 2020 :

1. Abu Khalid (Monta Baru) 
2. Abu Ilyas (Monta Baru) 
3. Syafruddin -Abu Nu'man- (Bara) 
4. Suhufi Ramadhan (Potu 2) 
5. Abdul Hakim (Simpasai)

Yang berhasil tamat lima orang :

1. Abu Khalid (Monta Baru) ==> (menamatkan kitab Al-Muyassar jilid 1, dan sorof kitab Mukhtarot)
2. Abu Ilyas (Monta Baru) ==> (menamatkan kitab Al-Muyassar jilid 1, dan sorof kitab Mukhtarot)
3. Abu Nu'man (Bara) ==> (menamatkan kitab Al-Muyassar jilid 1, dan sorof kitab Mukhtarot)
4. Suhufi Ramadhan (Potu 2) ==> (menamatkan kitab Al-Muyassar jilid 1, dan sorof kitab Mukhtarot)
5. Abdul Hakim (Simpasai) ==> (menamatkan kitab Al-Muyassar jilid 1, dan sorof kitab Mukhtarot)

Cat : Santri angkatan ke 3 diatas berhasil menamatkan beberapa matan kitab aqidah dan manhaj dalam pembelajaran baca kitab, serta pernah mempelajari beberapa kitab lainnya

D. Daftar Nama Santri Ma'had Meci Angi Ikhwan angkatan ke 4 tahun 2020-2021 :

1. Muhammad Hidayatullah (Karijawa)
2. Abu Arqom (Bima)
3. Syam (Puri Ginte)
4. Azhar Abu Yusuf (Monta Baru)
5. Abu Abdillah (Simpasai)
6. Wahyu (Hu'u)
7. Anas (O'o)
8. Imron (O'o)
9. Abdul Hakim (Simpasai)

Yang berhasil tamat hanya dua orang :

1. Muhammad Hidayatullah ==> (menamatkan kitab Al-Muyassar jilid 1)
2. Azhar Abu Yusuf  ==> (menamatkan kitab Al-Muyassar jilid 1)

Cat : Santri angkatan ke 4 diatas saat ini sedang mempelajari kitab aqidah dan manhaj dalam pembelajaran baca kitab, serta mempelajari kitab nahwu shorof kitab Mukhtarot semoga Allah mempermudah urusan mereka
Ket : Total santri yang tamat antara lain : 3 angkatan dari santri akhwat dan 4 angkatan dari santri ikhwan. Total santri yang tamat di keseluruhan angkatan adalah 7 angkatan. Walhamdulillah.

Masih banyak nama-nama santri yang pernah belajar di Ma'had Meci Angi yang belum sempat tamat, tapi mereka tetap dianggap sebagai santri kami. 

E. Daftar Nama Santri Ma'had Meci Angi Ikhwan angkatan ke 5 tahun 2021-2022 yang sedang belajar saat ini di Hari Sabtu Malam: 

1. Tajudin (Bali Dua)
2. Pak Usman (Bali Dua)
3. Pak Ahmad (Bali Dua)
4. Abu Muthi'ah (Bali Dua)
5. Nursalam (Bali Dua)
6. Pak Ahmad (Jambu))
7. Amir Abu Fatih (Ginte)
8. Syahril (Renda)
9. Irwan Abu Faqih (O'o)
10. Syam (Puri Ginte)
11. April (Renda)
12. Yadin Abu Ghifar (Bali Satu)
13. Amril (Jado)
14. Abu Nabila (Karama Bura)
15. Harits (Bali Dua)
16. Renaldi (Karama Bura)
17. Alihin (Karama Bura)

F. Daftar Nama Santri Ma'had Meci Angi Ikhwan angkatan ke 6 tahun 2021-2022 yang sedang belajar saat ini dengan jadwal Hari Ahad Pagi: 

1. Abu Abdillah (Ta'a)
2. Abu Ihsan (Ta'a)
3. Abu Umar (Ta'a) 
4. Rifaid (Ta'a)

Cat : Jika digabung santri ikhwan dan akhwat yang pernah belajar : Santri akhwat ada 4 angkatan, 3 angkatan tamat kitab, angkatan pertama tidak sempat tamat. Santri ikhwan ada 6 angkatan, yang berhasil tamat kitab baru 4 angkatan. Total yang pernah belajar secara resmi ada 10 angkatan. Yang tamat kitab 7 angkatan. Yang masih dalam proses belajar ada 2 angkatan. Adapun yang belajar putus-belajar putus ada beberapa nama santri yang jika dituliskan terlalu banyak jumlahnya. 

Semoga Allah memberikan kita keistiqomahan agar semangat menuntut ilmu, hingga akhirnya kita bisa menamatkan kitab yang dipelajari sampai benar-benar tuntas.

***

Dompu, 10 Rabbiul Awwal 1440H/17 November 2018

Penulis : Abu Dawud ad-Dombuwiyy 

Artikel : Meciangi-d.blogspot.com

Related Posts:

BUKAN PENUNTUT ILMU SEJATI JIKA BELUM MERASAKAN PAHIT GETIRNYA MENUNTUT ILMU


Detik demi detik berlalu dan terus berlalu, sedangkan para penuntut ilmu masih sibuk bercengkrama dengan kitab mereka. Jarum jam pun semakin mendekati pukul 6 sore, kegelisahan, kegundahan menyelimuti jiwa sebagian penuntut ilmu, jangan-jangan bisa kemalaman di jalan. Demikian ragamnya jarak tempat tinggal para penuntut ilmu, mangharuskan majelis ilmu harus segera ditutup.

Menuntut ilmu bukan perkara mudah, tapi kita harus berjuang melawan rasa malas, melawan kesibukan, bahkan berjuang menerjang malam, melewati hutan dan tempat yang sunyi, bahkan sebagian mereka harus berpacu dengan waktu demi mendapatkan bis kota terakhir. Dan yang lebih tragis bila harus ketinggalan bis, subhanallah. Disana ada pula para penuntut ilmu yang sangat semangat, mereka tidak perduli mau dimajelis tersebut ada dua atau tiga orang, menuntut ilmu tetap harus berlanjut, dan inilah ciri-ciri para penuntut ilmu sejati.

Berkata seorang penyair :

"Aku tidak perduli pada jumlah. Tugasku adalah terus belajar hingga akhir hayat. Jika yang menuntut ilmu hanya aku dan bayanganku, maka tidak akan kubiarkan diriku dan bayanganku meninggalkan majelis tersebut."

Seorang penuntut ilmu itu seperti singa, dia bisa mengaum dimanapun, ditengah hutan, di tengah kota, bahkan di tengah padang pasir-pun dia tetap bisa mengaum keras. 

Ikhwan, sejatinya adalah singa, namun bila mental menuntut ilmu masih kurang, bahkan enggan menuntut ilmu, maka dia telah terkalahkan oleh sekelompok akhwat. Para akhwat, ada yang menuntut ilmu hingga kemalaman di jalan, ada yang ketinggalan bis, ada yang bertahan meskipun belum bisa memahami seluruh pelajaran, bahkan ada juga yang harus naik ojek demi menuntut ilmu, karena tidak semua yang menuntut ilmu itu faham karena masih dalam proses hijrah. Lalu kemana para ikhwan?    

Wahai saudaraku penuntut ilmu, dimana kalian ketika ada akhwat naik ojek menuju majelis ilmu, wahai saudaraku penuntut ilmu, dimana kalian ketika ada akhwat pulang kemalaman hingga melewati jalan yang gelap dan sepi, wahai para penuntut ilmu, dimanakah kalian ketika ada akhwat naik bis kota bahkan ketinggalan bis demi menuntut ilmu? Tapi tidak mengapa, sebab Allah yang akan selalu menjaga mereka. Ini sungguh pukulan berat bagi para ikhwan. Dan jangan katakan kalian penuntut ilmu sejati bila belum merasakan pahit getirnya menuntut ilmu. Bila para akhawat saja mampu menuntut ilmu dalam keadaan serba terbatas, lalu dimana para ikhwan? Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : 

من سلك طريقا يلتمس فيه علما، سهل الله له به طريقا إلى الجنة.

[صحيح مسلم، ٢٦٩٩. ص : ١٠٨٢. بيت الافكار الدولية]

"Barangsiapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga." [Shahih Muslim, no.2699. Hal.1082. Pustaka Baitul Afkar Ad-Dauliyyah]

Karena itu tetaplah semangat wahai para akhawat, dan untuk para ikhwan apakah mau dikalahkan oleh para akhawat dalam hal semangat dan tekad dalam menuntut ilmu? Sungguh ini sangat memprihatinkan. Laki-laki itu pemimpin, jika bukan untuk orang lain, minimal untuk keluarganya. Berkata Umar Ibnul Kaththab radhiyallahu 'anhu :

قال عمر : تفقهوا قبل أن تسودوا

"Berkata Umar : Belajarlah kalian sebelum kalian dijadikan sebagai pemimpin."

قال أبو عبد الله : و بعد أن تسودوا. و قد تعلم أصحاب النبي صلى الله عليه و سلم في كبر سنهم
[الجامع الصحيح لأبي عبد الله محمد بن اسماعيل البخاري، ص : ٤٣. المكتبة السلفية]

Berkata Abu Abdillah Al-Bukhari rahimahullah : 

"Setelah kalian diangkat (dianggap) menjadi pemimpin (maka tetaplah belajar), dan sungguh para sahabat Nabi-pun tetap belajar di usia senja mereka."[Al-Jaami'ush Shahiih, Abu Abdillah Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, halaman 43. Pustaka Maktabah Salafiyyah]

Semoga Allah memberikan kita tekad dan niat yang tulus untuk menghadiri majelis ilmu, mempelajari bahasa arab sebagai langkah awal untuk memahami ilmu-ilmu yang lain. Dan sebagai motivasi, lihatlah bagaimana semangat para sahabat dalam menuntut ilmu. Disebutkan dalam kitab Shahih Al-Bukhari rahimahullah kisah perjalanan menuntut ilmu seorang sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yaitu Jabir bin Abdillah. Ketika Jabir radhiyallahu 'anhu mengetahui ada satu hadits Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ada pada sahabat lain di mesir ketika itu, maka diapun berangkat menuju mesir. Imam Al-Bukhari menyebutkan :

"و رحل جابر بن عبد الله مسيرة شهر، الى عبد الله ابن انيس، في حديث واحد
 [صحيح البخاري في باب الخروج في طلب العلم, ٤٠. بيت الافكار الدولية]

"Jabir bin Abdillah berangkat dengan jarak perjalanan selama satu bulan menuju 'Abdullah bin Unais untuk mencari satu hadits."[Shahiihul Bukhari, hal.40. Bab keluar untuk menuntut ilmu. Pustaka Baitul Afkar Ad-Dauliyyah]

Kita dalam mendatangi majelis ilmu tidak membutuhkan waktu satu bulan, hanya beberapa menit saja. Tapi kenapa kaki terasa malas untuk mendatanginya. Mungkinkah karena udzur syar'i? Ataukah karena tidak perduli? atau mungkin karena pura-pura tidak mengetahui. Tidak mungkin dalam satu minggu tidak ada waktu luang, sesibuk apapun orang tersebut. Karena itu, dihadapan Allah kelak tidak ada udzur bil jahl (udzur karena kebodohan). Artinya semua telah jelas, majelis ilmu dimana-mana, namun kaki terasa berat mendatanginya, maka kita khawatir kita termasuk orang yang dicegah dari kebaikan. Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah :

قال شيخ الإسلام ابن تيمية : ((وقد ثبت في الصحيح عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال : ((من يرد الله به خيرا، يفقهه في الدين )) و لازم ذلك أن من لم يفقهه الله في الدين لم يرد به خيرا، فيكون التفقه في الدين فرضا))

[النبذ في آداب طلب العلم، ص : ٢٢٨. الدار الاثرية]

Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah : ((Sungguh telah tetap dalam shohih Bukhari dan Muslim bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : ((Barangsiapa yang Allah inginkan baginya kebaikan, maka Allah akan fahamkan dia agama)) dan hal itu melazimkan bahwa orang yang tidak Allah fahamkan dia tentang agama, berarti Allah tidak menginginkan baginya kebaikan, maka memahami agama menjadi suatu kewajiban)). [An-Nubadz Fii Adaab Tholabil 'Ilmi, hal : 228. Ad-Daarul Atsariyyah]

Karena itu di akhir zaman ini, setelah kita mengetahui wajibnya menuntut ilmu, maka hendaknya setiap kita menyibukkan diri dengan menuntut ilmu. Dan sebaik-baik nikmat adalah menuntut ilmu. Berkata Asy-Syaikh Hamad bin Ibrahim dalam kitab An-Nubadz fii Adab Tholabil 'Ilmi :

نعم الله على عباده كثيرة لا تحصى «وَإِن تَعُدُّوا۟ نِعْمَةَ ٱللَّهِ لَا تُحْصُوهَآ»، و من أعظم النعم نعمة الدين و نعمة العلم و هما متلازمان، فإن العلم مع حسن القصد قائدان الى الصراط المستقيم.

[النبذ في آداب طلب العلم، ص : ٢٢٨. الدار الاثرية]
  
"Nikmat-nikmat Allah terhadap hamba-hamba-Nya sangat banyak tidak bisa dihitung «وَإِن تَعُدُّوا۟ نِعْمَةَ ٱللَّهِ لَا تُحْصُوهَآ» Artinya : "Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya." (QS.An-Nahl : 18), dan diantara seagung-agungnya nikmat Allah yaitu nikmat agama dan nikmat ilmu dan keduanya merupakan dua hal yang saling melazimkan, karena itu sesungguhnya ilmu dan baiknya niat merupakan dua kendali menuju jalan yang lurus. [An-Nubadz Fii Adaab Tholabil 'Ilmi, hal : 228. Ad-Daarul Atsariyyah]

Karena itu luruskan niat dalam menuntut ilmu, dan fahamilah bahwa menuntut ilmu itu ada keutamaan-keutamaan, yang hendaknya seseorang berlomba-lomba untuk mendapatkannya. Berkata Al-Hafidz Ibnu Rajab rahimahullah :

و مما يدل على تفضيل العلم على جميع النوافل أن العلم يجمع جميع فضائل الأعمال المتفرقة، فالعلم أفضل أنواع الذكر، و هو أفضل أنواع الجهاد

[النبذ في آداب طلب العلم. ص : ١٤٣. الدار الاثرية]

"Dan diantara yang menunjukkan keutamaan ilmu atas seluruh amalan-amalan sunnah, bahwasanya ilmu mengumpulkan seluruh keutamaan amal yang terpisah-pisah, dan ilmu lebih utama dari macam-macam dzikir, dan lebih utama dari macam-macam jihad." [An-Nubadzu fii Aadaabi Tholabil 'Ilmi : 143. Ad-Daarul Atsariyyah]

Karena itu, kita ambil dahulu yang terpenting untuk saat ini yaitu mempelajari bahasa arab dan aqidah. Tidak ada udzur bil jahl, karena semua kita akan ditanya oleh Allah pada hari hisab, setelah itu perlahan-lahan kita akan pelajari kitab-kitab lainnya.

Ilmu itu luas,maka kita tidak bisa menguasai seluruhnya meskipun kita mengerahkan seluruh hidup kita apalagi jika kita meninggalkannya. Berkata orang-orang yang bijak :

"Seandainya manusia mengerahkan seluruh hidupnya untuk menuntut ilmu, maka ilmu hanya memberikan setengah dari dirinya. Seandainya manusia mengerahkan  setengah hidupnya untuk menuntut ilmu, maka ilmu hanya memberikan seperempat dari dirinya. Lalu bagaimanakah keadaan orang-orang yang tidak mau menuntut ilmu dan mengabaikannya?"

Jangan kita dikalahkan oleh sekelompok akhawat, karena laki-laki itu pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban dari apa yang ia pimpin. Jika para akhawat bisa meluangkan waktu untuk menuntut ilmu hingga bisa membaca kitab arab gundul, maka kitapun pasti bisa tentunya dan lagi-lagi kembali pada tekad dan niat yang ikhlas.

Semoga tulisan ini bermanfaat.

***
Dompu, 9 Rabiul Awwal 1440 H/16 November 2018

Penulis : Abu Dawud ad-Dombuwiyy 

Artikel : Meciangi-d.blogspot.com 

Related Posts: