LIHAT KEBAWAH DALAM URUSAN DUNIA, & LIHAT KEATAS DALAM HAL AKHIRAT


Bismillah, alhamdulillahi Rabbil 'aalamiin. Wa shallallahu 'ala Nabiyyina Muhammadin wa 'ala aalihi wa shahbihi ajma'iin, wa ba'du.

Hidup ini memang perlu disyukuri apapun bentuknya, karena itulah tanda orang-orang yang beruntung. Dan diantara jalan untuk meningkatkan rasa syukur kita kepada Allah adalah, sering-seringlah melihat kebawah, melihat orang-orang yang fakir, orang-orang miskin, orang-orang yang lemah tak berdaya dibawah anda. Akan tetapi dalam urusan akhirat, kita harus melihat keatas, melihat kepada orang-orang yang lebih baik dari kita ; para Nabi, para sahabat, para ulama, orang-orang sholeh, agar kita termotivasi untuk melakukan semisal apa yang mereka lakukan. 

Dalam sebuah hadits, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda sebagaimana dalam hadits Imam Muslim :

عن أبي هريرة، قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ((انظروا إلى من هو أسفل منكم، ولا تنظروا إلى من هو فوقكم ؛ فهو أجدر أن لا تزدروا نعمة الله عليكم)).

"Dari Abu Hurairah, ia berkata : Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : ((Lihatlah kepada orang yang lebih rendah dari kalian, dan janganlah melihat kepada orang yang berada diatas kalian, karena yang demikian itu lebih patut bagi kalian, supaya kalian tidak meremehkan nikmat Allah yang (dianugerahkan) kepada kalian." [HR. Muslim, no.2963 (hal.1189). Cet. Baitul Afkar Ad-Dauliyyah]

Pada hadits ini, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan kita untuk melihat kepada yang lebih rendah dari kita dalam urusan dunia. Jika seseorang memiliki sepeda ontel tua, supaya menambah rasa syukurnya kepada Allah, maka lihatlah kepada orang yang lebih rendah darinya ; lihatlah para pejalan kaki, orang-orang yang lumpuh, orang yang berjalan dengan kedua tangannya, penguna kursi roda, para gelandangan yang tidur di emperan pertokoan, dll. Namun dalam urusan akhirat, maka lihatlah kepada orang-orang yang berada diatas kita, agar kita termotivasi dalam beramal sholih dan berlomba-lomba dalam kebaikan. 

Hasad-lah Tapi Dalam Kebaikan

Hasad dalam kebaikan itu boleh, selama tidak mengharapkan hilangnya nikmat itu dari orang lain.

Dalam sebuah hadits, dari Abdullah bin Mas'ud, ia berkata, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

((لا حسد إلا في اثنتين : رجل آتاه الله مالا فسلط على هلكته في الحق، ورجل آتاه الله الحكمة فهو يقضي بها ويعلمها))

((Tidak boleh hasad kecuali pada dua orang : Seseorang yang Allah beri harta, lalu dia infaqkan pada jalan kebaikan, dan seseorang yang Allah beri karunia ilmu lalu dia menunaikannya dan mengajarkannya)). [HR. Al-Bukhari, no.73 (hal.40). Muslim, no.816 (hal.317). Cet. Baitul Afkar Ad-Dauliyyah]

Jika ada teman kita yang diberi harta lalu ia infaqkan harta itu dijalan Allah, maka hasadlah kepadanya, karena itu adalah kebaikan. Jika ada teman kita yang bertambah hafalannya, meningkat kitab yang dipelajari, bertambah ilmunya, maka irilah kepadanya, karena itu akan memacu kita dalam berbuat kebaikan. 

Pada hadits diatas, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menjelaskan bolehnya hasad kepada dua orang, yang pertama orang yang diberi harta lalu dia infaqkan harta tersebut di jalan kebaikan. Kedua orang yang diberi ilmu, lalu dia menunaikan hak ilmunya dan mengajarkannya. Adapun selain kedua hal ini, maka hasad diharamkan didalam Islam sebagaimana sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam : 

((...لا تحاسدوا))

"Janganlah kalian saling hasad." [HR. Muslim no.2564 (hal.1035). Cet. Baitul Afkar Ad-Dauliyyah]

Karena itu, tidak boleh hasad kecuali pada dua hal diatas. Jika itu terjadi, maka sifat kita seolah-olah seperti sifat makhluk yang dilaknat oleh Allah yakni iblis laknatullah, ketika dia hasad kepada Nabi Adam 'alaihissalam.

Aku Tidak Secantik Dia

Wajah tampan dan cantik itu karunia Allah, tapi jika kita mendapati wajah kita hanya wajah yang pas-pas-an, cantik tidak, jelek juga tidak, tampan tidak, jelek juga tidak, maka tetap syukuri saja nikmat tersebut, karena itu adalah pemberian Allah. Jika kita cermati lagi, sebenarnya tidak tidak ada yang buruk dalam ciptaan Allah, karena Allah adalah sebaik-baik pencipta. Allah Ta'ala berfirman :

ثُمَّ خَلَقْنَا ٱلنُّطْفَةَ عَلَقَةًۭ فَخَلَقْنَا ٱلْعَلَقَةَ مُضْغَةًۭ فَخَلَقْنَا ٱلْمُضْغَةَ عِظَـٰمًۭا فَكَسَوْنَا ٱلْعِظَـٰمَ لَحْمًۭا ثُمَّ أَنشَأْنَـٰهُ خَلْقًا ءَاخَرَ ۚ فَتَبَارَكَ ٱللَّهُ أَحْسَنُ ٱلْخَـٰلِقِينَ

Artinya : "Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik." (QS. Al-Mu'minun : 14)

Sejatinya, tidak perlu terlihat tampan dan cantik untuk menjadi yang terbaik, yang utama adalah mempercantik akhlak dan bertakwa kepada Allah, niscaya seseorang akan menjadi cantik dan tampan. Karena itu, seorang muslim atau muslimah, tidak mengenal istilah operasi plastik untuk mempercantik diri atau mempertampan diri, cukup kecantikan hati dan ketakwaan qolbu yang akan mempercantik anda, tetap syukuri saja nikmat yang telah Allah berikan, karena yang perlu ada pada diri seorang muslim dan muslimah adalah melihat kepada yang berada dibawahnya agar dia lebih mudah bersyukur kepada Allah.

Dalam hadits riwayat Imam Al-Bukhari dari Abu Hurairah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: 

((إذا نظر أحدكم إلى من فضل عليه في المال والخلق فلينظر ألى من هو أسفل منه [ممن فضل عليه]))

((Apabila salah seorang kalian melihat kepada orang yang diberikan kelebihan padanya dalam masalah harta dan ciptaan (bentuk tubuh dan rupa), maka lihatlah kepada orang yang berada dibawahnya [bagi orang yang diberikan kelebihan kepadanya])). [HR. Al-Bukhari, no.2490 (hal.1244). Muslim no.2963 (hal.1188). Cet. Baitul Afkar.Ad-Dauliyyah]

Jika kita melihat kepada orang yang berada diatas kita dalam hal kecantikan dan ketampanan, para artis jauh lebih cantik dan lebih tampan dalam pandangan dzohir manusia, tapi secara hakikat, seorang muslimah yang berhijab dan takwanya kepada Allah lebih cantik dari wanita manapun, demikian juga seorang muslim sejati yang bertakwa, dia lebih jantan dan lebih gagah dengan penampilan islaminya ; berjenggot, celana diatas mata kaki, padahal inilah hakikat ketampanan.

Karena itu, untuk menambah rasa syukur seorang muslim dan muslimah kepada Allah, lihatlah kebawah, disana banyak orang-orang yang dilahirkan cacat, buta, bisu, lumpuh, dan lain sebagainya. Dan ambilllah pelajaran dari mereka serta tetaplah bersyukur kepada-Nya.

Faedah yang bisa diambil :

1. Anjuran untuk melihat kepada orang yang berada dibawah kita dalam urusan harta dan dunia, jangan melihat kepada orang yang berada diatas kita

2. Anjuran untuk melihat kepada orang yang berada diatas kita dalam urusan akhirat, jangan melihat kepada orang yang lebih rendah dari kita

3. Tujuan melihat kepada orang yang lebih rendah dari kita dalam urusan dunia, agar kita tidak mudah meremehkan nikmat Allah yang ada pada kita dan agar kita selalu mudah bersyukur atas nikmat-nikmat Allah sekecil apapun nikmat tersebut

4. Tujuan melihat kepada orang yang berada diatas kita dalam urusan akhirat adalah, agar kita semakin termotivasi, semangat, terpacu dalam mengejar akhirat, serta semangat dalam fastabiqul khairat (berlomba-lomba dalam kebaikan)  sebagaimana firman Allah Ta'ala :

«فَٱسْتَبِقُوا۟ ٱلْخَيْرَٰت»

Artinya : "Maka berlomba-lombalah dalam berbuat kebajikan." (QS. Al-Maidah : 48).

5. Anjuran untuk selalu bersyukur kepada Allah sekecil apapun nikmat tersebut, serta jangan mudah meremehkan sebuah nikmat sekecil apapun nikmat tersebut

6. Anjuran untuk lebih bersemangat dalam mengejar akhirat, berlomba-lomba didalamnya bahkan menjadi yang terbaik jika mampu

7. Keutamaan bersyukur kepada Allah 'Azza wa Jalla atas nikmat-nikmat-Nya dan bahayanya ingkar atau kufur terhadap nikmat sebagaimana firman Allah :

«وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌۭ»

Artinya : "Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (QS. Ibrahim : 7)

8. Anjuran untuk  menumbuhkan sifat cemburu dalam kebaikan dan semangat dalam beramal sholeh dan mengikuti jejak orang-orang sholeh

9. Diantara bentuk bersyukur atas nikmat Allah adalah menerima ketetapan Allah pada bentuk ciptaan tubuh, fisik, rupa dan susunan anggota badan, karena Allah menciptakan kita dengan sebaik-baik ciptaan sebagaimana firman Allah :

«ثُمَّ خَلَقْنَا ٱلنُّطْفَةَ عَلَقَةًۭ فَخَلَقْنَا ٱلْعَلَقَةَ مُضْغَةًۭ فَخَلَقْنَا ٱلْمُضْغَةَ عِظَـٰمًۭا فَكَسَوْنَا ٱلْعِظَـٰمَ لَحْمًۭا ثُمَّ أَنشَأْنَـٰهُ خَلْقًا ءَاخَرَ ۚ فَتَبَارَكَ ٱللَّهُ أَحْسَنُ ٱلْخَـٰلِقِينَ»

Artinya : "Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik." (QS. Al-Mu'minun : 14)

10. Tidak boleh mencela ciptaan Allah yang ada pada diri kita, misalnya, "Wajah yang buruk, kenapa Allah tidak menciptakanmu indah seperti wajah si fulan dan fulanah yang tampan dan cantik", ini tidak benar, yang tepat adalah lihat kepada orang-orang yang berada dibawah kita, karena di dunia ini masih banyak orang-orang yang lebih rendah dari kita dari sisi cacat fisik, ketampanan dan kecantikannya 

11. Sedikit sekali orang-orang yang pandai bersyukur kepada Allah sebagaimana firman-Nya :

«وَقَلِيلٌۭ مِّنْ عِبَادِىَ ٱلشَّكُورُ»

Artinya : "Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang berterima kasih." (QS. Saba : 13)

12. Kebalikan dari ayat diatas yakni kebanyakan dari hamba-hamba Allah, mereka kufur terhadap nikmat-nikmat Allah

13. Bolehnya hasad kepada orang-orang memiliki harta, yaitu mereka yang menginfakkan hartanya dijalan Allah 'Azza wa Jalla

14. Bolehnya hasad kepada orang-orang yang berilmu, yang mengajarkan ilmunya, dan yang mempelajari ilmu

15. Wajibnya mensyukuri nikmat-nikmat Allah 'Azza wa Jalla

16. Haramnya kufur terhadap nikmat-nikmat Allah 'Azza wa Jalla

Dan masih banyak faedah lainnya.

***

Dompu, Nusa Tenggara Barat : 17 Syawal 144H H/29 Mei 2021 

Penulis : Abu Dawud ad-Dombuwiyy

Artikel : Meciangi-d.blogspot.com

Related Posts:

HARTA SEJATI MANUSIA ADA 3

Bismillah, alhamdulillahi Rabbil 'aalamiin, wa shallallahu 'ala Nabiyyina Muhammadin wa 'ala aalihi wa shahbihi ajma'iin, wa ba'du.

Manusia difirtahkan untuk cinta kepada harta kekayaan, tapi ingat sobat, jangan sampai harta kekayaan melalaikan anda dari mengingat Allah, karena sejatinya manusia hanya memiliki 3 harta, (1) yang dia makan lalu habis, (2) yang dia pakai lalu usang, (3) yang dia sedekahkan lalu dia dapatkan pahalanya. Adapun selain itu, maka itu bukan harta yang dia miliki, tapi harta milik ahli waris yang akan diperebutkan oleh mereka setelah kematiannya.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda dalam sebuah hadits, dan Imam Muslim menyebutkan sanadnya :

عن مطرف عن أبيه، قال : أتيت النبي صلى الله عليه وسلم وهو يقرأ : ألهاكم التكاثر، قال : ((يقول ابن آدم : مالي، مالي (قال) وهل لك، يا ابن آدم! من مالك إلا ما أكلت فأفنيت، أو لبست فأبليت، أو تصدقت فأمضيت؟))

"Dari Muthorrif dari bapaknya, ia berkata : 'Saya datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam sedangkan beliau sedang membaca (firman Allah yang artinya) : "Bermegah-megahan telah melalaikanmu", beliau bersabda : ((Manusia berkata : Hartaku, hartaku. (Nabi bersabda) Apakah benar engkau memiliki harta wahai manusia! Hartamu yaitu (1) apa yang engkau makan lalu habis, (2) apa yang engkau pakai lalu usang, (3) apa yang engkau sedekahkan lalu terlewatkan begitu saja))." [HR. Muslim, no.2958 (hal.1187). Cet. Baitul Afkar Ad-Dauliyyah]

Dalam hadits yang lain :

عن أبي هريرة، أن رسول الله صلى الله عليه وسلم : ((يقول العبد : مالي، مالي، إنما له من ماله ثلاث : ما أكل فأفنى، أو لبس فأبلى، أو أعطى فاقتنى، وما سوى ذلك فهو ذاهب، وتاركه للناس))

"Dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : ((Hamba berkata : Hartaku, hartaku. Sesungguhnya milik hamba dari hartanya ada tiga : (1) apa yang dia makan lalu habis, (2) apa yang dia pakai lalu usang, (3) apa yang dia dermakan lalu dia memperoleh (pahalanya))). [HR. Muslim, no.2959 (hal.1187). Cet. Baitul Afkar Ad-Dauliyyah]

Faedah yang bisa diambil :

1. Tabiat manusia adalah suka mengumpul-ngumpulkan harta

2. Setelah harta mereka banyak, mereka akan hidup bermegah-megahan sampai mereka masuk ke liang kubur. Allah Ta'ala berfirman :

«أَلْهَىٰكُمُ ٱلتَّكَاثُرُ. حَتَّىٰ زُرْتُمُ ٱلْمَقَابِرَ»

Artinya : "Bermegah-megahan telah melalaikan kamu. Sampai kamu masuk ke dalam kubur." (QS. At-Takatsur : 1-2)

3. Sebanyak apapun harta yang manusia kumpulkan, yang menjadi miliknya hanya ada tiga, (1) apa yang dia makan lalu habis, (2) apa yang dia pakai lalu usang, (3) apa yang dia dermakan lalu dia memperoleh (pahalanya))).

4. Anjuran untuk banyak bersedekah, sebab diantara yang kekal dari harta anak Adam adalah apa yang dia sedekahkan dijalan Allah

5. Ruginya orang-orang yang pelit, dia menyangka hartanya akan dibawa mati, padahal itu akan menjadi milik ahli warisnya, lalu diperebutkan oleh mereka setelah kematiannya

6. Pentingnya memanfaatkan harta untuk kepentingan diri sendiri dengan jalan infaq, sebagai bekal perjalanan panjang kita menuju akhirat

Serta masih banyak faedah lainnya. Semoga yang sedikit ini bermanfaat.

Related Posts:

PENJARA BAGI ORANG-ORANG MU'MIN, SURGA BAGI ORANG-ORANG KAFIR


Bismillah, alhamdulillahi Rabbil 'aalamiin, wa shallallahu 'ala Nabiyyina Muhammadin wa 'ala 'alihi wa shahbihi ajma'in, wa ba'du.

Dunia adalah penjara bagi orang-orang mu'min tapi Surga bagi orang-orang kafir. Seperti halnya Surga sebagai tempat kenikmatan dan tempat tinggal terindah bagi orang-orang mu'min di akhirat, maka dunia adalah tempat tinggal terindah bahkan Surga Firdaus bagi orang-orang kafir. Karena itu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda dalam sebuah hadits sebagaimana yang disebutkan oleh Imam Muslim dalam kitab shohihnya :

عن أبي هريرة، قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ((الدنيا سجن المؤمن وجنة الكافر))

Dari Abu Hurairah, ia berkata : Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : ((Dunia adalah penjara bagi orang mu'min dan Surga bagi orang kafir)). [HR. Muslim, no.2956 (hal.1187). Cet. Baitul Afkar Ad-Dauliyyah]

Berkata Imam An-Nawawi rahimahullah mengenai makna hadits :

معناه : أن كل مؤمن مسحون ممنوع في الدنيا من الشهوات المحرمة والمكروهة مكلف بفعل الطاعات الشاقة، فإذا مات استراح من هذا وانقلب إلى أعد الله تعالى له من النعم الدائم والراحة الخالصة من النقصان.

.وأما الكافر فإنما له من ذلك ما حصل في الدنيا مع قلته وتكديره بالمنغصات، فإذا مات صار إلى العذاب الدائم وشقاء الأبد

[المنهاج في شرح صحيح مسلم، شرح النووي على مسلم، ٢٩٥٦ (ص : ١٧٠٨). بيت الفكار الدولية]

"Maknanya : Bahwasanya setiap mu'min yang dipenjara dari perkara yang dilarang di dunia berupa perkara-perkara syahwat yang diharamkan dan yang dibenci, ia dibebani dengan ketaatan yang berat. Apabila dia mati, maka dia telah beristirahat dari ini dan berbalik menuju apa yang telah Allah Ta'ala sediakan untuknya berupa ; kenikmatan yang kekal dan istirahat yang tidak bercampur dengan kekurangan-kekurangan.

Adapun orang-orang kafir, sesungguhnya bagi dia apa yang telah dia peroleh dari perkara-perkara syahwat yang diharamkan di dunia bersama kurang dan keruhnya kehidupan masa lalunya. Apabila dia mati, dia akan mendapatkan adzab yang kekal dan kesengsaraan yang abadi." [Al-Minhaaj fii Syarh Shohih Muslim,  Syarh An-Nawawi 'ala Muslim, no. 2956 (hal.1708). Cet Baitul Afkar Ad-Dauliyyah]

Inilah makna hadits yang dijelaskan oleh Imam Nawawi. Inti dari hadits ini bahwa dunia adalah penjara bagi orang-orang mu'min, tempat untuk menahan diri dari segala apa yang dilarang oleh Allah berupa maksiat-maksiat seperti zina, kholwat, ikhtilat, homoseksual, LGBT, meminum khomr, berjudi, mencuri, merampok, membunuh, memakan riba dan lain sebagainya, sehingga dunia ini seperti penjara, sempit ruang gerak dalam melakukan sesuatu karena aturannya begitu ketat, sampai-sampai aturan tersebut seolah-olah telah menjadikan dunia yang luas ini seperti sempit seperti sebuah penjara yang menyesakkan.

Adapun orang-orang kafir, dunia adalah Surga bagi mereka, tempat untuk mereka bersenang senang dan melakukan apa saja yang diinginkan dari keharaman-keharaman yang Allah haramkan, seperti zina, kholwat, ikhtilat, homoseksual, lgbt, meminum khomr, berjudi, memakan riba dan segala jenis maksiat lainnya, di akhirat mereka akan mendapatkan adzab yang kekal didalam neraka selama-lamanya. Waliyaadzubillah.

Biarlah orang-orang kafir hidup layaknya binatang buas, bebas tidak ada aturan, mau melakukan ini bebas, mau melakukan itu bebas, ingin berbuat demikian bebas, ingin berbuat semaunya juga bebas, tapi tidak bagi seorang mu'min, karena seorang mu'min dia hidup diatas aturan-aturan Allah 'Azza wa Jalla, dia tegak diatas bumi dengan berpedoman kepada Al-Kitab dan as-Sunnah 'ala fahmi salaf. Dengan pedoman ini, maka seorang mu'min tidak akan menjadikan semua keinginannya harus diikuti, ditaati dan dituruti, tapi keinginan seorang mu'min harus diikat dengan keinginan Allah dan Rasul-Nya, sehingga dia hidup diatas aturan, berjalan diatas aturan, dan melaksanakan seluruh aktivitas kehidupannya diatas rambu-rambu syar'i yang telah digariskan oleh Allah dan Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam, dan inilah kebahagiaan yang sejati.

Faedah yang bisa diambil :

1. Dunia adalah penjara bagi orang-orang mu'min, tempat untuk beramal sholeh, sehingga mereka akan menahan segala keinginan dunianya, keinginan  syahwatnya, keinginan jiwanya, menjauhi dosa-dosa dan maksiat, dari perzinaan, kholwat, ikhtilat, homoseksual, pelacuran, mabuk-mabukan, memakan riba, membunuh dan lain sebagainya, hingga balasan bagi mereka adalah Surga, mereka kekal didalamnya. Allah Ta'ala berfirman : 

«إِنَّ ٱلْمُتَّقِينَ فِى جَنَّـٰتٍۢ وَعُيُونٍ. ٱدْخُلُوهَا بِسَلَـٰمٍ ءَامِنِينَ. وَنَزَعْنَا مَا فِى صُدُورِهِم مِّنْ غِلٍّ إِخْوَٰنًا عَلَىٰ سُرُرٍۢ مُّتَقَـٰبِلِينَ. لَا يَمَسُّهُمْ فِيهَا نَصَبٌۭ وَمَا هُم مِّنْهَا بِمُخْرَجِينَ»

Artinya : "Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu berada dalam taman-taman (surga) dan mata air-mata air. (Dikatakan kepada mereka): "Masuklah ke dalamnya dengan sejahtera lagi aman. Dan Kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada dalam hati mereka, sedang mereka merasa bersaudara duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan. Mereka tidak merasa lelah di dalamnya dan mereka sekali-kali tidak akan dikeluarkan daripadanya." (QS. Al-Hijr : 45-48)

2. Dunia adalah Surga bagi orang-orang kafir, mereka bebas melakukan apa saja yang mereka sukai, tidak ada aturan menurut mereka, mereka mau berzina bebas, berkholwat bebas, ikhtilat bebas, lgbt bebas, pelacuran bebas, homoseksual bebas, hura-hura, mabuk-mabukan, narkoba, semuanya bebas, tapi di akhirat mereka akan hidup dalam kepungan adzab api Neraka yang menyala-menyala, mereka kekal didalamnya selama-lamanya. Allah Ta'ala berfirman : 

«إِنَّ ٱلْمُجْرِمِينَ فِى عَذَابِ جَهَنَّمَ خَـٰلِدُونَ. لَا يُفَتَّرُ عَنْهُمْ وَهُمْ فِيهِ مُبْلِسُونَ. وَمَا ظَلَمْنَـٰهُمْ وَلَـٰكِن كَانُوا۟ هُمُ ٱلظَّـٰلِمِينَ. وَنَادَوْا۟ يَـٰمَـٰلِكُ لِيَقْضِ عَلَيْنَا رَبُّكَ ۖ قَالَ إِنَّكُم مَّـٰكِثُونَ. لَقَدْ جِئْنَـٰكُم بِٱلْحَقِّ وَلَـٰكِنَّ أَكْثَرَكُمْ لِلْحَقِّ كَـٰرِهُونَ

Artinya : "Sesungguhnya orang-orang yang berdosa kekal di dalam azab neraka Jahannam. Tidak diringankan azab itu dari mereka dan mereka di dalamnya berputus asa. Dan tidaklah Kami menganiaya mereka tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri. Mereka berseru: "Hai Malik biarlah Tuhanmu membunuh kami saja". Dia menjawab: "Kamu akan tetap tinggal (di neraka ini)". Sesungguhnya Kami benar-benar telah memhawa kebenaran kepada kamu tetapi kebanyakan di antara kamu benci pada kebenaran itu." (QS. Az-Zukhruf : 74-78)

3. Surga yang sejati adalah tempat tinggal bagi orang-orang yang bertakwa di akhirat, sebagai balasan bagi amal sholeh mereka di dunia. Allah Ta'ala berfirman :

4. Surga yang sejati bukan Surga dunianya orang-orang kafir tapi Surga di akhirat, sebagai tempat tinggal bagi orang yang beramal sholeh, sebagaimana firman Allah Ta'ala :

«إِنَّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّـٰلِحَـٰتِ كَانَتْ لَهُمْ جَنَّـٰتُ ٱلْفِرْدَوْسِ نُزُلًا»

Artinya : "Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal sholeh, bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal." (QS. Al-Kahfi : 107)

3. Dunia yang orang-orang kafir jadikan Surga adalah kesenangan sementara lagi menipu. Allah Ta'ala berfirman :

«كُلُّ نَفْسٍۢ ذَآئِقَةُ ٱلْمَوْتِ ۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ ٱلْقِيَـٰمَةِ ۖ فَمَن زُحْزِحَ عَنِ ٱلنَّارِ وَأُدْخِلَ ٱلْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَآ إِلَّا مَتَـٰعُ ٱلْغُرُورِ»

Artinya : "Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan." (QS. Ali Imran : 185)

Semoga tulisan ini bisa menjadi bahan renungan bahwa sejatinya dunia adalah penjara bagi orang-orang mu'min dalam menahan jiwanya, hawa nafsunya, keinginan dunianya, tetapi dunia merupakan Surga bagi orang-orang kafir, karena mereka adalah orang-orang yang hidup melampaui batas serta ingkar kepada Allah dan Rasul-Nya. Waliyaadzubillah. Semoga tulisan ini bermanfaat.

***

Dompu, Nusa Tenggara Barat : 13 Syawwal 1442 H/25 Mei 2021

Penulis : Abu Dawud ad-Dombuwiyy

Artikel: Meciangi-d.blogspot.com 

Related Posts:

3 JENIS KEDZOLIMAN








Bismillah, alhamdulillahi Rabbil 'aalamiin. Wa shallallahu 'ala Nabiyyina Muhammadin wa 'ala aalihi wa shahbihi jama'iin. Wa ba'du.

Kedzoliman adalah kegelapan pada hari kiamat, dan kedzoliman terbagi menjadi tiga, (1) kedzoliman yang tidak diampuni oleh Allah, (2) kedzoliman yang tidak dibiarkan begitu saja oleh Allah kecuali akan di qishos, (3) kedzoliman yang tergantung kehendak Allah, jika Dia kehendaki Dia akan mengampuni dan jika Dia kehendaki Dia akan mengadzabnya.

Terkait tiga hal ini, maka Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashr As-Sa'di rahimahullah mengatakan :

الظلم ثلاثة أنواع : نوع لا يغفره الله، وهو الشرك بالله : «إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِۦ» [النساء : ٤٨]
ونوه لا يترك الله منه شيئا : وهو ظلم العباد بعضهم لبعض، فمن كمال عدله : أن يقتص الخلق بعضهم من بعض بقدر مظالمهم.
ونوع تحت مشيئة الله : إن شاء عاقب عليه، وإن شاء عفا عن أهله، وهو الذنوب التي بين العباد وبين ربهم فيما دون الشرك.
[بهجة قلوب الأبرار وقرة عيون الأخيار، ص : ٦٠. دار الفرقان]

"Dzolim itu ada tiga macam :

1. Jenis yang tidak Allah ampuni, jenis ini yaitu menyekutukan Allah :  «Artinya : "Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik»

2. Jenis yang tidak Allah tinggalkan sesuatu apapun dari kedzoliman tersebut : yaitu kedzoliman para hamba kepada sebagian lainnya. Diantara kesempurnaan keadilan-Nya : Dia akan menjatuhkan qishos (hukuman balas) antara sebagian makhluk dengan sebagian lainnya sesuai dengan kadar kedzoliman mereka.

3. Jenis yang berada dibawah kehendak Allah : Jika Dia kehendaki Dia akan menghukumnya, dan jika Dia kehendaki Dia akan mengampuni pelakunya, berupa dosa-dosa yang terjadi antara para hamba dengan Rabb mereka pada perkara yang bukan merupakan dosa syirik." [Bahjatu Quluubil Abraar wa Qurratu 'Uyuunil Akhyaar, hal.60. Cet. Daarul Furqoon]

Faedah yang bisa diambil :

1. Dzolim ada yang tidak diampuni oleh Allah yaitu syirik

2. Dzolim ada yang tidak akan dibiarkan oleh Allah kecuali akan di qishos yaitu kedzoliman terhadap sesama makhluk

3. Kedzoliman ada yang akan Allah ampuni jika Dia kehendaki dan ada yang akan diadzab jika Dia kehendaki

4. Dosa syirik merupakan kedzoliman terhadap Allah 'Azza wa Jalla

5. Bahayanya mendzolimi sesama manusia dan anjuran untuk meminta maaf kepada orang yang pernah kita dzolimi, karena khawatir kita akan di qishos pada hari kiamat

6. Dosa terhadap Allah masih ada harapan untuk diampuni selama itu bukan dosa syirik

7. Anjuran untuk tidak berputus asa dari rahmat Allah

8. Anjuran untuk tidak berbuat dzolim secara umum

9. Keutamaan lawan dari dzolim yaitu keadilan

10. Dan keadilan yang paling adil adalah tauhid yaitu mengesakan Allah dalam rububiyyah, uluhiyyah dan asma' wa sifaf

Masih banyak faedah lainnya, semoga yang sedikit ini bermanfaat.

Baca juga : Kedzoliman Adalah Kegelapan

Related Posts:

KEDZOLIMAN ADALAH KEGELAPAN








Bismillah. Alhamdulillahi Rabbil 'aalamiin. Wa shallallahu 'ala Nabiyyina Muhammadin wa 'ala aalihi washahbihi ajma'in, wa ba'du.

Berbicara tentang kedzoliman, maka kedzoliman merupakan kegelapan pada hari kiyamat. Dalam sebuah hadits riwayat Imam Al-Bukhari dan Muslim disebutkan bahwasannya :

.عن عبد الله بن عمر رضي الله عنهما قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ((الظلم ظلمات يوم القيامة)). متفق عليه

"Dari Abdullah bin Umar radhiyallahuma, ia berkata : Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : ((Kedzoliman adalah kegelapan pada hari kiyamat))." Muttafaqun 'alaih.

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengatakan bahwa kedzoliman adalah kegelapan nanti pada hari kiyamat, dan kedzoliman yang paling besar adalah syirik karena dia adalah lawan dari keadilan yaitu tauhid. 

Berkata Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa'di rahimahullah

هذا الحديث فيه التحذير من الظلم، والحث على ضده وهو العدل، وشريعة كلها عدل، آمرة بالعدل، ناهية عن الظلم، قال تعالى : «قُلْ أَمَرَ رَبِّى بِٱلْقِسْطِ ۖ » [الأعراف : ٢٩]، «إِنَّ ٱللَّهَ يَأْمُرُ بِٱلْعَدْلِ» [النحل : ٩٠]، «ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَلَمْ يَلْبِسُوٓا۟ إِيمَـٰنَهُم بِظُلْمٍ أُو۟لَـٰٓئِكَ لَهُمُ ٱلْأَمْنُ وَهُم مُّهْتَدُونَ» [الأنعام : ٨٢]، فإن الإيمان -أصوله وفروعه، باطنه وظاهره- كله عدل، وضده ظلم.

[بهجة قلوب الأبرار وقرة عيون الأخيار، ص.٥٨. دار الفرقان]

"Di dalam hadits ini ada peringatan terhadap kedzoliman dan himbauan dari lawannya yaitu keadilan. Dan syariat itu seluruhnya adil, memerintahkan kepada keadilan, melarang dari kedzoliman, Allah Ta'ala berfirman (yang artinya) : «Katakanlah: "Tuhanku menyuruh menjalankan keadilan» [Al-A'raf : 29]. «Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil» [An-Nahl : 90], «Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk» [Al-An'am : 82]. Maka sesungguhnya iman itu - asasnya dan cabangnya, yang tersembunyi darinya maupun yang nampak darinya -, seluruhnya merupakan keadilan sedangkan lawannya adalah kedzoliman." [Bahjatu Quluubil Abraar, wa Qurratu 'Uyuunil Akhyaar, hal. 58. Cet. Daarul Furqoon]

Faedah yang dapat diambil :

1. Peringatan dari bahaya perbuatan dzolim

2. Anjuran supaya berlaku adil

3. Kedzoliman adalah kegelapan pada hari kiyamat

4. Kebalikannya keadilan adalah cahaya pada hari kiyamat

5. Syariat Islam seluruhnya adil

6. Syariat Islam memerintahkan pada keadilan

7. Syariat Islam melarang dari kedzoliman

8. Orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan keimanan mereka dengan kedzoliman (syirik), mereka itulah orang yang akan mendapatkan keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk

9. Diantara kedzoliman yang paling dzolim adalah kesyirikan. Allah berfirman :

«إِنَّ ٱلشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌۭ»

Artinya : "Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang paling besar" (QS. Lukman : 13)

Allah Ta'ala berfirman :

«إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِۦ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَن يَشَآءُ ۚ وَمَن يُشْرِكْ بِٱللَّهِ فَقَدِ ٱفْتَرَىٰٓ إِثْمًا عَظِيمًا»

Artinya : "Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar." (QS. An-Nisaa' : 48)

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

((من مات وهو يدعو من دون الله ندا دخل النار))

"Barangsiapa yang mati sedangkan dia berdoa kepada selain Allah sebagai tandingan, maka dia pasti masuk neraka." (HR. Al-Bukhari. Lihat juga Fathul Majiid Syarh Kitaabit Tauhiid, hal.65. Cet. Daar Ibni Hazm)

10. Termasuk kedzoliman adalah seseorang menampar orang lain, memukul orang lain, menumpahkan darah orang lain, mencela orang lain, merobek kehormatan orang lain, dll. Hal ini disebut dengan kedzoliman terhadap sesama makhluk, dan kedzoliman ini pasti akan di qishosh nanti pada hari kiyamat

11. Termasuk kedzoliman juga adalah seseorang melakukan perbuatan dosa dan maksiat kepada Allah seperti berzina, meminum khomr, meninggalkan sholat, dll. Kedzoliman ini disebut kedzoliman terhadap diri sendiri, dan urusannya tergantung kehendak Allah, jika Allah kehendaki Allah akan mengadzab pelakunya atau Allah akan ampuni.

Baca Juga : Kedzoliman Adalah Kegelapan

Related Posts:

ORANG YANG MENDAPATKAN AMPUNAN PADA BULAN RAMADHAN

Bismillah, alhamdulillahi Rabbil 'aalamiin. Wa shallallahu 'ala Nabiyyina Muhammadin wa 'ala aalihi wa shahbihi ajma'iin, wa ba'du.

Diantara orang-orang yang akan mendapatkan ampunan pada bulan ramadhan adalah orang-orang yang berpuasa karena iman, yang melaksanakan sholat tarawih karena iman, dan yang beribadah pada malam lailatul qadar dalam keadaan iman dan mengharap ampunan Allah. Dalam beberapa hadits Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

عن أبي هريرة رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال : ((من قام ليلة القدر إيمانا واحتسابا، غفر له ما تقدم من ذنبه، من صام رمضان إيمانا واحتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه)). متفق عليه.

"Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : ((Barangsiapa yang berdiri (sholat) pada malam lailatul qadar karena iman dan mengharap pahala dari Allah, diampuni dosa-dosanya yang telah lalu, barangsiapa yang berpuasa di bulan ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah, diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." [HR. Al-Bukhari, no.1901 hal.361. Muslim, no.760 hal.299. Cet. Baitul Afkar Ad-Dauliyyah]

Dalam hadits riwayat Muslim dari Abu Hurairah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

 .((من قام رمضان إيمانا واحتسابا، غفر له ما تقدم من ذنبه))

"Barangsiapa yang berdiri (sholat) pada bulan ramadhan karena iman dan berharap pahala dari Allah, diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." [HR Muslim, no.759 hal.299. Cet. Baitul Afkar Ad-Dauliyyah]

Pada hadits diatas, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengabarkan kepada kita tentang orang-orang yang akan mendapatkan ampunan pada bulan ramadhan diantaranya : (1) Orang yang berpuasa karena iman dan mengharapkan pahala dari Allah, (2) Orang yang melaksanakan sholat pada bulan ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala dari Allah, (3) Orang yang melaksanakan sholat pada malam lailatul qadar karena iman dan mengharapkan pahala dari Allah. Inilah ketiga golongan orang yang akan mendapatkan ampunan dari Allah Subhaanahu wa Ta'ala.

Faedah dari hadits ini :

1. Hadits ini diriwayatkan oleh sahabat yang mulia Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu

2. Orang yang berpuasa karena iman dan mengharapkan pahala dari Allah, mereka itulah orang-orang yang akan mendapatkan ampunan dari Allah di bulan suci ramadhan

3. Orang yang melaksanakan sholat karena iman dan mengharapkan pahala dari Allah, mereka itulah orang-orang yang akan mendapatkan ampunan dari Allah di bulan ramadhan yang penuh dengan keberkahan ini

4. Orang yang melaksanakan sholat pada malam lailatul qadar karena iman dan mengharap pahala dari Allah, mereka inilah orang-orang yang akan mendapatkan ampunan dari Allah di bulan yang berbarokah ini

5. Kata إيمانا pada hadits-hadits diatas merupakan mafulun liajlih, kalimat itu menjelaskan tentang sebab terjadinya suatu perbuatan. Dan siapa saja yang berpuasa ataumelaksanakan sholat pada bulan ramadhan atau pada malam lailatul qadar semata-mata karena dorongan imannya kepada Allah, bukan karena dorongan hawa nafsu ingin dipuji, ingin di sanjung, ingin dikatakan alim, maka mereka ini akan akan mendapatkan ampunan dari Allah dari dosa-dosanya yang telah lalu. Kebalikannya, orang yang berpuasa atau yang melaksanakan sholat di bulan ramadhan karena ingin dipuji dan mendapatkan keuntungan dunia semata, maka puasanya tidak akan diterima oleh Allah, karena dia telah berbuat riya', padahal riya' termasuk dosa syirik

6. Orang yang beribadah kepada Allah karena إيمانا termasuk orang yang cinta kepada Allah, karena syarat dari keimanan adalah cinta kepada Allah, sedangkan cinta adalah rukun diantara rukun-rukun ibadah

7. Kata واحتسابا adalah atof kepada kalimat إيمانا. Maknanya orang yang berpuasa karena iman, dan dia juga melaksanakan puasa dan sholat pada bulan ramadhan karena mengharap pahala dari Allah 'Azza wa Jalla, maka dia telah menggabungkan antara dua rukun ibadah yaitu cinta dan harap. Mengharap pahala dalam Islam disebut roja', sedangkan roja' termasuk diantara rukun dari rukun-rukun ibadah yang wajib ada dalam setiap ibadahnya seorang hamba

8. Diampuninya dosa merupakan sumber kebahagiaan, sedangkan tidak diampuninya dosa adalah sebab kesengsaraan

9. Hendaknya seseorang takut dari tidak diterimanya amalan, baik puasanya, sholat tarawihnya, dan amalan-amalan lainnya dibulan ramadhan, dan takut ini termasuk rukun dari rukun-rukun ibadah yang wajib dihadirkan dalam setiap ibadahnya seorang hamba

10. Allah adalah Dzat Yang Maha Pengampun, dan Dia mengampuni segala dosa yang dibawah tingkatan syirik bagi siapa yang Dia kehendaki, dan bahkan dosa syirik-pun Allah akan ampuni selama seorang hamba bertaubat kepada Allah dengan taubatan nashuha sebelum tiba ajal menjemputnya

11. Orang yang beribadah pada bulan ramadhan namun tidak diampuni oleh Allah dosa-dosanya, maka dia termasuk orang yang paling celaka 

12. Hakikat puasa adalah agar mendapatkan ampunan dari Allah 'Azza wa Jalla dan menjadi hamba-hamba yang bertakwa kepada-Nya

13. Butuhnya kita kepada ampunan Allah dari dosa-dosa

14. Dan dosa-dosa yang diampuni karena berpuasa di bulan ramadhan hanya dosa-dosa kecil saja, adapun dosa besar seperti dosa syirik membutuhkan taubat, sedangkan dosa terhadap sesama manusia membutuhkan permohonan maaf kepada yang bersangkutan

Dan masih banyak faedah-faedah lainnya. Semoga yang sedikit ini bermanfaat untuk kita. Baarakallahu fiikum.


Related Posts:

IMSAK TERMASUK PERKARA BARU DALAM AGAMA


Bismillah, alhamdulillahirabbil 'aalamiin, wa shallallahu 'ala Nabiyyina Muhammadin wa 'ala aalihi wa shahbihi ajma'iin, wa ba'du.

Fenomena imsak pada bulan ramadhan merupakan perkara bid'ah yang tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabatnya. Berbeda dengan zaman kita, imsak seolah menjadi standar paten yang menunjukkan batas akhir makan sahur. ketika terdengar suara imsak melalui mikrofon, kaum muslimin tidak akan ada lagi yang berani menyentuh makanan dan minuman apalagi berjima', karena telah terbentuk keyakinan ditengah-tengah kaum muslimin bahwa makan dan minum sesudah waktu imsak tidak diperbolehkan alias akan membatalkan puasa.

Pembatasan seperti ini termasuk perkara bid'ah, karena Allah dan Rasul-Nya tidak melarang makan dan minum kecuali setelah terbit fajar shodiq alias setelah terdengar adzan subuh.

DARI DEFINISI PUASA SECARA SYAR'I

Batas menahan diri dari makan dan minum pada bulan ramadhan sangat mudah diketahui bahkan hanya dari definisi puasa secara syar'i. Para ulama mengatakan :

الصيام وفي الشرع : الإمساك عن الأكل، والشرب، وسائر المفطرات، مع النية من طلوع الفجر الصادق إلى غروب الشمس

"Pengertian puasa secara syar'i yaitu : Menahan diri dari makan, minum, dan dari segala yang membatalkan, disertai dengan niat, dimulai dari terbitnya fajar shodiq hingga terbenamnya matahari." [Lihat al-Fiqhu al-Muyassar fii Dhou'il Kitaab was Sunnah, hal.149. Cet. Daarul 'Aalamiyyah]

Dari definisi puasa secara syar'i ini saja, diketahui bahwa menahan diri dari makan dan minum pada bulan ramadhan adalah ketika terbitnya fajar shodiq, bukan imsak, karena kata مِنْ pada kalimat من طلوع الفجر الصادق maknanya lil-ibtidaa' (menunjukkan permulaan), sehingga permulaan menahan diri dari makan dan minum adalah ketika fajar shodiq. Adapun huruf إِلَى pada kalimat إلى غروب الشمس menunjukkan makna lil-intiha' (ujung/batas akhir). Maknanya ; batas akhir dari puasa adalah ketika terbenamnya matahari. Hal ini semakna dengan firman Allah Ta'ala dalam Al-Qur'an :

«سُبْحَـٰنَ ٱلَّذِىٓ أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِۦ لَيْلًۭا مِّنَ ٱلْمَسْجِدِ إِلَى ٱلْمَسْجِدِ ٱلْأَقْصَا ٱلَّذِى بَـٰرَكْنَا حَوْلَهُ»

Artinya : "Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya." (QS. Al-Isro : 1)

Kata مِنْ pada ayat diatas maknanya lil-ibtidaa' ; artinya menunjukkan permulaan. Sehingga permulaan perjalanan isra dan mi'roj Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dari nash ayat bermula dari Masjidil Haram karena disitu ada huruf مِنْ, sedangkan ujung akhir perjalanan isro' mi'raj dalam lingkup dunia adalah Masjidil Aqsha.

Demikian juga dengan kalimat dalam definisi puasa secara syar'i diatas, proses dimulainya menahan diri dari makan dan minum dan dari segala yang membatalkan puasa adalah, ketika terbitnya fajar shodiq alias adzan subuh dan berakhir hingga terbenamnya matahari, bukan ketika imsak.

DALIL DARI AL-QUR'AN

Allah Ta'ala berfirman :

«أُحِلَّ لَكُمْ لَيْلَةَ ٱلصِّيَامِ ٱلرَّفَثُ إِلَىٰ نِسَآئِكُمْ ۚ هُنَّ لِبَاسٌۭ لَّكُمْ وَأَنتُمْ لِبَاسٌۭ لَّهُنَّ ۗ عَلِمَ ٱللَّهُ أَنَّكُمْ كُنتُمْ تَخْتَانُونَ أَنفُسَكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ وَعَفَا عَنكُمْ ۖ فَٱلْـَٔـٰنَ بَـٰشِرُوهُنَّ وَٱبْتَغُوا۟ مَا كَتَبَ ٱللَّهُ لَكُمْ ۚ وَكُلُوا۟ وَٱشْرَبُوا۟ حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَكُمُ ٱلْخَيْطُ ٱلْأَبْيَضُ مِنَ ٱلْخَيْطِ ٱلْأَسْوَدِ مِنَ ٱلْفَجْرِ ۖ ثُمَّ أَتِمُّوا۟ ٱلصِّيَامَ إِلَى ٱلَّيْلِ ۚ»

Artinya : "Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam." (QS. Al-Baqaroh : 187)

Para ulama mengatakan :

.والمراد بالخيط الأبيض والخيط الأسود : بياض النهار وسواد الليل

"Yang dimaksud dengan benang putih dari benang hitam yaitu putihnya siang dan gelapnya malam." [Lihat al-Fiqhu al-Muyassar fii Dhouil Kitaab was Sunnah, hal.149. Cet. Daarul 'Aalamiyyah]

Ucapan yang dibawakan oleh para ulama diatas merupakan potongan dari hadits Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam yang panjang dibawah ini :

عن عدي ابن حاتم رضي الله عنه قال : لما نزلت : «حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَكُمُ ٱلْخَيْطُ ٱلْأَبْيَضُ مِنَ ٱلْخَيْطِ ٱلْأَسْوَدِ» عمدت إلى عقال أسود وإلى عقال أبيض، فجعلتهما تحت وسادتي، فجعلت أنظر في الليل فلا يستبين لي، فغدوت على رسول الله صلى الله عليه وسلم وذكرت له ذلك، فقال : ((إنما ذلك سواد الليل وبياض البنهار)).

Dari 'Adi bin Hatim radhiyallahu 'anhu, ia berkata : "Tatkala turun ayat (yang artinya) : «Hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam». Aku mengambil iqol (tali) hitam digabungkan dengan tali putih, aku letakkan di bawah bantalku, kalau malam aku terus melihatnya hingga jelas bagiku, pagi harinya aku pergi menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan kuceritakan padanya perbuatanku tersebut. Baliaupun bersabda : ((Maksud ayat tersebut adalah hitamnya malam dan putihnya siang)). [HR. Al-Bukhari no.1916, hal.364. Cet. Baitul Afkar Ad-Dauliyyah]

Dalam hadits riwayat Muslim :

عن عدي ابن حاتم، قال : لما نزلت : حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَكُمُ ٱلْخَيْطُ ٱلْأَبْيَضُ مِنَ ٱلْخَيْطِ ٱلْأَسْوَدِ مِنَ ٱلْفَجْرِ ۖ » [البقرة : ١٨٧]. قال : له عدي ابن حاتم : يا رسول الله! أني أجعل تحت وسادتي عقالين : عقالا أبيض وعقالا أسود، أعرف الليل من النهار، فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ((إن وسادتك لعريض، إنما هو سواد الليل وبياض النهار)) .

Dari 'Adi bin Hatim, ia berkata : Tatkala turun ayat : «Hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar» [Al-Baqarah : 187]. Berkata 'Adi bin Hatim kepada Rasulullah : Wahai Rasulullah! Sesungguhnya aku membuat dua tali dibawah bantalku : tali hitam dan putih agar aku mengetahui malam dan siang. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : ((Sungguh bantalmu luas sekali, maksudnya yaitu hitamnya malam dan putihnya siang)). [HR. Muslim no.1090, hal.422. Cet. Baitul Afkar Ad-Dauliyyah]

Dalam ilmu al-lughoh al-'arabiyyah, kata «حَتَّىٰ» bermakna «حَتَّىٰ النَاصِبَة», ia memiliki makna «إِلَى أَنْ» atau «كي التّعْليليّة» atau «إلّا الاستثنائيّة». Dan makna yang tepat makna yang pertama  «إِلَى أَنْ» yaitu lil-intiha' (menunjukkan ujung/batas akhir), sehingga ayat diatas bermakna : «Dan makan minumlah (batas akhirnya) hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar». Dan makna «إلّا الاستثنائيّة» juga tepat, karena «إلّا الاستثنائيّة» bermakna «إِلَى أَنْ» yaitu lil-intiha', sehingga yang mengatakan bahwa makan dan minum batasnya sampai waktu imsak, tentu ini pendapat yang keliru, karena aturan imsak ini hanya aturan yang dibuat-buat oleh manusia supaya kaum muslimin lebih berhati-hati katika makan dan minum.

Dalam hadits yang lain :

عن سهل بن سعد قال : أنزلت «وَكُلُوا۟ وَٱشْرَبُوا۟ حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَكُمُ ٱلْخَيْطُ ٱلْأَبْيَضُ مِنَ ٱلْخَيْطِ ٱلْأَسْوَدِ» ولم ينزل «مِنَ ٱلْفَجْرِ» فكان رجال إذا أرادوا الصوم ربط أحدهم في رجله الخيط الأبيض والخيط الأسود، ولم يزل يأكل حتى يتبين له رؤيتهما، فأنزل الله بعد : «مِنَ ٱلْفَجْرِ» فعلموا أنه إنما يعني الليل والنهار.

Dari Sahl bin Sa'ad, ia berkata : Diturunkan ayat (yang artinya) : «Dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam» dan tidak diturunkan «مِنَ ٱلْفَجْرِ» «yaitu fajar». Dahulu orang-orang jika ingin berpuasa, salah seorang dari mereka mengikatkan benang putih dan benang hitam di kakinya, dia senantiasa makan hingga melihat keduanya jelas baginya, lalu Allah turunkan setelah itu «مِنَ ٱلْفَجْرِ» «yaitu fajar». Maka merekapun mengetahui maksud dari itu adalah malam dan siang." [HR. Al-Bukhari, no.1917, hal.364. Cet. Baitul Afkar Ad-Dauliyyah]

Dalam riwayat Muslim :

حدثنا سهل ابن سعد، قال : لما نزلت هذه الآية : «وَكُلُوا۟ وَٱشْرَبُوا۟ حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَكُمُ ٱلْخَيْطُ ٱلْأَبْيَضُ مِنَ ٱلْخَيْطِ ٱلْأَسْوَدِ»، قال : كان الرجل يأخذ خيطا أبيض وخيطا أسود، فيأكلوا حتى يستبينهما، حتى أنزل الله عز وجل : «مِنَ ٱلْفَجْرِ»، فبين ذلك.

Dari Sahl bin Sa'ad, ia berkata : Tatkala ayat ini turun (yang artinya) : «Dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam», ia berkata : Dahulu orang-orang mengambil benang putih dan benang hitam, lalu dia makan hingga jelas keduanya, hingga Allah 'Azza wa Jalla turunkan «مِنَ ٱلْفَجْرِ» «yaitu fajar». Maka teranglah permasalahan tersebut. [HR. Muslim, no.1091, hal.423. Cet. Baitul Afkar Ad-Dauliyyah]

Dari pemaparan ini, jelaslah bahwa batas makan minum adalah terbit fajar alias adzan subuh, bukan imsak, sebagaimana akan datang penjelasannya secara rinci.

DALIL DARI AS-SUNNAH

Telah datang dari as-Sunnah penjelasan batas makan dan minum pada bulan ramadhan yaitu sampai terbitnya fajar shodiq atau ketika adzan subuh dikumandangkan sebagaimana telah disebutkan diawal. Untuk memperkuat hal ini telah datang beberapa hadits dari Imam Al-Bukhari dan Muslim dan dari atsar-atsar lainnya. Dalam hadits riwayat Imam Al-Bukhari beliau mengatakan :

عن عائشة رضي الله عنها : أن بلالا كان يؤذن بليل، فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ((كلوا واشربوا حتى يؤذن ابن أم مكتوم، فإنه لا يؤذن حتى يطلع الفجر)).

.قال القاسم : ولم يكن بين أذانهما إلا أن يرقى ذا وينزل ذا

Dari 'Aisyah radhiyallahu 'anha : Sesungguhnya Bilal, ia adzan di waktu malam, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : ((Makan dan minumlah sampai terdengar adzannya Ibnu Ummi Maktum, karena dia tidak adzan kecuali terbit fajar)).

Berkata Al-Qasim : Jarak antara adzan Bilal dan Ibnu Ummi Maktum adalah, Bilal turun, kemudian digantikan Ibnu Ummi Maktum." [HR. Al-Bukhari, no.1919, hal.364. Baitul Afkar ad-Dauliyyah]

Pada hadits riwayat Al-Bukhari diatas, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengatakan : ((Makan dan minumlah sampai terdengar adzannya Ibnu Ummi Maktum)).

Hadits diatas menunjukkan kepada kita bahwa makan dan minum pada bulan ramadhan batasnya sampai terdengar adzan subuh atau terbitnya fajar shodiq, karena Imam Bukhari menyebutkan hadits:  ((Karena dia (yaitu Ibnu Ummi Maktum, pent) tidak adzan kecuali terbit fajar)). Ini penjelasan yang sangat jelas dan gamblang.

Jika kita ingin menjelaskan lebih lanjut dari sisi lughoh, kata حتى maknanya lil-intiha' (menunjukkan ujung/batas bakhir) sebagaimana penjelasan yang telah berlalu, sehingga makna hadits diatas-pun sama : ((Maka makan dan minumlah kalian (batasnya) sampai terdengar adzannya Ibnu Ummi Maktum, karena dia tidak adzan kecuali terbit fajar)).

Dalam hadits riwayat Imam Muslim :

وعن ابن عمر رضي الله عنهما قال : كان لرسول الله صلى الله عليه وسلم مؤذنان : بلال وابن أم مكتوم، فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ((إن بلال يؤذن بليل فكلوا واشربوا حتى يؤذن ابن أم مكتوم)). ولم يكن بينهما إلا أن ينزل هذا ويرقى هذا.

Dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma, ia berkata : Dahulu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memiliki dua muadzin : Bilal dan Ibnu Ummi Maktum, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : ((Sesungguhnya Bilal, ia adzan di waktu malam, makan dan minumlah sampai terdengar adzannya Ibnu Ummi Maktum)). Berkata Ibnu Umar : Jarak antara adzan Bilal dan Ibnu Ummi Maktum adalah, Bilal turun, kemudian digantikan Ibnu Ummi Maktum." [HR. Muslim, no.1092, hal.423. Cet. Baitul Afkar ad-Dauliyyah]

Dalam hadits Imam Muslim yang lain :

عن عبد الله، عن رسول الله صلى الله عليه وسلم أنه قال : ((إن بلالا يؤذن بليل، فكلوا واشربوا حتى تسمعوا تأذين ابن أم مكتوم)).

Dari Abdullah, dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bahwasanya beliau bersabda : ((Sesungguhnya Bilal, ia adzan di malam hari, maka makan dan minumlah sampai terdengar adzannya Ibnu Ummi Maktum)). [HR. Muslim, no.1092, hal.423. Cet. Baitul Afkar Ad-Dauliyyah]

Beberapa hadits ini menjelaskan kepada kita bahwa adzannya Ibnu Ummi Maktum adalah batas makan dan minum pada bulan ramadhan, bukan pada waktu imsak yang diada-adakan oleh manusia yang sama sekali tidak ada asal usulnya.

Imam Tirmidzi menyebutkan sebuah hadits dalam kitab Jami'nya :

حدثني أبي طلق بن علي أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : ((كلوا واشربوا ولا يهيدنكم الساطع المصعد وكلوا واشربوا حتى يعترض لكم الأحمر)).

Menceritakan kepadaku Abu Tholq bin Ali bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : ((Makan dan minumlah, jangan kalian tertipu oleh fajar yang memancar ke atas. Makan dan minumlah sampai warna merah membentang)). [HR. Tirmidzi, no.705, hal.136. Cet. Baitul Afkar Ad-Dauliyyah]

Warna merah membentang yaitu terbitnya fajar shodiq alias adzan subuh, sedangkan jarak waktu imsak dengan adzan subuh masih cukup untuk makan dan minum, lalu mengapa mereka membatasi dan berkeyakinan bahwa tidak boleh makan dan minum setelah imsak? Maka, perkara imsak yang muncul diakhir zaman ini merupakan perkara yang tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, para sahabat dan para ulama salaf yang datang setelahnya, sehingga jelas hal ini merupakan perkara baru atau perkara bid'ah dalam agama yang wajib untuk ditinggalkan.

KOMENTAR IMAM AN-NAWAWI

Imam An-Nawawi dalam Syarah Shohih Muslim, mengomentari hadits riwayat Muslim no.1092 diatas atau dibawah ini :

عن عبد الله ابن عمر، قال : سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول : ((إن بلالا يؤذن بليل، فكلوا واشربوا حتى تسمعوا أذان ابن أم مكتوم))

Dari Abdullah bin Umar, ia berkata : Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : ((Sesungguhnya Bilal, ia adzan di malam hari, maka makan dan minumlah sampai terdengar adzannya Ibnu Ummi Maktum)). [HR. Muslim, no.1092, hal.423. Cet. Baitul Afkar Ad-Dauliyyah]

Beliau rahimahullah mengatakan :

فيه جواز الأذان للصبح قبل طلوع الفجر وفيه جواز الأكل والشرب والجماع وسائر الأشياء إلى طلوع الفجر

"Dalam hadits ini menunjukkan bolehnya adzan subuh sebelum terbit fajar dan didalam hadits ini (juga) menunjukkan bolehnya makan, minum, jima' dan melakukan segala sesuatu hingga terbit fajar (shodiq)." [Lihat Syarah Shohih Muslim, hal.686. Cet. Baitul Afkar Ad-Dauliyyah]

Imam An-Nawawi menjelaskan beberapa permasalahan diantaranya bolehnya adzan subuh sebelum fajar yaitu adzannya Bilal, bukan adzannya Ibnu Ummi Maktum. Yang kedua yang menjadi inti permasalahan yaitu bolehnya makan, minum bahkan jima' hingga terbitnya fajar shodiq, bukan malah membatasi dan menjadikan imsak sebagai batas makan dan minum dan lain sebagainya. Ini dalil-dalil yang sangat gambang dan jelas, yang bisa difahami oleh siapapun dan apapun tingkat pendidikannya.

Semoga kita bisa mengambil ibrah, mudah tunduk menerima kebenaran, dan menjadi orang-orang yang bisa menjalankan sunnah Nabi-Nya secara sempurna dan menjauhkan diri dari segala perkara-perkara baru dalam agama yang merusak kemurnian Islam.

Semoga tulisan ini bermanfaat.

***

Dompu-Nusa Tenggara Barat, 9 Jumadil Awwal/14 Desember 2021

Penulis: Abu Dawud ad-Dombuwiyy
Artikel: Meciangi.com
 

Related Posts: