8 BAHAYA DAN KEMUNGKARAN DALAM PERAYAAN MALAM TAHUN BARU

Bismillahirrahmaanirrahiim. Alhamdulillahi Rabbil 'aalamiin. Wa shallallahu 'ala Nabiyyina Muhammadin wa 'ala aalihi wa shahbihi ajma'iin. Wa ba'du.

Terkait dengan perayaan malam tahun baru dan pergantian tahun 2020 ke 2021, maka pada hari ini kami akan menulis beberapa hal yang terkait dengan bahaya dan kemungkaran ikut serta merayakan malam tahun baru. Diantara bahaya dan kemungkaran tersebut antara lain :

1. Melanggar Perintah Allah 'Azza wa Jalla

Diantara bahaya dan kemungkaran ikut serta dalam merayakan malam tahun baru masehi ini adalah, mereka melanggar perintah Allah menjadikan Yahudi dan Nasrani sebagai teman setia. Allah 'Azza wa Jalla berfirman :

«يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تَتَّخِذُوا۟ ٱلْيَهُودَ وَٱلنَّصَـٰرَىٰٓ أَوْلِيَآءَ ۘ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَآءُ بَعْضٍۢ ۚ وَمَن يَتَوَلَّهُم مِّنكُمْ فَإِنَّهُۥ مِنْهُمْ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَهْدِى ٱلْقَوْمَ لظَّـٰلِمِينَ»

Artinya : "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim." (QS. Al-Maidah : 51)

Pada ayat diatas, Allah melarang orang-orang yang beriman menjadikan orang-orang Yahudi dan Nasrani sebagai pemimpin, sebagai  kekasih, sebagai orang kepercayaan, sebagai teman setia dan lain sebagainya, karena nanti mereka akan tasyabbuh kepada musuh Islam dan musuh umat Islam tersebut. Ibnu Katsir rahimahullah pernah mengatakan tentang tafsiran ayat diatas :

ينهى تبارك وتعالى عباده المؤمنين عن موالاة اليهود والنصارى، الذين هم أعداء الإسلام وأهله - قاتلهم الله - ثم أخبر أن بعضهم أولياء بعض، ثم تهدد وتوعد من يتعاطى ذلك، فقال : «وَمَن يَتَوَلَّهُم مِّنكُمْ فَإِنَّهُۥ مِنْهُمْ ۗ »

[تفسير ابن كثير، ٢\٦٣. دار الكتب العلمية]

"Allah Tabaaraka wa Ta'ala telah melarang hamba-hamba-Nya orang-orang yang beriman mendukung/loyal kepada orang-orang Yahudi dan Nasrani yang mereka itu merupakan musuh Islam dan musuh umat Islam -semoga Allah membinasakan mereka-. Kemudian Allah mengabarkan bahwasanya sebagian mereka adalah penolong bagi sebagian lainnya, kemudian Allah mengancam dan memberikan peringatan kepada orang yang melakukan hal itu, Allah berfirman (yang artinya) : "Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka." [Tafsiir Ibni Karsiir, 2/63. Cet. Daarul Kutub Al'Ilmiyyah]

Diantara bentuk mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani sebagai pemimpin, sebagai  kekasih, sebagai orang kepercayaan, sebagai teman setia, sebagai teladan dalam hidup adalah dengan ikut serta merayakan malam tahun baru dan hari raya kekafiran mereka, baik dengan cara membantu menyukseskannya, turut serta dalam acara tersebut, mengucapkan selamat atas hari tersebut dan lain sebagainya. Barangsiapa yang berbuat demikian, maka sungguh dia telah melanggar larangan-larangan Allah.

2. Melakukan Tasyabbuh terhadap Orang-orang Kafir

Diantara bahaya dan kemungkaran ikut serta dalam memeriahkan perayaan malam tahun baru masehi ini, tasyabbuh terhadap orang-orang kafir. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

.((من تشبه بقوم فهو منهم))

[اقتضاء الصراط المستقيم لمخالفة أصحاب الجحيم، ١\٢٦٩]

"Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk kaum tersebut." [Iqtidho' Ash-Shirathil Mustaqiim li Mukhaalafati Ashaabil Jahiim, 1/269]

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam sudah mengingatkan kita dalam beberapa haditsnya diantaranya dalam hadits riwayat Imam Muslim :

 حدثني سويد ابن سعيد، حدثنا حفص ابن ميسرة، حدثني زيد ابن أسلم، عن عطاء ابن يسار عن أبي سعيد الخدري، قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ((لتتبعن سنن الذين من قبلكم، شبرا بشبر، ذراعا بذراع، حتى لو دخلوا في جحر ضب لاتبعتموهم)). قلنا يا رسول الله! اليهود والنصارى؟ قال : ((فمن)). 

[أخرجه مسلم، ٢٦٦٩. بيت الأفكار الدولية]

Menceritakan kepadaku Suwaid bin Sa'id, menceritakan kepada kami Hafs bin Maisaroh, meceritakan kepada kami Zaid bin Aslam, dari 'Atho' bin Yasar dari Abu Sa'id Al-Khudriy, ia berkata : Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : (("Sungguh kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta, sampai jika mereka masuk ke lubang dhob (hewan sejeis biawak) kalian pasti akan mengikutinya)). Kami katakan : Wahai Rasulullah! Apakah Yahudi dan Nashrani? Beliau mejawab : ((Lantas siapa lagi?). [HR. Muslim, no.2669. Cet. Baitul Afkaar Ad-Dauliyyah]  

Dalam hadits yang lain, Imam Al-Bukhari menyebutkan :

حدثنا أحمد بن يونس : حدثنا ابن أبي ذئب، عن المقبري، عن أبي هريرة رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال : ((لا تقوم الساعة حتى تأخذ أمتي بأخذ القرون قبلها شبرا بشبر، وذراعا بذراع))، فقيل : يا رسول الله، كفارس والروم؟ فقال : ((من الناس إلا أولئك؟)).

[أخرجه البخاري، ٧٣١٩. بيت الأفكار الدولية]

Menceritakan kepada kami Ahmad bin Yunus, menceritakan kepada kami Ibnu Abi Dzi'bi, dari Maqburiy, dari Abu HUrairoh radhiyallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda : ((Tidak akan tegak hari kiyamat hingga umatku mengikuti jalan generasi sebelumnya, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta)).  Lalu ada yang bertanya : Wahai Rasulullah, apakah mereka itu Persia dan Romawi. Beliau mejawab : ((Selain mereka, lantas siapa lagi?)). [HR. Al-Bukhari, no.7319. Cet. Baitul Afkaar Ad-Dauliyyah]

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam sudah meramalkan bahwa umat Islam pasti akan mengikuti tradisi dan kebiasaan orang-orang Yahudi dan Nasrani, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta, sampai jika mereka masuk kedalam lubang biawak yang sempit, umat Islam pasti akan mengikutinya, termasuk dalam perayaan malam tahun baru masehi ini. Waliyaadzubillah.  

3.  Ridho/Senang Terhadap Musuh-Musuh Allah dan Rasul-Nya

Diantara bahaya dan kemungkaran merayakan malam tahun baru, ridho kepada orang-orang Yahudi dan Nasrani, senang dengan perayaan-perayaan mereka, tradisi-tradisi dan acara-acara mereka, padahal orang-orang Yahudi dan Nashrani  adalah musuh-musuh Islam, dan musuh-musuh Islam mereka tidak akan pernah ridho kepada orang-orang yang beriman sampai orang-orang yang beriman mengikuti agama mereka. Allah Ta'ala telah berfirman : 

«وَلَن تَرْضَىٰ عَنكَ ٱلْيَهُودُ وَلَا ٱلنَّصَـٰرَىٰ حَتَّىٰ تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ»

Artinya : "Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka." (QS. Al-Baqaroh : 120)

Selain itu, dalam ayat ini Allah ingin menjelaskan kepada kita tentang beberapa hal, pertama : Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kalian bahkan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sampai beliau mau mengikuti agama mereka. Dalam ilmu al-Lughoh al-'Arabiyyah kata حَتَّىٰ bisa bermakna batas maksimum dan juga bisa juga bermakna pengecualian. Artinya Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu (Muhammad) kecuali kamu mengikuti agama mereka. 

Berkata Ibnu Katsir ketika menafsirkan ayat diatas :

قال ابن جرير : يعني بقول جل ثناؤه : «وَلَن تَرْضَىٰ عَنكَ ٱلْيَهُودُ وَلَا ٱلنَّصَـٰرَىٰ حَتَّىٰ تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ ۗ » وليست اليهود يا محمد ولا النصارى براضية عنك أبدا، فدع طلب ما يرضيهم ويوافقهم، وأقبل على طلب رضا الله في دعائهم إلى بعثك الله به من الحق.

[ . دار الكتب العلميةتفسير ابن كثير، ١\١٥٠]

Berkata Ibnu Jarir : "Maksud ucapan Allah Jalla Tsanaauhu (yang artinya) : ((Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka)). 'Hai Muhammad orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepadamu selama-lamanya, karena itu tidak usah lagi engkau mencari hal yang dapat menjadikan mereka rela dan sejalan dengan mereka. Akan tetapi arahkan perhatianmu untuk mencari ridho Allah dengan megajak mereka kepada kebenaran yang kamu diutus dengannya.'" [Tafsir Ibni Katsir, 1/150. Cet. Daarul Kutub Al-'Ilmiyyah]

Jika terhadap Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam saja mereka tidak ridho, bagaimana dengan kita pengikutnya. Karena itu, mengikuti perayaan malam tahun baru masehi adalah perkara yang akan membuat orang-orang Yahudi dan Nasrani senang, karena itu jangan terlibat dalam acara serta adat kebiasaan Yahudi dan Nasrani. Adapun jika kita tidak turut serta dalam perayaan malam tahun baru dan tradisi-tradisi agama mereka, pasti kita akan mendapatkan kebencian dari mereka sampai kita mengikuti agama mereka. Mendapatkan kebencian orang-orang Yahudi dan Nasrani demi mempertahankan agama dan aqidah kita itu lebih baik daripada mendapatkan kecintaan mereka karena sebab mengikuti tradisi dan keyakinan agama mereka yang kufur. Bagimu agamamu dan bagiku agamaku. Allah Ta'ala berfirman :

 «قُلْ يَـٰٓأَيُّهَا ٱلْكَـٰفِرُونَ. لَآ أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ. وَلَآ أَنتُمْ عَـٰبِدُونَ مَآ أَعْبُدُ. وَلَآ أَنَا۠ عَابِدٌۭ مَّا عَبَدتُّمْ. وَلَآ أَنتُمْ عَـٰبِدُونَ مَآ أَعْبُدُ. لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِىَ دِينِ»

Artinya : "Katakanlah: "Hai orang-orang kafir.  Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku." (QS. Al-Kaafirun : 1-6)

4. Menghilangkan Aqidah Al-Wala' wal Bara'

Diantara bahaya dan kemungkaran merayakan malam tahun baru masehi orang-orang kafir, kita akan menghilangkan aqidah Al-Wala' wal Bara' atau aqidah cinta dan benci kita kepada merka. Setiap muslim wajib menerapkan aqidah Al-Wala' wal Bara' ini kepada orang-orang kafir dalam setiap sendi kehidupannya, terutama dalam hal-hal yang terkait dengan agama dan keyakinan serta adat kebiasaan mereka. Dan sifat orang-orang yang beriman yang sejati adalah tidak akan pernah ada loyalitas, saling cinta mencintai, tolong menolong dan yang semisalnya dengan orang-orang kafir meskipun mereka adalah karib kerabat kita sendiri. Perhatikan firman Allah 'Azza wa Jalla berikut ini :

«لَّا تَجِدُ قَوْمًۭا يُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْـَٔاخِرِ يُوَآدُّونَ مَنْ حَآدَّ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ وَلَوْ كَانُوٓا۟ ءَابَآءَهُمْ أَوْ أَبْنَآءَهُمْ أَوْ إِخْوَٰنَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ ۚ أو۟لَـٰٓئِك كَتَبَ فِى قُلُوبِهِمُ ٱلْإِيمَـٰنَ وَأَيَّدَهُم بِرُوحٍۢ مِّنْهُ ۖ وَيُدْخِلُهُمْ جَنَّـٰتٍۢ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلْأَنْهَـٰرُ خَـٰلِدِينَ فِيهَا ۚ رَضِىَ ٱللَّهُ عَنْهُمْ ضُوا۟ عَنْهُ ۚ أو۟لَـٰٓئِك حِزْبُ ٱللَّهِ ۚ أَلَآ إِنَّ حِزْبَ ٱللَّهِ هُمُ ٱلْمُفْلِحُون»

Artinya : "Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. Dan dimasukan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka, dan merekapun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan Allah itu adalah golongan yang beruntung." (QS. Al-Mujadilah : 22)

Berkata Ibnu Katsir rahimahullah dalam menjelaskan tafsiran surat Al-Mujadilah ayat 22 diatas :

أي لا يوادون المحادين ولو كانوا من الأقربين كما قال تعالى «لَّا يَتَّخِذِ ٱلْمُؤْمِنُونَ ٱلْكَـٰفِرِينَ أَوْلِيَآءَ مِن دُونِ ٱلْمُؤْمِنِينَ ۖ وَمَن يَفْعَلْ ذَٰلِكَ فَلَيْسَ مِنَ ٱللَّهِ فِى شَىْءٍ إِلَّآ أَن تَتَّقُوا۟ مِنْهُمْ تُقَىٰةًۭ ۗ وَيُحَذِّرُكُمُ ٱللَّهُ نَفْسَهُۥ ۗ » [آل عمران : ٢٨]. 

وقال تعالى : «قُلْ إِن كَانَ ءَابَآؤُكُمْ وَأَبْنَآؤُكُمْ وَإِخْوَٰنُكُمْ وَأَزْوَٰجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَٰلٌ ٱقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَـٰرَةٌۭ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَـٰكِنُ تَرْضَوْنَهَآ أَحَبَّ إِلَيْكُم مِّنَ ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَجِهَادٍۢ فِى سَبِيلِهِۦ فَتَرَبَّصُوا۟ حَتَّىٰ يَأْتِىَ ٱللَّهُ بِأَمْرِهِۦ ۗ وَٱللَّهُ لَا يَهْدِى ٱلْقَوْمَ ٱلْفَـٰسِقِينَ» [التوبة : ٢٤]. وقد قال سعيد بن عبد العزيز وغيره : أنزلت هذه الآية «لَّا تَجِدُ قَوْمًۭا يُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْـَٔاخِرِ» إلى آخرها في أبي عبيدة عامر بن عبد الله بن الجراح حين قتل أباه يوم بدر، ولهذا قال عمر بن الخطاب رضي الله عنه حين جعل الأمر سورة بعده في أولئك الستة رضي الله عنهم : ولو كان أبو عبيدة حيا لاستخلفته. وقيل في قوله تعالى : «وَلَوْ كَانُوٓا۟ ءَابَآءَهُمْ» نزلت في أبي عبيدة قتل أباه يوم بدر «أَوْ أَبْنَآءَهُمْ» في الصديق هم يومئذ بقتل ابنه عبد الرحمان «أَوْ إِخْوَٰنَهُمْ» في مصعب بن عمير، قتل أخاه عبيد بن عمير يومئذ «أَوْ عَشِيرَتَهُمْ ۚ » في عمر قتل قريبا له يومئذ أيضا، وفي حمزة وعلي وعبيدة بن الحارث قتلوا عتبة و شيبة والوليد بن عتبة يومئذ، فالله أعلم.

[تفسير ابن كثير، ٤\٢٨٣-٢٨٤. دار الكتب العلمية]

"Maksudnya mereka tidak akan berkasih sayang dengan orang-orang yang membenci (Allah dan Rasul-Nya) walaupun mereka itu termasuk karib kerabatnya sebagaimana firman Allah Ta'ala (yang artinya) : "Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya." [QS. Ali Imron : 28]

Allah Ta'ala berfirman : "Katakanlah: "jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya". Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik." [QS. At-Taubah : 24]

“Dan sungguh telah berkata Sa’id bin ‘Abdil ‘Aziz dan selainnya : ‘Diturunkan ayat «لَّا تَجِدُ قَوْمًۭا يُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْـَٔاخِر» «Tidak akan kamu dapati suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat» sampai akhir ayat, yaitu diturunkan terkait Abu ‘Ubaidah Amir bin ‘Abdillah bin al-Jarrah ketika dia membunuh bapaknya pada perang badar, oleh karena itu, Umar bin al-Kaththab radhiyallahu ‘anhu ketika urusannya di musyawarahkan berkenaan dengan enam orang shahabat radhiyallahu ‘anhum, ia berkata : "Dan seandainya Abu ‘Ubaidah masih hidup, niscaya aku akan mengangkat dia menjadi khalifah.”

Dan mengenai firman Allah : «وَلَوْ كَانُوٓا۟ ءَابَآءَهُم» «Sekalipun mereka itu bapaknya», ayat ini di turunkan kepada Abu 'Ubaidah ketika dia membunuh bapaknya pada perang badar. «أَوْ أَبْنَآءَهُمْ» «atau anak anak mereka sendiri», turun pada Abu Bakar as-Sbhiddiq pada perang badar yang hendak membunuh anaknya 'Abdurrahman. «أَوْ إِخْوَٰنَهُمْ» «atau saudara-saudaranya», turun pada Mus’ab bin ‘Umair yang membunuh saudaranya ‘Ubaid bin ‘Umair pada perang badar «أَوْ عَشِيرَتَهُم» «atau keluarga mereka», turun kepada Umar yang juga membunuh keluarganya pada perang badar, dan kepada Hamzah, ‘Ali, 'Ubaidah bin al-Harits yang membunuh ‘Utbah dan Syaibah dan al-Walid bin 'Utbah pada perang badar, wallahu a’lam. [Tafsir Ibni Katsir (4/283-284), pustaka Daarul Kutub al-Ilmiyyah]

Pada penjelasan ayat dan tafsirannya, para sahabat berlepas diri dari orang-orang kafir jika itu terkait dengan agama dan keyakinan mereka, padahal mereka itu adalah karib kerabatnya.

Berkata Asy-Syaikh Muhammad at-Tamimi rahimahullah :

الثالثة : أن من أطاع الرسول ووجد الله لا يجوز له موالاة من حاد الله ورسوله ولو كان أقرب قريب، والدليل قوله تعالى : «لَّا تَجِدُ قَوْمًۭا يُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْـَٔاخِرِ يُوَآدُّونَ مَنْ حَآدَّ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ وَلَوْ كَانُوٓا۟ ءَابَآءَهُمْ أَوْ أَبْنَآءَهُمْ أَوْ إِخْوَٰنَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ ۚ أُو۟لَـٰٓئِكَ كَتَبَ فِى قُلُوبِهِمُ ٱلْإِيمَـٰنَ وَأَيَّدَهُم بِرُوحٍۢ مِّنْهُ ۖ وَيُدْخِلُهُمْ جَنَّـٰتٍۢ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلْأَنْهَـٰرُ خَـٰلِدِينَ فِيهَا ۚ رَضِىَ ٱللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا۟ عَنْهُ ۚ أُو۟لَـٰٓئِكَ حِزْبُ ٱللَّهِ ۚ أَلَآ إِنَّ حِزْبَ ٱللَّهِ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ». [المجادلة : ٢٢].

[شرح ثلاثة الأصول للأمام محمد بن عبد الوهاب التميمي النجدي، ص : ٢١-٢٢. دار الكتب العلمية]

"Yang ketiga : Bahwasanya barangsiapa yang taat kepada Rasul dan mentauhidkan Allah tidak boleh bagi dia untuk loyal/cinta mencintai dengan orang-orang yang membenci Allah dan Rasul-Nya meskipun mereka adalah karib kerabatnya yang terdekat, dalilnya yaitu firman Allah Ta'ala (yang artinya) : "Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. Dan dimasukan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka, dan merekapun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya hizbullah itu adalah golongan yang beruntung." [QS. Al-Mujaadilah : 22]. [Syarh Tsalaatsati al-’Usuul, lil-Imam Muhammad bin Abdil Wahhab at-Tamiimi an-Najdi (hal. 21-22), pustaka Daarul Kutub Al-'Ilmiyyah]

Berkata Asy-Syaikh Muhammad bin Sholih Al-Utsaimin dalam syarahnya :

أى : المسألة الثالثة مما يجب علينا علمه الولاء والبراء، والولاء والبراء أصل عظيم جاءت فيه النصوص الكثيرة قال الله عز وجل : «يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تَتَّخِذُوا۟ بِطَانَةًۭ مِّن دُونِكُمْ لَا يَأْلُونَكُمْ خَبَالًۭا» [آل عمران : ١١٨]. وقال تعالى : «يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تَتَّخِذُوا۟ ٱلْيَهُودَ وَٱلنَّصَـٰرَىٰٓ أَوْلِيَآءَ ۘ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَآءُ بَعْضٍۢ ۚ وَمَن يَتَوَلَّهُم مِّنكُمْ فَإِنَّهُۥ مِنْهُمْ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَهْدِى ٱلْقَوْمَ ٱلظَّـٰلِمِينَ» [المائدة : ٥١]المائدة. وقال سبحانه وتعالى : «يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تَتَّخِذُوا۟ ٱلَّذِينَ ٱتَّخَذُوا۟ دِينَكُمْ هُزُوًۭا وَلَعِبًۭا مِّنَ ٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْكِتَـٰبَ مِن قَبْلِكُمْ وَٱلْكُفَّارَ أَوْلِيَآءَ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ» [المائدة : ٥٧]. وقال تعالى : «يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تَتَّخِذُوٓا۟ ءَابَآءَكُمْ وَإِخْوَٰنَكُمْ أَوْلِيَآءَ إِنِ ٱسْتَحَبُّوا۟ ٱلْكُفْرَ عَلَى ٱلْإِيمَـٰنِ ۚ وَمَن يَتَوَلَّهُم مِّنكُمْ فَأُو۟لَـٰٓئِكَ هُمُ ٱلظَّـٰلِمُونَ ¤ قُلْ إِن كَانَ ءَابَآؤُكُمْ وَأَبْنَآؤُكُمْ وَإِخْوَٰنُكُمْ وَأَزْوَٰجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَٰلٌ ٱقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَـٰرَةٌۭ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَـٰكِنُ تَرْضَوْنَهَآ أَحَبَّ إِلَيْكُم مِّنَ ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَجِهَادٍۢ فِى سَبِيلِهِۦ فَتَرَبَّصُوا۟ حَتَّىٰ يَأْتِىَ ٱللَّهُ بِأَمْرِهِۦ ۗ وَٱللَّهُ لَا يَهْدِى ٱلْقَوْمَ ٱلْفَـٰسِقِينَ» [التوبة : ٢٣-٣٤]. وقال عز وجل : «قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌۭ فِىٓ إِبْرَٰهِيمَ وَٱلَّذِينَ مَعَهُۥٓ إِذْ قَMuالُوا۟ لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَءَٰٓؤُا۟ مِنكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ ٱلْعَدَٰوَةُ وَٱلْبَغْضَآءُ أَبَدًا حَتَّىٰ تُؤْمِنُوا۟ بِٱللَّهِ وَحْدَهُۥٓ» [الممتحنة : ٤] الآية. ولأن موالاة كفار تكون بمناصرتهم ومعاونتهم على ما هم عليه من الكفر والضلال، وموادتهم تكون بفعل الأسباب التي تكون بها مودتهم فتجده يوادهم أى يطلب ودهم بكل طريق، وهذا لا شك ينافى الإيمان كله أو كماله، فالواجب على المؤمن معاداة من حاد الله ورسوله ولو كان أقرب قريب إليه، وبغضه والبعد عنه ولكن هذا لا يمنع نصيحته ودعوته للحق.

[شرح ثلاثة الأصول للأمام محمد بن عبد الوهاب التميمي النجدي، ص : ٢١-٢٢. دار الكتب العلمية]

“Permasalahan yang ketiga yang wajib bagi kita agar mengilmuinya yaitu rasa cinta dan benci, dan rasa cinta dan benci merupakan pondasi yang agung yang telah datang dengannya nash-nash yang 

banyak. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman (yang artinya) : "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu." [QS. Ali Imron : 118]. Allah Ta'ala berfirman (yang artinya) : "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim." [QS. Al-Maidah : 51]. Allah Subhaanahu wa Ta'ala berfirman (yang artinya) : "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil jadi pemimpinmu, orang-orang yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik). Dan bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang-orang yang beriman." [QS. Al-Maidah : 57]. Allah Ta'ala berfirman (yang artinya) : "Hai orang-orang beriman, janganlah kamu jadikan bapa-bapa dan saudara-saudaramu menjadi wali(mu), jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan dan siapa di antara kamu yang menjadikan mereka wali, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. Katakanlah: "jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya". Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik." [QS. At-Taubah : 23-24]Allah 'Azza wa Jalla berfirman (yang artinya) : "Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: "Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu dari daripada apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja." [QS. Al-Mumtahanah : 4]

Untuk itu, loyal kepada orang-orang yang memusuhi Allah dan lembut/setia kepadanya menunjukkan apa yang ada di dalam hati manusia dari keimanan kepada Allah dan Rasul-Nya sangat lemah. Karena itu tidak masuk akal seseorang mencintai sesuatu padahal sesuatu itu adalah musuh bagi yang dicintainya. Loyal kepada orang-orang kafir bisa dengan menolong mereka, membantu mereka atas kekafiran dan kesesatannya. Dan cinta kepada mereka terjadi dengan menempuh sebab-sebab, yang sebab-sebab tersebut akan menjadikan cinta kepada mereka, dan (akhirnya) engkaupun-pun akan mempunyai bagian dalam mencintai mereka yaitu akan mencari kecintaan mereka dengan segala jalan, dan ini tidak ragu lagi akan menghilangkan seluruh keimanan atau menghilangkan kesempurnaan iman. Maka wajib bagi seorang mu’min memusuhi orang-orang yang membenci Allah dan Rasul-Nya walaupun itu karib kerabatnya, dan membencinya, dan menjauh darinya akan tetapi hal ini tidak mencegah dia untuk menasehati dan mendakwahinya dalam kebaikan. [Syarh Tsalaatsati al-’Usuul, lil-Imam Muhammad bin Abdil Wahhab at-Tamiimi an-Najdi (hal. 21-22), pustaka Daarul Kutub Al-'Ilmiyyah]

5. Akan Mencintai Orang-Orang Kafir

Diantara bahaya dan kemungkaran ikut serta dalam perayaan malam tahun baru orang-orang kafir, kita akan mencintai orang-orang kafir secara tidak sadar. Abdullah bin 'Amr bin 'Ash pernah mengatakan :

((من بنى بأرض المشركين، وصنع نيروزهم، ومهرجانهم، وتشبه بهم حتى يموت حشر معهم يوم القيامة))

[اقتضاء الصراط المستقيم لمخالفة أصحاب الجحيم، ١\٢٧١]

"Barangsiapa yang membangun negeri kaum musyrikin dan meramaikan hari raya Nairuz dan Mihrajan mereka, serta menyerupai mereka hingga ia mati dalam keadaan seperti itu, ia akan dibangkitkan bersama mereka pada hari kiyamat." [Iqtidho' Ash-Shirathil Mustaqiim li Mukhaalafati Ashaabil Jahiim, 1/271]

Larangan meramaikan hari raya Nairuz dan Mihrajan yaitu larangan mengikuti perayaan hari raya dan perayaan malam tahun baru orang-orang kafir, karena hal tersebut merupakan perkara kekufuran. Melakukannya akan memunculkan sikap tasyabbuh kepada orang-orang kafir dalam hal agama dan keyakinan serta adat dan istiadat mereka secara sadar maupun tidak. Akhirnya kita-pun akan memiliki bagian didalam hati berupa rasa cinta kepada orang-orang kafir. Dan rasa cinta kepada orang-orang kafir, kepada suatu kaum dan lain sebagainya merupakan sebab dikumpulkannya kita bersama mereka nanti pada hari kiyamat. Nabi shallallahu'alaihi wa sallam bersabda dalam hadits riwayat Imam Al-Bukhari, dan Imam Al-Bukhari mengatakan :

حدثنا قتيبة بن سعيد : حدثنا جرير،  عن الأعمس، عن أبي وائل قال : قال عبد الله بن مسعود رضي الله عنه  : جاء رجل إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم فقال : يا رسول الله، كيف تقُل في رجل أحب قُوما ولم يلحق بهم؟ فقال رسول الله صلى الله عليه
 .((وسلم : ((المرء مع من أحب

[أخرجه البخاري، ٦١٦٩. بيت الأفكار الدولية]

Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id : Telah menceritakan kepada kami Jarir, dari Abu Wa'il berkata : Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu berkata : Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam kemudian berkata, bagaimana pendapatmu tentang seorang laki-laki yang mencintai suatu kaum walaupun dia tidak mendapatkan (tidak bertemu) dengan kaum tersebut? Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda  : "Seseorang itu bersama orang yang dicintainya (pada hari kiyamat)”. [HR.Bukhari, no.6169. Cet. Baitul Afkaar Ad-Dauliyyah]

Karena itu, dengan mengikuti perayaan malam tahun baru orang-orang kafir, akan menimbulkan rasa cinta di hati kita terhadap mereka yang menyebabkan kita akan dikumpulkan bersama mereka nanti pada hari kiyamat. Waliyaadzubillah.

6. Banyaknya Kemaksiatan Diantaranya Zina

Diantara bahaya dan kemungkaran pada perayaan malam tahun baru orang-orang kafir adalah banyaknya hubungan seks bebas alias zina, karena pada malam tersebut banyak terjadi ikhtilat dan kholwat sedangkan ikhtilat dan kholwat adalah pintu pembuka zina. Allah Ta'ala berfirman :

«وَلَا تَقْرَبُوا۟ ٱلزِّنَىٰٓ ۖ إِنَّهُۥ كَانَ فَـٰحِشَةًۭ وَسَآءَ سَبِيلًۭا»

Artinya : "Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk." (QS.Al-Isra : 32)

Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan makna ayat diatas sebagai berikut :

يقول تعالى ناهيا عباده عن الزنا و عن مقاربته ومخالطة أسبابه ودواعيه «وَلَا تَقْرَبُوا۟ ٱلزِّنَىٰٓ ۖ إِنَّهُۥ كَانَ فَـٰحِشَةًۭ» أي ذنبا عظيما وَسَآءَ سَبِيلًۭا» أي بئس طريقا ومسلكا.

[تفسير انب كثير ٣\٣٦.  دار الكتب العلمية] 

“Allah berfirman melarang hambanya berbuat zina dan apa-apa yang mendekatkan kepada zina dan melakukan faktor-faktor dan aspek-aspek yang mengantarkan kepada zina. (Wa laa taqrabuz zinaa, innahu kaana faahisyatan) “Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji (fahisyah)” yaitu perbuatan dosa yang besar”. (wa saa'a sabiila)  'Dan suatu jalan yang buruk”. Yaitu, sejelek-jelek jalan dan perangai.” (Tafsiir Ibni Katsir, 3/36. Pustaka Daarul Kutub Al-Ilmiyah).

Pada ayat diatas Allah melarang mendekati zina menunjukkan perbuatan tersebut adalah haram. Jika mendekati zina saja dilarang apalagi sampai melakukan zina. Dan diantara sarana yang bisa mengantarkan kepada perbuatan zina adalah ikhtilat dan kholwat pada malam perayaan tahun baru, karena hal itu adalah momen yang tepat bagi anak-anak muda zaman sekarang. Waliyaadzubillah.  

7. Banyaknya Konser-Konser Musik dan Nyanyian

Diantara bahaya dan kemungkaran perayaan malam tahun baru orang-orang kafir, banyaknya kemaksiatan berupa konser-konser musik dan nyanyian-nyanyian. Di sebagian tempat seperti di kota-kota besar, untuk menyambut malam tahun baru dan pergantian tahun, mereka mengadakan acara-acara konser musik, padahal musik itu diharamkan didalam Islam demikian juga dengan nyanyian. Allah Ta'ala telah berfirman :

«وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَشْتَرِى لَهْوَ ٱلْحَدِيثِ لِيُضِلَّ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍۢ وَيَتَّخِذَهَا هُزُوًا ۚ أُو۟لَـٰٓئِكَ لَهُمْ عَذَابٌۭ مُّهِينٌۭ»

Artinya : "Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan". (QS. Lukman : 6)

Berkata Ibnu Katsir dalam metafsirkan ayat diatas :

روى ابن جرير : حدثني يونس بن عبد الأعلى قال : أخبرنا ابن وهب، أخبرني يزيد ابن يونس عن أبي صخر عن أبي معاوية البجلي عن سعِيد بن جبير عن أبي الصهباء البكري أنه سمع عبد الله بن مسعود وهو يسأل عن هذا الآية (وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَشْتَرِى لَهْوَ ٱلْحَدِيثِ لِيُضِلَّ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍۢ وَيَتَّخِذَهَا هُزُوًا ۚ أُو۟لَـٰٓئِكَ لَهُمْ عَذَابٌۭ مُّهِينٌ) فقال عبد الله بن مسعود : الغناء والله الذي لا إله إلا هو، يرددها ثلاث مرات، حدثنا عمرو بن علي، حدثنا صفوان بن عيسى، أخبرنا حميد الخراط عن عمار عن سعيد بن جبير، عن أبي الصهباء أنه سأل ابن مسعود عن قول الله (ۭوَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَشْتَرِى لَهْوَ ٱلْحَدِيثِ) قال : الغناء، وكذا قال ابن عباس وجابر
.وعكرمة وسعيد بن جبير ومجاهد ومكحول وعمرو بن شعيب وعلي بن بذيمة

.وقال الحسن البصري : نزلت هذه الآية (وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَشْتَرِى لَهْوَ ٱلْحَدِيثِ لِيُضِلَّ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِ بِغَيْرِعِلْمٍۢ) في الغناء والمزامير
[تفسير ابن كثير، ٣/٣٩٤. دار الكتب العلمية]

"Ibnu Jarir telah meriwayatkan : Mengabarkan kepadaku Yunus bin 'Abdil A'la berkata : mengabarkan kepada kami Ibnu Wahb, mengabarkan kepadaku Yazid bin Yunus dari Abi shakhr dari Abi Muawiyah al-Bajaliy dari Sa'id bin Jubair dari Abi Shahba' al-Bakriy bahwasannya dia mendengar 'Abdullah bin Mas'ud dan dia menanyakan tentang ayat ini (Artinya : Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan), berkata 'Abdullah bin Mas'ud : Nyanyian demi Allah yang tidak ada ilah kecuali Dia, 'Abdullah bin Mas'ud  mengulang ucapannya sebanyak tiga kali. Menceritakan kepada kami 'Amr bin 'Ali, menceritakan kepada kami Shofwan bin 'Isa, mengabarkan kepada kami Humaid al-Khirath dari Sa'id bin Jubair, dari Abi Shahba' bahwasannya dia bertanya kepada Ibnu Mas'ud tentang firman Allah (Artinya : Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna), Ibnu Ma'sud mengatakan : (Maksudnya adalah) Nyanyian, seperti itu juga ucapan Ibnu 'Abbas, Jabir, 'Ikrimah, Sa'id bin Jubair, Mujahid, Makhul, 'Amr bin Syu'aib dan 'Ali bin Badzimah."

Berkata Al-Hasan al-Bashriy : "Diturunkan ayat ini (Artinya : "Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan) mengenai nyanyian dan seruling." [Tafsir Ibni Katsir, 3/394. Cet. Daarul Kutub al-'Ilmiyyah]

Dalam Al-Qur'an Allah Ta'ala juga berfirman dalam ayat yang lain :

«وَالَّذِينَ لَا يَشْهَدُونَ الزُّورَ وَإِذَا مَرُّوا بِاللَّغْوِ مَرُّوا كِرَامًا»

Artinya : "Dan orang-orang yang tidak menyaksikan perbuatan zur, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (begitu saja) dengan menjaga kehormatan dirinya.” (QS. Al-Furqan : 72)

Berkata Asy-Syaikh ‘Abdurrahman bin Naashir As-Sa’di rahimahullah tentang firman Allah diatas :

والذين لا يشحدون الزور) أي : لا يحضرون الزور، أي : القول والفعل المحرم، فيجتنبون جميع المجالس، المستملة  على)
الأقوال المحرمة، أو الأفعال المحرمة، كالخوض في آيات الله، والجدال الباطل، والغيبة، والنميمة، والسب، والقذف، والاستهزاء، والغناء المحرم، وشرب الخمر، وفرش الحرير، والصور، ونحو ذلك، وإذا كانوا لا يشهدون الزور، فمن باب الأولى وأحرى، أن لا
.يقوله ويفعلوه
[تيسير الكريم الرحمان في تفسير كلام المنان، ص : ٥٨٧. مؤسسة الرسالة]

(Artinya : "Dan orang-orang yang tidak menyaksikan perbuatan zur) yaitu : tidak menghadiri perbuatan zur, yaitu ucapan dan perbuatan yang haram, maka jauhilah semua majelis yang mengandung ucapan-ucapan yang haram, atau perbuatan-perbuatan yang haram, seperti membicarakan tentang ayat-ayat Allah secara berlebihan, perdebatan yang bathil, ghibah dan namiimah (mengadu domba), mencaci-maki, menuduh berzina, mengolok-olok, nyanyian yang haram, meminum khamr, hamparan (tikar) dari sutra, gambar (makhluk bernyawa) dan selainnya. Apabila mereka tidak menyaksikan perbuatan zur, maka lebih-lebih lagi dan selainnya, mereka tidak  akan mengatakan dan melakukan perbuatan zur". [Taisiirul Kariimir Rahmaan fii Tafsiiri Kalaamil Mannaan, hal. 587. Cet. Muassasatur Risaalah]

Berkata Imam Al-Bukhari :

   وقال هشام بن عمار : حدثنا صدقة بن خالد : حدثنا عبد الرحمان بن يزيد بن جابر : حدثنا عطية بن قيس الكلابي : حدثنا عبد الرحمان بن غنم الأشعري قال : حدثني أبو عامر -أو أبو مالك- الأشعري، والله ما كذبني : سمع النبي صلى الله عليه وسلم يقول : ليكونن من امتي أقوام، يستحلون الحر والحرير، والخمر والمعازف، ولينزلن أقوام إلى جنب علم يروح عليهم بسارحة لهم، يأتيهم - يعني: الفقير - لحاجة فيقولون : ارجع إلينا غدًا، فيبيتهم الله ليلًا، ويضع العلم عليهم، ويمسخ آخرين قردة وخنازير إلى يوم
 .القيامة
[أخرجه البخاري، ٥٥٩٠. بيت الأفكار الدولية]

"Berkata Hisyam bin 'Ammar, menceritakan kepada kami Shodaqoh bin Khalid : menceritakan kepada kami 'Abdurrahman bin Yazid bin Jabir : menceritakan kepada kami 'Atiyyah bin Qais al-Kilaabiy : menceritakan kepada kami 'Abdurrahman bin Ganm al-Asy'ariy dia berkata : menceritakan kepadaku Abu 'Amr -atau Abu Malik- al-Asy'ariy, demi Allah saya tidak berdusta : dia mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : Sungguh akan ada dari umatku suatu kaum yang mereka menghalalkan zina, menghalalkan sutra, menghalalkan khamr dan dan menghalalkan alat-alat musik. Dan beberapa kelompok orang sungguh akan singgah di lereng sebuah gunung dengan binatang ternak mereka, lalu seseorang mendatangi mereka  -yaitu orang fakir- untuk suatu keperluan, lalu mereka berkata, ‘Kembalilah kepada kami besok hari.’ Kemudian Allah mendatangkan siksaan kepada mereka dan menimpakan gunung kepada mereka serta Allah mengubah sebagian dari mereka menjadi kera dan babi sampai hari Kiamat." [HR. Al-Bukhari, no. 5590. Cet. Baitul Afkaar ad-Dauliyyah]

8. Banyaknya Orang-orang yang Meminum Khomr

Diantara bahaya dan kemungkaran perayaan malam tahun baru, banyaknya perkumpulan anak-anak muda dan banyak melakukan kemungkaran, diantaranya meminum khomr. Allah Ta'ala berfirman :

«يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِنَّمَا ٱلْخَمْرُ وَٱلْمَيْسِرُ وَٱلْأَنصَابُ وَٱلْأَزْلَـٰمُ رِجْسٌۭ مِّنْ عَمَلِ ٱلشَّيْطَـٰنِ فَٱجْتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ»

Artinya : "Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan." (QS. Al-Maidah : 90)

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda dalam hadits Imam Muslim :

.((عن إبن عمر، أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : ((كل مسكر خمر، وكل مسكر حرام
[أخرجه مسلم، ٢٠٠٣. بيت الأفكار الدولية]

"Dari Ibnu Umar, bahwasannya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda : ((Setiap yang memabukan adalah khomr dan setiap yang memabukan adalah haram)).” [HR. Muslim no. 2003. Cet. Baitul Afkar Ad-Dauliyyah].

Dalam hadits yang lainnya :

عن إبن عمر قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ((كل مسكر خمر، وكل مسكر حرام، ومن شرب الخمر في الدنيا فمات
 .((وهو يدمنها، لم يتب، لم يشربها في الآخرة
[أخرجه مسلم، ٢٠٠٣. بيت الأفكار الدولية]

"Dari Ibnu Umar berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda : ((Setiap yang memabukan adalah khomr dan setiap yang memabukan adalah haram, dan barangsiapa yang meminum khomr di dunia kemudian dia mati dan dia kecanduan terhadap khamr tersebut dan tidak bertaubat, maka dia tidak akan meminumnya pada hari kiyamat)).” [HR. Muslim no. 2003. Cet. Baitul Afkar Ad-Dauliyyah].

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda :

.((عن إبن عمر، أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : ((من شرب الخمر في الدنيا، حرمها في الآخرة
[أخرجه مسلم، ٢٠٠٣. بيت الأفكار الدولية]

"Dari Ibnu Umar, bahwasannya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda : ((Barangsiapa yang meminum khamr di dunia, maka diharamkan (baginya) khomr tersebut di akhirat)).” [HR. Muslim no. 2003. Cet. Baitul Afkar Ad-Dauliyyah].

Semua ini menunjukkan bahwa perkara-perkara yang disebutkan ini adalah kemungkaran yang banyak terjadi pada perayaan malam tahun baru. 

Masih banyak bahaya dan kemungkaran-kemungkaran lainnya, baik bahaya dan kemungkaran yang terkait  dengan keimanan dan keyakinan seorang muslim, serta bahaya bagi diri sendiri dan orang lain seperti menyalakan petasan, mengganggu kaum muslimin yang beristirahat dimalam hari, membuang-buang waktu dan menghambur-hamburkan harta, begadang tanpa ada manfaat, meninggalkan sholat subuh secara berjamaah dan lain sebagainya. 

Sebagai penutup, mari kita tinggalkan segala sesuatu yang akan membahayakan agama dan diri kita, berupa perbuatan-perbuatan yang mungkar pada malam tahun baru ini. Semoga tulisan singkat ini bermanfaat untuk kita dan bermanfaat juga untuk kaum muslimin seluruhnya.  

Related Posts:

TAKUTLAH KEPADA ALLAH DARI ZINA DAN AMBILLAH IBROH DARI KISAH INI

Bismillahirrahmaanirrahiim. Alhamdulillahi Rabbil 'aalamiin. Wa shallallahu 'ala Nabiyyina Muhammadin wa 'ala aalihi wa shahbihi wa sallam. Wa ba'du.

Berbicara tentang perzinaan, perzinaan adalah dosa besar yang dilakukan oleh seorang hamba, dan hal ini bisa terjadi kapan saja, lebih khusus pada hari-hari raya kekafiran, khususnya pada malam tahun baru nanti. 

Potensi terjadinya seks bebas pada malam tahun baru tentunya sangat besar, karena pada malam tersebut banyak sekali terjadi ikhtilat dan kholwat. Maka dari itu hendaklah kita takut kepada Allah wahai kaum muslimin dari dosa zina ini. Allah Ta'ala berfirman :

«وَلَا تَقْرَبُوا۟ ٱلزِّنَىٰٓ ۖ إِنَّهُۥ كَانَ فَـٰحِشَةًۭ وَسَآءَ سَبِيلًۭا»

Artinya : "Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk." (QS.Al-Isra : 32)

Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan makna ayat diatas sebagai berikut :

يقول تعالى ناهيا عباده عن الزنا و عن مقاربته ومخالطة أسبابه ودواعيه «وَلَا تَقْرَبُوا۟ ٱلزِّنَىٰٓ ۖ إِنَّهُۥ كَانَ فَـٰحِشَةًۭ» أي ذنبا عظيما وَسَآءَ سَبِيلًۭا» أي بئس طريقا ومسلكا.

[تفسير انب كثير ٣\٣٦.  دار الكتب العلمية] 

“Allah berfirman melarang hambanya berbuat zina dan apa-apa yang mendekatkan kepada zina dan melakukan faktor-faktor dan aspek-aspek yang mengantarkan kepada zina. (Wa laa taqrabuz zinaa, innahu kaana faahisyatan) “Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji (fahisyah)” yaitu perbuatan dosa yang besar”. (wa saa'a sabiila)  'Dan suatu jalan yang buruk”. Yaitu, sejelek-jelek jalan dan perangai.” (Tafsiir Ibni Katsir, 3/36. Pustaka Daarul Kutub Al-Ilmiyah).

Lalu beliau menjelaskan tentang kisah seorang laki-laki yang meminta izin kepada Rasulullah untuk berzina.

وقد قال الإمام أحمد : حدثنا يزيد بن هارون، حدثنا جرير حدثنا سليم بن عامر عن أبي أمامة أن فتى شابا أتى النبي صلى الله عليه وسلم فقال : يا رسول الله ائذن لي بالزنا، فأقبل القوم عليه فزجروه، وقالوا : مه مه، فقال ((ادنه)) فدنا منه قريبا، فقال ((اجلس)) فجلس، فقال ((أتحبه لأمك؟)) قال : لا والله، جعلني الله فداك، قال : ولا الناس يحبونه لأمهاتهم، قال : ((أفتحبه لابنتك؟)) قال : لا والله يا رسول الله، جعلني الله فداك، قال : ولا الناس يحبونه لبناتهم. قال : ((أفتحبه لأختك؟)) قال : لا والله،  جعلني الله فداك، قال : ولا الناس يحبونه لأخواتهم، قال : ((أفتحبه لعمتك؟)) قال : لا والله يا رسول الله،  جعلني الله فداك، قال : ولا الناس يحبونه لعماتهم، قال : ((أفتحبه لخالتك؟)) قال : لا والله يا رسول الله،  جعلني الله فداك، قال : ولا الناس يحبونه لخالاتهم، قال : فوضع يده عليه، وقال : ((اللهم اغفر ذنبه، وطهر قلبه، وأحصن فرجه)) قال : فلم يكن بعد ذلك الفتى يلتفت إلى شيء، وقال ابن أبي الدنيا : حدثنا عمار بن نصر، حدثنا بقية عن أبي بكر بن أبي مريم عن الهيثم بن مالك الطائي، عن النبي سلى الله عليه وسلم قال : ((ما من ذنب بعد الشرك أعظم عند الله من نطفة وضعها رجل في رحم لا يحل له)).

[تفسير انب كثير ٣\٣٦-٣٧.  دار الكتب العلمية] 

Berkata Imam Ahmad : Menceritakan kepada kami Yazid bin Harun, menceritakan kepada kami Jarir, menceritakan kepada kami Salim bin 'Aamir dari Abu Umamah bahwasannya seorang pemuda datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan berkata : Wahai Rasulullah izinkan aku berzina, maka para sahabat-pun mendekatinya dan mencelanya (menghardiknya), mereka mengatakan : Diam, diam..! Kemudian Nabi-pun bersabda : ((Mendekatlah)) maka dia-pun segera mendekat, kemudian Nabi bersabda : ((Duduklah) maka dia-pun duduk, lalu Nabi bersabda :

((Apakah kamu rela jika ibumu dizinai?)) Dia berkata : "Tidak demi Allah, (semoga) Allah menjadikanku sebagai tebusanmu", Nabi-pun bersabda : "Begitu juga orang lain tidak rela kalau ibu mereka dizinai". Nabi bersabda : ((Apakah kamu rela jika anakmu dizinai?)) Dia berkata : "Tidak demi Allah wahai Rasulullah, (semoga) Allah menjadikanku sebagai tebusanmu", Nabi bersabda : "Begitu juga orang lain tidak rela kalau anak-anak perempuan mereka dizinai". Nabi bersabda : ((Apakah kamu rela jika saudarimu dizinai?)) Dia berkata : "Tidak demi Allah, (semoga) Allah menjadikanku sebagai tebusanmu", Nabi bersabda : "Begitu juga orang lain tidak rela kalau saudari perempuan mereka dizinai. Nabi bersabda : ((Apakah kamu rela jika bibi dari bapakmu dizinai?)) Dia berkata : "Tidak demi Allah wahai Rasulullah, (semoga) Allah menjadikanku sebagai tebusanmu", Nabi bersabda : "Begitu juga orang lain tidak rela kalau bibi mereka dizinai. Nabi bersabda : ((Apakah kamu rela jika bibi dari ibumu dizinai?)) Dia berkata : "Tidak demi Allah wahai Rasulullah, (semoga) Allah menjadikanku sebagai tebusanmu", Nabi bersabda : "Begitu juga orang lain tidak rela kalau bibi mereka dizinai. Dia (Abu Umamah) mengatakan : Maka Nabi-pun meletakkan tangannya ke dada pemuda tersebut dan mengatakan : ((Ya Allah ampunilah dosa-dosanya, sucikanlah hatinya dan jagalah kemaluannya". Maka setelah kejadian tersebut, pemuda itu tidak pernah lagi tertarik untuk berbuat zina".

Dan berkata Ibnu Abi ad-Dunya : Menceritakan kepada kami 'Ammaar bin Nashr, menceritakan kepada kami Baqiyyah dari Abu Bakar bin Abi Maryam dari Al-Haitsum bin Malik at-Tho'iy dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : ((Tidak ada dosa setelah syirik yang lebih besar disisi Allah daripada nutfah (air mani) yang diletakkan oleh seorang laki-laki pada rahim yang tidak halal baginya)). (Tafsiir Ibni Katsir, 3/36-37. Pustaka Daarul Kutub Al-Ilmiyah).

Dari kisah diatas terlihat dengan jelas bagaimana sikap Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menghadapi kebodohan seorang pemuda yang datang meminta izin untuk berzina, padahal zina adalah dosa besar yang hampir setara dengan dosa kesyirikan. Dan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam sebagai pemimpin umat, sebagai utusan Allah yang memiliki akhlak yang terpuji, menyikapi pemuda ini dengan sifat yang bijaksana, mengajaknya untuk berpikir, memberikannya perumpamaan, bahkan beliau shallallahu 'alaihi wa sallam  mendoakannya, tidak menghardiknya.

Dan untuk orang-orang yang hendak berbuat fahisyah di malam tahun baru ini, baik melakukan hubungan seksual diluar nikah alias perzinahan, ingatlah bahwa kalian memiliki Ibu, kalian memiliki saudari perempuan, kalian memiliki bibi dari pihak ayah dan ibu, yang tentunya kalian semua pasti tidak akan pernah ridho jika hal serupa menimpa keluarga kalian.

FAEDAH YANG BISA DIAMBIL :

1. Larangan mendekati zina dan sarana-sarananya, hal ini menunjukkan kepada kita bahwa mendekati zina itu dilarang, apalagi sampai melakukan zina. Karena itulah segala sarana yang bisa mengantarkan kepada zina diharomkan didalam Islam termasuk pada malam tahun baru nanti

2. Diantara sarana-sarana yang mendekatkan kepada zina diantaranya adalah ikhtilat, kholwat, dan lain-lain. Dan pada zaman sekarang, yang menyerupai kholwat adalah cathing via aplikasi-aplikasi sosial media dengan lawan jenis seperti via SMS, WA, Video Call, Instagram, Line, BBM, facebook, dan segala macam aplikasi-aplikasi yang berkembang akhir-akhir ini

3. Zina adalah perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk. Maksudnya yaitu seburuk-buruk jalan dan seburuk-buruk perangai yang dilakukan oleh manusia

4. Zina termasuk perbuatan dosa yang besar yang wajib untuk dijauhi oleh siapapun 

5. Pemuda termasuk orang yang sangat rentan terjatuh dalam fitnah syahwat demikian juga para pemudi

6. Adanya seorang pemuda yang meminta izin kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam untuk berbuat zina

7. Marahnya para sahabat ketika mendengar seseorang meminta izin kepada Rasulullah shallallahu 'alahi wa sallam untuk berzina

8. Sikap marah para sahabat terhadap pemuda tersebut tidak termasuk marah yang tercela, bahkan itu termasuk marah karena keimanan, sebagai bentuk realisasi aqidah al-wala wa al-baro' (cinta dan benci karena Allah)

9. Mulianya akhlak Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ketika memanggil pemuda tersebut untuk mendekat dan menyuruhnya duduk dan tidak menghardiknya

10. Hikmahnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dalam berdakwah

11. Termasuk trik dan cara berdakwah adalah dengan metode tanya jawab atau mengajak seseorang untuk berpikir sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pada hadits diatas

12. Ibu, anak perempuan, saudari perempuan, bibi dari jalur ayah, dan bibi dari jalur ibu adalah mahrom yang harom untuk dinikahi

13. Penyebutan mahrom oleh Rasulullah shallallahu 'alahi wa sallam seperti Ibu, anak perempuan, saudari perempuan, bibi dari pihak bapak, bibi dari pihak ibu kepada pemuda tersebut untuk membangun kesadaran sang pemuda agar dia mau berpikir dan menyadari bahwa perbuatan zina yang ingin dia lakukan pasti akan melukai hati dan kehormatan keluarga wanita yang akan dizinai, dan tentunya begitu juga yang akan dirasakan oleh sang pemuda seumpama keluarganya diajak berzina atau dizinai oleh orang lain

14. Manusia manapun pasti tidak akan rela jika ibu, anak perempuan, saudari, bibi serta keluarganya dizinai, karena itu jangan pernah berpikir untuk menzinai keluarga, anak perempuan, saudari atau mahrom orang lain siapapun dia karena itu akan menyakiti dan merusak kehormatan mereka 

15. Mustajabnya doa Rasulullah shallallahu 'alahi wa sallam hingga membuat pemuda tersebut tidak pernah lagi berminat untuk berbuat zina

16. Rasulullah shallallahu 'alahi wa sallam meminta kepada Allah agar dosa pemuda tersebut dihapuskan, karena terhapusnya dosa termasuk diantara tanda kebaikan, keselamatan dan tanda kebahagiaan akhirat, sebab dosa dan maksiat merupakan kebinasaan dan kehinaan di dunia lebih-lebih diakhirat

17. Suci dan baiknya hati merupakan sebab baiknya seluruh amalan sebagaimana disebutkan dalam hadits arba'in

18. Hati yang selamat dari fitnah syubuhat dan fitnah syahwat adalah ciri hati yang sehat, dan itulah hati orang-orang yang bertakwa

19. Terjaganya farji termasuk pokok keselamatan, tanda kehormatan dan lambang kewibawaan serta termasuk ciri-ciri orang yang beriman

20. Tidak ada dosa yang lebih besar setelah dosa syirik menurut Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melainkan nutfah (sperma) yang diletakkan oleh seorang laki-laki pada rahim yang tidak halal baginya.

21. Menumpahkan nutfah (sperma) pada rahim yang tidak halal baginya disebut zina dan zina adalah seburuk-buruk jalan

22. Hukuman bagi para pezina yang telah menikah yaitu di rajam sampai mati. Adapun bagi orang yang belum menikah maka hukumannya di cambuk 100x serta diasingkan selama satu tahun sebagaimana yang disebutkan dalam surat An-Nur ayat 2.

23. Hendaknya kita takut kepada Allah dari dosa zina

24. Hendaknya kita bertakwa kepada Allah dari setiap dosa dan maksiat

25. Tidak bolehnya tolong menolong dalam perbuatan dosa dan maksiat

26. Wajibnya bertaubat dari dosa zina dll

Semoga tulisan ini bermanfaat untuk kaum muslimin dan muslimat, dan menjadi pemberat timbangan amal kebaikan bagi kami nanti pada hari kiyamat. Baarakallahu fiikum.

Related Posts:

SEBAGIAN ATSAR TENTANG LARANGAN MENGIKUTI PERAYAAN TAHUN BARU DAN HARI RAYA ORANG ORANG KAFIR

Dari Abdullah bin 'Amr, ia mengatakan :

((من بنى بأرض المشركين، وصنع نيروزهم، ومهرجانهم، وتشبه بهم حتى يموت حشر معهم يوم القيامة))

[اقتضاء الصراط المستقيم لمخالفة أصحاب الجحيم، ١\٢٧١]

"Barangsiapa yang membangun negeri kaum musyrikin dan meramaikan hari raya Nairuz dan Mihrajan mereka, serta menyerupai mereka hingga ia mati dalam keadaan seperti itu, ia akan dibangkitkan bersama mereka pada hari kiyamat." [Iqtidho' Ash-Shirathil Mustaqiim li Mukhaalafati Ashaabil Jahiim, 1/271]

Larangan ini mengandung beberapa faedah diantaranya larangan membangun negeri kaum musyrikin. Kedua, larangan meramaikan hari raya Nairuz dan Mihrajan mereka. Ketiga, larangan menyerupai mereka. Keempat, jika ia mati dalam keadaan seperti itu, ia akan dibangkitkan bersama mereka pada hari kiyamat.

Sedikit tambahan, Nairuz adalah perayaan tahun barunya orang-orang mesir, dimana mereka pada hari tersebut berpesta pora dan bersenang-senang dalam menyambutnya, sedangkan Mihrajan adalah hari rayanya orang-orang persia. 

Doktor Nashir bin Abdul Karim Al-Aql mengatakan dalam tahqiqnya :

النيروز هو أول السنة القبطية. والمهرجان : عيد الفرس.

[اقتضاء الصراط المستقيم لمخالفة أصحاب الجحيم، ١\٢٧١]

Nairuz yaitu awal tahun Qibthiyyah, sedangkan al-Mihraajan yaitu hari rayanya orang-orang persia.[Iqtidho' Ash-Shirathil Mustaqiim li Mukhaalafati Ashaabil Jahiim, 1/271]

Adapun ikut serta dalam memeriahkan perayaan malam tahun baru masehi, atau ikut membantu menyukseskan acara tersebut, atau turut serta meniup terompet, membunyikan lonceng serta menyalakan kembang api dan bersenang-senang didalamnya, maka perbuatan ini termasuk meniru-niru dan menyerupai kebiasaan kaum musyrikin pada hari raya Nairuz dan Mihrajan mereka, serta meniru-niru kebiasaan orang-orang Yahudi dan Nasrani dalam ibadahnya, dan ini hukumnya haram dan termasuk dalam kategori tasyabbuh. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

((من تشبه بقوم فهو منهم)).

[اقتضاء الصراط المستقيم لمخالفة أصحاب الجحيم، ١\٢٦٩]

"Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk kaum tersebut." [Iqtidho' Ash-Shirathil Mustaqiim li Mukhaalafati Ashaabil Jahiim, 1/269]

Baca juga : Antara Natal, Tahun Baru dan Segala Perayaan Hari Raya Kekafiran Dengan Aqidah Al-Wala' wal Bara'

Related Posts:

ANTARA NATAL, TAHUN BARU DAN SEGALA PERAYAAN HARI RAYA KEKAFIRAN DENGAN AQIDAH AL-WALA’ WAL-BARO’

Bismillahirrahmaanirrahiim. Alhamdulillahi Rabbil 'aalamiin. Wa shallallahu ;ala Nabiyyina Muhammadin wa 'ala aalihi wa shahbihi ajma'iin. Wa ba'du.

Dalam agama Islam ada yang namanya aqidah Al-Wala’ wal Baro’. Al-Wala’ yaitu loyalitas kepada orang-orang yang beriman sedangkan Baro’ yaitu pemutusan hubungan terhadap musuh-musuh Allah dan orang-orang yang anti dan membenci Allah dan Rasul-Nya baik dari kalangan Yahudi dan Nasrani atau selain dari mereka, bahkan Allah 'Azza wa Jalla telah berbicara tentang mereka dalam firman-Nya:

«وَلَن تَرْضَىٰ عَنكَ ٱلْيَهُودُ وَلَا ٱلنَّصَـٰرَىٰ حَتَّىٰ تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ»

Artinya : "Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka." (QS. Al-Baqaroh : 120)

Ini rumus yang paten, bahwa Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kaum muslimin hingga kapanpun, sampai kaum muslimin mengikuti agama mereka.

Diantara bentuk mengikuti agama Yahudi Nasrani dan orang-orang kafir lainnya yaitu ikut serta dalam acara dan perayaan hari besar agama mereka seperti perayaan natal dan tahun baru, perayaan hari raya imlek, hari raya nyepi, galungan atau perayaan hari raya-hari raya kekafiran lainnya, baik dengan mengucapkan selamat atas hari raya tersebut, atau turut membantu menyukseskannya, bahkan ikut merayakan dan  memeriahkan hari raya tersebut dengan segala hal yang dapat menyebabkan kita loyal kepada orang orang kafir, sehingga kita-pun akhirnya menyerupai orang-orang kafir tersebut dalam hal-hal yang menjadi kekhususan mereka baik secara sadar ataupun tidak sadar. Waliyaadzubillah.

Perhatikan firman Allah 'Azza wa Jalla berikut ini :

«يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تَتَّخِذُوا۟ ٱلْيَهُودَ وَٱلنَّصَـٰرَىٰٓ أَوْلِيَآءَ ۘ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَآءُ بَعْضٍۢ ۚ وَمَن يَتَوَلَّهُم مِّنكُمْ فَإِنَّهُۥ مِنْهُمْ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَهْدِى ٱلْقَوْمَ لظَّـٰلِمِينَ»

Artinya : "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim." (QS. AL-Maidah : 51)

Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan :

ينهى تبارك وتعالى عباده المؤمنين عن موالاة اليهود والنصارى، الذين هم أعداء الإسلام وأهله - قاتلهم الله - ثم أخبر أن بعضهم أولياء بعض، ثم تهدد وتوعد من يتعاطى ذلك، فقال : «وَمَن يَتَوَلَّهُم مِّنكُمْ فَإِنَّهُۥ مِنْهُمْ ۗ »

"Allah Tabaaraka wa Ta'ala telah melarang hamba-hamba-Nya orang-orang yang beriman mendukung/loyal kepada orang-orang Yahudi dan Nasrani yang mereka itu merupakan musuh Islam dan musuh umat Islam -semoga Allah membinasakan mereka-. Kemudian Allah mengabarkan bahwasanya sebagian mereka adalah penolong bagi sebagian lainnya, kemudian Allah mengancam dan memberikan peringatan kepada orang yang melakukan hal itu, Allah berfirman (yang artinya) : "Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka." [Lihat Tafsiir Ibni Karsiir, 2/63. Cet. Daarul Kutub Al'Ilmiyyah]

Ayat diatas menjelaskan kepada kita tentang larangan menjadikan Yahudi dan Nasrani sebagai kekasih, orang kesayangan, sebagai wali, sebagai pemimpin, sebagai teladan, karena kita akan tasyabbuh (menyerupai) mereka dalam hal-hal yang menjadi kekhususan mereka sehingga kitapun akan mencintai mereka secara tidak sadar dan juga akan menyerupai mereka secara tidak sadar. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

((من تشبه بقوم فهو منهم))

"Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk kaum tersebut." [Lihat Iqtidho' as-Shiraathil Mustaqiim, 1/269. Cet. Maktabah ar-Rusyd]

Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah :

أن المشابهة في الظاهر تورث نوع  مودة ومحبة وموالاة في الباطن، كما أنّ المحبة في الباطن تورث المشابهة في الظاهر

"Bahwasannya penyerupaan secara dhohir akan mewariskan bermacam rasa kasih dan rasa cinta serta loyalitas didalam batin, sebagaimana rasa cinta didalam batin akan mewariskan penyerupaan secara dzohir." [Lihat Iqtidho' as-Shiraathil Mustaqiim, 1/488. Cet. Maktabah ar-Rusyd].

Mengucapkan selamat natal dan tahun baru atau mengucapkan selamat atas hari raya imlek, hari raya nyepi, hari raya galungan atau mengucapkan selamat atas hari raya orang-orang kafir lainnya, ikut serta dalam menyambutnya, turut serta  dalam memeriahkannya, akan menimbulkan rasa cinta dan loyalitas kepada orang-orang kafir tersebut. Padahal kita dilarang loyal kepada orang-orang yang membenci Allah dan Rasul Nya dalam bentuk apapun. Allah 'Azza wa Jalla berfirman :

«لَّا تَجِدُ قَوْمًۭا يُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْـَٔاخِرِ يُوَآدُّونَ مَنْ حَآدَّ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ وَلَوْ كَانُوٓا۟ ءَابَآءَهُمْ أَوْ أَبْنَآءَهُمْ أَوْ إِخْوَٰنَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ ۚ أو۟لَـٰٓئِك كَتَبَ فِى قُلُوبِهِمُ ٱلْإِيمَـٰنَ وَأَيَّدَهُم بِرُوحٍۢ مِّنْهُ ۖ وَيُدْخِلُهُمْ جَنَّـٰتٍۢ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلْأَنْهَـٰرُ خَـٰلِدِينَ فِيهَا ۚ رَضِىَ ٱللَّهُ عَنْهُمْ ضُوا۟ عَنْهُ ۚ أو۟لَـٰٓئِك حِزْبُ ٱللَّهِ ۚ أَلَآ إِنَّ حِزْبَ ٱللَّهِ هُمُ ٱلْمُفْلِحُون»

Artinya : "Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. Dan dimasukan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka, dan merekapun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan Allah itu adalah golongan yang beruntung." (QS. Al-Mujadilah : 22)

Ibnu Katsir rahimahullah dalam menjelaskan dalam  tafsirannya :

أي لا يوادون المحادين ولو كانوا من الأقربين كما قال تعالى «لَّا يَتَّخِذِ ٱلْمُؤْمِنُونَ ٱلْكَـٰفِرِينَ أَوْلِيَآءَ مِن دُونِ ٱلْمُؤْمِنِينَ ۖ وَمَن يَفْعَلْ ذَٰلِكَ فَلَيْسَ مِنَ ٱللَّهِ فِى شَىْءٍ إِلَّآ أَن تَتَّقُوا۟ مِنْهُمْ تُقَىٰةًۭ ۗ وَيُحَذِّرُكُمُ ٱللَّهُ نَفْسَهُۥ ۗ » [آل عمران : ٢٨]. 

وقال تعالى : «قُلْ إِن كَانَ ءَابَآؤُكُمْ وَأَبْنَآؤُكُمْ وَإِخْوَٰنُكُمْ وَأَزْوَٰجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَٰلٌ ٱقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَـٰرَةٌۭ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَـٰكِنُ تَرْضَوْنَهَآ أَحَبَّ إِلَيْكُم مِّنَ ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَجِهَادٍۢ فِى سَبِيلِهِۦ فَتَرَبَّصُوا۟ حَتَّىٰ يَأْتِىَ ٱللَّهُ بِأَمْرِهِۦ ۗ وَٱللَّهُ لَا يَهْدِى ٱلْقَوْمَ ٱلْفَـٰسِقِينَ» [التوبة : ٢٤]. وقد قال سعيد بن عبد العزيز وغيره : أنزلت هذه الآية «لَّا تَجِدُ قَوْمًۭا يُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْـَٔاخِرِ» إلى آخرها في أبي عبيدة عامر بن عبد الله بن الجراح حين قتل أباه يوم بدر، ولهذا قال عمر بن الخطاب رضي الله عنه حين جعل الأمر سورة بعده في أولئك الستة رضي الله عنهم : ولو كان أبو عبيدة حيا لاستخلفته. وقيل في قوله تعالى : «وَلَوْ كَانُوٓا۟ ءَابَآءَهُمْ» نزلت في أبي عبيدة قتل أباه يوم بدر «أَوْ أَبْنَآءَهُمْ» في الصديق هم يومئذ بقتل ابنه عبد الرحمان «أَوْ إِخْوَٰنَهُمْ» في مصعب بن عمير، قتل أخاه عبيد بن عمير يومئذ «أَوْ عَشِيرَتَهُمْ ۚ » في عمر قتل قريبا له يومئذ أيضا، وفي حمزة وعلي وعبيدة بن الحارث قتلوا عتبة و شيبة والوليد بن عتبة يومئذ، فالله أعلم.

"Maksudnya mereka tidak akan berkasih sayang dengan orang-orang yang membenci (Allah dan Rasul-Nya) walaupun mereka itu termasuk karib kerabatnya sebagaimana firman Allah Ta'ala (yang artinya) : "Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya." (QS. Ali Imron : 28)

Allah Ta'ala berfirman : "Katakanlah: "jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya". Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik." (QS. At-Taubah : 24)

“Dan sungguh telah berkata Sa’id bin ‘Abdil ‘Aziz dan selainnya : ‘Diturunkan ayat «لَّا تَجِدُ قَوْمًۭا يُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْـَٔاخِر» «Tidak akan kamu dapati suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat» sampai akhir ayat, yaitu diturunkan terkait Abu ‘Ubaidah Amir bin ‘Abdillah bin al-Jarrah ketika dia membunuh bapaknya pada perang badar, oleh karena itu, Umar bin al-Kaththab radhiyallahu ‘anhu ketika urusannya di musyawarahkan berkenaan dengan enam orang shahabat radhiyallahu ‘anhum berkata : "Dan seandainya Abu ‘Ubaidah masih hidup, niscaya aku akan mengangkat dia menjadi khalifah.”

Dan mengenai firman Allah : «وَلَوْ كَانُوٓا۟ ءَابَآءَهُم» «Sekalipun mereka itu bapaknya», ayat ini di turunkan kepada Abu 'Ubaidah ketika dia membunuh bapaknya pada perang badar. «أَوْ أَبْنَآءَهُمْ» «atau anak anak mereka sendiri», turun pada Abu Bakar as-Sbhiddiq pada perang badar yang hendak membunuh anaknya 'Abdurrahman. «أَوْ إِخْوَٰنَهُمْ» «atau saudara-saudaranya», turun pada Mus’ab bin ‘Umair yang membunuh saudaranya ‘Ubaid bin ‘Umair pada perang badar «أَوْ عَشِيرَتَهُم» «atau keluarga mereka», turun kepada Umar yang juga membunuh keluarganya pada perang badar, dan kepada Hamzah, ‘Ali, 'Ubaidah bin al-Harits yang membunuh ‘Utbah dan Syaibah dan al-Walid bin 'Utbah pada perang badar, wallahu a’lam. [Lihat Tafsir Ibni Katsir (4/283-284), pustaka Daarul Kutub al-Ilmiyyah]

Kisah diatas menjelaskan kepada kita cinta dan bencinya para sahabat terkait masalah agama dan keyakinan mereka sangat jelas. Masalah agama adalah masalah yang prinsip, karena itu para sahabat rela membunuh bapak-bapak mereka, anak-anak mereka, saudara-saudara mereka, dan karib kerabat mereka demi keimanan dan agama mereka.  Adapun yang di minta dari kita hari ini lebih ringan dari itu, cukup meninggalkan segala sesuatu yg bisa menyebabkan kita loyal kepada orang orang kafir, baik berupa menghadiri perayaan hari raya mereka, mengucapkan selamat atas hari raya kekafiran mereka, ikut serta merayakan hari raya kekafiran mereka, ikut gembira dengannya, ikut membantu dengan menjual pernak-pernik yang terkait dengan hari raya kekafiran mereka, atau ikut menggunakan atribut-atribut perayaan hari raya mereka atau yang menjadi ciri khas mereka dan lain-lain, dan semua ini merupakan bentuk cinta kita kepada orang-orang kafir dan bentuk tasyabbuh kita kepada mereka.

Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah :

.فأخبر سبحانه ّلا يوجد مؤمن يواد كافراً؛ فمن واد الكفار فليس بمؤمن؛ والمشابهة الظاهرة مظنة المودة فتكون محرمة

"Allah -Maha Suci Dia- telah mengabarkan bahwa tidak akan  ditemukan orang yang beriman akan saling berkasih sayang dengan orang kafir ; barangsiapa yang berkasih sayang dengan orang kafir maka dia bukan mu'min ; penyerupaan secara dzohir adalah sumber munculnya kasih sayang, karena itu penyerupaan secara dzohir (hukumnya) menjadi harom. [Lihat Iqtidho ashiraathil Mustaqiim, 1/490. Cet. Maktabah ar-Rusyd].

Karena itulah, menggunakan segala macam pernak-pernik natal, tahun baru, imlek dan segala macam hari raya kekafiran hukumnya harom, karena itu merupakan tasyabbuh (menyerupai) orang-orang kafir, sedangkan penyerupaan secara dhohir akan menimbulkan rasa cinta kepada yang diserupai atau penyerupaan secara batin akan menimbulkan penyerupaan secara dzohir.

CINTA DAN BENCI KARENA ALLAH

Berkata Asy-Syaikh Muhammad at-Tamimi rahimahullah :

الثالثة : أن من أطاع الرسول ووجد الله لا يجوز له موالاة من حاد الله ورسوله ولو كان أقرب قريب، والدليل قوله تعالى : «لَّا تَجِدُ قَوْمًۭا يُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْـَٔاخِرِ يُوَآدُّونَ مَنْ حَآدَّ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ وَلَوْ كَانُوٓا۟ ءَابَآءَهُمْ أَوْ أَبْنَآءَهُمْ أَوْ إِخْوَٰنَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ ۚ أُو۟لَـٰٓئِكَ كَتَبَ فِى قُلُوبِهِمُ ٱلْإِيمَـٰنَ وَأَيَّدَهُم بِرُوحٍۢ مِّنْهُ ۖ وَيُدْخِلُهُمْ جَنَّـٰتٍۢ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلْأَنْهَـٰرُ خَـٰلِدِينَ فِيهَا ۚ رَضِىَ ٱللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا۟ عَنْهُ ۚ أُو۟لَـٰٓئِكَ حِزْبُ ٱللَّهِ ۚ أَلَآ إِنَّ حِزْبَ ٱللَّهِ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ». [المجادلة : ٢٢].

"Yang ketiga : Bahwasanya barangsiapa yang taat kepada Rasul dan mentauhidkan Allah tidak boleh bagi dia untuk loyal/cinta mencintai dengan orang-orang yang membenci Allah dan Rasul-Nya meskipun mereka adalah karib kerabatnya yang terdekat, dalilnya yaitu firman Allah Ta'ala (yang artinya) : "Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. Dan dimasukan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka, dan merekapun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya hizbullah itu adalah golongan yang beruntung." [QS. Al-Mujaadilah : 22]. [Lihat Syarh Tsalaatsati al-’Usuul, lil-Imam Muhammad bin Abdil Wahhab at-Tamiimi an-Najdi (hal. 21-22), pustaka Daarul Kutub Al-'Ilmiyyah]

Berkata Asy-Syaikh Al-Utsaimin dalam syarahnya :

أى : المسألة الثالثة مما يجب علينا علمه الولاء والبراء، والولاء والبراء أصل عظيم جاءت فيه النصوص الكثيرة قال الله عز وجل : «يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تَتَّخِذُوا۟ بِطَانَةًۭ مِّن دُونِكُمْ لَا يَأْلُونَكُمْ خَبَالًۭا» [آل عمران : ١١٨]. وقال تعالى : «يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تَتَّخِذُوا۟ ٱلْيَهُودَ وَٱلنَّصَـٰرَىٰٓ أَوْلِيَآءَ ۘ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَآءُ بَعْضٍۢ ۚ وَمَن يَتَوَلَّهُم مِّنكُمْ فَإِنَّهُۥ مِنْهُمْ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَهْدِى ٱلْقَوْمَ ٱلظَّـٰلِمِينَ» [المائدة : ٥١]المائدة. وقال سبحانه وتعالى : «يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تَتَّخِذُوا۟ ٱلَّذِينَ ٱتَّخَذُوا۟ دِينَكُمْ هُزُوًۭا وَلَعِبًۭا مِّنَ ٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْكِتَـٰبَ مِن قَبْلِكُمْ وَٱلْكُفَّارَ أَوْلِيَآءَ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ» [المائدة : ٥٧]. وقال تعالى : «يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تَتَّخِذُوٓا۟ ءَابَآءَكُمْ وَإِخْوَٰنَكُمْ أَوْلِيَآءَ إِنِ ٱسْتَحَبُّوا۟ ٱلْكُفْرَ عَلَى ٱلْإِيمَـٰنِ ۚ وَمَن يَتَوَلَّهُم مِّنكُمْ فَأُو۟لَـٰٓئِكَ هُمُ ٱلظَّـٰلِمُونَ ¤ قُلْ إِن كَانَ ءَابَآؤُكُمْ وَأَبْنَآؤُكُمْ وَإِخْوَٰنُكُمْ وَأَزْوَٰجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَٰلٌ ٱقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَـٰرَةٌۭ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَـٰكِنُ تَرْضَوْنَهَآ أَحَبَّ إِلَيْكُم مِّنَ ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَجِهَادٍۢ فِى سَبِيلِهِۦ فَتَرَبَّصُوا۟ حَتَّىٰ يَأْتِىَ ٱللَّهُ بِأَمْرِهِۦ ۗ وَٱللَّهُ لَا يَهْدِى ٱلْقَوْمَ ٱلْفَـٰسِقِينَ» [التوبة : ٢٣-٣٤]. وقال عز وجل : «قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌۭ فِىٓ إِبْرَٰهِيمَ وَٱلَّذِينَ مَعَهُۥٓ إِذْ قَالُوا۟ لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَءَٰٓؤُا۟ مِنكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ ٱلْعَدَٰوَةُ وَٱلْبَغْضَآءُ أَبَدًا حَتَّىٰ تُؤْمِنُوا۟ بِٱللَّهِ وَحْدَهُۥٓ» [الممتحنة : ٤] الآية. ولأن موالاة كفار تكون بمناصرتهم ومعاونتهم على ما هم عليه من الكفر والضلال، وموادتهم تكون بفعل الأسباب التي تكون بها مودتهم فتجده يوادهم أى يطلب ودهم بكل طريق، وهذا لا شك ينافى الإيمان كله أو كماله، فالواجب على المؤمن معاداة من حاد الله ورسوله ولو كان أقرب قريب إليه، وبغضه والبعد عنه ولكن هذا لا يمنع نصيحته ودعوته للحق.

“Permasalahan yang ketiga yang wajib bagi kita agar mengilmuinya yaitu rasa cinta dan benci, dan rasa cinta dan benci merupakan pondasi yang agung yang datang dengannya nash-nash yang banyak. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman (yang artinya) : "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu." [QS. Ali Imron : 118]. Allah Ta'ala berfirman (yang artinya) : "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim." [QS. Al-Maidah : 51]. Allah Subhaanahu wa Ta'ala berfirman (yang artinya) : "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil jadi pemimpinmu, orang-orang yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik). Dan bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang-orang yang beriman." [QS. Al-Maidah : 57]. Allah Ta'ala berfirman (yang artinya) : "Hai orang-orang beriman, janganlah kamu jadikan bapa-bapa dan saudara-saudaramu menjadi wali(mu), jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan dan siapa di antara kamu yang menjadikan mereka wali, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. Katakanlah: "jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya". Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik." [QS. At-Taubah : 23-24]Allah 'Azza wa Jalla berfirman (yang artinya) : "Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: "Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu dari daripada apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja." [QS. Al-Mumtahanah : 4]

Untuk itu, loyal kepada orang-orang yang memusuhi Allah dan lembut/setia kepadanya menunjukkan apa yang ada di dalam hati manusia dari keimanan kepada Allah dan Rasul-Nya sangat lemah. Karena itu tidak masuk akal seseorang mencintai sesuatu padahal sesuatu itu adalah musuh bagi yang dicintainya. Loyal kepada orang-orang kafir bisa dengan cara menolong mereka, membantu mereka atas kekafiran dan kesesatannya. Dan saling cinta mencintai dengan mereka bisa terjadi dengan menempuh sebab-sebab, yang dengannya akan menjadikanmu mencintai mereka, lalu engkaupun-pun akan mendapatkan bagian dalam mencintai mereka yaitu akan mencari kecintaan mereka dengan segala jalan, dan ini tidak ragu lagi akan menghilangkan seluruh keimanan atau menghilangkan kesempurnaan iman. Maka wajib bagi seorang mu’min memusuhi orang-orang yang membenci Allah dan Rasul-Nya walaupun itu karib kerabatnya, dan membencinya, dan menjauh darinya akan tetapi hal ini tidak mencegah dia untuk menasehati dan mendakwahinya dalam kebaikan.[Lihat Syarh Tsalaatsati al-’Usuul, lil-Imam Muhammad bin Abdil Wahhab at-Tamiimi an-Najdi (hal. 21-22), pustaka Daarul Kutub Al-'Ilmiyyah]

Dan inilah aqidah al-Wala' wal Bara' yang wajib bagi kaum muslimin berpegang teguh dengannya. Karena itu, mari kita tanamkan dan terapkan aqidah Al-Wala' wal Baro' atau aqidah cinta dan benci karena Allah ini dalam perkara-perkara yang seharusnya memang kita benci dari urusan orang-orang kafir, terutama dalam urusan agama mereka dan syiar-syiar agama mereka, termasuk dalam perayaan hari raya natal, tahun baru, perayaan imlek, hari raya nyepi, galungan dan segala jenis hari raya orang-orang kafir, agar kita tidak termasuk orang-orang yang mencintai orang-orang kafir, menyerupai orang-orang kafir, yang akan mengakibatkan kita akan di adzab oleh Allah 'Azza wa Jalla pada hari kiyamat dan di kumpulkan dengan mereka dalam kubangan api neraka. Waliyaadzubillah.

Semoga tulisan ini bermanfaat.

Baca juga tentang : Sebagian Atsar Tentang Larangan Mengikuti Perayaan Tahun Baru dan Hari Raya Orang-orang Kafir

Related Posts: