EMPAT QOIDAH DALAM MEMAHAMI KESYIRIKAN #2

QOIDAH KEDUA

Setelah kita membahasa qoidah pertama, maka pada kesempatan kali ini kita akan membahas qoidah kedua dari empat qoidah dalam memahami kesyirikan. Terkait qoidah kedua ini maka Asy-Syaikh Muhammad at-Tamimi mengatakan :

انهم يقولون : ما دعوناهم و توجهنا اليهم الا لطلب القربة و الشفاعة

"Bahwasannya orang-orang jahiliyah berkata : Tidaklah kami menyeru (berdoa kepada) mereka (berhala-berhala) dan menghadap kepada mereka kecuali (dengan tujuan) untuk meminta kedekatan (qurbah) dan meminta syafaat."

Dalil (mereka) meminta kedekatan (kepada berhala) firman Allah :

وَٱلَّذِينَ ٱتَّخَذُوا۟ مِن دُونِهِۦٓ أَوْلِيَآءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَآ إِلَى ٱللَّهِ زُلْفَىٰٓ إِنَّ ٱللَّهَ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ فِى مَا هُمْ فِيهِ يَخْتَلِفُونَ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَهْدِى»
«مَنْ هُوَ كَـٰذِبٌۭ كَفَّارٌۭ

Artinya : "Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya". (QS. Az-Zumar : 3)

Dan dalil (mereka meminta) syafaat firman Allah :

«وَيَعْبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ مَا لَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنفَعُهُمْ وَيَقُولُونَ هَـٰٓؤُلَآءِ شُفَعَـٰٓؤُنَا عِندَ ٱللَّهِ»

Artinya : "Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata: "Mereka itu (berhala berhala) adalah pemberi syafa'at kepada kami di sisi Allah". (QS. Yunus : 18)

Penulis Asy-Syaikh Muhammad at-Tamimi kembali menjelaskan :

"Syafaa'at ada dua :

A. Syafaat yang dinafikan (yang ditiadakan oleh Allah) 

Dan syafaat yang di nafikan ini yaitu apa-apa yang diminta dari selain Allah dalam perkara-perkara yang tidak dimampu kecuali hanya Allah. Dalilnya firman Allah :

«يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ أَنفِقُوا۟ مِمَّا رَزَقْنَـٰكُم مِّن قَبْلِ أَن يَأْتِىَ يَوْمٌۭ لَّا بَيْعٌۭ فِيهِ وَلَا خُلَّةٌۭ وَلَا شَفَـٰعَةٌۭ ۗ وَٱلْكَـٰفِرُونَ هُمُ ٱلظَّـٰلِمُونَ»

Artinya : "Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezeki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi syafa'at. Dan orang-orang kafir itulah orang-orang yang zalim." (QS.Al-Baqaroh : 254)

B. Syafaat yang di tetapkan : yaitu (syafaat) yang diminta dari Allah

Pemberi syafa'at memperoleh kemuliaan dengan syafa'at tersebut. Sedangkan yang diberi syafaa'at orang yang telah diridhoi ucapan dan amalannya, setelah mendapat izin-Nya. Dalihnya sebagaimana firman Allah :

 «مَن ذَا ٱلَّذِى يَشْفَعُ عِندَهُۥٓ إِلَّا بِإِذْنِهِ»

Artinya : "Tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya?" (QS.Al-Baqaroh : 255). [Syarh Qawaaidil Arbaa' Li Syaikhil Islam Al-Mujaddid Asy-Syaikh Muhammad At-Tamimiy, Li Fadhilati Asy-Syaikh Shalih bin Sa'id As-Suhaimi, hal.10]

Setelah kita mengetahui pemaparan penulis diatas, maka taulah kita keadaan orang-orang jahiliyah ketika itu. Dahulu mereka adalah penyembah berhala, dan mereka menyembah berhala karena dua alasan diatas. Pertama mereka ingin meminta kedekatan kepada Allah dengan jalan menyembah berhala, karena mereka meyakini berhala-berhala itu adalah orang orang sholeh yang dekat dengan Allah, bahkan mereka meyakini di dalam berhala-berhala tersebut, bersemayam roh-roh suci. Keyakinan ini di anut oleh seluruh kaum jahiliyyah lebih khusus kaum quraisy. Dan meminta kepada selain Allah itu merupakan perkara yang di haramkan. 

Berkata Asy-Syaikh 'Ubaid bin Abdillah al-Jaabiri dalam menjelaskan makna qoidah ke dua diatas :

"Ringkasan qaidah ini yaitu di haramkan bagi seseorang menjadikan antara dia dan Allah perantara yang dia mendekatkan dirinya kepada-Nya melalui mereka (perantara tersebut) baik dalam hal doa maupun syafaat. Demikian itu bahwa Allah -Subhanahu wa Ta'ala- telah memerintahkan hamba-hamba-Nya agar mereka meminta kepada-Nya tanpa perantara dan Allah berjanji kepada mereka untuk di kabulkan.

«وَقَالَ رَبُّكُمُ ٱدْعُونِىٓ أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ إِنَّ ٱلَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِى سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ»

Artinya : "Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina". (QS.Ghofir : 60). [At-Ta'liiq 'Ala Risaalah al-Qawaa'idil Arbaa', Asy-Syaikh 'Ubaid bin Abdillah al-Jaabiri, hal.9]

PENJELASAN QOIDAH KEDUA

Berkata Asy-Syaikh Shalih bin Said As-Suhaimi :

'Qoidah yang kedua bahwasannya orang-orang yang telah mengakui tentang tauhid rububiyyah dan mengakui bahwasannya Allah yang menciptakan mereka dan memberi rizki kepada mereka dan yang menguasai mereka yang melakukan daya upaya dalam urusan mereka, mereka berlindung kepada selain Allah -Tabaaraka wa Ta'aala- dengan dalih bahwasannya yang mereka berlindung kepadanya itu mampu memberikan syafa'at kepada mereka disisi Allah, dan bahwasannya mereka mendekatkan diri dengannya, mereka bertawassul dengannya kepada Allah -Subhanahu wa Taaala- dan mereka menyangka bahwasannya hal tersebut akan mendekatkan mereka kepada Allah. [Syarh Qawaaidil Arbaa' Li Syaikhil Islam Al-Mujaddid Asy-Syaikh Muhammad At-Tamimiy, Li Fadhilati Asy-Syaikh Shalih bin Sa'id As-Suhaimi, hal.10]

Persangkaan mereka diatas salah total. Meminta kedekatan kepada Allah melalui perantara termasuk tawassul, dan tawassul kepada selain Allah termasuk syirik. Demikian juga meminta atau mengharap syafaat kepada selain Allah juga termasuk syirik, karena dua hal itu termasuk doa dan meminta, maka dua hal tersebut masuk dalam kategori ibadah dan ibadah tidak boleh di berikan kepada selain Allah sedikit apa lagi banyak.

Berkata Asy-Syaikh Muhammad at-Tamimi rahimahullah dalam Syarah Ats-Tsalaatsatul Ushul :

"Barangsiapa yang memalingkan ibadah untuk selain Allah maka dia termasuk musyrik kafir. Dalilnya firman Allah :

«وَمَن يَدْعُ مَعَ ٱللَّهِ إِلَـٰهًا ءَاخَرَ لَا بُرْهَـٰنَ لَهُۥ بِهِۦ فَإِنَّمَا حِسَابُهُۥ عِندَ رَبِّهِۦٓ ۚ إِنَّهُۥ لَا يُفْلِحُ ٱلْكَـٰفِرُونَ»

Artinya : "Dan barangsiapa menyeru (berdoa kepada) tuhan yang lain di samping Allah, padahal tidak ada suatu dalilpun baginya tentang itu, maka sesungguhnya perhitungannya di sisi Tuhannya. Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tiada beruntung." (QS.Al Mu'minun : 117)

Berkata Asy-Syaikh Al-'Utsaimin dalam menjelaskan ayat diatas :

"Penulis (Asy-Syaikh Muhammad at-Tamimi-pen) rahimahullah menyebutkan beberapa jenis ibadah dan menyebutkan bahwa memalingkan suatu ibadah untuk selain Allah maka dia musyrik kafir. Beliau berdalil dengan firman Allah :

 «وَمَن يَدْعُ مَعَ ٱللَّهِ إِلَـٰهًا ءَاخَرَ لَا بُرْهَـٰنَ لَهُۥ بِهِۦ فَإِنَّمَا حِسَابُهُۥ عِندَ رَبِّهِۦٓ ۚ إِنَّهُۥ لَا يُفْلِحُ ٱلْكَـٰفِرُونَ»

Artinya : "Dan barangsiapa  menyeru (berdoa kepada) tuhan yang lain di samping Allah, padahal tidak ada suatu dalilpun baginya tentang itu, maka sesungguhnya perhitungannya di sisi Tuhannya. Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tiada beruntung." (QS.Al Mu'minun : 117)

Sisi pendalilan dari ayat yang kedua ini (surat Al-Mu'minun ayat 117 diatas-pen) karena Allah Subhaanahu wa Ta'ala telah menerangkan bahwasannya siapa saja yang menyeru (berdoa) bersama Allah tuhan yang lain maka dia kafir karena Allah telah firman :

«إِنَّهُۥ لَا يُفْلِحُ ٱلْكَـٰفِرُونَ»

Artinya : "Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tiada beruntung."

Pada firman Allah :

 «لَا بُرْهَـٰنَ لَهُۥ بِه»

Artinya : "Padahal tidak ada suatu dalilpun baginya tentang itu." (QS.Al-Mu'minun : 117)

(Ini) Isyarat bahwa tidak mungkin menunjukan dalil akan banyaknya sesembahan-sesembahan maka ini adalah sifat «لَا بُرْهَـٰنَ لَهُۥ بِه» yaitu sifat yang menyingkap yang tetap pada perintah bukan sifat yang mengikat, (maka) برهان (dalil atau bukti) tidak termasuk sifat yang mengikat (tapi sifat yang menyingkap-pen) karena tidak mungkin ada dalil/bukti bahwa bersama Allah ada sesembahan yang lain." [Syarh Tsalaatsati al-'Ushuul, Asy-Syaikh Muhammad bin Sholeh al-'Utsaimin, hal.35. Daar al-Kutub al-'Ilmiyyah]

Maksud penjelasan Asy-Syaikh al-'Utsaimin tentang kata :

 «لَا بُرْهَـٰنَ لَهُۥ بِه»

Artinya : "Padahal tidak ada suatu dalilpun baginya tentang itu."

Maksudnya, Allah tidak meminta dalil atau bukti atas kesyirikan mereka karena memang tidak ada dalil atau bukti. Kata «لَا بُرْهَـٰنَ لَهُۥ بِه» yaitu sebuah sifat yang di sebut sifat kasyifah yaitu sifat yang berfungsi untuk menyingkap kesyirikan mereka. Seperti contoh : "Es itu dingin". Kata "dingin" adalah sifat untuk menyingkap bahwa es itu memang dingin. Pertanyaannya, apakah ada es yang panas? Tentu tidak ada, karena itulah penambahan kata "dingin" pada kalimat diatas hanya untuk menyingkap bahwa sifat es itu sejatinya adalah dingin, tanpa ada kata "dingin" pun es pasti dingin. Demikian pula makna ayat diatas dan seperti itulah makna penjelasan Asy-Syaikh al-'Utsaimin tersebut.

Karena itu meminta kedekatan dan meminta syafaat kepada selain Allah termasuk perbuatan syirik dan termasuk perangai orang-orang jahiliyyah, maka dalam dua hal ini kita harus menjauhkan diri dan hal tersebut, karena hal itu adalah bentuk pemalingan ibadah untuk selain Allah.

Wallahu a'lam

***
Dompu, 15 Robiul Akhir 1440 H/22 Desember 2018

Penulis : Abu Dawud ad-Dombuwiyy 

Artikel : Meciangi-d.blogspot.com 

Related Posts:

EMPAT QOIDAH DALAM MEMAHAMI KESYIRIKAN #1


Jika kita berbicara tentang kesyirikan, maka kita harus kembali pada sejarah orang-orang jahiliyah di zaman Rasulullah shallallah ‘alaihi wa salam, sebab hal tersebut akan menyadarkan kita bahwa orang-orang jahiliyah dahulu adalah orang yang sangat mengenal Allah. Bahkan mereka lebih mengenal Allah dari pada kaum muslimin sekarang ini. Dan termasuk orang-orang yang sangat mengenal Allah tersebut adalah kedua orang tua Nabi kita Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam beserta paman-pamannya.

Secara umum ada empat keadaan orang-orang jahiliyah ketika itu :

1. Orang-orang jahiliyah ketika itu adalah orang-orang yang mengakui bahwa Allah sebagai Pencipta, Allah yang pengatur segala urusan, Allah yang menurunkan hujan, Allah yang memberikan rizki dan lain sebagainya. 

2. Orang-orang jahiliyah ketika itu adalah orang-orang yang juga menyembah berhala, dengan keyakinan berhala-berhala tersebut mampu mendekatkan mereka kepada Allah dengan sedekat-dekatnya, dan mereka juga memiliki keyakinan bahwa berhala-berhala tersebut mampu memberikan syafaat untuk mereka di hadapan Allah. 

3. Orang-orang jahiliyah ketika itu adalah orang-orang yang memiliki banyak sesembahan, ada yang menyembah malaikat, ada yang menyembah para Nabi, ada yang menyembah orang-orang shaleh, ada yang menyembah bebatuan, pepohonan, dan diantara mereka ada yang menyembah matahari dan bulan.

4. Orang-orang jahiliyah ketika itu adalah orang-orang yang bertauhid disatu sisi. Artinya kadang-kadang mereka menyembah Allah dan berdoa kepada Allah ikhlas hingga mereka lupa terhadap berhala-berhala dan segala macam sesembahannya. Ini terjadi ketika mereka di kepung oleh bahaya. Tapi ketika mereka dalam keadaan senang dan gembira, mereka senantiasa berbuat syirik dengan menyembah Allah di satu sisi dan menyembah berhala-berhala di sisi lain. Karena itulah mereka dijuluki sebagai orang-orang yang berbuat syirik. 

Empat keyakinan diatas mayoritas dianut orang seluruh orang-orang jahiliyyah ketika itu, termasuk juga karib kerabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam baik Ibu dan Ayah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam maupun paman-paman Beliau.

PENJELASAN QOIDAH YANG PERTAMA

Berkata Asy-Syaikh Muhammad At-Tamimi rahimahullah :

أن تعلم أن الكفار الذين قاتلهم رسول الله -صلى الله عليه و سلم- مقرون بأن الله تعالى هو الرازق الخالق المدبر، و أن ذلك لم يدخلهم في الإسلام

"Agar kamu ketahui, bahwasannya orang-orang kafir yang diperangi oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengakui bahwa Allah Ta'ala Dia yang memberi rizki, yang menciptakan, yang mengatur segala urusan, dan hal tersebut tidak lantas memasukkan mereka kedalam agama Islam."

Dalilnya adalah firman Allah :

 قُلْ مَن يَرْزُقُكُم مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلْأَرْضِ أَمَّن يَمْلِكُ ٱلسَّمْعَ وَٱلْأَبْصَـٰرَ وَمَن يُخْرِجُ ٱلْحَىَّ مِنَ ٱلْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ ٱلْمَيِّتَ مِنَ ٱلْحَىِّ وَمَن يُدَبّ»
«ٱلْأَمْرَ ۚ فَسَيَقُولُونَ ٱللَّهُ ۚ فَقُلْ أَفَلَا تَتَّقُونَ

Artinya : "Katakanlah: Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?" Maka mereka akan menjawab: "Allah". Maka katakanlah "Mangapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya)?" (QS. Yunus : 31)

Berkata Asy-Syaikh Muhammad bin Sa’id bin ‘Abdirrahmaan menjelaskan ayat diatas dalam syarahnya :

    أن الكفار الذين بعث فيهم نبينا محمد صلى الله عليه وسلم كانوا من ذرية اسماعيل، و كانت فيهم بقايا من دين إبراهيم"
عليه السلام، ولذلك لا عجب أنهم كانوا يقرون أن الله خالقهم ورازقهم ومدبر امرهم لكن هل أدخلهم ذلك الإقرار في دين الإسلام
وعصهم منهم الدم والمال؟

."بين المصنف بالدليل القاطع أن ذلك لم يدخلهم في الإسلام بل حكم الله بكفرهم وأمر نبيه بقتالهم

“Bahwasannya orang-orang kafir yang telah diutus kepada mereka Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dahulu mereka dari anak keturunan Nabi Ismail, dan dahulu mereka senantiasa tetap diatas agama Nabi Ibrahim ‘alaihissalam, karena demikian tidaklah mengherankan bila mereka mengakui bahwa Allah yang menciptakan mereka dan memberi rizki kepada mereka dan mengatur urusan mereka. Akan tetapi apakah dengan pengakuan tersebut telah memasukan mereka kedalam agama Islam dan terjaga darah mereka dan harta mereka? 

Penulis (Asy-Syaikh Muhammad At-Tamimi) telah menunjukkan dalil yang pasti bahwasannya hal itu tidak memasukkan mereka kedalam Islam bahkan Allah telah menghukumi mereka dengan kekafiran dan Allah telah memerintahkan Nabi-Nya untuk memerangi mereka”. (Syarh Al-Qawaaidil Arbaa’, Ta’lif Muhammad bin Sa’id bin ‘Abdirrahmaan, hal 24)

Berkata Asy-Syaikh Shalih bin Sa'id As-Suhaimi : 

هذه القاعدة الأولى أن الإقرار بتوحيد الرببية أمر قد فطر به أكثر الناس، حتى المشركين، فقوم نوح، وقوم عاد، وقوم صالح، و كفار قريش، كلهم يقرون بأن الله هو الخالق الرازق

هذه القاعدة الأولى من القواعد الأربع أن كثيرا من المشركين، ومنهم و كفار قريش، و كذلك قوم نوح، وقوم عاد، وقوم هود، وغيرهم؛ بل أكثر المشركين كانوا يقرون بتوحيد الربوبية؛ يعني يعتقدون أن الله خالقهم ورازقهم، ومالكهم، و بارئهم والمتصرف فيهم، و أنه هو الذي يحي ويميت، وبيده الأمر كله، و إليه يرجع أمر كله، غير أن هذا الإقرار بتوحِيد الربوبية، لم يكونوا به مسلمين؛ لأنهم جحدُوا لأزمه وهو توحيد الألوهية، جحدوا أن يكون الله -تعالى- هو المستحق للعبادة، فلما جحدوه ما نفعهم هذا الإقرار

"Ini adalah qoidah yang pertama bahwasannya pengakuan terhadap tauhid rububiyyah merupakan perkara yang difitrahkan kepada kebanyakan manusia, sampai orang-orang musyrik (yaitu orang-orang yang berbuat syirik), kaum Nuh, kaum 'Aad, kaum Shaleh dan orang-orang kafir Quraisy-pun, mereka seluruhnya mengakui bahwasannya Allah adalah yang menciptakan dan yang memberi rizki.

Qoidah yang pertama ini termasuk qoidah yang empat bahwa kebanyakan dari orang-orang yang berbuat syirik, diantara mereka yaitu orang-orang kafir Quraisy, demikian juga kaum Nuh, kaum 'Aad, kaum Hud, dan selain dari mereka ; bahkan kebanyakan orang-orang yang berbuat syirik tersebut dahulu mereka mengakui tentang tauhid rububiyah ; yaitu mereka berkeyakinan bahwasannya Allah yang menciptakan mereka, memberi rizki kepada mereka, menguasai mereka, menciptakan mereka dan yang melakukan daya upaya atas mereka, dan bahwa Dia-lah yang yang menghidupkan dan mematikan, dan di tangan-Nya semua urusan dan kepadanya kembali semua urusan, walaupun demikian bahwa pengakuan mereka tentang tauhid rububiyah ini tidak lantas menjadikan mereka muslim ; karena mereka telah menolak perkara yang wajib yaitu tauhid uluhiyyah, mereka telah menolak menjadikan Allah -Ta'ala- yaitu yang berhak diberikan kepada-Nya ibadah, dan tatkala mereka menolak hal itu maka tidaklah bermanfaat bagi mereka pengakuan tersebut." (Syarh Qawaaidil Arbaa' Li Syaikhil Islam Al-Mujaddid Asy-Syaikh Muhammad At-Tamimiy, Li Fadhilati Asy-Syaikh Shalih bin Sa'id As-Suhaimi, hal.8)

Kembali Asy-Syaikh Shalih bin Sa'id As-Suhaimi mengatakan :

   :قبل ذلك ذكر الشيخ دليلا -والأدلة كثيرة- فقال 

"Sebelum itu Asy-Syaikh (Muhammad At-Tamimi) menyebutkan suatu dalil -yaitu dalil-dalil yang banyak- Allah berfirman 

قُلْ مَن يَرْزُقُكُم مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلْأَرْضِ أَمَّن يَمْلِكُ ٱلسَّمْعَ وَٱلْأَبْصَـٰرَ وَمَن يُخْرِجُ ٱلْحَىَّ مِنَ ٱلْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ ٱلْمَيِّتَ مِنَ ٱلْحَىِّ» «وَمَن يُدَبِّرُ ٱلْأَمْر ۚ فَسَيَقُولُونَ ٱللَّهُ ۚ فَقُلْ أَفَلَا تَتَّقُونَ

Artinya : "Katakanlah, siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?" Maka mereka akan menjawab: "Allah". Maka katakanlah "Mangapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya)?" (QS. Yunus : 31)

 Allah 'Azza wa Jalla juga berfirman : 

«وَلَئِن سَأَلْتَهُم مَّنْ خَلَقَ ٱلسَّمَـٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ لَيَقُولُنَّ ٱللَّهُ ۚ قُلِ ٱلْحَمْدُ لِلَّه»

Artinya : "Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?" Tentu mereka akan menjawab: "Allah". (QS. Lukman : 31)

Berkata Asy-Syaikh Shalih bin Sa'id As-Suhaimi dalam mengomentari ayat diatas :
  
     هذا الإقرار لا ينفعهم وحده؛ لأنهم كفروا بلازمه وهو كون الله معبودا ومستحقا للعبادة
  :ولذلك كفار كريش ما انكروا الربوبية؛ بل أنكروا الألوهية قال 

"Pengakuan ini tidak bermanfaat bagi mereka sendiri; karena mereka telah kafir dengan kewajibannya yaitu menjadikan Allah yang disembah dan yang berhak menerima ibadah, karena itu orang-orang kafir Quraisy tidak mengingkari tauhid rububiyyah, tetapi mereka mengingkari tauhid uluhiyyah. Allah berfirman:  

«أَجَعَلَ ٱلْـَٔالِهَةَ إِلَـٰهًۭا وَٰحِدًا ۖ إِنَّ هَـٰذَا لَشَىْءٌ عُجَابٌۭ»

Artinya : "Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan Yang Satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan. (QS. Shod : 5)

Maksudnya, mengapa Muhammad menjadikan tuhan-tuhan yang banyak itu cuma satu Tuhan saja? Sungguh ini benar-benar ajaib. Jadi dalam hal ini mereka menganggap menyembah satu sesembahan yaitu Allah saja, itu merupakan perkara yang sangat mengherankan. 

Berkata Asy-Syaikh Shalih bin Sa'id As-Suhaimi dalam melanjutkan syarahnya :

:وقد ربط الله بين هذين الأمرين في آية البقرة وغيرها من الآيات؛ في آيتين من سورة البقرة

"Sungguh Allah telah mengikat antara dua perkara ini (tauhid rububiyyah dan tauhid uluhiyyah) dalam surat Al-Baqaroh dan yang selainnya dari ayat-ayat (Al-Qur'an) ; dalam dua ayat dari surat Al-Baqaroh (yaitu) : 

يَـٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱعْبُدُوا۟ رَبَّكُمُ ٱلَّذِى خَلَقَكُمْ وَٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ.ٱلَّذِى جَعَلَ لَكُمُ ٱلْأَرْضَ فِرَٰشًۭا وَٱلسَّمَآءَ بِنَآءًۭ وَأَنزَلَ»
 «مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءًۭ فَأَخْرَجَ بِهِۦ مِنَ ٱلثَّمَرَٰتِ رِزْقًۭا لَّكُمْ ۖ فَلَا تَجْعَلُوا۟ لِلَّهِ أَندَادًۭا وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ

Artinya : "Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa, Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui. (Al baqaroh : 21-22)

Berkata Asy-Syaikh Shalih bin Sa'id As-Suhaimi dalam menjelaskan surat Al-Baqaroh 21,22 diatas :
        
       أولا امر بالعبادة ثم بين الأدلة التي بها  يستحق العبادة   (فَأَخْرَجَ بِهِۦ مِنَ ٱلثَّمَرَٰتِ رِزْقًۭا لَّكُمْ) ، (وَأَنزَلَ مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءً) وهو الذي بارك في هذا الماء، وهو الذي أنبت النبات ثم ختم الآيات بقوله (فَلَا تَجْعَلُوا۟ لِلَّهِ أَندَادًۭا وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ) أٰي إذا علمتم أن الله -سبحانه وتعالى- هو الذي اوجد ذلك كله، ورزقكم، وخلقكم، ومنّ عاليكم، فعليكم أن تفردوه وحده، وأن لا تجعلوا له أندادا، والند هو المثيل و النظير و الشبيه، فإن الذي خلقنا و رزقنا و أحيانا و يميتنا، هو القادر على إحيائنا مرة أخرى، هو المستحق للعبادة وحده دونما سواه

إذن هذا القاعدة خلاصتها أن أكثر المشركين يقرون بتوحيد الربوبية؛ لكنه لا ينفعهم لأنهم ما عبدوا الله؛ بل ذبحوا لغيرالله، ونذروا لغيرالله، واستغاثوا بغيرالله وتوكلوا على غيرالله وطلبوا الهدى من غيرالله, فما اشبه الليلة بالبارحة

"Yang pertama, Dia telah memerintahkan (kita) untuk beribadah lalu menunjukkan dalil-dalil yang dengan dalil-dalil tersebut Dia pantas untuk diberikan kepada-Nya ibadah (lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu), (dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit), dan Dia (pula) yang telah memberkati air tersebut, dan Dia yang telah menumbuhkan tumbuh-tumbuhan kemudian Dia menutup ayat tersebut dengan firman-Nya (karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui) yaitu apabila kalian telah mengetahui bahwasannya Allah -Mahasuci Dia dan Maha Tinggi- Yang telah menciptakan itu semua, dan yang telah memberikan kepada kalian rizki, dan yang telah menciptakan kalian, dan menganugerahkan kepada kalian, maka wajib bagi kalian mengesakan-Nya semata, dan agar kalian tidak menjadikan bagi-Nya tandingan-tandingan, tandingan yaitu yang seperti, yang menjadi padanan, yang serupa, maka sesungguhnya Dia-lah yang telah menciptakan kita, yang memberi rizki kepada kita, yang menghidupkan kita dan yang mematikan kita, Dia-lah yang Maha mampu menghidupkan kita kembali sekali lagi, Dia-lah semata-mata yang pantas di ibadahi bukan selain-Nya.

Dengan demikian, qoidah ini merupakan inti sarinya yaitu bahwa kebanyakan kaum musyrikin (orang-orang yang berbuat syirik) mengakui tauhid rububiyyah; akan tetapi itu tidak bermanfaat bagi mereka karena mereka tidak beribadah kepada Allah; bahkan mereka menyembelih untuk selain Allah, dan mereka bernadzar untuk selain Allah, dan mereka beristighotsah kepada selain Allah, dan mereka bertawakkal kepada selain Allah, dan mereka meminta petunjuk kepada selain Allah, dan apa saja yang menyerupai itu, bagaikan (gelapnya) malam kemarin."  (Syarh Qawaaidil Arbaa' Li Syaikhil Islam Al-Mujaddid Asy-Syaikh Muhammad At-Tamimiy, Li Fadhilati Asy-Syaikh Shalih bin Sa'id As-Suhaimi, hal.8-9)

Berarti pengakuan mereka bahwa Allah yang menciptakan mereka dan memberi rizki kepada mereka dan mengatur urusan mereka hanya keyakinan dalam bentuk rububiyyah saja, karena pengakan dalam rububiyyah tidak memasukkan seseorang dalam Islam. Artinya mereka orang-orang kafir qurais ini telah bertauhid rububiyah namun tauhidnya ini tidak lantas memasukkan mereka ke dalam Islam karena mereka menolak tauhid uluhiyyah yaitu mengesakan Allah dalam ibadah, karena itu mereka tetap dihukumi sebagai orang kafir oleh Allah dan Rasul-Nya. Karena itu tauhid rububiyyah bukan ukuran seseorang itu bisa katakan muslim, camkan itu. Semoga bermanfaat.

***
Dompu, 20 Robiul Awwal 1440 H/6 Desember 2018

Penulis : Abu Dawud ad-Dombuwiyy 

Artikel : Meciangi-d.blogspot.com 

Related Posts:

WAJIB BELAJAR BAHASA ARAB

Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim termasuk muslimah, karena itu orang yang berjalan untuk mencari ilmu Allah akan mudahkan jalannya menuju surga. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

“Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim, no. 2699)

Hadits ini menjadi motivasi tersendiri bagi para penuntut ilmu agar lebih semangat lagi dalam mencari tempat-tempat untuk menimba ilmu syar'i. Dan ilmu syar'i yang harus di pelajari pertama kali adalah adab. Pelajaran adab ini meliputi banyak hal dan yang paling pokok dari perkara adab adalah adab kepada Allah 'Azza wa Jalla atau kita sering  menyebutnya dengan tauhid.

Kedua setelah mempelajari tauhid, maka hendaknya kita mempelajari bahasa arab. Tidak mungkin kita bisa memahami agama Islam dengan benar tanpa bahasa arab. Dan belajar bahasa arab hukumnya menjadi dua sebagaimana disebutkan oleh guru-guru kita di pesantren dahulu.

1. Fardu Kifayah
2. Fardu 'Ain

Fardu kifayah artinya jika sudah ada sebagian kaum muslimin yang mempelajarinya maka gugur kewajiban bagi yang lainnya. Kedua fardu 'ain yaitu wajib bagi orang-orang tertentu saja seperti para ulama yang akan berfatwa, ahli tafsir, ahli fikih, dan wajib juga bagi para penuntut ilmu syar'i seperti kita, karena bahasa arab merupakan wasilah untuk memahami Al-Qur'an dan as-Sunnah. Sebuah qoidah mengatakan :

ما لا يتم الواجب الا به فهو واجب

"Apa-apa yang tidak sempurna perkara yang wajib kecuali dengannya maka dia itu wajib."

Memahami Al-Qur'an dan Sunnah merupakan kewajiban, dan tidak akan sempurna memahami keduanya tanpa mempelajari bahasa arab. Maka disini mempelajari bahasa arab hukumnya menjadi wajib karena dia menjadi wasilah untuk memahami perkara yang wajib yaitu Al-Qur'an dan Sunnah.

Karena demikian, maka perlu kiranya kita mengenal sedikit tentang cabang ilmu bahasa arab, diantaranya yaitu :

1. Nahwu
2. Shorof

Nahwu adalah cabang ilmu bahasa arab yang secara khusus mempelajari harokat akhir suatu kata. Contoh :

كِتَابٌ, كِتَابًا, كِتَابٍ

Tugas ilmu Nahwu yaitu mempelajari harokat akhir, kenapa bisa berharokat Dommah (  ٌ ), atau fathah ( ً  ), atau kasroh (  ٍ ) atau sukun (  ْ ) .

Adapun ilmu shorof yaitu ilmu yang mempelajari perubahan kata dari satu bentuk ke bentuk lainnya, yaitu dengan mengikuti pola-pola tertentu. Contoh :

ضَرَبَ  - يَضْرِبُ - ضَرْبًا

Kata ضَرَبَ artinya telah memukul. Kata يَضْرِبُ artinya sedang memukul dan kata ضَرْبًا artinya pukulan atau pemukulan dan seterusnya.

Setelah memahami ini, maka perlu diketahui bahwa ilmu Nahwu dan Shorof tidak bisa dipisahkan dan harus beriringan, Berkata Al-Ustadz Abu Umairoh hafidzahullah :

“Kalaulah ilmu Shorof adalah bapaknya bahasa arab, maka ilmu Nahwu adalah Ibunya. Maka dari keduanya-lah lahir cabang-cabang ilmu bahasa arab lainnya. Sebagaimana mulianya sang Ibu bagi kita, demikian juga kedudukan ilmu Nahwu dalam cabang ilmu bahasa arab. Ini isyarat kuat akan pentingnya ilmu Nahwu bagi para penuntut ilmu.”

Dan Ibu kedudukannya lebih mulia dari Bapak sebagaimana yang maruf di tengah-tengah kita. Demikian juga ilmu Nahwu dan Shorof. Yang menunjukkan ilmu Nahwu adalah induk bahasa arab yaitu sejarah peletakan ilmu bahasa arab itu sendiri yang berawal dari kisah Abul Aswad Ad-Duali dengan anaknya yang kemudian hal ini diadukan kepada Ali radhiyallahu 'anhu tentang kekhawatirannya akan hilangnya bahasa arab yang fasih. Kisah ini di kisahkan dalam banyak kitab Nahwu diantatanya dalam Syarh Al-Alfiyah Ibnu Malik oleh Ibnu Aqil, atau Syarh Al-Alfiyah Ibnu Maalik oleh Fadhilatu Asy-Syaikh Muhammad bin Sholih Al-'Utsaimin, hal.19.  Ali radhiyallahu 'anhu mengatakan :

   ((انْحُ هذا النَّحْوَ))

"Teruskan arah ini."

Kisah ini dianggap sebagai awal mula peletakan ilmu Nahwu. Karena itu wajar saja jika ilmu Nahwu disebut sebagai induk bahasa arab karena cabang ilmu bahasa arab yang pertama kali diletakkan oleh Ali adalah ilmu Nahwu. Karena itu berkata Imam Asy-Syafi'i rahimahullah :

مَنْ تَبَحَّرَ فِي النَّحْوِ إِهْتَدَى إِلَى جَمِيْعِ الْعُلُوْمِ

"Barangsiapa yang menguasai ilmu Nahwu, dia dimudahkan untuk memahami seluruh ilmu." (Syadzarat adz-Dzahab,2/407. Daar Ibni Katsir)

Berkata pula Imam Asy-Syafi'i :

"Tidaklah aku ditanya tentang suatu permasalahan fiqih kecuali aku menjawabnya dengan kaidah-kaidah Nahwu." (Syadzarat adz-Dzahab,2/407. Daar Ibni Katsir)

Ini menunjukan bahwa ilmu Nahwu memiliki peran yang sangat penting bagi para ulama, tentunya juga ini menjadi motivasi bagi kita. Walaupun demikian, ingat bahwa belajar Nahwu tanpa belajar ilmu Shorof tidak sempurna atau tidak akan efektif kecuali dibarengi dengan mempelajari keduanya.

Karena itu sebagai penutup, mari kita terus motivasi diri kita untuk tetap semangat belajar bahasa arab. Masa-masa lemah semangat, turun iman, lalai dan lain sebagainya itu adalah sunnatullah yang berjalan berdasarkan ketentuan qada' dan qadar Allah, karena itu para ulama dalam kitab-kitab mereka sering mengatakan bahwa iman itu naik dan turun. Berkata Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa'di rahimahullah :  
                      
   ولهذا كان الأئمة و السلف يقولون :  الإمان قول القلب و اللسان، و عمل القلب و اللسان و الجوارح. وهو : قول وعمل واعتقاد يزيد بالطاعة، و ينقص بالمعصية 
[التوضيح والبيان لشجرة الإمان، ض ٥]

"Karena itu para Imam dan pada Salaf berkata : Iman adalah ucapan hati dan lisan, amalan hati dan lisan dan anggota badan. Dia merupakan ucapan, amalan dan keyakinan yang naik dengan keimanan dan turun dengan kemaksiatan. (At-Taudhihu wa Al-Bayaan Li-Syajaratil Imaan, hal.5)

Inti sari ucapan ini bahwa iman itu naik dan turun, naik dengan ketaatan dan turun dengan kemaksiatan. Ini adalah aqidah salaf dalam hal keimanan, yang membedakan mereka dengan kelompok-kelompok yang menyimpang lainnya, siapa saja yang mengingkari hal ini berarti dia bukan ahli sunnah salafi. Karena itu wajib kita menaikkannya kembali iman kita dengan bertaubat selalu kepada Allah. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bertaubat kepada Allah setiap hari 100 x, dan kita sebagai umatnya juga hendaknya demikian.

Semoga Allah membimbing kita semua diatas ketaatan dan keistiqomahan agar tetap terus menerus menuntut ilmu hingga akhir hayat kita. Semoga bermanfaat. Wallahu a'lam.

*** 

Dompu, 25 Rabiul Awwal 1440H/3 Desember 2018

Penulis : Abu Dawud ad-Dombuwiyy 

Artikel : Meciangi-d.blogspot.com 

Related Posts:

FAEDAH NAHWU


Dalam cabang ilmu bahasa arab ada yang namanya ilmu Nahwu, yaitu ilmu yang mempelajari tentang grammar bahasa arab. Dan dalam pelajaran nahwu, kita dituntut untuk mengetahui kedudukan setiap kalimat, kenapa berharokat dommah, fathah, kasroh dan sukun.  Sekarang kita akan berbicara tentang macam-macam huruf Jar, yaitu huruf yang membuat kalimat menjadi kasroh (berbaris bawah) diantara sebagian huruf jar yaitu :

1. مِنْ       

2. اِلَى    

3. عَنْ           

4. عَلَى

5. فِي

6. رُبَّ

7. اَلْبَاءُ

8. اَلْكَافُ

9. اَللَّامُ

Huruf jar yg didunakan untuk sumpah yaitu:
10.وَ
11.بِ
12.تَ

PENJABARAN:

1.Huruf مِنْ (min) terbagi 2.

A. Huruf مِنْ لِلْاِبْتِدَاءِ (Huruf min untuk menunjukan permulaan). Contoh firman Allah 'Azza wa Jalla :

 (مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ» ( الإسراء : ١»

Artinya: "Dari masjidil harom." (QS.Al-Isro' : 1)

Maknanya, perjalanan isro mi'roj bermula dari masjidil harom, dalilnya adalah huruf مِنْ.

B. Huruf مِنْ لِلتَّبْعِيْضِ (min bermakna sebagian). Contoh firman Allah 'Azza wa Jalla :

(وَ مِنْهُمْ مَنْ كَلَّمَ اللَّهُ» (البقرة : ٢٥٣»

Artinya: "Sebagian mereka (para Nabi) ada yang Allah ajak bicara." (QS.Al-Baqarah : 253)

Huruf مِنْ pada ayat diatas menunjukan makna sebagian, yaitu sebagian Nabi saja yang Allah ajak bicara. Berkata Ibnu Katsir rahimahullah:

وقال ههنا «تلك الرسل فضلنا بعضهم على بعض و منهم من كام الله» يعني موسى ومحمدا صلى الله عليه وسلم، وكذلك آدم كما
 .ورد به الحديث المروي في صحيح ابن حبان عن أبي ذر رضي الله عنه
[تفسير ابن كثير، ١\٢٧٧. دار الكتب العلمية]

Allah berfirman disini : Artinya : "Rasul-rasul itu Kami lebihkan sebagian (dari) mereka atas sebagian yang lain. Di antara mereka ada yang Allah berkata-kata (langsung dengan Dia), maksudnya yaitu Nabi Musa dan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, dan seperti itu juga Nabi Adam sebagaimana telah datang mengenai hal ini sebuah hadits yang diriwayatkan dalam shohih Ibnu Hibban dari Abu Dzar radhiyallahu 'anhu." [Tafsiir Ibni Katsiir, 1/277, pustaka Daarul Kutub al-Ilmiyyah]

Pada penjelasan Ibnu Katsir tentang ayat diatas, Nabi yang diajak bicara langsung oleh Allah Ta'ala itu hanya ada tiga orang Nabi saja, yaitu Nabi Adam, Nabi Musa dan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihimussalam, selain ketiga Nabi ini tidak ada. Itulah makna huruf «مِنْ» pada ayat «مِنْهُمْ مَنْ كَلَّمَ اللَّهُ».

2.Huruf اِلَى terbagi menjadi 2

A. Huruf اِلَى لِلْاِنْتِهَاءِ (Huruf ila untuk menunjukkan makna penghabisan atau ujung) yang terkait dengan keterangan tempat. Contoh firman Allah 'Azza wa Jalla :

(اِلَى الْمَسْجِدِ الْعَقْصَى» (الإسراء : ١»

Artinya: "Ke masjidil aqsho." (QS. Al-Isroo' : 1)

Maknanya, isro mi'roj itu dimulai dari Masjidil Harom dan berakhir di Masjidil Aqsho untuk lingkup dunia. Dan huruf اِلَى diatas menunjukkan keterangan tempat yaitu menuju ke Masjidil Aqsho.

B. Huruf اِلَى لِلْاِنْتِهَاء (kedua huruf ila untuk menunjukkan makna penghabisan atau ujung) yang terkait keterangan waktu. Firman Allah 'Azza wa Jalla :

(ثُمَّ اَتِمُّوْا الصِيَامَ اِلَى الَيْلِ» (البقرة : ١٨٧»

Artinya : "Kemudian sepurnakanlah puasa itu sampai datang malam." (QS.Al-Baqaroh : 187)

Artinya, ayat ini berbicara tentang puasa yang di mulai dari terbit fajar, dan berakhir/berujung pada awal malam yaitu waktu maghrib. Jadi huruf اِلَى disini menunjukan  batas akhir puasa, yaitu terbenamnya matahari. Dan ini menunjukkan keterangan waktu.

3.Huruf عَنْ terbagi menjadi 1

A. Huruf عَنْ لِلتَّبْعِيْضِ (Huruf 'an untuk menunjukan makna sebagian). Contoh :

ذَهَبْتُ عَنِ الْبِلَادِ

Artinya : "Saya pergi ke sebagian negeri."

Arti : اَلْبِلَاد (negeri-negeri), tapi bisa bermakna sebagian negeri. 

4. Huruf عَلَى لِلْاِسْتِعْلَاء (untuk menunjukan ketinggian), terbagi menjadi 2

A. Yaitu حَقِيْقَةً (ketinggian secara hakikat). Contoh firman Allah 'Azza wa Jalla :

(اَلرَّحْمَانُ عَلَى الْعَرْشِى اسْتَوَى» (طه : ٥»

Artinya : "(yaitu) Tuhan yang Maha Pemurah. Yang bersemayam di diatas Arsy." (QS.Thooha : 5)

Kata عَلَى menunjukkan ketinggian. Jika  ketinggian berkaitan dengan Allah maka maknanya yaitu ketinggian yang hakiki, artinya benar-benar berada diatas 'Arsy-Nya, jangan kita kiyaskan atau palingkan  maknanya ke makna lain seperti anggapan bahwa Allah ada dimana-mana, atau Allah ada di hati, bahkan kaum sufi mengatakan bahwa Allah menyatu dengan makhluk-Nya, waliyaadzubillah, dan sungguh ini anggapan yang sangat keliru. Yang benar adalah Allah Yang Maha Tinggi bersemayam diatas 'Arsy-Nya.  

B. Yaitu مَجَازًا (ketinggian secara kiyasan). Contoh firman Allah 'Azza wa Jalla :

(تِلْكَ الرُّسُلُ فَضَّلْنَا بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْض»ٍ (البقرة :٢٥٣»

Artinya : "Para Rasul itu Kami lebihkan sebagian mereka atas sebagian lainnya." 
(QS.Al-Baqaroh : 253)

Kata عَلَى pada ayat diatas maknanya kiyasan, yaitu ketinggian derajat, bukan ketinggian yang sifatnya hakikat seperti ketinggian Allah di atas Arsy-Nya.

5. Huruf فِيْ (fii) terbagi 3

A. Yaitu لِظَرْفِ الْمَكَانِ (untuk menunjukan keterangan tempat) Contoh firman Allah 'Azza wa Jalla :

(فِيْ اَدْنَى الْاَرْضِ» (الروم : ٣»

Artinya: "Di bumi yg terendah". (QS.Ar-Rum : 3)

Ayat diatas menjelaskan tentang telah dikalahkannya bangsa romawi di bumi yang terendah, dan huruf فِيْ pada ayat diatas menunjukkan keterangan tempat.

B. Yaitu لِظَرْفِ الزَّمَانِ (untuk menunjukan keterangan waktu) Contoh firman Allah 'Azza wa Jalla :

(فِيْ بِضْعِ سِنِيْنَ» (الروم : ٤»

Artinya: "Dalam beberapa tahun lagi." (QS.Ar-Rum : 3)

Ayat diatas menjelaskan tentang akan datang kemenangan bagi bangsa romawi yaitu dalam beberapa tahun lagi. Huruf فِيْ pada ayat diatas menunjukkan keterangan waktu.

C. Yaitu لِلْاِسْتِعْلَاءِ (untuk menunjukan ketinggian). Contoh yaitu hadits Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam :

اَيْنَ اللَّهُ؟

"Dimana Allah?"

فِيْ السَّمَاءِ

"Diatas langit."

Huruf فِيْ pada hadits tersebut menunjukan makna diatas bukan didalam. Banyak orang-orang dari kalangan ahli kalam mengatakan Allah didalam langit. Untuk membantah anggapan mereka bahwa فِيْ pada hadits diatas bermakna didalam cukup dengan firman Allah yang mengisahkan tentang ucapan Fir'aun kepada tukang sihirnya yang beriman kepada Nabi Musa 'alaihissalam. Allah 'Azza wa Jalla berfirman :

(وَ لَاُصِلِّبَنَّكُمْ فِي جُذُوْعِ النَّخْلِ» (طه :٧١»

Artinya: "Dan sungguh aku akan menyalib kamu semua pada pangkal pohon kurma." 
(QS.Thooha : 71)

Huruf فِيْ pada ayat tersebut maknanya diatas pangkal pohon kurma, bukan didalam pangkal pohon kurma. Karena itu, sangat janggal jika mengatakan Allah didalam langit sebagaimana ucapan ahli kalam.

6. Huruf رُبَّ terbagi menjadi 2

A. Yaitu لِلْكَثِيْرِ (untuk menunjukan makna banyak). Contoh hadits Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam :

رُبَّ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلَّا الْجُوْعُ وَ الْعَطَشُ

"Betapa banyak orang yang berpuasa tidaklah yang dia dapatkan dari puasanya kecuali rasa lapar dan dahaga."

Dalam hadits yang lain Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda :

فَرُبَّ كَاسِيَةٍ فِيْ الدُّنْيَا عَارِيَةٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

"Betapa banyak wanita yang berpakaian di dunia, namun telanjang pada hari kiyamat."

B. Yaitu لِلتَّقْلِيْلِ (untuk menunjukkan makna sedikit) Contoh :

رُبَّ مَوْلُوْدٍ لَيْسَ لَهُ أَبٌ

"Jarang (sedikit) orang yang dilahirkan tanpa bapak."

Untuk membedakan mana رُبَّ yang bermakna banyak atau sedikit, bisa dilihat pada hadits-hadits Rasulullah. Kedua tergantung pada yang berbicara, apakah yang berbicara ingin memaknainya banyak atau sedikit.

Dan untuk huruf jar رُبَّ dia hanya memajrurkan isim dzohir dan isim yang nakiroh, walaupun boleh juga kadang masuk pada isim ma'rifah seperti dhomir.

7. Huruf ُاَلْبَاء terbagi enam

A. Huruf ِبَاءُ الْاِسْتِعَانَة (huruf ba untuk meminta tolong). Contoh firman Allah 'Azza wa Jalla :

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْمِ

"Dengan nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang."

Huruf بِ pada lafadz basmallah diatas bermakna doa, atau  meminta tolong. Kedua fungsinya untuk membatasi. Contoh :

بِسْمِ اللَّهِ اَكْتُبُ

"Hanya dengan nama Allah saya menulis."

Maknanya bahwa saya  menulis bukan dengan nama selain Allah, tetapi menulis hanya dengan nama Allah. Dalam kalimat diatas ada makna pembatasan, dan yang memberikan makna pembatasan adalah dikedepankannya jar dan majrur yaitu kata bismillah.

B. Huruf بَاءُ السَبَبِيَّةِ (ba bermakna sebab). Contoh firman Allah 'Azza wa Jalla :

(ٱدْخُلُوا۟ ٱلْجَنَّةَ بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ» (النخل:٣٢»

Artinya : "Masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan". 
(QS.An-Nahl : 32)

Huruf بِ pada ayat «بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُون» bermakna sebab. Dan sisi lain yang lebih penting yang bisa kita ambil hikmahnya, seseorang itu masuk surga sebenarnya bukan cuma karena amalnya, tapi lebih karena sebab rahmat Allah.

C. Huruf بَاءٌ لِلتَّعْوِيْضِ (ba bermakna pengganti). Contoh :

اِشْتَرَيْتُ هَذَا الْكِتَابَ بِدِرْهَمٍ

"Saya membeli kitab ini dengan uang dirham."

D. Huruf بَاءُ الْاِلْتِصَاقِ (ba bermakna nempel) terbagi 2 :

Pertama nempel secara hakikat. Contoh :

ضَرَبْتُ رَأْسِي بِيَدِي

"Saya memukul kepalaku dengan tanganku."

Maknanya antara tangan dan kepala secara hakikat benar-benar bersentuhan langsung atau nempel.

Kedua yaitu nempel secara hukum :

مَرَرْتُ بِزَيْدٍ

"Saya berpapasan dengan Zaid."

Maknanya bukan nempel secara hakikat seperti bersentuhan, tapi maknanya berpapasan.

E. Huruf بَاءُ الظَرْفِيَّةِ اَلْمَكَنِيَّةِ (ba bermakna keterangan tempat). Contoh :

اِجْتَمَعْنَا بِالْمَنْزِلِ

"Kami berkumpul di rumah."

F. Huruf بَاءُ الْقَسَمِ
(Huruf ba untuk sumpah). Contoh :

«فَكَيْفَ إِذَآ أَصَـٰبَتْهُم مُّصِيبَةٌۢ بِمَا قَدَّمَتْ أَيْدِيهِمْ ثُمَّ جَآءُوكَ يَحْلِفُونَ بِٱللَّهِ إِنْ أَرَدْنَآ إِلَّآ إِحْسَـٰنًۭا وَتَوْفِيقًا»

Artinya : "Maka bagaimanakah halnya apabila mereka (orang-orang munafik) ditimpa sesuatu musibah disebabkan perbuatan tangan mereka sendiri, kemudian mereka datang kepadamu sambil bersumpah: "Demi Allah, kami sekali-kali tidak menghendaki selain penyelesaian yang baik dan perdamaian yang sempurna." (QS. an-Nisa' : 62)

8. Huruf اَلْكَافُ (huruf kaf) terbagi 2

A. Huruf اَلْكَافُ لِلتَّشْبِيْهِ (huruf kaf untuk penyerupaan). Artinya untuk menyerupakan dua dzad yang berbeda. Contoh firman Allah :

(وَهِىَ تَجْرِى بِهِمْ فِى مَوْجٍۢ كَٱلْجِبَالِ» (هود : ٤٢»

Artinya : "Dan bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana gunung." 
(QS.Hud : 42)

Allah memperumpamakan gelombang banjir Nabi Nuh pada waktu itu seperti gunung. Huruf كا pada kalimat «كَٱلْجِبَالِ» fungsinya untuk menyerupakan.

B. Huruf اَلْكَافُ زَائِدٌ لِلتَّوْكِيْدِ (huruf kaf tambahan untuk menguatkan). Contoh firman Allah :

(لَيْسَ كَمِثْلِهِۦ شَىْءٌۭ ۖ وَهُوَٱلسَّمِيعُ ٱلْبَصِيرُ» (الشورى :  ١١»

Artinya : "Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat." (QS.Asy-Syura : 11)

Huruf كا pada kalimat «كَمِثْلِهِ» fungsinya untuk menguatkan, yakni benar-benar tidak ada yang serupa dengan Allah. Jika huruf ك pada kalimat «كَمِثْلِهِ» dibuang, maka hal itu tidak akan merubah makna ayat karena arti huruf ك dan kata «مِثْلِ» pada kalimat «كَمِثْلِهِ» sama maknanya yaitu seperti atau semisal. Namun Allah Ta'ala Maha Tau tentang apa yang akan terjadi, karena itu Allah 'Azza wa Jalla menambah huruf ك pada ayat diatas sebagai penguat untuk membantah orang-orang yang datang diakhir zaman seperti sekarang ini yang  menta'wil nama-nama dan sifat-sifat Allah Ta'ala seperti ahlut ta'thil misalnya atau orang-orang yang menyerupai mereka.

9. Huruf اَللَّامُ (huruf lam) terbagi menjadi 4

A. Huruf اَللَّامُ لِلْمِلْكِ (huruf lam menunjukkan makna kepemilikan). Contoh firman Allah 'Azza wa Jalla :

(لِّلَّهِ مَا فِى ٱلسَّمَـٰوَٰتِ وَمَا فِى ٱلْأَرْضِ» (البقرة : ٢٨٤»

Artinya : "Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi." 
(QS.Al-Baqaroh : 284)

Huruf lam pada kata «لِّلَّهِ» menunjukkan makna kepemilikan, yaitu milik Allah segala apa yang ada di langit dan di bumi, termasuk kita.

B. Huruf اَللَّامُ لِسِبْهِ الْمِلْكِ (huruf lam yang bermakna menyerupai kepemilikan). Contoh :

اَلْبَابُ لِلْبَيْتِ

"Pintu itu milik rumah."

Maknanya rumah adalah bangunan utuh yang tersusun dari semua elemen-elemen penyusunnya, diantaranya adalah pintu. Dan pintu adalah milik rumah. Ini disebut menyerupai kepemilikan karena kepemilikan rumah terhadap pintu sifatnya nisbi atau tidak mutlak, sebab pemilik sejati rumah dan segala yang ada di dalamnya adalah manusia. 

C. Huruf اَللَّامُ للْإسْتِحْقَاقِ (huruf lam yang bermakna hak). Contoh firman Allah 'Azza wa Jalla :

(ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَـٰلَمِينَ» (الفاتحة : ١»

Artinya : "Segala puji hak Allah, Tuhan semesta alam." (QS.Al-Fatihah : 1)

Contoh lain :

اَلْفَصَاحَةُ لِقُرَيْشٍ

"Kefasihan itu hak kaum quraisy"

D. Huruf اَللَّامُ لِلتَّعْلِيْلِ (huruf lam yang menunjukkan makna sebab). Contoh firman Allah 'Azza wa Jalla :

(لِإِيلَـٰفِ قُرَيْشٍ» (قريش : ١»

Artinya : "Karena sebab kebiasaan orang-orang Quraisy." (QS.Quraisy : 1)

Contoh lainnya :

جِئْتُ لِاِكْرَامِكَ

"Saya datang karena sebab memuliakanmu."

10. Huruf, وَ بَ تَ (huruf-huruf sumpah). Contoh :

وَاللَّهِ, بِاللَّهِ, تَاللَّهِ

"Demi Allah, demi Allah, demi Allah."

Arti tiga lafadz sumpah di atas sama yaitu demi Allah. Allah 'Azza wa Jalla juga berfirman :

(ثُمَّ لَمْ تَكُن فِتْنَتُهُمْ إِلَّآ أَن قَالُوا۟ وَٱللَّهِ رَبِّنَا مَا كُنَّا مُشْرِكِينَ» (الانعام : ٢٣»

Artinya : "Kemudian tiadalah fitnah mereka, kecuali mengatakan: "Demi Allah, Tuhan kami, tiadalah kami mempersekutukan Allah." (QS.Al-An'am : 23)

Kata «وَٱللَّهِ» adalah lafad sumpah dengan menggunakan huruf وَ. Allah 'Azza wa Jalla juga berfirman :

«فَكَيْفَ إِذَآ أَصَـٰبَتْهُم مُّصِيبَةٌۢ بِمَا قَدَّمَتْ أَيْدِيهِمْ ثُمَّ جَآءُوكَ يَحْلِفُونَ بِٱللَّهِ إِنْ أَرَدْنَآ إِلَّآ إِحْسَـٰنًۭا وَتَوْفِيقًا»

Artinya : "Maka bagaimanakah halnya apabila mereka (orang-orang munafik) ditimpa sesuatu musibah disebabkan perbuatan tangan mereka sendiri, kemudian mereka datang kepadamu sambil bersumpah: "Demi Allah, kami sekali-kali tidak menghendaki selain penyelesaian yang baik dan perdamaian yang sempurna." (QS. an-Nisa' : 62)

Kata «بِٱللَّهِ» adalah lafadz sumpah dengan menggunakan huruf بِ. Allah 'Azza wa Jalla juga berfirman :

(قَالَ تَٱللَّهِ إِن كِدتَّ لَتُرْدِينِ» (الصافات : ٥٦»

Artinya : "Ia berkata (pula): "Demi Allah, sesungguhnya kamu benar-benar hampir mencelakakanku." (QS. As-Saffat : 56)

Kata «تَٱللَّهِ» adalah sumpah dengan menggunakan lafadz huruf تَ. Dan untuk pembahasan huruf jar sumpah ini, sudah dibahas pada tulisan sebelumnya. 

Sebagai penutup, inilah sebagian makna huruf jar yang bisa kami tuliskan. Dan untuk lebih jelas, silahkan merujuk pada kitab-kitab Nahwu lanjutan seperti kitab Mulakhos, Mu'jam Nahwu Shorof, Mu'jam Mufashol, kitab Jamiud Durus, Alfiyah Ibnu Malik dan lain-lain. Dan mari kita terus mempelajari bahasa arab ini, agar pemahaman agama kita semakin kuat dan mantap. Kita memohon kepada Allah, agar menjadikan amal-amal ini ikhlas demi mengharap Wajah-Nya, dan kita berdoa semoga Allah teguhkan hati kita dan kaki kita untuk tetap berjalan diatas agama dan manhaj salaf yang shohih ini. Semoga bermanfaat.

Wallahu a'lam

***
 
Dompu-Nusa Tenggara Barat : 23 Rabiul Awwal 1440 H/1 Desember 2018

Penulis : Abu Dawud ad-Dompuwiyy
Artikel : Meciangi-d.blogspot.com


Related Posts: