MEREKA TERBUNUH KARENA CINTA #1

Bismillah, alhamdulillahi Rabbil 'aalamiin. Wa shallallahu 'ala Nabiyyina Muhammadin wa 'ala aalihi wa shahbihi ajma'iin. Wa ba'du.

Saudaraku, kisah dibawah ini merupakan kisah yang menceritakan bagaimana seorang muslim menjadi kafir keluar dari agamanya karena mabuk cinta, cinta yang tidak halal, cinta yang hina, kemudian menjadikan pelakunya mati dalam keadaan kafir. Waliyaadzubillah.

Pada zaman dahulu ada seorang pemuda yang cintanya tertambat kuat pada seorang gadis yang cantik jelita. Cinta terhadap seorang wanita kafir, sehingga menyebabkan pemuda ini murtad dari agama islam yang mulia ini.

Dikisahkan oleh Ibnul Jauzi dalam kitabnya Dzammul Hawa bahwa Sunaid berkata, “Aku mendengar Hajjaj berkata, 'Aku melihat orang yang mabuk cinta sampai ia rela masuk agama Nashrani'.” Aku mendengar syaikh kami, Abu al-Hasan Ali bin Ubaidillah az-Zhaguni bercerita bahwa seorang pemuda memperbaiki pintu rumah wanita Nashrani lalu dia melihat nya dan mencintainya. 

Cinta terus bertambah sehingga mengalahkan aqalnya. Kemudian wanita itu pindah ke Maristan. Pemuda ini memiliki kawan yang biasa pergi kepada wanita Nashrani tersebut dan menjadi kurir antara dirinya dengan wanita tadi. 

Kemudian cintanya-pun semakin bertambah, maka ibu pemuda ini berkata kepada kawannya, “Aku datang kepadanya tapi dia tidak mau berbicara kepadaku.” Kawannya mengatakan, “Mari bersamaku.” Ibu pemuda ini datang bersama kawannya, lalu kawannya mengatakan, “Wanita yang kamu cintai telah mengirim surat kepadamu.” Dia bertanya, “Bagaimana?” 

Kemudian kawannya menjawab, “Ini ibumu yang akan menjelaskan suratnya.” Lalu ibunya mulai berbicara kepadanya tentang wanita tersebut dengan sedikit dusta. Kemudian cinta pemuda ini semakin menggebu. Ketika kematian nyaris menjemputnya, dia berkata kepada kawannya, “Ajal telah tiba, sedangkan aku tidak bertemu kekasihku di dunia ini, dan aku ingin bertemu dengannya di akhirat.” Kawannya bertanya, “Bagaimana kamu melakukannya?” Ia menjawab, “Aku keluar dari agama Muhammad, dan aku menyatakan Isa bin Mariam dan salib yang agung (sebagai tuhan).” Ia mengucapkan hal itu, lalu mati. Wal-Iyaadzubillaah.

Kemudian kawannya pergi kepada wanita tersebut, ternyata (ia)sedang sakit. Ketika dia menemuinya dan berbincang dengannya, gadis ini mengatakan, “Aku tidak bertemu dengan kekasihku di dunia dan aku ingin bertemu dengannya di akhirat. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah dengan benar kecuali Alah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, serta aku berlepas dari agama Nashrani.”

Ayah wanita itu berdiri lalu berkata kepada pria ini, “Ambilah dia sekarang, karena dia telah menjadi golonganmu.” Ketika orang ini beranjak untuk keluar, wanita ini berkata, “Berhentilah sejenak.” Ketika pria ini berhenti, wanita ini-pun meninggal." [Dzammul Hawa, 408-409].

Kisah yang diceritakan oleh Ibnul Jauzi rahimahullah diatas menjelaskan bahwa dua orang orang anak adam yang menjadi budak cinta, bisa terbunuh karena mabuk cinta. Yang muslim dia mati dalam keadaan kafir karena sebab cintanya, sedang yang kafir justru masuk Islam dengan sebab cintanya.

Berkata seorang penyair :

"Mabuk cinta seperti mabuk khomr bahkan lebih dahsyat

Menghilangkan akal dan melumpuhkan nurani berkarat

Mengurung jiwa dalam syahwat seperti gelombang 

Menenggelamkan hingga karam ke lautan berkarang."

Inilah akhir kehidupan orang-orang yang cintanya mengalahkan akalnya, terombang-ambing dalam kemabukan hingga ajal menjemputnya. Semoga Allah menjauhkan kita dari musibah ini dan mengokohkan kita diatas ketaatan, karena Dia adalah Dzat yang membolak-balikan hati.

Faedah yang bisa diambil: 

1. Dahsyatnya fitnah wanita bagi laki-laki sebagaimana sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam :

ما تركتُ بعدي فتنة أشدَّ على الرِّجال من النساء

“Aku tidak meninggalkan sepeninggalku suatu fitnah yang lebih berbahaya bagi laki-laki dari pada wanita.” [HR. Al-Bukhari no.5096, (hal.1010)].

2. Haramnya hubungan cinta selain cinta diatas pernikahan, sebagaimana sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam :

لم نر للمتحابين مثل النكاح

“Tidak diketahui (yang lebih bermanfaat) bagi dua orang yang bercinta seperti nikah.” [HR. Ibnu Majah, no.1847 (hal.201)].

3. Bahayanya cinta apabila telah mengalahkan akal sehat sebagaimana ucapan penyair :

"Perhatikanlah orang-orang yang dimabuk cinta
 
Akal mereka bagaikan akal orang-orang gila

Membutakan mata hingga ajal menjemput nyawa

4. Seseorang yang telah terjebak dalam cinta yang haram, dia akan sulit untuk keluar dari percintaan dan keledzatan semu yang menipunya, inilah makna ucapan Ibnul Qoyyim :

 وإذا اقتحم العبد بحر العشق ولعبت به أمواجه فهو الى الهلاك

"Apabila seorang hamba menceburkan dirinya kelautan cinta. Dipermainkan dia oleh gelombang maka dia menuju pada kebinasaan dan kecil baginya untuk selamat." [Raudhatul Muhibbin wa Nuzhatul Mustaaqiin, (hal.131)].

5. Orang tua, tidak boleh membiarkan anak-anaknya terjebak dalam cinta yang haram, dia harus memiliki rasa cemburu, marah, bukan malah mendukungnya, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam :

((ثلاثة لا ينظر الله عز وجل إليهم يوم القيامة: العاق لوالديه, والمرأة المترجلة، والديوث

“Ada tiga golongan manusia yang tidak akan dilihat oleh Allah pada hari kiamat nanti, yaitu : (1) orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya, (2) perempuan yang menyerupai "laki-laki, (3) dan ad-dayyuts…” [HR. An-Nasa-i, no. 2562 (hal.276)].

6. Sunnatullah yang berlaku dari dulu hingga sekarang bahwa, sepasang laki-laki dan wanita difitrahkan untuk saling mencintai, bukan saling mencintai sesama jenis.

7. Syariat menetapkan bahwa kaum muslimin boleh menikah dengan wanita ahlul kitab Yahudi dan Nashrani, dan pendapat jumhur ulama juga membolehkan. Dalilnya firman Allah Ta'ala :

وَطَعَامُ ٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْكِتَـٰبَ حِلٌّۭ لَّكُمْ وَطَعَامُكُمْ حِلٌّۭ لَّهُمْ ۖ وَٱلْمُحْصَنَـٰتُ مِنَ ٱلْمُؤْمِنَـٰتِ وَٱلْمُحْصَنَـٰتُ مِنَ ٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْكِتَـٰبَ مِن قَبْلِكُمْ

Artinya : "Makanan (sembelihan) orang-orang yang diberi Al Kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu halal (pula) bagi mereka. (Dan dihalalkan mangawini) wanita yang menjaga kehormatan diantara wanita-wanita yang beriman dan wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara orang-orang yang diberi Al Kitab sebelum kamu." (QS. Al-Ma'idah : 5).

8. Jangan tertipu oleh penampilan dan amalan dzhohir seseorang, bisa jadi seorang yang terlihat baik amalnya dalam pandangan manusia, ternyata dia penghuni neraka, demikian juga sebaliknya. Nabi  shallallahu 'alaihi wa sallam :

 إن الرجل ليعمل بأمل أهل الجنة فيما يبدو للناس، وهو من أهل النار، وإن الرجل ليعمل عمل أهل النار فيما يبدو للناس، وهو من أهل الجنة

"Sesungguhnya seseorang, benar-benar beramal dengan amalan penduduk surga pada apa yang tampak oleh manusia, padahal dia termasuk penghuni neraka. Dan sesungguhnya seseorang, benar-benar beramal dengan amalan penduduk neraka pada apa yang tampak oleh manusia, padahal dia termasuk penghuni surga". [HR. Al-Bukhari, no.2898 (hal.558)]. 

9. Amalan itu dilihat dari penutupnya. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

إنما الأعمال بالخواتيم

"Sesungguhnya amal-amal itu tergantung penutupnya". [HR. Al-Bukhari, no.6607 (hal.1263)].

10. Hendaknya kita selalu berdoa kepada Allah agar hati kita dikokohkan diatas agama-Nya :

يا مقلب القلوب ثبت قلبي على دينك

"Wahai yang Maha membolak-balikan hati, tetapkan hatiku diatas agama-Mu." [HR. At-Tirmidzi, no.2140 (hal.356)].
 
Wallahu a'lam.

***

Sidayu - Gresik, 14 Sya'ban 1445 H/24 Februari 2024

Penulis : Abu Dawud ad-Dombuwiyy

Artikel : Meciangi-d.blogspot.com

Related Posts:

DUA SAYAP

Bismillah. Alhamdulillahi Rabbil 'aalamiin. Wa shallallahu 'ala Nabiyyina Muhammadin wa 'ala aalihi wa shahbihi ajma'iin. Wa ba'du.

Menuntut ilmu adalah washilah menuju surga, dan jalannya-pun sangat panjang dan berliku. Karena itu, setiap penuntut ilmu, hendaknya mereka bersabar dalam letihnya belajar, jika tidak dia akan menuai perihnya kebodohan sepanjang hidupnya. Berkata Imam Asy-Syafi'i rahimahullah :

أصبر على مر الجفا من معلم

فإن رسوب العلم في نفراته

ومن لم يذق مر التعلم ساعة

تجرع ذل الجهل طول حياته

ومن فاته التعليم وقت الشبابه

فكبر عليه اربعا لوفاته

وذات الفتى -والله- بالعلم والتقى

إذا لم يكونا لا اعتبار لذاته

"Bersabarlah atas sifat kasar seorang guru, karena gagalnya mempelajari ilmu karena memusuhinya. Barangsiapa belum merasakan pahitnya belajar walau sesaat, dia akan merasakan hinanya kebodohan sepanjang hidupnya. Barangsiapa yang luput mempelajari ilmu dimasa mudanya. Maka bertakbirlah sebanyak empat kali atas kematiannya. Demi Allah hakekat seorang pemuda adalah dengan ilmu dan takwa. Bila keduanya tidak ada maka dirinya tidak dianggap". [Diwan Asy-Syaafi'i, hal.59]

Setelah mempelajari ilmu dan tahapan-tahapannya, ada dua hal yang harus dimiliki oleh seorang penuntut ilmu, (1) guru, (2) kitab. 

Punya Kitab Tapi Tidak Memiliki Guru

Memiliki banyak kitab tapi tidak memiliki guru, rawan terjatuh dalam kesalahan bahkan kesesatan, apalagi bagi penuntut ilmu yang pemula dan ceroboh. Namun, memiliki guru tapi tidak memiliki kitab, ilmu tidak bisa melekat kuat dalam qolbu karena lupa.

Sebuah kisah yang sangat berharga dari apa yang diceritakan oleh asy-Syaikh Sholih al-Fauzan tentang seseorang yang nekat membaca shohih al-Bukhari tanpa bertanya kepada para ulama, akibatnya sangat fatal. Beliau mengatakan :

يذكر أن رجلا طالع صحيح البخاري وهو أصح كتاب بعد القرآن الكريم فجاء على حديث : " الحبة السوداء شفاء من كل داء " ، فقرأها : " الحية السوداء " بالياء ، فذهب وبحث عن حية سوداء، ثم قتلها وأكلها فمات من أثر السم ، فلو سأل عالما ! عن

..هذه اللفظة وتأكد منها لسلم

فمجرد المطالعة من دون الرجوع إلى أهل العلم، مضرة عظيمة على اﻹنسان وعلى غيره, "فانظر كم أهلك المتعالمون!!, من الناس". [ طرق تعلم العلم : صفحة - ١٠ ]

"Disebutkan bahwasanya ada seorang laki-laki membaca Shohih al-Bukhari yaitu kitab yang paling shohih setelah al-Qur'an yang mulia, maka dia membaca hadits : "Habbatus Sauda' (jinten hitam) obat segala penyakit", tapi dia membacanya : "Hayyatus Sauda' (ular hitam)" dengan huruf ya', maka diapun pergi dan mencari ular hitam, kemudian dia membunuhnya dan memakannya maka diapun mati disebabkan karena pengaruh racun ular tersebut, seandainya dia bertanya kepada orang yang berilmu tentang makna kata tersebut dan memastikannya, niscaya dia akan terlepas dari bahaya. Adapun semata-mata menelaah tanpa kembali (merujuk) kepada ahli ilmu, maka mudhorot yang besar akan menimpa orang tersebut dan juga orang lain.

Maka lihatlah betapa banyak orang-orang yang menampakkan keilmuan!!, telah membinasakan manusia." [Thuruqu Ta'allumil 'Ilmi : hal. 10]. (Sumber : Dari grup WA para Asatidzah Musafir Ilmu, dikutip dan diterjemahkan secara bebas).

Memiliki Guru Tapi Tidak Memiliki Kitab

Adapun memiliki guru tapi tidak memiliki kitab, penuntut ilmu yang seperti ini rawan terjatuh dalam lupa karena tabiat manusia adalah lupa. Abu Qilabah pernah mengatakan :

.((الكتاب أحب إلي من النسيان))

“Menulis (ilmu) lebih aku cintai dari pada lupa).” [Jaami’u Bayaanil ‘Ilmi wa Fadhlih, hal.314]

Maknanya ; menulis ilmu bagi para ulama dahulu, adalah kebiasaan dan rutinitas mereka, karena ilmu belum terkumpul dalam kitab-kitab seperti sekarang. Jika mereka tidak menulisnya, ilmu itu bisa hilang karena lupa. 

Banyak ulama yang rihlah bertahun-tahun, lalu mereka menulis ilmu yang mereka cari bertahun-tahun menjadi sebuah kitab, dan lain sebagainya, baik berupa catatan-catatsn kecil maupun kitab-kitab besar seperti Shohih al-Bukhari dan kitab-kitab hadits lainnya, Majmu' Fatawa, kitab-kitab tafsir dan lain sebagainya sehingga ilmunya menjadi  semakin kokoh, bahkan bermanfaat bagi kaum muslimin hingga hari ini. Maka, hendaknya kita mengambil perbendaharaan ilmu para salaf dari kitab-kitab mereka.

Dalam sebuah atsar dari Hammam bin Munabbih, bahwasannya ia pernah mendengar Abu Hurairoh mengatakan:

((لم يكن أحد من أصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم أكثر حديثا مني إلا عبد الله بن عمرو بن العاص ؛ فإنه كتب ولم أكتب))

"Tidak ada seorangpun dari sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang lebih banyak hadits-nya dariku kecuali Abdullah bin ‘Amr bin al-Ash ; karena dia menulis sedangkan aku tidak menulis.” [Jaami’u Bayaanil ‘Ilmi wa Fadhlih, hal.299].

Atsar diatas menjelaskan bahwa Abdullah bin Amr bin al-Ash kokoh ilmunya karena dia mengikat ilmunya dengan tulisan, sedangkan Abu Hurairoh kokoh hafalannya sehingga cukup hanya dari hafalan, bagaimana sekiranya jika Abu Hurairah menulis semua yang beliau dengar dari Nabi? Ini keutamaan Abu Hurairoh dan menunjukkan betapa kuat hafalan Abu Hurairah. Yang kedua, kecerdasan Abdullah bin Amr bin al-Ash yang mengokohkan ilmunya dengan tulisan, sehingga ilmunya kekal dan sampai pada kita melalui kitab-kitab hadits para ulama hingga hari ini.

Dan sebuah kitab, banyak memberikan limpahan ilmu yang bermanfaat seperti mendapatkan sebuah ghonimah, karena betapa banyak kitab, tulisan, mukhtashor dan lain-lain yang diwariskan oleh para ulama, mampu menjelaskan masalah-masalah yang banyak terjadi maka penuntut ilmu wajib memiliki kitab.

Sebagai contoh, firqoh yang sesat dalam bab al-asmaa was shifat sangat banyak, tapi kekokohan ilmu para ulama, mampu menyingkap kesesatan firqoh-firqoh itu melalui kitab-kitab mereka atau kitab-kitab para ulama sebelumnya lalu dipelajari oleh para penuntut ilmu di majelis-majelis ilmu.

Dan seekor burung bila ia ingin terbang tinggi dia harus memiliki dua sayap untuk bisa terbang, sedangkan penuntut ilmu jika ia ingin naik dan meningkat keilmuannya dia harus memiliki, (1) guru, (2) kitab. Seakan-akan dua hal ini seperti sayap bagi seekor burung atau sayap bagi penuntut ilmu jika ingin terbang lebih tinggi.

Walhamdulillah, semoga kitab-kitab yang Allah titipkan kepada kita bermanfaat bagi kita dan kaum muslimin. Teringat firman Allah 'Azza wa Jalla :

وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ

Artinya : "Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu ceritakan." (QS. Ad-Dhuha : 11).

Wallahu a'lam.

***

Gresik : 4 Sya'ban 1445 H/14 Februari 2024
 
Penulis : Abu Dawud ad-Dombuwiyy
 
Artikel : Meciangi-d.blogspot.com

Related Posts:

TERTIPU CINTA DI HARI VALENTINE


Bismillah. Alhamdulillahi Rabbil 'aalamiin. Wa shallallahu 'ala Nabiyyina Muhammadin wa 'ala aalihi wa shahbihi ajma'iin. Wa ba'du.

Kaum muslimin yang berbahagia, berbicara tentang hari valentine, para pakar menyebutkan bahwa hari valentine merupakan hari kasih sayang dan hari memadu kasih dimana cinta pada saat itu begitu "diagung-agungkan" oleh sebagian kaum.

Siapa yang sedang menyaksikan atau ikut merayakan kemeriahan malam tersebut, seolah-olah dia sedang berada dimalam dimana "cinta" dan "kasih sayang" begitu diumbar dimana-mana. Dua orang insan yang sedang memadu kasih, mereka sangat menanti datangnya hari "bahagia" ini. Tidak hanya sepasang kekasih, namun seorang sahabat kepada sahabatnya yang lain, juga akan ikut merayakan hari "kasih sayang" ini dengan saling memberikan kado berupa sebuah coklat, bunga, dan lain sebagainya. Sebagai umat Islam, sangat perlu bagi kita mengetahui sikap apa yang harus kita ambil terkait kedatangan hari valentine ini, agar kita tidak salah kaprah dan turut serta dalam merayakan dan mengucapkannya.

DEFINISI KASIH SAYANG MENURUT KAMUS BAHASA INDONESIA

Kata Kasih memiliki makna : perasaan sayang (cinta, suka kepada). Kata Sayang memiliki makna : cinta kasih, belas kasihan, kasih sayang, cinta. [Kamus Bahasa Indonesia, Pusat Bahas Departemen Pendidikan Nasional]

Jadi kata Kasih Sayang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki makna yang mengarah pada makna cinta.

MAKNA HARI VALENTINE MENURUT BARAT

Disebutkan dalam situs terkenal wikipedia : “Hari Valentine (bahasa Inggris: Valentine's Day) atau disebut juga Hari Kasih Sayang, pada tanggal 14 Februari adalah sebuah hari di mana para kekasih dan mereka yang sedang jatuh cinta menyatakan cintanya. Hari raya ini sekarang terutama diasosiasikan dengan para pencinta yang saling bertukaran notisi-notisi dalam bentuk "valentines". Mulai abad ke-19, tradisi penulisan notisi pernyataan cinta mengawali produksi kartu ucapan secara massal. The Greeting Card Association (Asosiasi Kartu Ucapan AS) memperkirakan bahwa di seluruh dunia sekitar satu miliar kartu valentine dikirimkan per tahun. Hal ini membuat hari raya ini merupakan hari raya terbesar kedua setelah natal di mana kartu-kartu ucapan dikirimkan. Sebuah kencan pada hari valentine seringkali dianggap bahwa pasangan yang sedang kencan terlibat dalam sebuah relasi serius. Sebenarnya valentine itu merupakan hari percintaan, bukan hanya kepada pacar ataupun kekasih, valentine merupakan hari terbesar dalam soal percintaan dan bukan berarti selain valentine tidak merasakan cinta. Di Amerika Serikat hari raya ini lalu diasosiasikan dengan ucapan umum cinta platonik "Happy Valentine's", yang bisa diucapkan oleh pria kepada teman wanita mereka ataupun teman pria kepada teman prianya dan teman wanita kepada teman wanitanya.[https://id.wikipedia.org/wiki/Hari_Kasih_Sayang]

"CINTA" DI HARI VALENTINE

Wanita makhluk yang lemah, mudah percaya, mudah terpedaya, dan mudah menerima, apalagi dimalam valentine ini, dimana rasa kasih sayang dan cinta begitu mudah di umbar di khalayak ramai. Para laki-laki hidung belang-pun, mereka tidak akan menyia-nyiakan kesempatan "berharga" itu, lalu memanfaatkannya sebagai senjata ampuh untuk melumpuhkan hati dan perasaan para wanita.

Dalam perayaan hari valentine, rasa cinta begitu di ekspose dengan dalih kasih sayang. Wanita berbaur dengan laki-laki dengan membuka auratnya, ikhtilat dimana-mana, kholwat hampir merata, kondom-pun laris manis dipasaran, sedangkan para wanita tidak tahu bahwa serigala-serigala buas sedang mengincarnya bak buruan di hutan belantara, siapa yang mendapatkannya, seolah-olah dia mendapatkan jamuan makan malam di pesta malam valentine, dan itulah hari kehancuran kaum wanita.

Saudariku muslimah, hari valentine sebenarnya bukan hari kasih sayang sebagaimana yang di gembar-gemborkan oleh barat. Yang difamahi oleh Islam bahwa hari kasih sayang sejati adalah hari dimana anda dipindang oleh sang pangeran dalam bingkai pernikahan. Laki-laki yang benar-benar mencintai anda, dia akan memuliakan anda, mendatangi orang tua anda dan mengutarakan niatnya ingin mengajak anda ke jenjang pernikahan, dimana pada jenjang ini, cinta sepasang kekasih benar-benar akan menyatu dalam kehangatan kasih sayang yang sejati. Adapun kasih sayang pada malam valentine, merupakan kasih sayang yang semu versi barat dan orang-orang kafir, yakni mengumbar cinta yang haram, pesta seks, pelampiasan syahwat, kamuflase cinta dan penodaan terhadap para wanita. 

Sebenarnya, cukup simpan saja cintamu untuk calon suamimu nanti saudariku, jangan umbar cinta pada yang tidak halal, karena kalian akan menyesal dalam hitungan waktu. Ingat saudariku, wanita itu godaan, dan fitnah, wanita itu kelemahan bagi laki-laki sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Aku tidak meninggalkan sepeninggalku suatu fitnah yang lebih berbahaya bagi laki-laki dari pada wanita.” [HR. Bukhari no.5096 (hal.1010) dan Muslim no.2740 (hal.1095), pustaka Baitul Afkaar ad- Dauliyyah]

CAMPUR BAUR PADA MALAM VALENTINE

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda mengingatkan kita: “Ketahuilah, janganlah seorang laki-laki berduaan dengan seorang wanita, sebab ketiganya adalah setan.” [HR. Ahmad dalam al-musnad 1/26, dan at Tirmidzi, no.2166]

Bercampur baur antara laki-laki dan wanita pada malam valentine bisa mengantarkan pada perzinaan yang hakiki, sebab tidak bisa dipungkiri bahwa manusia itu sejatinya sangat lemah.

Laki-laki maupun wanita, sejatinya mereka sama-sama lemah. Tapi yang perlu disadari selemah- lemahnya wanita, dia masih sanggup menundukkan akal laki- laki yang paling kuat sekalipun. Bahkan -sebut saja- panglima perang yang sangat tangguh dalam pertempuran, dia sanggup mengalahkan seribu orang dalam pertempuran, tapi belum tentu dia mampu mengalahkan seorang wanita, sekuat apapun dia. Allah Ta’ala telah berfirman :

Artinya : “Manusia diciptakan dalam keadaan lemah”. (QS.An-Nisaa’ : 28)

Berkata Ibnu Abi Hatim : “Menceritakan kepada kami Muhammad bin Ismail, menceritakan kepada kami Waqi' dan Sufyan dari Ibnu Thowus, dari ayahnya dia berkata :

«“Manusia diciptakan dalam keadaan lemah”», yaitu dalam urusan wanita. Dan berkata Waqi' : “Akal (laki-laki) hilang ketika disisi wanita.”

Jika demikian keadaanya, maka pantas bagi para wanita agar mereka menyelamatkan dirinya, karena tidak sedikit wanita juga mudah terfitnah (tergoda) kepada lawan jenisnya, apalagi dengan perhatian dan kelembutan yang diberikan kepadanya.

Karena itu, selamatkanlah dirimu wahai saudariku, jauhilah sumber fitnah, agar engkau tidak terjerumus dalam kemaksiatan dihari valentine.

AQIDAH AL-WALA’ DAN AL-BARO’

Dalam agama Islam ada yang namanya istilah Al-Wala’ wal Baro’. Al-Wala’ wal Baro’ sering juga di sebut sebagai rasa cinta dan benci karena  Allah.  Allah berfirman dalam mengisahkan tentang keadaan para shahabat ridwanullahi ‘alaihim ajma’iin dalam Al-Qur’an : Artinya : “Tidak akan kamu (Muhammad) dapati suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang- orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun mereka itu bapaknya, atau anaknya, atau saudaranya, atau keluarganya. Mereka itulah orang-orang yang dalam hatinya telah di tanamkan keimanan oleh Allah dan Allah telah menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang dari Dia. Lalu dimasukan-Nya mereka dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai- sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridho terhadap mereka dan merekapun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Merekalah golongan Allah. Ingatlah sesungguhnya golongan Allah itulah yang    beruntung.” ( QS. Al-Mujadilah : 2 2 )
 
Berkata Ibnu Katsir dalam menjelaskan ayat diatas : “Telah berkata Sa’id bin ‘Abdil ‘Aziz dan selainnya : ‘Diturunkan ayat (Artinya : Tidak akan kamu (Muhammad) dapati suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat) sampai akhir ayat, kepada Abu ‘Ubaidah Amir bin ‘Abdillah bin al-Jarrah ketika dia membunuh bapaknya pada perang badar, dan karena ini Umar bin al-Kaththab radhiyallahu ‘anhu ketika dia menjadikan urusan setelah (di tikamnya) ia di musyawarahkan dengan enam orang shahabat radhiyallahu ‘anhum berkata: dan seandainya Abu ‘Ubaidah masih hidup, niscaya aku akan mengangkat dia sebagai khalifah.” [Tafsir Ibni Katsir (4/284), pustaka Daarul Kutub al-Ilmiyyah]

Dan dikatakan dalam firman Allah “Artinya : Sekalipun mereka itu bapaknya”, turun ayat ini kepada Abu ‘Ubaidah ketika dia membunuh bapaknya pada perang badar. “atau anaknya”, turun pada Abu Bakar as-Shiddiq pada perang badar yang hendak membunuh anaknya ‘Abdurrahman. “atau saudaranya”, turun pada Mus’ab bin ‘Umair yang membunuh saudaranya ‘Ubaid bin ‘Umair pada perang badar. “atau keluarganya” , turun kepada ‘Umar yang juga membunuh keluarganya pada perang badar, dan kepada Hamzah dan kepada ‘Ali dan kepada ‘Ubaidah bin al-Harits yang mereka membunuh ‘Utbah dan Syaibah dan al-Walid bin ‘Utbah pada perang badar, fallahu a’lam. [Tafsir Ibni Katsir (4/284), pustaka Daarul Kutub al- Ilmiyyah]
 
Penjelasan diatas menunjukkan cinta dan benci para shahabat radhiyallahu ‘anhum sangat jelas. Namun tugas kita sangat ringan dari mereka, cukup kita jangan loyal kepada orang-orang yang membenci Allah dan Rasul- Nya dengan tidak ikut serta dalam merayakan hari valentine tanggal 14 Februari ini.

AL-QUR’AN MELARANG KITA LOYAL TERHADAP ORANG-ORANG KAFIR

Asy-Syaikh Al-Utsaimin mengatakan : “Permasalahan yang ketiga yang wajib bagi kita mengilmuinya yaitu rasa cinta dan benci, dan rasa cinta dan benci merupakan pondasi yang agung yang datang dengannya nash-nash yang banyak. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman artinya : ”Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menjadikan orang Yahudi dan Nasrani sebagai teman setia (mu); mereka satu sama lain saling melindungi. Barangsiapa di antara kamu yang menjadikan mereka teman setia, maka sesungguhnya dia termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang dzolim.” (QS.Al-Maaidah : 51)
 
Asy-Syaikh Al-Utsaimin melanjutkan syarahnya : “Untuk itu, loyal kepada orang- orang yang memusuhi Allah dan lembut / setia kepadanya menunjukkan apa yang ada di dalam hati manusia dari keimanan kepada Allah dan Rasul-Nya sangat lemah. Karena itu tidak masuk akal seseorang mencintai sesuatu padahal dia adalah musuh bagi yang di cintainya. Loyal kepada orang-orang kafir itu bisa dengan menolong mereka, membantu mereka pada apa-apa yang mereka kafir dan sesat diatasnya. Dan cinta kepada mereka bisa dengan perbuatan yang dengannya menjadi sebab kamu mencintai mereka, maka (akhirnya) kamupun mempunyai bagian dalam mencintai mereka yaitu dia akan mencari kecintaan mereka dengan segala jalan, dan ini tidak ragu lagi akan menghilangkan seluruh keimanan atau menghilangkan kesempurnaan iman. Maka wajib bagi seorang mu’min memusuhi orang- orang yang membenci Allah dan Rasul-Nya walaupun i tu karib kerabatnya, dan membencinya, dan menjauh darinya akan tetapi hal ini tidak mencegah dia untuk menasehati dan mendakwahinya dalam kebaikan. [Syarh Tsalaatsati al-’Usuul, (hal. 21-22), pustaka Darul Kutub al-Ilmiyyah]

PERINGATAN DARI KOMISI FATWA DI SAUDI ARABIA

Di kutip dari tulisan ustadz Muhammad Abduh Tausikal beliau mengatakan : “Al Lajnah Ad Daimah lil Buhuts Al 'Ilmiyyah wal Ifta' (Komisi Tetap Riset Ilmiyyah dan Fatwa, Saudi Arabia) telah menanggapi pertanyaan seputar 'Idul Hubb (perayaan Hari Valentine). Para ulama yang duduk di sana menjawab, “Perayaan hari Valentine termasuk perayaan yang dikategorikan tasyabbuh (meniru-niru) orang kafir dan termasuk salah satu hari besar dari kaum paganis Kristen. Karenanya, diharamkan bagi siapapun dari kaum muslimin, yang dia mengaku beriman kepada Allah dan hari akhir, untuk mengambil bagian di dalamnya, termasuk memberi ucapan selamat (kepada seseorang pada saat itu). Sebaliknya, wajib baginya untuk menjauhi perayaan tersebut sebagai bentuk ketaatan pada Allah dan Rasul-Nya, dan menjaga jarak dirinya dari kemarahan Allah dan hukuman-Nya. Begitu pula seorang muslim diharamkan untuk membantu dalam perayaan ini, atau perayaan lainya yang terlarang, baik membantu dengan makanan, minuman, jual, beli, produksi, ucapan terima kasih, surat- menyurat, pengumuman, dan lain lain. Semua ini termasuk bentuk tolong-menolong dalam dosa dan pelanggaran, serta termasuk maksiat kepada Allah dan Rasul-Nya. Allah Ta'ala berfirman (yang artinya), “Dan tolong- menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa,   dan   jangan   tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa- Nya.” (QS. Al Maidah: 2).” Wallahu A’lam
 
***

Sidayu - Gresik, 4 Sya'ban 1445 H/14 Februari 2024

Penulis : Abu Dawud ad-Dombuwiyy

Artikel : Meciangi-d.blogspot.com

Related Posts: